Anda di halaman 1dari 15

Nama : Indriana Firdaus

NIM : 8111421166

Rombel Insternasional

SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM

DARI MASA KE MASA

1. Zaman Rasulullah ( 610-632 Masehi)

Periode pembentukan dan pertumbuhan hukum islam dimulai pada fase tasyri’ (perundang-
undangan hukum islam) di masa kenabian yang dimulai ketika Allah mengutus Nabi Muhammad
SAW membawa wahyu yang berupa Al-Qur’an saat beliau berada di gua Hiro pada hari Jum’at
tanggal 17 Ramadhan tahun 13 sebelum Hijriah (611 M). Tasyri’ pada masa Nabi disebut masa
pembentukan tasyri’, karena pada masa inilah terbentuknya hukum Islam. Beliau hijrah ke
madinah dan ayat-ayat ahkam pun turun beserta hadis-hadis yang berkenaan dengannya

Periode ini merupakan pertumbuhan tasyri’ yang berlangsung selama 22 tahun 2 bulan 22
hari. Pada periode ini ada dua fase yaitu :

1. Fase Rasulullah berada di Makkah (selama 12 tahun), fokus utama fase ini adalah
penyebaran dakwah ketauhidan dan berusaha memalingkan umat manusia dari
menyembah berhala.
2. Fase Rasul berada di Madinah (selama 10 tahun), pada fase ini media-media dakwah
telah berjalan lancar dan Islam telah terbina menjadi umat dan menjadi satu pemerintahan

Sumber-sumber tasyri’ yang digunakan pada zaman Rasul ada tiga yaitu Al-Qur’an, Hadis
dan Ijtihad. Apabila terjadi suatu peristiwa yang menghendaki adanya hukum yang mungkin
timbul karena adanya suatu pertanyaan, perselisihan atau adanya permintaan kepada Rasul, maka
Allah mewahyukan kepada Rasul lewat wahyu-wahyu-Nya. Bila belum ada, maka rasul
melakukan ijtihad untuk menetapkan hukum. Kalaupun ijtihad yang dilakukan Rasul salah, maka
Allah akan mengingatkan atau membenarkannya.
ayat-ayat hukum mengenai soal-soal ibadah ada 140 ayat didalam Al-Qur’an (ayat-ayat
ibadah ini berkenaan dengan sholat,zakat dan haji), sedangkan ayat Al-Qur’an mengenai ilmu
Mu’amalah jumlahnya 228, kurang lebih 3% dari jumlah seluruh ayat-ayat yang terdapat dalam
Al-Qur’an. Klarifikasi 228 ayat hukum yang terdapat dalam Al-Qur’an itu menurut penelitian
Prof Abdul Wahab Khallaf adalah sebagai berikut

1. Hukum Keluarga yang terdiri dari hukum perkawinan dan hukum kewarisan
sebanyak 70 ayat.
2. Hukum perdata lainnya, di antaranya hukum perjanjian (perikatan) terdapat 70
ayat.
3. Mengenai hukum ekonomi keuangan termasuk hukum dagang terdiri dari 10 ayat.
4. Hukum pidana terdiri dari 30 ayat.
5. Hukum tata negara terdiri dari 10 ayat.
6. Hukum internasionan terdapat 25 ayat.
7. Hukum acara dan peradilan terdapat 13 ayat

2.Zaman sahabat

Pasca kepergian Rasulullah SAW, hukum Islam yang telah di bangun oleh oleh beliau sebagai
dasar-dasar yang mengatur kehidupan bermasyarakat, kemudian diteruskan oleh para sahabat-
sahabat nabi yang semasa hidupnya secara sukarela sudah ikut terlibat dalam perjuangan nabi
mensyi’arkan ajaran-ajaran Islam. Adapun sumber dan metode penetapan hukum pada masa
sahabat dapat disarikan dari al Qur’an, hadits Rasulullah SAW, dan Ijtihad Sahabat. Sedangkan
dalam pandangan Khudari Bik, sumber pengambilan hukum pada masa sahabat dapt di ambil
dari; al Qur’an sebagai landasan utama, kemudian as Sunnah, Qiyas atau Ra’yu (pendapat), lalu
Ijma yang bersandar pada al Qur’an, sunnah dan qiyas (Khudari Bik. 259).

Pada zaman ini, al Qur’an telah di bukukan dan mushaf telah disentralisasikan, sehingga kaum
Muslim dapat terhindar dari pertikaian tentang sumber utama bagi masyarakat Islam yang
sebelumnya mereka terpecah kepada beberapa kelompok.Kemudian sunnah pada zaman ini,
masih terjaga kemurniannya, tidak terkontaminasi dengan kebohongan dan penyimpangan
karena zaman yang begitu dekat dengan Rasulullah dan para penukilnya adalah para sahabat
Rasul.
A. kekhalifahan sahabat Abu Bakar as Shidiq,
ia memgang kekuasaan tasyri mengenai problem yang belum ada ketetapan hukumnya
menurut nash dalam suatu lembaga tasyri yang dibentuk dan di hadiri oleh para sahabat.
Abu Bakar dikenal sebagai orang yang jujur dan disegani, ia merupakan salah satu
sahabat yang paling dekat dengan Rasulullah SAW, karena kedeketannya dengan Rasul
itulah, ia mempunyai pengertian yang dalam tentang jiwa keislaman di banding dengan
sahabat yang lain
B. khalifah sahabat Umar bin Khatab

beliau juga banyak melahirkan keputusan atau ketetapan-ketetapan hukum mengenai


permasalahan yang muncul pada zamannya. Pemerinyahan Umar bin Khattab
berlangsung selama sepuluh tahun (634-644 M). Umar merupakan sahabat yang
mempunyai karakter pemberani dan tegas dalam menentukan persoalan.

C. Khalifahan Utsman bin Affan

Kepemimpinan beliau berlangsung dari tahun 644-656 M, produk hukum yang


dibangunnya dapat juga dilihat dari jasa-jasa besarnya yang paling penting yaitu
tindakannya telah membuat al Qur’an standar (kodifikasi al Qur’an). Standarisasi al
Qur’an dilakukannya karena pada masa pemerintahannya, wilayah Islam telah sangat luas
dan di diami oleh berbagai suku dengan bahasa dan dialek yang berbeda.

D. Ali bin Abi Thalib (656-662 M),

Kepemimpinan beliau berlangsung dari tahun 644-656 M . Beliau tidak banyak


mengambangkan hukum Islam, dikarenakan Negara tidak stabil. Di sana timbul bibit-
bibit perpecahan yang serius dalam tubuh umat Islam yang bermuara pada perang saudara
yang kemudian menimbulkan kelompok-kelompok. Di antaranya dua kelompok besar
yakni, kelompok Ahlussunah Wal Jama’ah dan Syi’ah.
3. Zaman Tabiin

Tabi’in adalah orang yang bertemu sahabat meskipun tidak berguru kepadanya. Setelah
masa kholifah ke empat berakhir, fase selanjutnya adalah zaman Tabi’in. Secara historis, masa
Tabi’in merupakan masa yang dipenuhi permasalahan. Perkembangan wilayah politik Islam
yang semakain luas, kehidupan masyarakat yang semakin maju dan kompleks.

Dalam melakukan ijtiihad, para ulama Tabi’in mengikuti cara yang telah dirintis
sebelumnya oleh para sahabat, meliputi :
1. Al – Qur’an merupakan sebuah kitab petunjuk dan bimbingan agama secara umum. Oleh karena
itu, ketentuan hukum dalam al – Qur’an tidak bersifat rinci, pada dasarnya ketentuan al – Qur’an
merupakan kaidah – kaidah umum.
2. Sunnah intinya adalah ajaran – ajaran Nabi SAW yang disampaikan lewat ucapannya,
tindakannya, atau persetujuannya. 
3. Ijma’ merupakan kesepakatan para ulama (ahli hukum yang melakukan penemuan hukum
syarak).  Apabila tidak ditemukan dalam ijma’, mereka berpedoman kepada hasil ijtihad pribadi
dari sahabat yang dianggap kuat dalilnya.
4.  Qiyas merupakan perluasan ketentuan hukum yang disebutkan di dalam teks al – Qur’an dan
Sunnah sehingga mencangkup kasus serupa yang tidak disebutkan dalam teks kedua sumber
pokok itu berdasarkan persamaan. Untuk sahnya dilakukan qiyas, harus terpenuhinya empat
rukun qiyas:
a.          Adanya kasus pokok, yaitu kasus yang disebutkan di dalam al – Qur’an atau hadist.
b.         Adanya ketentuan hukum kasus pokok
c.          Adanya kasus cabang, yaitu kasus baru yang belum ada ketentuan hukumnya
d.         Adanya ’illat bersama, yaitu alasan hukum yang sama antara kedua kasus bersangkutan.
5. Disamping itu, mereka menggunakan ra‘yu sebagaimana yang dilakukan Sahabat. Dalam
penggunaan ra’yu, mereka menggunakan qiyas, jika mereka menemukan pandanan masalahnya
dengan apa yang terdapat dalam nash. Apabila tidak mungkin, mereka menempatkan
kepentingan umum atau kemaslahatan sebagai rujukan dalam ijtihad.
Perkembangan hukum Islam ditandai dengan munculnya aliran – aliran politik yang secara
implisist mendorong terbentuknya aliran hukum. Diantara faktor – faktor yang mendorong
perkembangan hukum islam adalah sebagai berikut:

A. Perluasan Wilayah , kekuasaan Islam telah luas. Hingga ke berbagai daerah yang
mempunyai kebiasaan, muamalat dan kemaslahatan yang berbeda. Batas daerah
kekuasaan Islam memanjang ke Timur sampai Cina, dan Barat sampai ke Andalusia.
B. Perbedaan Penggunaan Ra’yu unculnya dua aliran yaitu, aliran hadist dan aliran ra’yu.
Aliran hadist adalah golongan yang lebih banyak menggunakan riwayat dan sangat hati –
hati dalam penggunaan ra’yu. Sedangkan, aliran ra’yu adalah golongan yang lebih
banyak menggunakan ra’yu dibanding dengan hadist.Kemunculan dua aliran semakin
mendorong perkembangan hukum Islam pada saat itu.
C.  Kaum muslimin pada periode ini sangat antusias ingin mengamalkan ibadah dan
muamalat (dalam arti luas) yang benar – benar sesuai denfgan al – Qur’an dan Sunnah.
Karena itu baik secara kelompok maupun perseorangan, mereka selalu merujuk kepada
ahli – ahli ilmu dan hukum, untuk meminta fatwa – fatwa sesuai dengan al – Qur’an dan
Sunnah
D. Pada masa ini telah timbul penemuan – penemuan teori atau konsep – konsep hukum
yang ditunjang oleh lingkungan tempat mereka berada, untuk mengembangkan penemuan
– penemuan teori atau konsep – konsep hukum yang telah mereka miliki. Pada masa ini,
tercatat dalam sejarah pemikiran hukum Islam, lahirnya mazhab – mazhab dalam hukum
Islam :
1.  Mazhab Hanafi
Perintisnya adalah Abu Hanifah an – Nu’man bin Tsabit, berasal dari keturunan Persia, lahir di
Kufah tahun 80 H (699 M). 
2. Mazhab Maliki
Perintisnya adalah Malik bin Anas al – Asybahi al – ’Arabi, berasal dari Yaman, lahir di
Madinah tahun 93 H (713 M).
3.  Mazhab Syafi’i
Perintisnya adalah Abdullah bin Muhammad bin Idris bin Abbas bin Usman bin Syafi’i asy –
Syafi’i, berasal dari keturunan Quraisy, lahir di Gaza tahun 159 H (767 M).

4. Mazhab Hambali
Perintisnya adalah Imam Abu ’Abdillah Ahmad bin Hanbal, lahir di Baghdad pada tahun 164 H
(855 M).

4. Zaman tabiut tabiin


Tabi’it Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in atau pengikut Tabi’in adalah generasi ketiga umat muslim
sesudah generasi tabi’in dan generasi sahabat Rasulullah SAW. Di antara generasi sahabat
Rasulullah SAW. Diantara Generasi tersebut ada merupakan anak dari Tabi’in atau cucu dari
sahabat rasulullah SAW. Era ini biasa dikenal sebagai masa imam Madzhad. Dalam masa ini
juga mengalami dinamika yang sangat kaya dan disertai dengan perumusahan ushul fiqh secara
metodologis. Artinya terdapat kesadaran mengenai cara pemecaham hukum tertentu dengan
menggunakan metode yang khas.
Pada masa ini para imam mujtahid dan kekuasaan islam meluas ke daerah-daerah yang
dihuni oleh orang-orang yang bukan berbahasa arab atau bukan bangsa arab. Banyak diantara
ulama yang bertebaran kedaerah -daerah seluruh dunia.

5. Zaman Keemasan Bani Abbasiyah ( 650-1250 M)


Pemerintahan dinasti Abbasiyah dinisbatkan kepada Al- Abbas, paman Rasulullah,
sementara Khalifah pertama dari pemerintahan ini adalah Abdullah Ash- Sahffah bin
Muhammad bin Ali Bin Abdulah bin Abbas bin Abdul Muthalib.Pada tahun 132 H/750 M, oleh
Abul abbas Ashsaffah, dan sekaligus sebagai khalifah pertama. Selama lima Abad dari tahun
132-656 H (750 M- 1258 M). Sebelum berdirinya Dinasti Abbasiyah terdapat tiga poros utama
yang merupakan pusat kegiatan, antara satu dengan yang lain memiliki kedudukan tersendiri
dalam memainkan perannya untuk menegakan kekuasaan keluarga besar paman Rasulullah,
Abbas bin Abdul Muthalib. Dari nama Al- Abbas paman Rasulullah inilah nama ini di sandarkan
pada tiga tempat pusat kegiatan, yaitu Humaimah, Kufah, dan Khurasan.
Adapun sejarah berdirinya Bani Abbasiyah dimulai sejak Umar bin Abd. Aziz (717-720
M / 99-101 H), khalifah ke-8 dari Bani Umayyah naik tahta muncul gerakan oposisi yang hendak
menumbangkan Bani tersebut yang dipimpin oleh Ali bin Abdullah, cucu Abbas bin Abdul
Muthalib, paman Nabi dari kelompok Sunni. Kelompok Sunni ini berhasil menjalin kerja sama
dengan kelompok Syi’ah, karena mereka sama-sama keturunan Bani Hasyim. Kedua kelompok
di atas juga menjalin kerja sama dengan orang-orang Persia, karena orang-orang Persia
dianaktirikan oleh Bani Umayyah, baik secara politik, ekonomi maupun,sosial. Perkembangan
peradaban Islam mengalami puncak kejayaannya pada masa Bani Abbasiyah. Keadaan itu terjadi
karena peran para Khalifah dan kebijakan yang mereka tetapkan. para khalifah Bani Abbasiyah
yang berjumlah 37 orang . Dari 37 khalifah Bani Abbasiyah yang memerintah selama 505 tahun,
terdapat beberapa orang khalifah yang terkenal, diantaranya adalah Ja’far AlMansur, Harun al-
Rasyid dan putranya al-Makmun. Pada masa pemerintahan ketiganya merupakan masa-masa
keemasan peradaban Islam. Para khalifah agung tersebut dikenal sebagai penguasa adil dan
bijaksana serta memiliki perhatian kecintaan yang kuat terhadap ilmu pengetahuan.

dinasti Abbasiyah dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori, antara lain:


a) Bidang Politik
b) Administrasi
c) Bidang Ekonomi
adapun unsur-unsur yang dikembangkan pada masa dinasti bani Abbasiyah antara lain:
- Sektor Pertanian
- Perindustrian
- Perdagangan
- Bidang Sosial
- Bidang Ilmu Agama
- Bidang Filsafat
- Bidang Ilmiah

6. Zaman Kemunduran Bani Abbasiyah


Faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran dinasti Bani Abbasiyah disebabkan oleh
adanya faktor internal dan faktor eksternal:
1. Faktor internal
a. Tekanan Orang Turki
Sejarah masuknya orang-orang Turki ke dalam pemerintahan Dinasti
Abbasiyah diawali dari kebijaksanaan al-Makmun yang menunjuk saudaranya
al-Muktashim menjadi khalifah sepeninggal beliau, ketika itu orang-orang
Persia tidak setuju karena mereka berkeinginan agar al-Makmun mengangkat
anaknya yang bernama Abbas menjadi khalifah. Orang-orang Turki
memegang peran besar dalam pemerintahan Daulah Abbasiyah menyebabkan
tentara dari unsur Arab dan Persia terpaksa mencari jalan keluar untuk
mendirikan kerajaan-kerajaan kecil yang terbebas dari pemerintahan pusat.
Peranan yang dimainkan orang-orang Turki pada pemerintahan setelah al-
Muktasim sudah sedemikian besar, para perwira-perwira Turki sudah
memegang jabatan yang langsung berada di bawah khalifah. Lemahnya
khalifah dikarenakan banyaknya jabatan strategis yang telah Turki duduki.
b. Tekanan Bani Buwaihi
Khalifah al-Mustakfi (ke-22) memohon bantuan kepada Bani Buwaihi agar
menekan popularitas orang-orang Turki. Berkat bantuan dari khalifah Ahmad
ibn Buwaihi mampu menekan dan menyingkirkan keberadaan orang-orang
Turki dari wilayah kekuasaan Abbasiyah. Akan tetapi dengan keberadaan
pemimpin Abbasiyah pada masa ini begitu lemah serta ditambah dengan
pemimpin Bani Abbasiyah yang tidak memiliki kekuatan untuk menekan
pengaruh Buwaihi, harapan untuk mewujudkan Daulah Abbasiyyah yang
maju hanyalah angan-angan belaka saja. Khalifah Daulah Abbasiyah tidak
berdaya kepada Bani Buwaihi dan tidak bisa menangani mereka, sehingga
terjadi perselisihan antara pemimpin Daulah Abbasiyah yang tidak kuat dan
Bani Buwaihi yang menyebabkan kemunduran peradaban Islam ketika
kekuasaan Abbasiyah dikuasai oleh Bani Buwaihi.
c. Hadirnya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri
Pemimpin Bani Abbas sangat senang dengan pengakuan yang nyata dan
penyetoran upeti. Alasannya bahwa para pemimpin tidak cukup mampu untuk
menundukkan mereka, tingkat keyakinan bersama di antara para penguasa dan
kepala otoritas publik begitu minim dan lebih jauh lagi para penguasa
Abbasiyah lebih menekankan pada pembinaan peradaban dan budaya di
samping masalah-masalah pemerintahan dan perluasan wilayah. Selain itu,
alasan yang lain adalah terjadinya perselisihan atau pertempuran kekuatan di
pemerintahan pusat yang dilancarkan oleh Persia dan Turki. Dampaknya,
daerah-daerah tertentu di perbatasan lepas dari tangan penguasa Bani Abbas.
d. Kemerosotan perekonomian
Sesudah khalifah memasuki masa keruntuhan ini, penghasilan negara
berkurang sementara konsumsi meningkat lebih banyak. Penurunan
penghasilan negara diakibatkan oleh menyempitnya daerah intensitas,
kegaduhan timbul dimana-mana sehingga berdampak pada perekonomian
rakyat, banyaknya pejabat yang korupsi, dipersedikitnya pungutan dari
masyarakat dan banyaknya kerajaan-kerajaan kecil yang memproklamirkan
kemerdekaannya sendiri dan tidak mau mebayar upeti.
e. Munculnya aliran-aliran sesat dan fanatisme keagamaan
Muncul Gerakan zindiq yang membuat keyakinan para khalifah mulai
tergoyahkan karena Ketidak capaian keinginan Persia untuk menjadi penguasa
yang maksimal, akhirnya menimbulkan rasa kekesalan yang kemudian
memotivasi sebagaian diantara mereka untuk menyiarkan pemahaman
Mazdakisme, Manuisme, dan Zoroasterisme.
2. Faktor eksternal
a. Perang salib yang terjadi dalam beberapa gelombang
b. Hadirnya tantara Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan.
7. Zaman kebangkitan Kembali

Hukum islam mengalami periode kebangkitan yang dimulai pada bagian kedua
abad ke-19 sampai dengan saat ini dengan tokoh sentralnya adalah Jalaludin Al-Afghani
(1839-1897) dan Muhammad Abduh (1849-1905) yang pemikirannya dipengaruhi oleh
pemikiran Ibnu Taimiyah (1263-1328). Pada periode ini ciri utama pertumbuhan dan
perkembangan hukum islam adalah adanya ajakan untuk mendirikanPan Islamisme dan
melakukan perubahan menyeluruh terhadap dunia Islam khususnyadi bidang
pendayagunaan akal atas Al-Qurâan dan Sunnah dan sekaligus melepaskan ikatan dari
belenggu mazhab. Kedua, adalah pendekatan hukum Islam melalui
Perbandingan Mazhab
 baik mazhab Syafi’i, Maliki, Hanafi maupun Hambali ditambah lagi dengan MazhabSyi’
ah. Ketiga, ditandai dengan perhatian yang cukup besar dari dunia Eropa danBarat pada
umumnya untuk mempelajari hukum Islam sehingga mereka menjadikanhukum Islam
sebagai mata kulliah resmi di Fakultas-Fakultas Hukum. Keempat,
dari perkembangan hukum Islam ini adalah adanya kecenderungan pada negeri-negeri ber
penduduk muslim untuk kembali kepada Hukum Islam seperti yang terlihat di
TimurTengah dan di Asia Tenggara.

SEJARAH HUKUM ISLAM DI INDONESIA

Tokoh-tokoh perkembangan Hukum Islam di Indonesia

1. Ahmad Khatib bin Abdul Latif al-Minangkabawi,


Lahir di Koto Gadang, IV Koto, Agam, Sumatera Barat, pada hari
Senin 6 Dzulhijjah 1276 H (1860 M) dan wafat di Makkah hari
Senin 8 Jumadil Awal 1334 H (1916 M). Awal berada di Makkah, ia berguru dengan
beberapa ulama terkemuka di sana seperti Sayyid Bakri Syatha, Sayyid Ahmad bin
Zaini Dahlan, dan Syekh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah al-Makkiy. 

Produk / hasil Karyanya :

Semasa hidupnya, ia menulis 49 buku tentang masalah-masalah keagamaan dan


kemasyarakatan. Publikasinya tersebar hingga ke wilayah Syiria, Turki dan Mesir.Beberapa
karyanya tertulis dalam bahasa Arab dan Melayu, salah satunya adalah al-Jauhar al-Naqiyah fi
al-A’mali al-Jaibiyah. Karya lainnya adalah Hasyiyatun Nafahat ala Syarh al-Waraqat, tentang
usul fiqih. Karyanya yang membahas ilmu matematika dan al-Jabar adalah Raudhatul Hussab fi
A’mali Ilmil Hisab. Kitab-kitab lainnya adalah al-Da’il Masmu’fi al-Raddi ala man Yurist al-
Ikhwah wa Aulad al-Akhawat ma’a Wujud al-Ushl wa al-Manhaj al-Masyru’, Dhau al-
Siraj dan Shulh al-Jama’atain bi Jawazi Ta’addud al-Jum’atain.
Hal yang dapat diteladani :

Beliau adalah orang yang sangat cinta dengan ilmu dan quran, sehingga iapun berangkat ke
mekah untuk memperdalam kitab suci tersebut. Beliau adalah sosok yang gigih dan ingin selalu
belajar . Semasa hidup dia juga sangat produktif terlihat dari banyaknya karya beliau, dan hal ini
harusnya menjadi pelajaran yang dapat diteladani bagi anak muda.

2. KH.M Hasyim Asy’ari ( 1871-1947 M)


Lahir 24 Dzul Qaidah 1287 H atau 14 Februari l871 M. Dari garis ibu,
Halimah, Hasyim masih terhitung keturunan ke delapan dari Jaka
Tingkir alias Sultan Pajang, raja Pajang.Beliau juga merupakan
pendiri Nahdaratul Ulama ( NU)

Produk Hukum/ Karya :

1. Al-Tibyan fi al-Nahy ‘an Muqatha’ah al-Arham wa al-Aqarib wa al-Ikhwan.


Berisi tentang tata cara menjalin silaturrahim, bahaya dan pentingnya
interaksi sosial (1360 H).
2. Mukaddimah al-Qanun al-Asasy Li Jam’iyyah Nahdhatul Ulama. Pembukaan
undang-undang dasar (landasan pokok) organisasi Nahdhatul Ulama’ (1971
M).
3. Risalah fi Ta’kid al-Akhdz bi Madzhab al-A’immah al-Arba’ah. Risalah
untuk memperkuat pegangan atas madzhab empat.
4. Mawaidz (Beberapa Nasihat). Berisi tentang fatwa dan peringatan bagi umat
(1935).
5. Arba’in Haditsan Tata’allaq bi Mabadi’ Jam’lyah Nahdhatul Ulama’. Berisi
40 hadis Nabi yang terkait dengan dasar-dasar pembentukan Nahdhatul
Ulama’.
6. Al-Nur al-Mubin fi Mahabbah Sayyid al-Mursalin (Cahaya pada Rasul),
ditulis tahun 1346 H.
7. At-Tanbihat al-Wajibat liman Yashna’ al-Maulid bi al-Munkarat. Peringatan-
peringatan wajib bagi penyelenggara kegiatan maulid yang dicampuri dengan
kemungkaran, tahun 1355 H.
8. Risalah Ahli Sunnah Wal Jama’ah fi Hadits al-Mauta wa Syarat as-Sa’ah wa
Bayan Mafhum al-Sunnah wa al-Bid’ah. Risalah Ahl Sunnah Wal Jama’ah
tentang hadis-hadis yang menjelaskan kematian, tanda-tanda hari kiamat,
serta menjelaskan sunnah dan bid’ah.
9. Ziyadat Ta’liqat a’la Mandzumah as-Syekh ‘Abdullah bin Yasin al-Fasuruani.
Catatan seputar nazam Syeikh Abdullah bin Yasin Pasuruan. Berisi polemik
antara Kiai Hasyim dan Syeikh Abdullah bin Yasir.
10. Dhau’ul Misbah fi Bayan Ahkam al-Nikah. Cahayanya lampu yang
benderang menerangkan hukum-hukum nikah. Berisi tata cara nikah secara
syar’i; hukum-hukum, syarat, rukun, dan hak-hak dalam perkawinan.

Hal yang dapat di teladani :

Sebagai ulama besar, KH Muhammad Hasyim Asy’ari mempunyai semangat


nasionalisme yang kuat. Beliau juga selalu memberikan dukungan penuh kepada para
pejuang tanah air dengan mengobarkan resolusi jihad pada tanggal 22 Oktober 1945 di
kantor NU di Jawa Timur. Selain itu Kepedulian KH Muhammad Hasyim Asy’ari yang
sangat besar terhadap bangsa dan negara tentu dapat menjadi teladan yang berharga dari kita.
Semangat jiwa kepahlawanan yang beliau hibahkan seharusnya dapat diimplementasikan
dalam membela keutuhan bangsa dan negara. Tak Hanya itu saja beliau merupakan orang
yang sangat sopan, dan memiliki akhlak yang mulia, dia juga rela berkorban untuk bangsa
dan negara karena sangat mencintai tanah airnya.

3. Tengku Muhammad Hasbi Asy-Syiddieqy (1904-1975 M)

Muhammad Hasbi dilahirkan pada tanggal 10 Maret 1904 M di


Lhokseumawe, Aceh Utara. Ibunya bernama Tengku amrah, putrid
Tengku Abdul Aziz, pemangku jabatan Qadli Chik Maharaja
Mangkubumi. Ayahnya bernama Al-Haj Tengku Muhammad Husen bin
Muhammad Su’ud. Hasbi adalah keturunan ketiga puluh tujuh dari Abu
Bakar Ash-Shiddiq, oleh karena itulah sejak tahun 1952 M, atas saran
Syaikh Muhammad bin Salim Al-Kalali seorang ulama berdarah Arab
yang mukim di Aceh, Hasbi menggunakan sebutan Ash-Shiddieqy
dibelakang namanya sebagai nama keluarga

Karya-karya Hasbi:

Karya tulisnya yang pertama adalah dalam bentuk booklet yang berjudul Penoetoep
Moeloet, selain itu banyak sekali karya-karya beliau dalam bentuk buku baik dalam bidang
Tafsir, hadits maupun fiqh antara lain: Al-Islam, Pedoman Shalat, Pedoman Zakat, Tafsir An-
Nur, Mutiara Hadits, Koleksi Hadits Hukum, Kuliah Ibadah, Pengantar Ilmu Fiqh, Pengantar
Fiqh Mu’amalah, Falsafah Hukum islam, Pedoman Haji dan masih banyak yang lainnya.
Hal yang dapat diteladani :

Beliau merupakan sosok yang sangat bertangung jawab, peduli dengan lingkungan
sekitar dan keadaan masyarakat lainnya. Dia juga sosok yang pemikir , maka dari itu beliau
banyak menciptakan karya-karya hukum yang bahkan masih ada sampai sekarang.

4.Buya Hamka ( 1908-1981 M)

Buya Hamka seorang ulama, politisi dan sastrawan besar yang


tersohor dan dihormati di kawasan Asia. HAMKA adalah akronim
namanya Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah. Lahir di
kampung Molek, Maninjau, Sumatera Barat, 17 Februari 1908 dan
meninggal di Jakarta 24 Juli 1981. Dia diberikan sebutan Buya,
yaitu panggilan buat orang Minangkabau yang berasal dari kata abi,
abuya dalam bahasa Arab, yang berarti ayah kami, atau seseorang
yang dihormati. Ayahnya, Syeikh Abdul Karim bin Amrullah, disapa Haji Rasul, seorang
pelopor Gerakan Islah(tajdid) di Minangkabau, sekembalinya dari Makkah 1906.

Karya Buya Hamka :

Buya Hamka telah menulis sekitar 100 buku dan berbagai artikel bertema agama, tasawuf,
sejarah hingga roman anak muda. karyanya yang paling terkenal yaitu Di Bawah Lindungan
Ka’bah, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dan Merantau ke Deli. Beliau juga menullis
tentang hukum islam, seperti Tafsir Al-azhar, Tasawuf Modern , dan lain sebagainya.

Sifat yang dapat diteladani :


Buya Hamka adalah seorang yang pemaaaf, Dimana termasuk salah satu karakter yang perlu
diingat oleh siapapun. Ia tidak ragu melepaskan kedudukannya demi sesuatu yang diyakininya
benar. Beliau juga pembela kebenaran yang tidak takut apapun kecuali Allah. Dia juga sangat
inspiatif , tidak memiliki dendam dihatinya.
5. K. H. Ahmad Azhar Basyir MA (1928-1994 M)

K. H. Ahmad Basyir lahir di Yogyakarta pada tanggal 21 November


1928. Beliau lulus dari Perguruan Tinggi Islam Negeri Yogyakarta
pada tahun 1956. Beliau kemudian mengenyam pendidikan di
universitas Kairo dan memperoleh gelar MA dengan predikat mumtas.

Karya- karya yang dihasilkan :

Banyak sekali karya yang telah beliau bukukan terutama dalam bidang fiqh, antara lain yakni:
Hukum Perkawinan Islam, Hukum Waris Islam, Asas-asas hokum Mu’amalat, Hukum Islam
tetang Riba, Hukum Islam tentang Wakaf, Falsafah Ibadah dalam Islam, Kawin Campur, Hukum
Zakat dan lain sebagainya.

Sifat yang dapat diteladani :

memiliki peranan utama di organisasi Muhammadiyah,sikap toleransi antar umat beragama di


Indonesia,ketegasan sikap beradab dalam menjaga akidah umat Islam,menjaga ukhuwah
islamiah (dengan organisasi agama lain),tegas,istiqomah dalam menuntut ilmu.

6. Prof . KH. Ibrahim Hosen ( 1916-2001 M )

Ibrahim Hosen lahir dikota Bengkulu, Sumatera pada


tanggal 1 Januari 1916. Beliau adalah keturunan para Sultan
dan Ulama Bugis yang berada di Sulawesi Selatan. Ayahnya
adalah KH Husen bin Abdusy Syakur ulama besar kota
Bengkulu, Ibunya adalah Zawiyah dari keturunan kerajaan
Bengkulu. Selama hidupnya beliau dikenal sebagai sosok pembaharu dan pemikir ulung,
bersama KH Ahmad Dahlan, beliau membuka Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (khusus laki-
laki) dan membangun bersama KH Sulaiman Affan Institut Ilmu Al-Qur’an (Khusus wanita)
yang kemudian dikembangkan dan dilestarikan kemurniannya oleh ibu Herwini Yusuf.
Dalam dunia pekerjaan beliau pernah menjadi penasehat menteri agama Alamsyah Ratu Perwira
negara, dan ketua dewan fatwa Majlis Ulama Indonesia (MUI), bahkan masih banyak posisi-
posisi yang telah beliau tempati dan isi dengan ilmu yang telah diperolehnya semasa hidupnya.

Karya-karya yang dihasilkan :

Salah satu karya yang pernah ia buat

1. Pembaharuan hukum islam di Indonesia


2. Fiqih perbandingan dan permasalahan pernikahan
3. Ngaji fiqih ,
4. Aurat Wanita
5. Hukum memakai kerudung
6. Fungsi Wanita menurut al-quran, dan lain sebagainya

Sifat yang dapat diteladani :

Dia adalah sosok yang pemikir, sehingga hasil karya nya msih dipakai sampai sekarang. Dia juga
sosok yang berdedikasi tinggi dalam perkembangan ilmu islam di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai