Anda di halaman 1dari 11

SEJARAH PERKEMBANGAN USHUL FIQH

Dipresentasikan Dalam Mata Kuliah


Ushul Fiqh

Disusun Oleh:

1. Sudiwati Notan Lonek


2. Wahyu Puspita Irjayanti

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SORONG


2021
Daftar Isi

Halaman Cover
Daftar Isi..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Ushul Fiqh....................... 2
B. Aliran-aliran dalam Ushul Fiqh serta Karya-karyanya....................... 5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................... 8
Daftar Pustaka............................................................................................ 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sudah menjadi kesepakatan para Ulama’ dari berbagai mazhab, bahwa
segala hal yang dilakukan oleh manusia mulai dari perkataan, perbuatan, baik
yang berhubungan dengan ibadah ataupun mu’amalah memiliki hukum
tersendiri, dalam hal ini al-Quran dan al-Hadits sebagai rujukan utama hukum
islam terkadang menjelaskan secara nyata dan terkadang samar. Akan tetapi para
ulama’ mujtahid mampu mengolah dalil-dalil syara’ yang masih mujmal tersebut
sebagai bahan untuk merumuskan dan menetapkan suatu hukum.
Dalam hal ini agar pembahasan lebih terfokus pada topik yang di tuju
pemakalah membatasi pembahasan ini dengan sejarah perkembangan ushul fiqih
pada periode Nabi, periode Sahabat, periode Tabi’in munculnya ushul fiqih, serta
aliran-aliran.
Sejauh manakah Perkembangan dan pertumbuhan Ushul fiqih itu pada
masing masing periode? untuk menjawab pertanyaan tersebut, kami akan
membahas tentang sejarah perkembangan ushul fiqh agar mahasiswa mampu
mengetahui sejarah perkembangan ushul fiqh pada masing masing periode.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah pertumbuhan dan perkembangan ilmu ushul fiqh?
2. Apa saja aliran-aliran dan hasil karyanya dalam ushul fiqh?

ii
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Ilmu Ushul Fiqh


Secara garis besar, perkembangan ushul fiqh melalui 3 periode yaitu:
zaman Rasulullah, zaman sahabat, dan zaman tabi’in.1
1. Zaman Rasulullah
Di zaman Rasulullah SAW sumber hukum Islam hanya dua, yaitu Al-
Quran dan As-sunnah. Apabila suatu kasus terjadi, nabi SAW menunggu
turunnya wahyu yang menjelaskan hukum kasus tersebut. Apabila wahyu tidak
turun, maka Rasulullah SAW menetapkan hukum kasus tersebut melalui
sabdanya, yang kemudian dikenal dengan hadits atau sunnah.
Pada masa nabi Muhammad masih hidup, seluruh permasalahan fiqih
(hukum Islam) dikembalikan kepada Rasul. Pada masa ini dapat dikatakan
bahwa sumber fiqih adalah wahyu Allah SWT. Namun demikian juga terdapat
beberapa sahabat yang menggunakan pendapatnya dalam menentukan keputusan
hukum.
Dengan keluwesannya, nabi Muhammad SAW melakukan pemecahan
masalah-masalah ijtihadiyah dengan memberikan legalitas yang kuat terhadap
para sahabat. Dalam sebuah haditsnya, beliau membolehkan umatnya untuk
mencari solusi terhadap urusan-urusan keduniaan. Rasulullah bersabda :
“Kamu lebih mengetahui tentang urusan duniamu.” (HR. Muslim)
Dorongan untuk melakukan ijtihad itu tersirat juga dalam hadits nabi
yang menjelaskan tentang pahala yang diperoleh seseorang yang melakukan
ijtihad sebagai upaya yang sungguh-sungguh dalam mencurahkan pemikiran baik
hasil usahanya benar atau salah. Selain dalam bentuk anjuran dan pembolehan
ijtihad oleh nabi di atas, nabi sendiri pada dasarnya telah memberikan isyarat
terhadap kebolehan melakukan ijtihad sebagaimana dapat kita temukan dalam
haditsnya berikut:

1
Al-Hudhari, 1969, Ushul al-Fiqh, Mesir: Maktabah Tija’riyah al-Kubro, hal 4.

1
Ijtihad dilakukan oleh sahabat adalah ketika dua orang sahabat bepergian,
kemudian tibalah waktu shalat. Sayangnya mereka tidak punya air untuk wudlu.
Keduanya lalu bertayammum dengan debu yang suci dan melaksanakan shalat.
Kemudian mereka menemukan air pada waktu shalat belum habis. Salah satu
mengulang shalat sedangkan yang lain tidak. Keduanya lalu mendatangi
Rasulullah dan menceritakan kejadian tersebut. Kepada yang tidak mengulang
Rasulullah bersabda: “Engkau telah memenuhi sunnah dan shalatmu
mencukupi.” Kepada orang yang berwudlu dan mengulang shalatnya, Rasulullah
menyatakan: “Bagimu dua pahala.”xx
Dalam kisah di atas, sahabat melakukan ijtihad dalam memecahkan
persoalan ketika menemukan air setelah shalat selesai dikerjakan dengan
tayammum. Mereka berbeda dalam menyikapi persoalan demikian, ada yang
mengulang shalat dengan wudlu dan ada yang tidak. Akhirnya, Rasulullah
membenarkan dua macam hasil ijtihad dua sahabat tersebut.2
2. Zaman Sahabat
Ushul fiqih secara teori telah digunakan oleh beberapa sahabat, walaupun
pada saat itu ushul fiqih masih belum menjadi nama keilmuan tertentu. Salah
satu teori ushul fiqih adalah jika terdapat permasalahan yang membutuhkan
kepastian hukum, maka pertama adalah mencari jawaban keputusannya di dalam
al-Quran, kemudian Hadis. Jika dari kedua sumber hukum Islam tersebut tidak
ditemukan, maka dapat berijtihad.
Setelah wafatnya Rasulullah, maka yang berperan besar dalam
pembentukan hukum Islam adalah para sahabat nabi. Periode ini dimulai pada
tahun 11 H sampai 50 H. Meninggalnya Rasulullah memunculkan tantangan bagi
para sahabat. Munculnya kasus-kasus baru menuntut sahabat untuk memecahkan
hukum dengan kemampuan mereka atau dengan fasilitas khalifah. Sebagian
sahabat sudah dikenal memiliki kelebihan di bidang hukum, di antaranya Ali bin
Abi Thalib, Umar bin Khattab, Abdullah Ibnu Mas’ud, Abdullah Ibn Abbas, dan
Abdullah bin Umar. Mereka berfatwa sebagian telah dimulai pada masa
Rasulullah sendiri.
2
Rahmat Syafi’I, 2007, Ilmu Ushul Fiqih, Bandung: Pustaka Setia, hal 19.

2
Pada era sahabat ini digunakan beberapa cara baru untuk pemecahan
hukum, diantaranya ijma sahabat dan maslahat. Khalifah (khulafa’ rasyidin)
biasa melakukan musyawarah untuk mencari kesepakatan bersama tentang
persoalan hukum. Musyawarah diikuti oleh para sahabat yang ahli dalam bidang
hukum. Dan keputusan musyawarah tersebut biasanya diikuti oleh para sahabat
yang lain sehingga memunculkan kesepakatan sahabat.3
3. Zaman Tabi’in
Pada masa ini semakin banyak terjadi perbedaan dan perdebatan antara
para ulama mengenai hasil ijtihad, dalil dan jalan-jalan yang ditempuhnya.
Perbedaan dan perdebatan tersebut, bukan saja antara ulama satu daerah dengan
daerah yang lain, tetapi juga antara para ulama yang sama-sama tinggal dalam
satu daerah.
Kenyataan-kenyataan di atas mendorong para ulama untuk menyusun
kaidah-kaidah syari’ah yakni kaidah-kaidah yang bertalian dengan tujuan dan
dasar-dasar syara’ dalam menetapkan hukum dalam berijtihad.
Pada masa tabi’in, permasalahan hukum yang muncul pun semakin
kompleks. Masa ini dimulai dengan gerakan pembukuan sunnah, fiqih dan
berbagai cabang ilmu pengetahuan lainnya. Pada masa ini orang yang
berkecimpung dalam ilmu fiqih dinamakan fuqaha, sedangkan ilmu pengetahuan
mereka dinamakan fiqih.4

B. Aliran-aliran dalam Ushul Fiqh serta Karya-karyanya

3
Abdul Wahhab Khallaf, 2002, Kaidah-kaidah Hukum Islam Ilmu Ushulul Fiqih,
Jakarta: Grafindo Persada, cet. VIII, hal 11.
4
Faridur Rohman, Sejarah perkembangan ushul Fiqh, Variedur Rohman al-Pati Blog,
http://faridurrohman.blogspot.com/2013/03/sejarah-perkembangan-ushul-fiqh.html
(diakses 1 Oktober 2021)

3
Secara umum, para ahli membagi aliran penulisan ushul fiqh menjadi
beberapa yaitu:
1. Mutakallimin (Syafi’iyyah)
2. Aliran Fukaha (Hanafiyah)
3. Aliran Gabungan

1. Mutakallimin (Syafi’iyyah)
Aliran mutakallimin disebut juga dengan aliran Syafi’iyyah. Alasan
penamaan tersebut bisa dipahami mengingat karya-karya ushul fiqh aliran
mutakallimin banyak lahir dari kalangan Syafi’iyyah, seperti al-Luma’ karya al-
Syirazi, al-Mustashfa karya al-Ghazali, al-Mahsul karya Fakhruddin al-Razi, al-
Burhan dan al-Waraqat karya al-Juwayni, al-Ihkam fi Ushul al-Ahkam karya al-
Amidi, Minhaj al-Wushul ila Ilm al-Ushul karya al-Baidlawi dan sebagainya.
Ada penulis dari kalangan Hanbali, seperti Abu Ya’la (pengarang al-
Uddah) Ibnu Qudamah (pengarang Rawdlah al- Nadzir wa Jannah al-Munadzir)
Keluarga Ibnu Taimiyyah: Majduddin, Taqi al-Din, dan Ibnu Taimiyyah beserta
ayah dan kakeknya (karangan ketiganya tercakup dalam kitab al-Musawwadah)
Najm al-Din al-Thufi pengarang Mukhtashar al-Rawdlah dan Syarh Mukhtashar
al-Rawdlah). Sedangkan penulis dari kalangan Maliki, yaitu Ibnu Hajib
(pengarang Muntaha al-Wushul (al-Sul) wa al-Alam fi Ilmay al-Ushul wa al-
Jadal). Dan penulis dari kalangan Dzahiriyyah, yaitu Ibnu Hazm al-Andalusi
(pengarang kitab al- Ihkam fi Ushul al-Ahkam).
Sebutan mutakallimin adalah sesuai dengan karakteristik penulisannya.
Kaum mutakallimin adalah orang-orang yang banyak bergulat dengan
pembahasan teologis dan banyak memanfaatkan pemikiran deduktif, termasuk
logika Yunani.
Orang-orang seperti Qadli Abdul Jabbar adalah seorang teolog
Mu’tazilah. Imam Abu al-Husayn al-Bashri pun termasuk dalam aliran
Mu’tazilah. Sementara itu, Imam Abu Bakar al- Baqillani, yang menulis buku al-
Taqrib wa al-Irsyad dan diringkas oleh Imam al- Juwayni, dipandang sebagai
Syaikh al-Ushuliyyin.

4
Imam al-Juwayni sendiri, Imam al-Ghazali, dan Fakhruddin al-Razi
adalah di antara tokoh-tokoh besar Asy’ariyyah penulis ushul fiqh. Ada pula
penulis yang tidak menunjukkan kejelasan afiliasi teologis, tetapi menulis
dengan pola mutakallimin, seperti Imam Abu Ishaq al- Syirazi.
2. Aliran Fuqaha (Hanafiyah)
Aliran Hanafiyah atau aliran Fukaha adalah aliran yang diikuti oleh para
ulama madzhab Hanafi. Madzhab Hanafi adalah madzhab yang sejak semula
memiliki pengembangan metodologis yang baik. Hal itu dibuktikan dengan
pengaruh perkembangan ilmu qawaid fiqh di kalangan Syafi’iyyah yang
dipengaruhi oleh qawaid fiqh Hanafi. Karena itu, mereka mengembangkan
sendiri model penulisan ushul fiqh yang khas madzhab Hanafi.
Karya ushul fiqh di kalangan Hanafi cukup banyak dikenal dan dirujuk.
Kitab-kitab ushul fiqh yang khas menunjukkan metode Hanafiyah antara lain: al-
Fushul fi Ushul Fiqh karya Imam Abu Bakar al-Jashshash (Ushul al-Jashshash)
sebagai pengantar Ahkam al-Quran Taqwim al-Adillah karya Imam Abu Zayd
al-Dabbusi Kanz al-Wushul ila Ma’rifat al-Ushul karya Fakhr al-Islam al-
Bazdawi Ushul Fiqh karya Imam al-Sarakhsi (Ushul al-Syarakhsi).
3. Aliran Gabungan (Muta`akhirin)
Yaitu aliran yang menggabungkan kedua cara yang dipakai dalam
menyusun ushul fiqih oleh aliran Syafi’iyah dan aliran Hanafiyyah. Ulama’-
ulama’ muta’akhirin melakukan tahqiq terahadap kaidah-kaidah ushuliyah yang
dirumuskan kedua alim tersebut. Lalu mereka meletakkan dalil-dalil dan
argumentasi untuk pendukungnya serta menerapkan pada furu’ (cabang)
fiqhiyyah. Para ulama’ yang menggunakan aliran muta’akhirin ini berasal dari
kalangan Syafi’iayah dan Hanafiyah. Aliran ini muncul setelah aliran Syafi’iyah
dan Hanafiyah sehingga disebut sebagai aliran muta’akhirin.
Kitab yang disusun mengikuti aliran Muta’akhirin diantaranya kitab al-
jam’u al jawami’ oleh Taju al-Din abd Wahab bin Ali al-Subki al-Syafi’I, kitab
al-Tahrir oleh Kamal Bin Hamam Kamal Al-Din Muhammad Bin Abd Wahid
Al-Hanafi, kitab Irsyad Al-Fuhul Ila Tahqiq Al-Haq Min Ilmi Al-Ushul oleh
Muhammad bin Ali bin Muhammad al-Syaukani, kitab ushu al-fiqh oleh

5
Muhammad Khudari Beik, kitab ilmu ushul al-fiqh oleh Abd Wahhab Al-
Khallaf, dan kitab ushu al-fiqh oleh Muhammad Abu Zahrah.5

5
Rafa Aoleng, Makalah Aliran-aliran Ushul Fiqh, Inspiration Konselor Blog,
http://inspirationkonselor.blogspot.com/2011/11/makalah-aliran-aliran-usul-fiqih.html (diakses 1
Oktober 2021)

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara garis besar perkembangan ushul fiqh melalui 3 periode yaitu:
zaman Rasulullah, zaman sahabat, dan zaman tabi’in.
Aliran-aliran dalam ushul fiqh ada 3, yaitu:
1. Mutakallimin (Syafi’iyyah)
2. Aliran Fukaha (Hanafiyah)
3. Aliran Gabungan
Karya-karya ushul fiqh diantaranya:
1. Al-Luma’ karya al-Syirazi, al-Mustashfa karya al-Ghazali, al-Mahsul
karya Fakhruddin al-Razi, al-Burhan dan al-Waraqat karya al-Juwayni,
al-Ihkam fi Ushul al-Ahkam karya al-Amidi, Minhaj al-Wushul ila Ilm
a’-Ushul karya al-Baidlawi dan sebagainya.
2. Al-Fushul fi Ushul Fiqh karya Imam Abu Bakar al-Jashshash (Ushul al-
Jashshash) sebagai pengantar Ahkam al-Quran Taqwim al-Adillah karya
Imam Abu Zayd al-Dabbusi Kanz al-Wushul ila Ma’rifat al-Ushul karya
Fakhr al-Islam al-Bazdawi Ushul Fiqh karya Imam al-Sarakhsi (Ushul al-
Syarakhsi).
3. Al-jam’u al jawami’ oleh Taju al-Din abd Wahab bin Ali al-Subki al-
Syafi’I, kitab al-Tahrir oleh Kamal Bin Hamam Kamal Al-Din
Muhammad Bin Abd Wahid Al-Hanafi, kitab Irsyad Al-Fuhul Ila Tahqiq
Al-Haq Min Ilmi Al-Ushul oleh Muhammad bin Ali bin Muhammad al-
Syaukani, kitab ushu al-fiqh oleh Muhammad Khudari Beik, kitab ilmu
ushul al-fiqh oleh Abd Wahhab Al-Khallaf, dan kitab ushu al-fiqh oleh
Muhammad Abu Zahrah.

7
Daftar Pustaka

Al-Hudhari. 1969. Ushul al-Fiqh. Mesir: Maktabah Tija’riyah al-Kubro.


Syafi’I, Rahmat. 2007. Ilmu Ushul Fiqih. Bandung: Pustaka Setia.
Wahhab, Abdul Khallaf. 2002. Kaidah-kaidah Hukum Islam Ilmu Ushulul Fiqih.
Jakarta: Grafindo Persada.
Rohman, Faridur. Sejarah perkembangan ushul Fiqh. Variedur Rohman al-Pati
Blog. http://faridurrohman.blogspot.com/2013/03/sejarah-perkembangan-
ushul-fiqh.html (diakses 1 Oktober 2021)
Aoleng, Rafa. Makalah Aliran-aliran Ushul Fiqh. Inspiration Konselor Blog.
http://inspirationkonselor.blogspot.com/2011/11/makalah-aliran-aliran-
usul-fiqih.html (diakses 1 Oktober 2021)

Anda mungkin juga menyukai