Anda di halaman 1dari 36

RESUME MATERI HUKUM

ISLAM
Dalam memenuhi tugas UAS hukum islam

NAMA : M. ANDIKA KARTIWA. P


NIM : B10020259
KELAS : G/ILMU HUKUM

DOSEN PENGAMPU : EVALINA ALISSA, S.H., M.H.


PEMAHAMAN PENDAHULUAN HK.
ISLAM
I. Pokok-pokok ajaran agama islam
1. Aqidah
aqidah berasal dari kata al‘-aqdu yang artinya kokoh, kuat, dan erat.
Secara bahasa, aqidah adalah keyakinan yang kokoh atas sesuatu,
sehingga tidak ada lagi keraguan yang mengikutinya. Dasar-dasar
aqidah adalah ajaran Islam itu sendiri yang bersumber dari Alquran
dan hadis.

Aqidah yang dimiliki umat Islam berasal dari Allah SWT, proses nabi
mnyerbakan aqidah membutuhkan perjuangan yang besar, perlu
beribu-ribu mil perjalanan untuk menyebarkan dari suatu tempat ke
tempat lain dan aqidah yang diajarkan tetapalah sama.
Ada salah satu aqidah yang harus dihindari yaitu aqidah yang bathil
mencakup semua aqidah yang bertentangan dengan wahyu dan firman
Allah SWT.

2. Syari’ah
Syari’ah menurut asal katanya berarti jalan menuju mata air, syariat
Islam berarti jalan yang harus ditempuh seorang muslim. Sedangkan
menurut istilah, syari’ah berarti aturan atau undang-undang yang
diturunkan Allah untuk mengatur hubungan manusia dengan alam
semesta.

Sesuai dengan pengertian di atas, maka syari’ah mencakupseluruh


aspek kehidupan manusia sebagai individu, masyarakat, dan sebagai
subyek alam semesta. Runag lingkup syariah meliputi Ibadah,
Muamalah, Munakahat, Jinayat dan Siyasah.
3. Akhlak
Akhlak adalah kondisi mental, hati, batin seseorang yang
mempengaruhi perbuatan dan perilaku lahiriyah. Apabila kondisi
batin seseorang baik dan teraktualisasikan dalam ucapan, perbuatan,
dan perilaku.

Dapat disimpulkan bahwa akhlak yang baik pada dasarnya adalah


akumulasi dari akidah dan syari’ah yang bersatu secara utuh dalam
diri seseorang. Salah satu akhlak yang harus dijauhi oleh muslim ialah
akhlak madzmumah.
II. Pengertian syariat, fiqih dan hukum islam

1. Syariat

Syariat berarti hukum agama yang menetapkan peraturan hidup


manusia, hubungan manusia dengan Allah swt., hubungan manusia
dan alam sekitar berdasarkan Al-Qur'an dan hadits.

2. Fiqih

Yaitu merupakan ilmu yang mendalami hukum islam yang diperoleh


melalui dalil di Al-Qur'an dan Hadits. Fiqih merupakan ilmu yang
membahas kehidupan manusia sehari-hari.
3. Hukum islam

Hukum Islam adalah syariat yang berarti aturan yang diadakan oleh
Allah untuk umat-Nya yang dibawa oleh seorang Nabi SAW, baik
hukum yang berhubungan dengan kepercayaan (aqidah) maupun
hukum-hukum yang berhubungan dengan amaliyah (perbuatan) yang
dilakukan oleh umat Muslim semuanya.
III. Pengertian dan pembagian hukum syariat

syariat berarti hukum agama yang menetapkan peraturan hidup


manusia, hubungan manusia dengan Allah swt., hubungan manusia
dan alam sekitar berdasarkan Al-Qur'an dan hadits.

Hukum Syari’at terbagi menjadi 2 macam, yaitu hukum taklifi dan


hukum wadh’i.

Hukum taklifi adalah hukum-hukum yang berkaitan dengan perintah


untuk mengerjakan sesuatu, meninggalkannya atau memilih antara
meninggalkan atau mengerjakannya bagi orang yang sudah mukallaf
(orang yang sudah baligh dan berakal).

Wajib Sunat Mubah Harom Makruh


2.Hukum wadh’i adalah hukum-hukum yang digunakan untuk
menetapkan sesuatu sebagai sebab, syarat atau penghalang dari
sesuatu.
HUKUM ISLAM DI INDONESIA
I. Sejarah awal masuknya dan perkembangan hukum islam

Pada awal sebelum lahirnya hukum islam, terlebih dahulu bagaimana


cara islam masuk ke nusantara. Ada beberapa pendapat mengenai
proses masuknya islam, dan diduga islam masuk melalui 5 jalur.

1. Jalur perdagangan 4. Jalur pendidikan


2. Jalur perkawinan 5. Jalur kesenian
3. Jalur tasawuf

Penyebaran Islam tepatnya di Jawa digerakkan oleh Wali Sanga, Para


wali menyebarkan ajaran dari dusun ke dusun, memberikan ajaran
moral keagamaan yang secara tidak
langsung memberi dampak yang positif.
Penduduk pulau Jawa menerima Islam dengan penuh kesadaran. Hal
itulah yang membuat kenapa agama islam cepat menyebar di dalam
masyarakat.
Pada masa pemerintahan belanda melalui VOC, belanda berusaha
untuk menerapkan hukum belanda, tetapi tidak berjalan denga baik
dan membiarkan lembaga tetap berdiri. pemerintah pun menghormati
masyarakat muslim untuk menggunakan hukum islam dan
mengakuinya.

Berkahirnya VOC, pemerintah kolonial menguasai indonesia,


Sikapnya terhadap hukum Islam berubah, namun perubahan itu
dilaksnakan secara perlahan, berangsur-angsur, dan sistematis.
Belanda kala itu berusaha menggantikan hukum islam melalui
kristenisasi hal itu mendapat banyak pertentangan dari masyarakat
khususnya yang beragama islam.
II. Kedudukan hukum islam dalam tata hukum
di Indonesia

Hukum islam memiliki kedudukan tersendiri dan memiliki tingkatan


yang sama dengan hukum-hukum lain yang berlaku di Indonesia,
wujud dari hukum islam ialah.

1. Undang-undang perkawinan
2. Izin perkawinan dan perceraian bagi PNS
3. Peraturan tentang perwakafan tanah milik
4. Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Pada saat itulah, secara formal dan secara de jure KHI diberlakukan
sebagai hukum materiil bagi lingkungan Pengadilan Agama di seluruh
Indonesia.
III. Hukum islam dalam kurikulum fakultas hukum

Ada beberapa alasan mengapa hukum islam dipelajari di fakultas


hukum.

1. Alasan Sejarah

Di era masa kolonial Belanda, Islam dan bahasa Arab menjadi objek
studi beberapa Universitas yang berada di Belanda. Maka pada
pemerintahan Belanda di semua sekolah tinggi Fakultas Hukum pun
juga diajarkan tentang hukum Islam atau disebut sebagai
Mohammedaansch recht, sehingga hal tersebut memunculkan
perkembangan ajaran hukum islam.
2. Alasan penduduk

Karena memang mayoritas penduduk di Indonesia ini beragama


islam. Maka dengan penganut sebanyak itu tidak memungkinkan
hukum islam berkembang dengan cepat.

3. Alasan Yuridis

Alasan formal yuridis juga turut melatarbelakangi adanya kehadiran


hukum Islam ini dalam hukum positif yang ada di Indonesia saat ini
seperti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan,
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Jo. Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2006 tentang Peradilan Agama.
4. Alasan konstitusional

hukum Islam menjadi mata kuliah pokok di Fakultas Hukum itu juga
berdasarkan Pasal 29 ayat 1 Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yaitu
negara berketuhanan dan menjamin para penduduk untuk memeluk
agama.

5. Alasan ilmiah

Hal tersebut dibuktikan dengan masuknya hukum Islam ke dalam


daftar kode bidang atau disiplin ilmu dan teknologi yang tercatat pada
UNESCO.
MAZHAB DALAM ISLAM

I. Pengertian mazhab

Menurut M. Husain Abdullah, mazhab adalah kumpulan pendapat


mujtahid yang berupa hukum-hukum Islam, yang digali dari dalil-dalil
syariat yang rinci serta berbagai kaidah dan landasan yang mendasari
pendapat tersebut, yang saling terkait satu sama lain sehingga menjadi
satu kesatuan yang utuh.
.
II. Sebab timbul dan berkembangnya mazhab dalam islam

Adapun alasan sebab timbulnya mazhab ialah

1. Perbedaan Pemahaman Tentang Lafadz Nash


2. Perbedaan Dalam Masalah Hadits
3. Perbedaan dalam Pemahaman dan Penggunaan Qaidah
Lughawiyah Nash
4. Perbedaan Dalam Mentarjihkan Dalil-dalil yang berlawanan
5. Perbedaan Tentang Qiyas
6. Perbedaan dalam Penggunaan Dalil-dalil Hukum
7. Perbedaan dalam Pemahaman Illat Hukum
8. Perbedaan dalam Masalah Nasakh
.
Perkembangan mazhab terbagi ke dalam beberapa
periode waktu

1. Mazhab Pada Masa Rasulullah


Mazhab pada zaman Rosululah adalah sebatas Ijitihad para sahabat
dalam memahami agama, karena pada zaman itu sumber hukum
islam adalah hanya al-Quran dan Hadits, sehingga ketika para sahabat
terjadi perselisihan maka mereka langsung melaporkan masalah
tersebut kepada Rosulullah

2. Mazhab Pada Masa Shahabat


Mahzab fiqih itu pada sejak zaman sahabat mulai tumbuh seiring
dengan meninggalnya Rosulullah SAW para sahabat masing-masing
memiliki pendapatnya. Dizaman inilah sering terjadi perbedaan
pendapat antar sahabat.
3. Mazhab Pada Masa Tabiin

Di masa tabi’in, kita juga mengenal istilah fuqaha al-Madinah yang


tujuh orang yaitu: Said ibn Musayyib, Urwah ibn Zubair, Al-Qasim
ibn Muhammad, Kharijah ibn Zaid, Ibn Hisyam, Sulaiman ibn Yasan
dan Ubaidillah. Termasuk juga Nafi’ maula Abdullah ibn Umar.
III. Macam-macam mazhab

1. Mazhab Hanafi
Mazhab ini dikenal sebagai mazhab ahli qiyas (akal) karena hadis
yang sampai ke Irak hanya sedikit, sehingga Imam Abu Hanafi lebih
banyak menggunakan qiyas atau akal.

2. Mazhab Maliki
Mazhab ini dikenal sebagai mazhab ahli hadist yaitu hukum agama
yang bersumber pada hadis-hadis. Dalam hal ini, Imam Maliki lebih
mengutamakan segala hal tindakan dan perbuatan berdasarkan hadis
Rasul
3. Mazhab Syafii
Di sini, Imam Syafi’i berusaha menggabungkan mazhab hadis dan
mazhab qiyas. Inilah yang menjadi keutamaan mazhab syafi’i
dibandingkan mazhab lain.

4. Mazhab Hanbali

Madzhab Hanbali didirikan oleh Ahmad bin Hanbal Asy Syaibani


atau Al-Imam Ahmad (164-241 H). Dasar madzhab Imam Ahmad
adalah Al Qur’an, As-Sunnah, fatwah sahabat, Ijma’, Qiyas, Istishab,
maslahah mursalah, dan saddudzarai’.
SUMBER HUKUM ISLAM
I. Pengertian sumber hukum islam

Sumber hukum Islam adalah asal tempat pengambilan hukum Islam.


Dalam kepustakaan hukum Islam, sumber hukum Islam sering
diartikan dengan dalil hukum Islam atau pokok hukum Islam atau
dasar hukum Islam.

Sumber hukum islam terbagi atas

Al-Quran As-Sunnah Al-Ijmâ’ Al-Qiyas


II. Sumber Al-Qur’an
Al-Quran adalah kitab suci yang memuat wahyu Allah, disampaikan
melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw sebagai Rasul-
Nya selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Mula-mula diturunkan di
Mekah kemudian di Madinah. Bersifat Universal dan Tidak
Sektarian memiliki kedudukan tertinggi dalam sumber hukum islam.
Terdapat beberapa keistimewaan pada Al-Quran yaitu
1. Mukjizat dan Bukti Kebenaran
2. Kekal dan Tetap Terpelihara
3. Bersifat Universal dan Tidak Sektarian

Oleh karena itulah tidak ada yang dapat menggantikan Al-Quran


sebagai sumber hukum islam yang utama, jika suatu masalah tidak
dijelaskan dalam al-qur’an maka digunakanlah sumber hukum lain.
II. Sumber as-sunnah/hadits
Menurut bahasa kata as-sunnah berarti jalan atau tuntunan, baik yang
terpuji atau tercela. para ahli hadits mengartikan sunah/hadits
sebagai “Segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad saw.
dalam bentuk qaul (ucapan), fi’il (perbuatan), taqrîr,18 perangai, dan
sopan santun ataupun sepak terjang perjuangannya, baik sebelum
maupun setelah diangkatnya jadi Rasul.

Hadits terbagi atas:


1. Hadits qauliy (sunah dalam bentuk ucapan)
2. Hadits fi’liy ialah (perbuatan Nabi saw)
3. Hadits taqririy ialah (perbuatan sahabat yang diketahui Nabi saw)

Hadits menjadi sumber hukum islam setelah Al-Qur’an.


III. Sumber ijtihad

ijtihad menurut bahasa artinya mengeluarkan segala upaya dan


memeras segala kemampuan untuk sampai pada satu hal dari
berbagai hal yang masing-masing mengandung konsekuensi berupa
kesulitan dan keberatan.

Abdul Wahhab Khallaf mengemukakan bahwa metode atau cara-cara


ijtihad adalah:

1. Ijma
Kesepakatan para mujtahid dari umat Muhammad SAW setelah
wafatnya beliau pada suatu masa mengenai hukum syari.
2. Qiyas
Menyamakan suatu hukum dari peristiwa yang tidak memiliki nas
hukum dengan peristiwa yang sudah memiliki nas hukum, sebab
adanya persamaan dalam illat hukumnya.

3. Maslahah mursalah

Dalil hukum untuk menetapkan hukum atas persoalan-persoalan baru


yang secara eksplisit tidak disebutkan di dalam al-Quran dan as-
Sunnah al-Maqbûlah.

4. Istihsan
Tindakan meninggalkan satu hukum kepada hukum lainnya
disebabkan karena ada suatu dalil syara` yang mengharuskan untuk
meninggalkannya.

TUJUAN HUKUM ISLAM

I. Tujuan hukum islam

Pembentukan hukum Islam memiliki tujuan untuk merealisasikan


kemaslahatan manusia dengan menjamin kebutuhan pokoknya
(dharûriyyah), kebutuhan sekunder (hâjiyyah) serta kebutuhan
pelengkap (tahsîniyyat).

Dharûriyyah

Hâjiyyah

Tahsîniyyat
II. Macam-macam kebutuhan manusia

1. Dharûriyyah (kebutuhan primer)

Dalam kehidupan manusia, kebutuhan ini merupakan hal penting


sehingga tidak dapat diabaikan. Apabila kebutuhan-kebutuhan ini
tidak terjamin, akan terjadi kekacauan dan ketidaktertiban di mana-
mana.

2. Al-hajiyyah (kebutuhan sekunder)


Suatu kebutuhan yang juga mesti dipunyai oleh manusia, dan
keberadaannya akan membuat hidup manusia akan lebih mudah dan
terhindar dari kesulitan.
3. Tahsiniyat (kebutuhan tersier)
Kebutuhan yang menunjang peningkatan martabat hidup seseorang
dalam masyarakat dan di hadapan Allah SWT sebatas kewajaran dan
kepatuhan.

ASAS-ASAS HUKUM ISLAM

1. Pengertian asas

Kata asas berasal dari lafal bahasa Arab, asâsun yang mengandung
arti dasar, basis, dan pondasi. Jika dikaitkan dengan sistem berpikir,
yang dimaksud dengan asas adalah landasan berpikir yang sangat
mendasar.

Kata asas apabila dikaitkan dengan hukum memiliki arti suatu


kebenaran yang digunakan sebagai tumpuan berpikir dan alasan
pendapat, terutama dalam penegakan dan pelaksanaan hukum. Asas
hukum adalah suatu aturan dasar dan prinsipprinsip hukum yang
abstrak dan pada umumnya melatarbelakangi peraturan dan
pelaksanaan hukum.
II. Asas-asas hukum islam

1. Asas umum Asas Keadilan (Tuntunan mengenai seorang


Muslim harus berlaku adil sangatlah banyak
dijumpai dalam Al-Quran)

Asas Kemanfaatan (asas yang mengiringi


pelaksanaan asas keadilan dan asas kepastian
hukum)

Kepastian Hukum (asas yang mengutamakan landasan peraturan


perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan
Penyelenggara Negara)
2. Asas khusus hukum islam

Hukum pidana Asas legalitas

Asas larangan memindahkan kesalahan


kepada orang lain.

Asas praduga tak bersalah

Hukum perkawinan Asas untuk selamanya

Asas persetujuan kedua belah pihak


Asas Kesukarelaan
Asas kebebasan memilih
Asas Kesukarelaan
Asas kemitraan suami istri
Hukum perdata

Asas Kebolehan atau Mubah

Asas Menolak Mudarat dan Mengambil Manfaat

Asas Kebajikan

Asas Kekeluargaan

Asas Adil dan Berimbang

Asas Mendahulukan Kewajiban dari Hak

Asas Kemampuan Berbuat atau Bertindak


UNSUR-UNSUR HUKUM ISLAM
1. Al-hakim
Al-Hakim ialah pembuat serta yang menetapkan hukum. Adapun
yang menetapkan hukum adalah Allah SWT. Allah yang menurunkan
peraturannya kepada para Rasul, baik dalam bentuk wahyu Al-Qur'an
maupun wahyu dalam bentuk sunnah.

Sebelum diutusnya rasul oleh Allah disini yang bertindak sebagai al-
hakim ialah akal manusia itulah yang menjadi hakim, karena akal
manusia dapat mengetahui baik atau buruknya sesuatu perbuatan
karena hakikatnya atau karena sifatnya.
2. Mahkum fih
Menurut Usuliyyin,yang dimaksud dengan Mahkum fih ialah obyek
hukum, berupa perbuatan seorang mukalllaf yang terkait dengan
perintah Allah dan Rosul-Nya, baik yang bersifat yang harus di
kerjakan, yang harus di tinggalkan, tuntutan memilih suatu pekerjaan.

Syarat –syarat mahkum fih :

1. Mukallaf harus mengetahui perbuatan yang akan di lakukan.


2. Mukallaf harus mengetahui bahwa tuntutan itu dari Allah
SWT.Sehingga ia melaksanakan berdasarkan ketaatan dengan
tujuan melaksanakan perintah Allah semata.
3. Perbuatan itu adalah perbuatan yg mungkin dikerjakan atau
ditinggalkan oleh orang mukallaf.
3. Mahkum alaih
Mahkum Alaih adalah seseorang atau pelaku atau yang melakukan
hukum syar'i, atau yang lebih dikenal dengan sebutan mukalaf/ subjek
hukum. Disebut sebagai mukalaf karena merekalah yang dibebani
oleh hukum-hukum syara' tersebut.

Syarat –syarat mahkum alaih :

1. Ia memahami atau mengetahui titah Allah tersebut yang


menyatakan bahwa ia terkena tuntutan dari Allah.
2. Ia telah mampu menerima beban taklif atau beban hukum
(kecakapan dalam bertindak), Apabila seseorang belum atau tidak
cakap dalam bertindak hukum, maka seluruh perbuatan yang ia
lakukan belum atau tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Demikian materi hukum islam saya

Dalam memenuhi UAS hukum islam

Saya M. Andika Kartiwa. P


Mengucapkan

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai