PERIODE TABI’IN
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Tarikh Tasyri’
Dosen Pengampu:
Mohammad Harir Muzakki, S. Ag, M.H.I
Disusun Oleh :
Rizqi Ummi Rafidah (101220178)
Ro’is Fachruddin (101220179)
A. Latar Belakang
Hukum Islam dari masa Rasulullah sampai pada masa tabi’in banyak mengalami
perkembangan yang signifikan. Ketika pada masa rasul, dalam penyelesaian masalah umat
Islam langsung bisa menanyakan kepada Rasulullah, dan jawaban dari Rasulullah akan
menjadi sumber hukum bagi umat Islam. Setelah beliau wafat selain menggunakan Al-Qur’an
dan Hadits sebagai dasar hukum Islam, maka telah berkembang adanya Ijma dan Qiyas.
Islam adalah agama yang benar yang diridhai Allah. Agama yang bersifat universal, tidak
terbatas oleh waktu dan tempat tertentu. Dan ruang lingkup keberlakuan ajaran islam yang
dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam adalah untuk semua umat
manusia, dimanapun mereka berada. Islam dapat diterima oleh seluruh manusia di muka bumi
ini atas kehendak-Nya. Sejak awal mula sejarah islam, hukum bersumber pada Syari’ah
(wahyu Allah dan sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam). Dan dalam pembahasan
hukum Islam, terdapat masa-masa dimana terdapat penetapan hukum Islam. Melalui makalah
ini penulis akan membahas lebih lanjut mengenai Hukum Islam pada masa tabi’in.
B. Rumusan Masalah
A. Pengertian Tabi’in
Tabi'in adalah orang Islam awal yang masa hidupnya setelah para sahabat nabi
dan tidak mengalami masa hidup di masa Nabi Muhammad Saw. Generasi tabi’in
mengambil dan penerimaan pelajaran dari sahabat mengenai tafsir Al-qur’an, hadis,
fatwa-fatwa mereka dan lebih khususnya pengetahuan penetapan hukum serta metode-
metode penetapan hukum. Tabi'in artinya pengikut, adalah orang Islam awal yang masa
hidupnya setelah para sahabat nabi dan tidak mengalami masa hidup di masa Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Generasi Tabi’in mengambil dan penerimaan
pelajaran dari sahabat mengenai tafsir Al-Qur’an, hadis, fatwa-fatwa mereka dan lebih
khususnya pengetahuan penetapan hukum serta metode- metode penetapan-penetapan
hukum.1
Keberadaan Tabi’iin ini diisyaratkan dalam Al-Qur’an surat (At-Taubah:100).
عدَّ لَ ُه أم َج َّٰنَّتٖ ت أَج ِري
َ َ ع أنهُ َوأ
َ ع أن ُه أم َو َرضُوا َّ ي
َ ُٱَلل َ َّٰ ار َوٱلَّذِينَ ٱت َّ َبعُوهُم ِبإِ أح
ِ سنٖ َّر
َ ض ِ صَ س ِبقُونَ أٱۡل َ َّولُونَ مِ نَ أٱل ُم َّٰ َه ِج ِرينَ َو أٱۡلَن َّ َّٰ َوٱل
١٠٠ تَحأ ت َ َها أٱۡل َ أن َّٰ َه ُر َّٰ َخ ِلدِينَ فِي َهآ أَ َبدٖا َّٰذَلِكَ أٱلف أَو ُز أٱل َعظِ ي ُم
Artinya: ”Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari
golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik,
Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan
bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya.
mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar”. (At-Taubah: 100).
Keberadaan Tabi’in juga dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam
sabdanya:
1
Abdul Wahab Khallaf, Sejarah Pembentukan dan perkembangan Hukum Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo)hal.74
‘alaihi wasallam memberitakan, sesungguhnya sebaik-baik generasi adalah generasi
Beliau secara mutlak. Itu mengharuskan (untuk) mendahulukan mereka dalam seluruh
masalah (berkaitan dengan) masalah-masalah kebaikan”.2
2
Imam Ibnul Qoyyim, I’lamul Muwaqqi’in, (Kairo. DarulHadits, 2002) hal 392
3
Mu’minin A. Sirry, Sejarah Fiqih Islam: Sebuah pengantar, (Surabaya: Risalah Gusti, 1995), hlm 49
mengatakan, “sesungguhnya orang-orang Yahudi dan Nasrani kehilangan ilmu yang
mereka miliki ketika mulai disibukkan dengan pendapat rasio dan pemikiran”.
Dari banyaknya kontroversi terhadap pemikiran rasionalitas, kemudian meluasnya
ruang ikhtilaf periode hukum pada masa bani Umayyah, Dr. Tahaha Jabir dalam bukunya
“Adabul Iktilaf Fil Islam” menyebutkan bahwa benih-benih meluasnya ikhtilaf itu
sebenarnya telah tumbuh pada masa pemerintahan Usman bin Affan. Usman adalah
khalifah pertama yang mengizinkan para sahabat untuk pergi dari Madinah dan menyebar
ke berbagai daerah dan lebih dari 300 sahabat pergi ke Basrah dan Kufah, sebagian lagi
pergi ke Mesir dan Syam.
Dari penyebaran, para sahabat memberikan peluang yang sangat besar dalam
perluasan ikhtilaf dikalangan tabi’in. Hal itu juga menjadi faktor perkembangan dari fiqih
yang disebabkan karena masing-masing tabi’in memiliki perbedaan situasi, kebiasaan,
dan kebudayaan. Disamping perbedaan kapasitas pemahaman para ahli fiqih dalam
mengantisipasi masalah yang muncul. Dalam mengatasi masalah yang ada, sering juga
terjadi perbedaan dalam pengambilan hukum.
4
Ibnu Rochman, Hukum Islam dalam Perspektif Filsafat, (Yogyakkarta. Philosophy Press. 2001) hal 59
golongan khawarij, golongan syi’ah, dan jumhur. Fase ini merupakan awal zaman
Tabi’in. terbunuhnya Ali kemudian Muawiyah mengambil alih kepemimpinan umat
islam dengan digantinya sistem pemerintahan menjadi sistem kerajaan. Ketika itu umat
islam, terpecah menjadi 3 yaitu golongan khawarij, golongan syi’ah, dan jumhur. Fase
ini merupakan awal zaman Tabi’in.5
1. Khawarij adalah mereka yang kecewa dengan proses tahkim (perdamaian) pada
masa Ali. Akibat kejahilan mereka akan ilmu Sunnah Rasulullah
Shallalahu’alaihi Wasallam, mereka mengkafirkan Ali pun juga Muawiyah
Radhiallahu’anhuma serta siapa saja yang terlibat dan setuju dengan tahkim. Dan
mereka berpendapat wajib untuk melantik seorang khalifah yang taat agama versi
mereka.
2. Syi’ah adalah orang- orang yang fasik dengan dalih mengutamakan Ali- Bin Abi
Thalib Radhiallahu’anhu. Mereka mengangap khalifah hanya milik Ali dan
keturunannya saja, pemikiran ini muncul dari seorang yang bernama Abdullah
bin Saba’ yang berpura-pura masuk Islam pada masa pemerintahan Utsman bin
Affan radhiallahu ‘anhu. Abdullah bin Saba adalah seorang Yahudi dari Shan’a,
Yaman, yang berpura-puramasuk Islam dan berpura-pura menampakkan rasa
cinta kepada Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu. Dialah yang menjadi
penyebab utama terbunuhnya Utsman bin Affan.
3. Jumhur kaum Muslimin adalah mayoritas muslim yang meiliki sifat adil dan
selalu berhati-hati. Saat itu pandangan pemerintah terhadap ilmu pengetahuan
sungguh antusias terbukti dengan banyaknnya pembuktian ilmu pengetahuan
yang terdiri diantaranya tentang hukum Islam, As-Sunah, Tafsir dan lain-lain.
Pada saat itu karena banyaknya sahabat yang sudah meninggal, maka sebagian
sahabat yang masih hidup adalah sebagai guru dari orang- orang yang meminta
fatwa serta belajar kepadannya.
Adapun faktor- faktor perkembangan tarikh tasyri’ pada masa ini adalah :
1. Politik
5
Jaih Mubarok, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, (Bandung. PT.Remaja Rosdakarya.2003) hal 53-54
Pada fase ini perkembangan hukum Islam ditandai dengan munculnya aliran-
aliran politik yang secara implisit mendorong terbentuknya aliran hukum
(termasuk aliran-aliran sesat yang mengatasnamakan Islam).
2. Perluasan wilayah
Sebagaimana yang kita ketahui perluasan wilayah Islam sudah berjalan pada
periode khalifah (Sahabat) yang kemudian berlanjut pada periode Tabiin
mengalami perluasan wilayah yang sangat pesat dengan demikian telah banyak
daerah-daerah yang telah ditaklukan oleh Islam, sehubungan dengan itu semangat
dari para ulama untuk mengembalikan segala sesuatunya terhadap sumber-sumber
hukum Islam, yang seiring banyak terjadi perkembangan kebutuhan hukum untuk
terciptanya kemaslahatan bersama.
3. Peredaan penggunaan Ra’yu
Pada periode ini para ulama dalam mengemukakan pemikirannya dapat
digolongkan menjadi dua golongan yaitu; Ulama yanag kembali pada Hadits yaitu
para ulama yang dominan menggunakan riwayat dan sangat “hati-hati” dalam
penggunaan ra’yu. Dan kedua adalah ulama aliran ra’yu yang banyak dalam
penggunaan pemikirannya dengan ra’yu (akal ) dibandingkan dengan Hadits,
dengan demikian, inilah sebab adanya perkembangan pemikiran yang dapat
mendorong terbentuknya Firqah-firqah dalam Islam.
4. Pahamnya Ulama Tentang Ilmu Pengetahuan
Selain telah dibukukannya sumber-sumber hukum Islam yaitu Al-Quran dan Al-
hadits sebagi pedoman para ulama dalam penetapan hukum, para ulama pun
sudah faham betul dengan keadaan yang terjadi serta para ulama-ulama yang
dahulu dalam menghadapi kesulitan-kesulitan suatu peristiwa dapat terpecahkan
sehingga keputusan-keputasan itu dapat dijadikan yurispudensi pada masa hakim
saat ini.
5. Lahirnya Para Cendikiawan-Cendikiawan Muslim
Dengan lahirnya para cendikiawan-cendikiawan muslim seperti Abu Hanifah,
Imam Maliki, Imam Syafi’I, Imam Ahmad dan seterusnya dengan keluasan ilmu
mereka telah berperan besar dalam pemprosesan suatu hukum yang berkembang
dalam masyarakat saat itu.
6. Kembalinya Penetapan Hukum Pada Ahlinya
Berkembangnya keadaan yang terjadi di sekitar membuat banyak permaslahan-
permasalahan baru yang terjadi, dengan demikian umat Islam baik itu para
pemimpin negara maupun hakim-hakim pengadilan mengembalikan
permasalahan-permasalahan terjadi pada para mufti-mufti dan tokoh-tokoh ahli
perundang-undangan.
6
Abdul Wahab Khalaf, Sejarah Pembentukan dan Perkembangan Hukum Ialam, (Jakarta.RajaGrafido Persd 2001)
Hal 78-80
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Secara umum para tabi’in pada masa itu mengikuti manhaj (metode, kaidah) sahabat dalam
mencari hukum. Mereka merujuk kepada Al-qur’an dan Hadist, dan apabila tidak
mendapatkan dari keduanya, mereka merujuk pada ijtihad sahabat dan baru setelah itu
mereka sendiri berijtihad sesuai dengan kaidah-kaidah ijtihad para sahabat. Ada beberapa
sumber hukum pada masa tabi’in, meliputi: Al-qur’an, Sunnah, Ijma’, Qiyas.
2. Kondisi masyarakat dimasa ini adalah sangat perhatiannya pandangan pemerintah terhadap
ilmu pengetahuan sungguh antusias ini terbukti dengan banyaknya pembuktian ilmu
pengetahuan yang terdiri diantaranya tentang hukum Islam, As-Sunnah, tafsir dan lain-lain.
3. Adapun Beberapa mufti masyhur di masa Tabi’in diantaranya adalah :
a. Di Madinah yaitu di antaranya Said bin al-Musayyab (94 H/713 m) dan lain-lain.
b. Di Makkah yaitu : Ikrimah Maula Ibnu Abbas (107
H/ 726 M)
c. Di Kufah yaitu : Alqamah bn Qais al-Hakha’iy (62 H/681 m)
d. Di Mesir yaitu : Yazid bin abu Habib Maula a-Azad (128 H/ 746 M)
e. Di Basrah yaitu: al-Hasan al-Basri (111 H/730 M)
f. Di Syam/ Siria yaitu: Sed al-Rahman bin bunmin al-Asyari (78 H).
Daftar Pustaka
Sirry, Mu’minin. Sejarah Fiqih: Sebuah Pengantar. Surabaya: Risalah Gusti. 1995
Rochman, Ibnu. Hukum Islam Perspektif Filsafat. Yogyakarta: Philosophy Press. 2001
Khallaf, Abdul wahab. Sejarah Pembentukan dan perkembangan Hukum Islam .Jakarta: PT.
Raja Grafindo. 2002
Jaih Mubarok, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
2003