OLEH:
Evhy Sekarwangi putri
(10200122032)
1
(Khollaf,1968)
B. Ushul Fiqh Pada Masa Tabi'in
Pengertian tabi'in secara bahasa dapat di artikan sebagai
pengikut,sedangkan dalam arti yang biasa digunakan adalah "orang- orang
yang mengikuti sahabat". Tabi'in ini tidak pernah bertemu dengan Nabi ,
tetapi mereka bertemu dan mendapati orang-orang yang langsung bertemu
dengan Nabi (sahabat Nabi Muhammad Saw.)2
Tabi‟in adalah generasi setelah sahabat. Mereka bertemu dengan sahabat
dan belajar kepada sahabat. Pada masa tabi‟in, metode istinbath menjadi
semakin jelas dan meluas disebabkan bertambah luasnya daerah Islam,
sehingga banyak permasalahan baru yang muncul. Banyak para tabi‟in hasil
didikan para sahabat yang mengkhususkan diri untuk berfatwa dan berijtihad,
antara lain Sa‟id ibn al-Musayyab di Madinah dan Alqamah ibn al-Qays
serta Ibrahim al-Nakha‟i di Irak.3
Diantara Tokoh-tokoh Tabi'in terkenal ialah4:
- Sa'id Al- Musyayyab
- Al-Qasim IBN Muhammad Ibnu Abi Bakar
- Urwah Ibn Zubair
- Kharijah Ibn Zaid
- Abu Ayyub Sulaiman Ibn Yassar Al-Hilali
- Ubaidullah Ibnu Utbah
Pada masa ini perkembangan hukum Islam ditandai dengan munculnya
aliran-aliran politik secara implisit mendorong terbentuknya aliran hukum.
Faktor-faktor yang mendorong perkembangan hukum Islam sebagai
berikut5:
1) Perluasan wilayah
2) Perbedaan penggunaan ra‟yu(pemikiran/nalar)
2
(Syarifuddin,Amir ,2008)
3
Satria Effendi dan M. Zein, Ushul Fiqh, 17-18.
4
(As-Shieddieqy,2002)
5
Jaih Mubarok, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2000),hlm:16
Besarnya perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam disebabkan
oleh beberapa Faktor6 yaitu;
1) Banyaknya mawali yang masuk Islam. Dimana Islam telah menguasai
pusat-pusat peradaban Yunani: Antioch dan Bactra.
2) Berkembangnya pemikiran karena luasnya ilmu pengetahuan.
3) Adanya upaya umat Islam untuk melestarikan Al-qur‟an dengan dua cara
yaitu dicatat (mushaf) dan dihafal.
Pada fase tabi‟in corak pemikiran fuqaha (ahli hukum Islam) dibedakan
menjadi dua; yaitu madzhab atau aliran hadits (madrasah al-hadits) dan
aliran al-ra‟yu (madrasah al-ra‟yu).
Aliran hadits ini merupakan golongan Metode istinbath tabi‟in umumnya
tidak berbeda dengan metode istinbath sahabat .Hanya saja pada masa tabi‟in
ini mulai muncul dua fenomena penting: 1). Pemalsuan hadits. 2).
Perdebatan mengenai penggunaan ra‟yu yang memunculkan kelompok Irak
(ahl al-ra‟yi) dan kelompok Madinah (ahl al-hadits)7
Dengan demikian muncul bibit-bibit perbedaan metodologis yang lebih
jelas disertai dengan perbedaan kelompok ahli hukum (fuqaha) berdasarkan
wilayah geografis.Dalam melakukan ijtihad, sebagaimana generasi sahabat,
para ahli hukum generasi tabi‟in juga menempuh langkahlangkah yang sama
dengan yang dilakukan para pendahulu mereka. Akan tetapi, dalam pada itu,
selain merujuk Al-Qur‟an dan sunnah, mereka telah memiliki tambahan
rujukan hukum yang baru, yaitu ijma‟ ash-shahabi, ijma‟ahl al madinah,
fatwa ash shahabi, qiyas, dan maslahah mursalah yang telah dihasilkan oleh
generasi sahabat.8
Masa tabi‟in banyak yang melakukan istinbath dengan berbagai sudut
pandang dan akhirnya juga mempengarhi konsekuensi hukum dari suatu
masalah. Contohnya; ulama fiqh Irak lebih dikenal dengan penggunaan ar
ra‟yu, dalam setiap kasus yang dihadapi mereka mencari illatnya, sehingga
dengan illat ini mereka dapat menyamakan hukum kasus yang dihadapi
dengan kasus yang sudah ada nashnya. Adapun para ulama Madinah banyak
menggunakan hadits-hadits Rasulullah SAW, karena mereka dengan mudah
melacak sunnah Rasulullah di daerah tersebut. Disinilah awal perbedaan
dalam mengistinbathkan hukum dikalangan ulama fiqh. Akibatnya, muncul
6
(Rijal Fadli,2020),hlm:18
7
(Karim Atmaja,2017), hlm:29
8
Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, 23
tiga kelompok ulama‟, yaitu Madrasah al-Iraq, Madrasah Al-Kufah,
Madrasah AlMadinah.9
Pada perkembangan selanjutnya madrasah al-iraq dan madrasah al-kufah
dikenal dengan sebutan madrasah al-ra‟yi, sedangkan madrasah al-Madinah
dikenal dengan sebutan madrasah al- hadits.10
Pada masa tabiin, tabi‟ al-tabiin dan para imam mujtahid, kekuasaan
Islam meluas ke daerah-daerah yang dihuni oleh orang-orang yang bukan
berbahasa Arab atau bukan bangsa Arab, kondisi budayanya cukup
berbedabeda. Banyak di antara ulama yang bertebaran ke daerah-daerah
tersebut dan tidak sedikit pula penduduk daerah tersebut yang masuk Islam.
Semakin kompleksnya persoalan-persoalan hukum yang ketetapannya tidak
di jumpai di dalam al-quran dan hadis. Karena itu ulama-ulama yang tinggal
di daerah tersebut melakukan ijtihad, mencari ketetapan hukumnya
berdasarkan penalaran mereka terhadap ayat-ayat Al-Quran dan hadis Nabi.
Ditambah pula dengan pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dalam berbagai
11
bidangnya pada masa itu, kegiatan ijtihad menjadi maju pesat.
Sufyan Ats-Tsauriy
Sufyan bin Uyainah Al- Hilaliy
Al-Laits bin Sa'ad
Abdullah bin Al-Mubarak
Ali bin Al-Madini
Ja'far Ash-Shadiq
Syu'bah Ibn Al- Hajjah
Waki'bin Al-Jarrah
Salah satu tabi'ut tab'in yang pernah mengali pengetahuan dan
pengalaman dari madrasah Hijaz dan juga madrasah Irak, yaitu imam Abu
Abdillah Muhammad Ibn Idris Al-Syafi'i. Imam Syafi'i mencoba mengambil
9
Muhammad Ma’ruf Al-Dawalibi, Al-Madkhal ila ilm al-ushul al-Fiqh (Damaskus: Universitas Damaskus, Cet. II, 1959), hal.
93.
10
(Karim Atmaja,2017), hlm:30
11
Alaiddin Koto, Ilmu Fiqih dan Ushul Fiqih ( Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2009 ), cet. III, hlm. 32
12
(Faisal dkk,2020). Hlm:5
jalan tengah antara pendapat kelompok Ahl Al-Hadis dan Ahl Ra'yi, beliau
menggunakan lebih banyak sumber ra'yu, tetapi tidak seluas yang digunakan
Ahl Al-Ra'yi dan dalam waktu yang sama banyak pula menggunakan sumber
hadis , tetapi tidak seluas yang digunakan Ahl Al-Hadis . Ia mengambil sikap
kompromi dan berkembang antara aliran ra'yu dan aliran hadis . Metode
imam Syafi'i ini berkembang dengan pesat dan mempunyai banyak pengikut ,
13
baik dari Irak maupun Mesir yang kemudian di sebut mahzab Syafi'iyyah
Pada periode inilah ilmu Ushul Fiqih di bukukan. Ulama pertama yang
merintis pembukuan ilmu ini adalah imam Syafi'i , ilmuan berkebangsaan
Quraish . Ia memulai menyusun metode-metode penggalian hukum Islam,
sumber-sumbernya serta petunjuk-petunjuk Ushul Fiqih. Dalam
penyusunannya ini, imam Syafi'i bermodalkan peninggalan hukum-hukum
fiqih yang di wariskan oleh generasi pendahulunya, disamping juga rekaman
hasil diskusi antara berbagai aliran fiqih yang bermacam-macam, sehingga ia
memperoleh gambaran yang konkrit antara fiqih Ahli Madinah dan fiqih ahli
14
Irak.
Peninggalan-peninggalan pada masa Tabi'in dan Tabi'ut Tabi'in
15
diantaranya adalah:
1. Perkembangan pusat studi Islam
2. Lahirnya ulama-ulama besar Ahli fiqih dan ilmu yang lain
3. Madzhab pada masa ini sudah berkembang dan yang paling masyhur
adalah 4 madzhab
4. Dibukukannya ilmu-ilmu penting dalam Islam diantaranya :
- Madzhab Abu Hanifah : Kutub dzohir al Riwayah yang diriwayatkan
dari oleh Muhammad bin Al Hasan dari Abu Yusuf dari imam Abu
Hanifah , kemudian di kumpulkan menjadi kitab Al Kafi oleh Al
Hakim as Syahid.
- Madzhab Imam Malik: Al Mudawwah yang diriwayatkan oleh Sahnun
dari Ibnu Qosim dari imam Malik .
- Madzhab Imam Syafi: kitab Al Um yang diimlakkan oleh imam
kepada muridnya di Mesir.
- Madzhab Imam Ahmad: Kitab Al-Jami' Al Kabir yang di karang oleh
Abu bakar di khallal setelah mengumpulkannya dari para murid imam
Ahmad .
D. Ushul Fiqih Pada Masa Imam Mujthahid
Periode ini berlangsung selama ± 250 tahun, dimulai dari awal abad
kedua hijrah sampai pertengahan abad keempat hijrah.
13
(Faisal dkk,2020).Hlm:9
14
(Faisal dkk,2020). Hlm:9
15
(Faisal dkk,2020). Hlm:10-11
Ada dua hal penting tentang Al-Qur‟an pada masa ini, yaitu16 :
1. Adanya kegiatan menghafal Al-Qur‟an
Ini penting sebab orang muslim non arab bisa salah dalam membaca
AlQur‟an. Maka Gubernur Irak waktu itu Ziyad bin Abihi meminta kepada
Abu al-Aswad Aduali untuk memberi syakal. Maka Abu al-Aswad Aduali
memberi syakal di setiap akhir kata, yaitu diberi satu titik huruf diatas
sebagai fathah, satu titik di bawah sebagai kasrah dan satu titik di samping
sebagai dhammah.
Kemudian Al-Kholil bin Ahmad memperjelas bentuk tanda-tanda ini
dengan alif diatas huruf sebagai tanda fathah, ya dibawah huruf sebagai
kasrah dan wawu diatas huruf sebagai dhammah. Disamping itu yang diberi
tanda bukan hanya huruf akhir kata tetapi seluruh huruf. Gubernur Irak Al-
Hajaj bin Yusuf atas perintah Khalifah Abdul Malik bin Marwan meminta
kepada Nashr-pun memberi tanda satu titik atau dua titik pada huruf-huruf
tertentu, seperti qof dengan dua titik, fa dengan satu titik dan seterusnya.
Untuk Hadist pun sebagai sumber hukum yang kedua pada masa ini
mulai dibukukan, antara lain yang sampai pada kita sekarang Kitab al-
Muwatho yang disusun oleh Imam Malik pada tahun 140H. Kemudian pada
abad kedua hijriah dibukukan pula kitab-kitab musnad, antara lain musnad
Ahmad ibnu Hanbal. Pada abad ketiga hijriah dibukukanlah Kutubu Sittah,
yaitu Shahih Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Anasa‟i, Aturmudzi dan Ibn
Majah. Pada masa ini seluruh cara berijtihad yang kita kenal sudah
digunakan meskipun para ulama setiap daerah memiliki warna masing-
masing dalam berijtihad. Misalnya : Abu Hanifah dan murid-muridnya di
Irak selain AlQur‟an, Sunnah dan Ijma, lebih menekankan penggunaan qiyas
dan istihsan. Imam Malik di Hijaz selain Al-Qur‟an, Sunnah dan Ijma, lebih
menekankan penggunaan al-maslahah al-mursalah.17
Adapun sebab-sebab berkembangnya ilmu fiqh dan bergairahnya ijtihad
pada periode ini antara lain, adalah 18:
1. Wilayah Islam sudah sangat meluas ke Timur sampai ke Tiongkok dan
keBarat sampai ke Andalusia (Spanyol sekarang) dengan jumlah rakyat
yang banyak sekali, kondisi ini mendorong para ulama untuk berijtihad
agar bisa menerapkan syari‟ah untuk semua wilayah yang berbeda-beda
lingkungannya dan bermacam-macam masalah yang dihadapi.
2. Para ulama telah memiliki sejumlah fatwa dan cara berijtihad yang
didapatkan dari periode sebelumnya, serta Al-Qur‟an telah tersebar
16
(Rifki dkk,2015). Hlm: 4
17
Hanafi, Ahmad. 1995. Pengntar dan Sejarah Hukum Islam. Hal: 204
18
(Rifki dkk,2015). Hlm:5-6
dikalangan muslimin juga Al-Sunnah sudah dibukukan pada permulaan
abad ketiga hijriah.
3. Seluruh kaum muslimin pada masa itu mempunyai keinginan keras agar
segala sikap dan tingkah lakunya sesuai denga Syari‟ah Islam baik dalam
ibadah mahdhah maupun dalam ibadah ghair mahdhoh (muamalah dalam
arti luas). Mereka meminta fatwa kepada para ulama, hakim dan
pemimpin pemerintahan.
4. Pada periode ini dilahirkan ulama-ulama potensial untuk menjadi
mujtahid. Seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam al-Syafi‟i dan
Imam Ibnu Hanbal beserta murid mereka masing-masing.
Hal-hal penting yang diwariskan periode ini kepada periode beriktunya,
antara lain19 :
Al-Sunnah yang telah dibukukan, sebagian dibukukan berdasarkan urutan
sanad hadist dan sebagian lain dibukukan berdasarkan bab-bab
fiqh.Disamping itu Al-Qur‟an telah lengkap dengan syakal.
Fiqh telah dibukukan lengkap dengan dalil dan alasannya. Diantaranya
Kitab Dhahir al-Riwayah al-Sittah dikalangan mazhab Hanafi. Kitab
AlMudawanah dalam mazhab Maliki, Kitab Al-‟Umm di kalangan
mazhab al-Syafi‟i, dan lain sebagainya
Dibukukannya Ilmu Ushul Fiqh. Para ulama mujtahid mempunyai warna
masing-masing dalam berijtihadnya atas dasar prinsip-prinsip dan
caracara yang ditempuhnya. Misalnya, Imam Malik dalam kitabnya
AlMuwatha‟ menunjukkan adanya prinsip-prinsip dan dasar-dasar yang
digunakan dalam berijtihad. Tetapi orang yang pertama kali
mengumpulkan prinsip-prinsip ini dengan sistematis dan memberikan
alasan-alasan tertentu adalah Muhammad bin Idris al-Syafi‟i dalam
kitabnya Al-Risalah. Oleh karena itu beliau sebagai pencipta ilmu Ushul
Hadist
Lahirnya Madzhab-Mazhab
1. Imam Abu Hanifah
Sebab Kemunculan
Perkembangan berbagai mazhab, selain didukung oleh fuqaha serta
para pengikut mereka, juga mendapat pengaruh dan dukungan dari
penguasaan politik. Mazhab Hanafi mulai berkembang ketika Abu Yusuf,
murid abu Hanifah diangkat menjadi Qadhi dalam pemerintahan tiga
khalifah Abbasyiah: Al-mahdi, Al-hadi dan Al-Rasyid. Al-Kharaj adalah
19
(Rifki dkk,2015). Hlm:6
kitab yang disusun atas permintaan khalifah Al-Rasyid dan kitab ini
adalah rujukan pertama rujukan Hanafi.20
Sumber Hukum dalam Istinbath
Abu Bakar Muhammad Ali Thaib al-Baghdadi dalam kitabnya,
alBaghdadi menjelaskan bahwa dasar-dasar pemikiran fiqh Abu Hanifah
sebagai berikut: “aku (Abu Hanifah) mengambil kitab Alah. Bila tidak
ditemukan di dalamnya, aku ambil dari sunah Rasul, jika aku tidak
menemukan pada kitab dan sunahnya, aku ambil pendapat sahabat-
sahabat. Aku ambil perkataan yang aku kehendaki dan aku tinggalkan
pendapatpendapat yang tidak aku kehendaki. Dan aku tidak keluar dari
pendapat mereka kepada pendapat orang lain selain mereka. Adapun
apabila telah sampai urusan itu atau telah datang kepada Ibrahim, as-
Syaibani, Ibnu Sirin, al-Hasan, Atha‟, Said, dan Abu Hanifah menyebut
beberapa orang lagi mereka orang-orang yang telah berijtihad”.21
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dasar-dasar Madzhab
Hanafi adalah: 1). Kitab Allah (al-Qur‟an), 2). Sunnah Rasulullah yang
telah masyhur dikalangan ahlu. 3). Fatwa-fatwa dari sahabat. 4). Al-Qiyas,
5). Istihsan, 6). Al-„Urf.22
2. Imam Malik
Sebab Kemunculan
Mazhab Malik berkembang di khilafah timur atas dukungan
alMansyur dan di khilafah barat atas dukungan Yahya Ibnu Yahya ketika
diangkat menjadi qadhi oleh para khalifah Andalusia. Di Afrika, Al-
Mu‟iz Badis mewajibkan seluruh penduduk untuk mengikuti Mazhab
Maliki.23
Sumber Hukum dalam Istinbath
Sistematika sumber hukum atau istinbath Imam Malik, paada
dasarnya ia tidak menulis secara sistematis. Akan tetapi para muridnya
atau madzhabnya menyusun sistematika Imam Malik. Sebagaimana
qadhi‟iyyad dalam kitabnya al-Mudharrak, sebagai berikut:
“sesungguhnya manhaj Imam dar al-Hijrah, pertama ia mengambil
20
Ahmad al-Shirbashi, al-A’Immah al-Arba’ah (Beirut: Dar al-Hilal, tt.),19.
21
Jalaluddin Rakhmat, Dahulukan Akhlak di atas Fikih (Bandung: PT. Mizan, 2007), h. 183
22
M. Ali Hasan, Perbandingan Mazhab (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2002), h. 188
23
Jalaluddin Rakhmat, Dahulukan Akhlak di atas Fikih, h. 183
kitabullan, jika tidak ditemukan dalam kitabullah, ia mengambil as-
Sunnah (kategori as-Sunnah menurutnya haditshadits nabi dan fatwa-
fatwa sahabat), amal ahli al-Madinah, al-Qiyas, alMashlahah al-Mursalah,
Sadd adz-Dzara‟i, al-„Urf dan al-„Adat”.24
3. Imam Syafi’i
Sebab Kemunculan
Mazhab Malik berkembang di khilafah timur atas dukungan
alMansyur dan di khilafah barat atas dukungan Yahya Ibnu Yahya ketika
diangkat menjadi qadhi oleh para khalifah Andalusia. Di Afrika, Al-
Mu‟iz Badis mewajibkan seluruh penduduk untuk mengikuti Mazhab
Maliki. Mazhab Syafi‟i membesar di Mesir ketika Shalahuddin al-Ayubi
merebut negeri itu. 25
Sumber Hukum dalam Istinbath
Pola pikir Imam asy-Syafi‟i secara gariss besar dapat dilihat dari
kitab al-Umm yang menguraikan sebagai berikut: “ilmu itu bertingkat
secara berurutan pertama-tama adalah al-Qur‟an dan as-Sunnah apabila
telah tetap, kemudian kedua Ijma‟ ketika tidak ada dalam al-Qur‟an an as-
Sunnah dan ketiga Sahabat Nabi (fatwa sahabi) dan kami tahu dalam
fatwa tersebut tidak adanya ikhtilaf di antara mereka, keempat ikhtilah
sahabat Nabi, kelima qiyas yang tidak diqiyaskan selain kepada al-Qur‟an
dan as-Sunnah karena hal itu telah berada di dalam kedua sumber,
sesungghunya mengambil ilmu dari yang teratas”. 26
24
Dedi Supriadi, Perbandingan Mazhab Dengan Pendekatan Baru, h. 167
25
Jalaluddin Rakhmat, Dahulukan Akhlak di atas Fikih, h. 183
26
M. Ali Hasan, Perbandingan Mazhab( Jakarta : PT. Grafindo Persada, 2002), h. 212.
27
Jalaluddin Rakhmat, Dahulukan Akhlak di atas Fikih, h. 183
Adapun dasar-dasar hukum yang digunakan Imam Ahmad bin
28
Hanbal adalah :
a. Al-Qur‟an dan Hadits, yakni apabila beliau mendaparkan nash, maka
beliau tidak lagi memperhatikan dalil-dalil yang lain dan tidak
memperhatikan pendapat-pendapat sahabat yang menyalahinya.
b. Ahmad bin Hanbal berfatwa dengan fatwa para sahabat, ia memilih
pendapat sahabat yang tidak menyalahinya (ikhtilaf) dan yang sudah
sepakat.
c. Apabila fatwa sahabat berbeda-beda, Ahmad bin Hanbal memilih
salah satu pendapat mereka yang lebih dekat kepada al-Qur‟an dan
asSunnah.
d. Ahmad bin Hanbal menggunakan Hadits Mursal dan Dhaif apabila
tidak ada atsar, qaul sahabat atau ijma‟ yang menyalahinya.
e. Apabila tidak ada dalam nash, as-Sunnah, qaul sahabat, riwayat
masyhur, hadits mursal dan dhaif, Ahmad bin Hanbal menganalogikan
(menggunakan qiyas) dan qiyas baginya adalah dalil yang digunakan
dalam keadaan terpaksa.
Faktor pesatnya gerakan Ijtihad Adapun diantara faktor menyebabkan
pesatn dan bergairahnya gerakan ijtihad pada periode ini antara lain,
adalah:29
1) Meluasnya daerah kekuasaan Islam milai dari perbatasan Tiongkok di
sebelah Timur sampai ke Andalusia (Spanyol sekarang) sebelah Barat.
2) Adanya perhatian Pemerintah (Khalifah) yang besar terhadap Ilmu Fiqh
khususnya, atau terhadap ilmu pengetahuan pada umumnya.
3) Adanya kebebasan berpendapat dan berkembangnya diskusi-diskusi ilmiah
di kalangan ulama.
4) Telah terkodifikasinya referensi utama, seperti Al-Qur‟an (pada masa
Khulafaau ar Rosyidiin), Hadits (Kholifah Umar bi Abdul Aziz pada masa
dinasti Umayyah), tafsir dan ilmu tafsir (pada abad pertama hijriyah).
28
M. Ali Hasan, Perbandingan, h. 188
29
Koto, Alaiddin.2006. Ilmu Fiqih dan Ushul Fiqih. Hal: 17-18
Karya-karya yang ditinggalkan pada masa Imam-imam Mujtahid
diantaranya adalah:30
1) Pembukuan Ilmu Fiqih dan pendapat-pendapatnya. Fiqh telah dibukukan
lengkap dengan dalil dan alasannya. Diantaranya Kitab Dhahir al-Riwayah
al-Sittah dikalangan Madzhab Hambali. Kitab Al-Mudawanah dalam
Madzhab Maliki, Kitab Al-‟Umm di kalangan mazhab al-Syafi‟i, dan lain
sebagainya.
2) Dibukukannya Ilmu Ushul Fiqh. Para ulama mujtahid mempunyai warna
masing-masing dalam berijtihadnya atas dasar prinsip-prinsip dan caracara
yang ditempuhnya. Misalnya, Imam Malik dalam kitabnya AlMuwatha‟
menunjukkan adanya prinsip-prinsip dan dasar-dasar yang digunakan dalam
berijtihad. Tetapi orang yang pertama kali mengumpulkan prinsip-prinsip ini
dengan sistematis dan memberikan alasan-alasan tertentu adalah Muhammad
bin Idris al-Syafi‟i dalam kitabnya Al-Risalah. Oleh karena itu beliau
sebagai pencipta ilmu Ushul Hadist.
30
Hanafi, Ahmad. 1995. Pengntar dan Sejarah Hukum Islam. Hal: 202-203
DAFTAR PUSTAKA
Al-Khudlary, Muhammad, Tarikh Tasyri‟ al-Islamy, Surabaya: Dar Ihya‟ alKutub al-„Arabiyyah.
Koto, Alaiddin, Ilmu Fiqih dan Ushul Fiqih, 2009, Jakarta: PT. Grafindo Persada, cet. III.
Ma‟ruf Al-Dawalibi, Muhammad, Al-Madkhal ila ilm al-ushul al-Fiqh, 1959, Damaskus:
Universitas Damaskus, Cet. II
Mughniyah, Muhammad Jawad, Fiqh Lima Mazhab, 1999, Jakarta: PT. Lentera Basritama