Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada kemajuan IPTEK saat ini merupakan salah satu hasil globalisasi
dunia. Dimana zaman yang sudah mengalami kemajuan dan perkembangan yang
sangat pesat. Dalam kemajuan zaman ini, kebudayaan ikut berkembang termasuk
perkembangan agama, yang didalamnya terdapat berbagi hal yang belum tentu di
zaman Rasulullah ada dan terjadi pada zaman ini.
Didalam fenomena yang terjadi pada kehidupan di zaman ini terjadi
gesekan. Perbedaan yang mengglobal, khususnya pada era globalisasi, yang
tentunya untuk para agamis yang tertuntut untuk menjaga dan melestarikan ajaran
agamanya. Ajaran islam yang agamanya tentu Up to date dengan perkembangan
zaman.
Dengan perkembangan dan kemajuan zaman ini, kehidupan Di indonesia
sangatlah terpengaruh oleh kebudayaan barat. Yang mana dalam kehidupan ini
semua kegiatan, aktifitas yang dilakukan tanpa memikirkan dasar hukum islam.
Padahal dalam identitasnya mereka adalah pemeluk agama islam tetapi tidak
peduli terhadap hal itu. Inilah yang sangat realita, bahwa sesuatu yang penting
dianggap tidak penting.
Disini pengaruh yang sangat merajalela antara lain adalah secara sex
bebas, seperti homoseks, lesbian, onani atau masturbasi dan juga berstialiti
(bersetubuh dengan hewan) kini sudah merasa merajalela dalam kehidupan,
berbuat seperti itu adalah dosa besar dan bisa dikategorikan termasuk Zina Maka
dari itu, munculah istilah ijma’ dalam menentukan kebenaran atas hukum-hukum
islam. Untuk itu dalam makalah ini akan dibahas pembahasan yang berkaitan
dengan usul fiqih dimana yang berdasarkan hukum-hukum islam yang benar. Dan
dengan ajaran islam didalam usul fiqih ini mampu dalam menghantarkan bangsa
dan umat manusia kepada kehidupan yang lebih baik. 

1
B. Rumusan Masalah
1. bagaimana definisi dari homoseks dan lesbian?
2. Bagaimana definisi dari onani?
3. Bagaimana definisi dari berstialiti?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Homoseksual dan Lesbian
1. Pengertian Homoseksual dan Lesbian
Homoseksual berasal dari bahasa Inggris “Homosexual” yang berarti sifat
laki-laki yang senang berhubungan seks dengan sesama lelaki. Sedangkan
Lesbian, berarti sifat perempuan yang senang berhubungan seks dengan
sesamanya pula. Istilah ini dijumpai dalam agama Islam sebagai Liwath yang
diartikan secara singkat laki-laki yang selalu mengumpuli sesamanya, sedangkan
Lesbian dijumpai dengan istilah Ash-sahaaq yang dapat diartikan secara singkat
dengan Perempuan yang selalu mengumpuli sesamanya.1
Jadi dapat disimpulkan bahwa homoseksual adalah kebiasaan seorang laki-
laki melampiaskan nafsu seksualnya pada sesamanya sedangkan lesbian adalah
kebiasaan seorang perempuan melampiaskan nafsu seksualnya pada sesamanya.
Perbuatan homoseksual itu sendiri telah terjadi pada zaman Nabi Luth dan telah
diterangkan di dalam Q.S Asy-Su’ara ayat 165-166 Allah berfirman:

        


        
Terjemahan:
“Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia. Dan kamu
tinggalkan isteri-isteri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan
kamu adalah orang-orang yang melampaui batas".

Bahwasannya, perbuatan homoseksual telah terjadi pada zaman dahulu


hingga sekarang ini. Perbuatan ini telah banyak berlaku dimasyarakat Negara
sekular atau di Negara Barat dengan peruntukan undang-undang yang melindungi
mereka. atas nama hak kebebasan manusia, perbuatan Homoseksual tersebut tidak
dilarang oleh undang-undang di Negara yang berfahaman sekular, dan tidak
dikategorikan sebagai pelanggaran tata susila.

1
Lihat http://blognyafitri.wordpress.com/2011/12/27/hukum-homoseksual-dan-lesbians-
by-umar-hamzah/ diaksespadatanggal21/10/2015

3
Jika ada larangan bagi mereka itu hanya bertujuan untuk memberantas
kemungkinan terjadinya beberapa macam penyakit yang sering timbul dari
perbuatan Homoseksual dan Lesbian: misalnya penyakit kanker kelamin, AIDS
dan sebagainya. Oleh karena itu perbuatan Homoseksual dan Lesbian paling
banyak di amalkan di negara Barat, yang budaya Homoseksual dan penyakit
berbahaya yang ditimbulkannya, sampai menular ke Negara Asia Tenggara
maupun di tanah air kita melaui film, pembacaan di internet, dan media sosial.2
2. Faktor terjadinya Homoseks dan Lesbian
Secara garis besar, terdapat 2 kemungkinan faktor-faktor mempengaruhi
terbentuknya homoseksual dan lesbi sebagai berikut:3
a. Faktor biologis
Kombinasi atau rangkaian tertentu didalam genetic (kromosom), otak,
hormon, dan susunan syaraf diperkirakan mempengaruhi terbentuknya
homoseksual dan Lesbian.
b. Faktor Lingkungan
Lingkungan diperkirakan turut mempengaruhi terbentuknya
homoseksual dan lesbian. Faktor lingkungan yang diperkirakan dapat
mempengaruhi terbentuknya homoseksual dan lesbi terdiri atas faktor
budaya dan faktor pola asuh.
3. Dampak yang terjadi pada Homoseks dan Lesbian
a. Tidak tertarik pada lawan jenis. Akibatnya si Homo/lesbi itu menikah
dengan pasangannya, maka pasangannya merana karena tidak dapat
melaksanakan tugas sebagai suami/istri, sehingga pasangannya hidup
tanpa ketenangan dan kasih sayang, dan tidak akan dapat mempunyai
keturunan.
b. Kelainan jiwanya akibat mencintai sesama jenis, akan membuat
jiwanya tidak stabil dan timbul tingkah laku yang aneh-aneh.
Misalnya, jika ia seorang Homo, akan bergaya seperti perempuan

2
Mahjudin, Masailul Fiqhiyah berbagai kasus yang dihadapi hokum Islam masa kini
(Jakarta: Kalam Mulia, 2003) hal. 22
3
Lihat http://www.e-psikologi.com/epsi/klinisdetail.asp?id=551, diakses pada tanggal 21-
10-2015

4
dalam berpakaian dan berhias. Dan jika ia seorang yang Lesbian maka
ia akan bertingkah dan berpakaian seperti laki-laki.
c. Gangguan syaraf otak yang dapat melemahkan daya fikir, kemauan
dan semangat.
d. Terkena penyakit AIDS, yang menyebabkan penderitanya kehilangan
daya tahan tubuh. Penyakit ini belum ditemukan obatnya.
4. Hukuman dan Pandangan Islam Mengenai Homoseks dan Lesbian
Para ahli hukum fiqih sekalipun telah sepakat mengharamkan homoseksual
dan lesbian tetapi mereka berbeda pendapat tentang hukumannya:4
a. Pendapat pertama antara lain Imam Syafi’i, pasangan homoseksual
dihukum mati meskipun ia belum menikah, terlepas apakah dia
menjadi pelaku atau menjadi objek. Berdasarkan hadits Nabi, riwayat
Khomsah (lima ahli hadits kecuali An-Nasa’i) dari Ibnu Abbas:
‫َم ْن َو َج ْد تُ ُموْ هُ يَ ْع َم ُل َع َم َل قَوْ ِ\م لُوْ ٍط فَا ْقتُلُوْ ا ْالفَا ِع َل َو ْال َم ْفعُوْ َل بِ ِه‬

“Barang siapa menjumpai orang yang berbuat homosek seperti


praktek kaum Luth, maka bunuhlah si pelaku dan yang
diperlakukannya (pasangannya).
Menurut Al-Mundziri, Kholifah Abu Bakar dan Ali pernah
menghukum mati terhadap pasangan homoseks. Dengan cara si pelaku
dibunuh dengan pedang, kemudian dibakar. Sementara, Umar dan
Utsman r.a berpendapat bahwa pelaku perbuatan itu dilemparkan ke
tembok.
b. Pendapat kedua antara lain Al-Auzai, Abu Yusuf dan lain-lain,
hukumannya disamakan dengan hukuman zina, yakni hukuman dera
dan pengasingan untuk yang belum kawin, dan dirajam untuk pelaku
yang sudah kawin, berdasarkan Hadits Nabi:
‫ِإ َذا َأتَى ال َّر ُج ُل ال َّرج َُل فَهُ َما زَانِيَا ِن‬

“apabila seorang pria melakukan hubungan seks dengan pria lain,


maka kedua-duanya adala berbuat zina.”

4
Mahajuddin, Op.Cit., hal. 19-20

5
Pendapat kedua ini menetapkan bahwa dalil-dalil yang menjelaskan
hukuman bagi pelaku zina tidak mencakup hukuman bagi kedua
pelaku homoseks, tetapi kedua pelaku homoseks dikategorikan sebagai
pelaku zina dengan cara qiyas.
c. Pendapat ketiga antara lain Abu Hanifah, pelaku homoseks dihukum
takzir, sejenis hukuman yang bertujuan edukatif, dan besar ringannya
hukuman takzir diserahkan kepada pengadilan (hakim). Hukuman
takzir dijatuhkan terhadap kejahatan atau pelanggaran yang tidak
ditentukan macam dan kadar hukumannya oleh Nash Al-Qur’an dan
Hadits. Hal ini dilakukan karena praktik itu tidaklah termasuk zina.
Karena itu, hukuman atas praktik itu tidak sama dengan hukuman zina.
Mengenai perbuatan lesbian, para ahli fiqih juga sepakat
menharamkannya, berdasarkan Hadits Nabi riwayat Ahmad, Abu Daud, Muslim
dan Al-Tirmidzi:
‫الَ يَ ْنظُ ُ\ر ال َّر ُج ُل اِلَى عَوْ َر ِة ال َّرج ُِل َواَل ْال َم\\رْ َأةُ اِلَى َع\\وْ َر ِة ْال َم\\رْ َأ ِة َواَل يَ ُغضُّ ال َّر ُج\ ُل اِلَى‬
ِ ‫ب ْال َو‬
.‫اح ِد‬ ِ ْ‫ب ْال َوا ِح ِد َواَل تَ ُغضُّ ْال َمرْ َأةُ اِلَى ْال َمرْ اَ ِة فِي الثَّو‬ ِ ْ‫ال َّر ُج ُل فِ ْي الثَّو‬

“Lelaki tidak boleh melihat aurat lelaki, perempuan tidak boleh melihat
aurat perempuan. Lelaki tidak boleh berkumpul dengan lelaki lain dalam
satu kain, perempuan juga tidak boleh berkumpul dengan perempuan lain
dalam satu kain.

Menurut Sayid Sabiq, lesbian ini dihukum takzir, suatu hukuman yang
macam dan berat ringannya diserahkan kepada pengadilan. Jadi hukumannya
lebih ringan dari pada homoseksual karena bahaya atau resikonya lebih ringan
dibandingkan dengan bahaya homoseksual, karena lesbian itu bersentuhan
langsung tanpa memasukkan alat kelaminnya seperti halnya seorang pria
bersentuhan langsung (pacaran) dengan wanita bukan istrinya tanpa memasukkan
penisnya ke dalam vagina. Perbuatan semacam ini tetap haram, sekalipun bukan
zina, tetapi dapat dikenakan hukuman takzir seperti lesbian.

B. Onani atau Masturbasi


1. Pengertian Onani atau Masturbasi

6
Istilah masturbasi berasal dari bahasa Inggris “masturbation”. Dan juga
dibicarakan oleh ahli hukum Islam, yang disebutnya sebagai istilah al-istimnau (
‫)اِإل ْستِ ْمنَا ُء‬, yang berarti onani atau perancapan. Kata ini, sebenarnya berasal dari
isim (kata benda) Al-maniu ( ‫ي‬
ُّ ِ‫ )ال َمن‬air mani, kemudian dialihkan menjadi fi’il
(kata kerja) ‫ستَ ْمنِى‬
ْ َ‫ ي‬-‫ِإ ْستِ ْمنَى‬, lalu menjadi ‫ِإ ْستِ ْمنَا ًء‬yang berarti mengeluarkan air
mani. Tetapi sebenarnya pengertian masturbasi (onani) adalah mengeluarkan air
mani dengan cara menggunakan salah satu anggota badan (misalnya tangan),
untuk mendapatkan kepuasan seks.5
Istilah lain untuk masturbasi ini adalah A’adah Assariyyah atau kebiasaan
yang tersembunyi, meski disebut dengan ‘kebiasaan yang tersembunyi’ tetapi itu
hanya berlaku di kalangan manusia karena di mata Allah SWT segala sesuatu
akan nampak dan tidak ada yang bisa disembunyikan.6
Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nisa’: 108:
t bq à ÿ ÷‚tG ó ¡ o „ z `Ï B Ä ¨$ ¨Z9 $ # Ÿw u r tbqàÿ÷‚tGó¡o„ z`ÏB «!$# uqè d ur
ö N ß g y è tB ø ŒÎ ) tbqç GÍh Šu;ã ƒ $tB Ÿw 4 Ó yÌ ötƒ z`ÏB É A öqs )ø9$# 4 tb
%x .ur ª !$# $yJ Î/ tbqè=yJ÷ètƒ $¸ Ü ŠÏt èC ÇÊÉÑÈ
:Terjemahan
“Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari
Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka
menetapkan Keputusan rahasia yang Allah tidak redlai. dan adalah Allah
Maha meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan. (QS. An-
Nisa’: 108)

2. Macam-Macam Masturbasi atau Onani7


Berdasarkan cara melakukannya, masturbasi dapat dibedakan menjadi 3
macam, yaitu :

5
Lihat Ahmad Khoyin, “Masturbasi dan Onani Dalam pandangan Islam”, diakses pada
tanggal 21-10-2015
6
Ibid.,
7
Lihat, Elly Lutfiyah, Fenomena Masturbasi” , http://ellylutfiy4h.blogspot.co.id/2013/
05/makalah.html

7
a. Masturbasi sendiri (auto masturbation); stimulasi genital dengan
menggunakan tangan, jari atau menggesek-gesekkannya pada suatu
objek
b. Masturbasi bersama (mutual masturbation); stimulasi genital yang
dilakukan secara berkelompok yang biasanya didasari oleh rasa
bersatu, sering bertemu dan kadang-kadang meluaskan kegiatan
mereka pada pencurian (stealing) dan pengrusakan (vandalism)
c. Masturbasi psikis; pencapaian orgasme melalu fantasi dan rangsangan
audio-visual.
Sedangkan ahli psikologi lainnya menggolongkan kegiatan masturbasi ke
dalam 2 kelompok besar, yaitu :
a. Masturbasi yang normal, meliputi pembebasan psikologik ketegangan
seksual pada masa anak-anak muda yang normal; dilakukan tidak
berlebihan; masturbasi yang dilakukan oleh seseorang yang belum
kawin; masturbasi yang dilakukan antar pasangan-pasangan suami-istri
sebagai selingan dari intercourse (pergaulan/persetubuhan) yang
konvensional
b. Masturbasi yang neurotic, meliputi masturbasi yang dilakukan terlalu
banyak dan bersifat konvulsif; masturbasi antara pasangan-pasangan
yang lebih menyukai cara ini daripada intercourse, masturbasi dengan
gejala-gejala kecemasan, rasa salah/dosa yang amat sangat, masturbasi
pemuasan yang berhubungan dengan penyimpangan seksual dan yang
dapat diancam dipersalahkan oleh hukum.

3. Faktor-Faktor Terjadinya Onani/Masturbasi sebagai Penyimpangan


Seksual
Di antara faktor paling dominan yang menyebabkan seringnya para remaja
mempraktekkan onani, terutama di kalangan remaja pria, ialah karena pengaruh
lingkungan yang telah tercemar berbagai macam fitnah dan rangsangan-
rangsangan naluri seksual yang tentu saja sangat gampang dan banyak sekali

8
mereka temukan pada mode pakaian, cara berpakaian dan berhias kaum wanita
modern, baik di jalan-jalan raya, di pasar-pasar dan tempat-tempat umum lainnya,
yang keberadaannya hampir di setiap sudut.8
Fenomena semacam ini, baru yang tampak dari kondisi umum masyarakat.
Adapun yang mereka temukan melalui media massa, baik cetak maupun
elektronik sudah pasti jauh lebih seru dan sungguh amat mengerikan. Apa yang
mereka saksikan melalui layar televisi, poster-poster, papan-papan reklame, dan
lain-lain sangat merangsang naluri biologis mereka, menodai kesucian,
mencemari kemuliaan, dan mematikan gairah beserta semangat. Keadaan
semacam ini belum termasuk yang mereka dapatkan dari aneka bacaan seperti
buku-buku cabul, majalah-majalah, koran-koran murahan,novel-novel dan cerita-
cerita roman lainnya, sungguh sangat berbahaya bagi perkembangan jiwa, akal
dan mental generasi muda.9
Semua bentuk rangsangan yang terdapat pada uraian di atas, tentu sudah
lebih dari cukup untuk mempengaruhi kepribadian para remaja, sehingga mereka
akan menjadi lebih gampang terseret ke lembah perzinaan, kekejian dan
kebejatan. Untuk selanjutnya mereka pun akan tenggelam ke dalam lumpur
kebobrokan dan kenistaan.
4. Dampak atau Efek samping dari Onani/Masturbasi
a. Efek terhadap Kesehatan
Ahli kedokteran telah menetapkan,bahwa onani dapat menimbulkan
beberapa efek samping,antara lain:10
1) Melemahkan alat kelamin sebagai sarana untuk berhubungan
seksual, serta sedikit demi sedikit alat tersebut akan semakin
melemah (lemas).
2) Akan membuat urat-urat tubuh semakin lemah,akibat kerja keras
dalam beronani demi untuk mengeluarkan air maninya.

8
Elly Lutfiyah, Ibid.
9
Ahmad Khoyin, Op.Cit.,
10
Lihat Nur Shodieq, “Hukum Onani atau Masturbasi Versi Mahzab Islam”,
http://makalahhukumislam.blogspot.co.id, diakses pada tanggal 21-10-2015.

9
3) Sangat mempengaruhi perkembangan alat vital,dan mungkin tidak
akan tumbuh seperti yang lazimnya.
4) Alat vital tersebut akan membengkak, sehingga sang pelaku
menjadi mudah mengeluarkan air maninya.
5) Meninggalkan rasa sakit pada sendi tulang punggung,dimana air
mani keluar darinya. Dan akibat dari sakitnya itu,punggung akan
menjadi bungkuk.
6) Menyebabkan anggota badan sering merasa gemetaran,seperti di
bagian kaki,dsb.
7) Onani bisa menyebabkan kelenjar otak menjadi lemah,sehingga
daya berpikir menjadi semakin berkurang,daya faham menurun,dan
daya ingat juga melemah.
8) Penglihatan semakin berkurang ketajamannya,karena mata tidak
lagi normal seperti semula.
b. Efek kejiwaan dan sosial
Ahli ilmu jiwa mengatakan: “sebenarnya, pemuda beronani itu juga
merasakan bahwa dirinya melakukan kesalahan, dia pun tahu bahwa itu
merupakan dosa. Akan tetapi selalu mengulanginya sebagai kebiasaan. 11 Jadi
nafsu pemuda yang biasa beronani selalu bertentangan dengan hati kecilnya.
Namun nafsunya selalu mendorongnya beronani,sedangkan hatinya menuntunnya
dengan memberikan rasa berdosa dan resah,karena dia pun menyadari bahwa
perbuatan itu melanggar ajaran Allah SWT.
Kesenangan dalam beronani yang melampaui batas,akan menjadikan
pemuda semakin kecanduan dalam berbuat. Hidup pun akan terbawa oleh arus
perbuatan keji tersebut,yaitu sekedar untuk memuaskan nafsu birahi yang
memuncak. Dengan kata lain, walaupun hati kecilnya ingin membebaskan dirinya
dari belenggu syahwat yang menjeratnya,meski pada akhirnya perbuatan onani
tetap dilakukan untuk memenuhi kelezatan dan kesenangan belaka,sehingga
kebiasaan tersebut menjadi menyatu dan mendarah daging dengan pelakunya.

11
Nur Shodieq, Ibid

10
Ibnu Qayyim berkata: “bahkan perbuatan onani itu hanyalah untuk
mencari kemaksiatan,tanpa adanya kenikmatan yang ia dapatkan. Sebenarnya
pemuda yang melakukan perbuatan tersebut hanyalah memperoleh rasa
sakit,setelah bekerja keras mengeluarkan spermanya”.12
5. Hukum Onani atau Masturbasi13
a. Hukum Haram
Madzhab Maliki, Syafi’i, Hanafi, suatu riwayat dari Imam Ahmad, yang
juga diambil sebagai pendapat jumhur ahli ilmu, Syeikh Islam Ibnu Taimiyah,
sebagian besar ulama sanggit, Ibnu Baz,Ibnu Utsaimin ,Albani,dan lain-lain,
semuanya mengharamkan perbuatan Onani. Adapun dalil pengharamannya adalah
berdasarkan firman Allah:
         
       
     
Terjemahan:
“dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,kecuali terhadap istri-istri
mereka atau budak yang mereka miliki; maka mereka sesungguhnya
dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa mencari yang dibalik itu maka
mereka itulah orang-orang yang melampaui batas”. (Al Mu’minun 5-7)

Selain dari ayat al Qur’an,mereka juga memakai dalil dari hadist,yang


menerangkan bahwa Onani itu Haram:
“dari Abdullah bin Mas’ud Ra,ia berkata “Rasulullah SAW bersabda:
“Wahai generasi muda,barangsiapa diantara kalian sudah siap menjalani
hidup berumah tpangga maka kawinlah! Sesungguhnya dibalik
itu,pandangan mata dan kemaluan akan lebih terjaga dan terpelihara dari
perbuatan maksiat. Dan barangsiapa belum mampu,hendaknya berpuasa.
Karena dengan puasa itulah dirinya akan terlindungi dari kemaksiatan”.
(HR. Bukhari Muslim)

b. Hukum Makruh

12
Ahmad Khoyin, Op.Cit.,
13
Lihat, Linda Alfi Lutfinda, Onani “Masalah Anak Muda” http://linda-alfi.
blogspot.co .id/2012/02/makalah_27.html, diakses pada tanggal 21-10-2015

11
Para pengikut madzhab Hambali memberikan dalil tentang Onani
berdasarkan qiyas. Mereka mengatakan: “bahwa Onani adalah perbuatan
mengeluarkan air mani dari badan,dan mani itu sendiri adalah sebagian dari (isi)
anggota badan,maka tentangnya tidak ada larangan (jaiz)”.
Adapun qiyasnya, bahwa perbuatan Onani itu seperti perbuatan orang
mengeluarkan darah dari bagian tubuhnya,demi kesembuhan penyakitnya.” Hanya
saja, meskipun berpegang pada dalil yang demikian mereka tetap membenci
perbuatan itu.
c. Hukum Mubah
Hukum  yang membolehkan Onani ini berasal dari pendapat Al-Hasan,
Amr bin Dinar, Ziyad bin Abi Al Ala’, dan mujahid. Al Hasan memberikan
penjelasannya mengenai orang laki-laki yang berbuat Onani sehingga keluar air
maninya,bahwa: “Hal itu juga dilakukan tatkala peperangan”.
Dari sini dapat diambil suatu kesimpulan, bahwa Al Hasan membolehkan
perbuatan onani berdasarkan yang pernah terjadi di dalam keadaan perang.
Artinya perbuatan onani tersebut diperbolehkan jika dalam keadaan yang sangat
terpaksa dan mendesak.
Jadi, dari ketiga pendapat tadi, ternyata yang lebih kuat argumentasinya
adalah pendapat yang mengharamkan perbuatan onani. Kita simpulkan demikian
karena dalil naqli (nushus) yang dikemukakan sangatlah kuat,sedangkan dalil
aqlinya khususnya yang berkenaan dengan masalah kesehatan menurut ilmu
kedokteran sangatlah masuk akal.
Sedangkan pendapat yang memakhruhkan atau membolehkan onani
sangatlah bertentangan dengan kebenaran, meskipun yang berpendapat demikian
adalah ulama-ulama yang terkenal.

6. Hukuman bagi Pelaku Onani atau Masturbasi


Penetapan kadar dan sifat dosa yang didapatkan oleh seorang pelaku
maksiat, apakah sifatnya dosa besar atau dosa kecil harus berdasarkan dalil syar’i.
Perbuatan zina merupakan dosa besar yang pelakunya terkena hukum had. Nash-
nash tentang hal itu sangat jelas dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.

12
Sedangkan orang yang melakukan kebiasan onani maka tidak dianggap
berzina “Para ulama’ sepakat bagi siapa yang menikah dan bersenang-senang di
dalamnya, atau jika seorang wanita mendatangi wanita (jima’) maka disebut
lesbian (hubungan seksual dengan sesama perempuan), maka tidak ada had atas
mereka, karena kurangnya syahwat (kelezatan), akan tetapi perbuatan itu tetap
haram dan pelakunya wajib mendapatkan hukuman berupa ta’zir  yang dapat
menimbulkan efek jera dari berbuat kemungkaran.14
Syaikhul islam Ibnu Taimiyyah  Rahimahullahu berkata “ Pada dasarnya
onani adalah hal yang diharamkan menurut jumhur ‘Ulama, dan bagi pelakunya
ta’zir, bukan had sebagaimana berbuat zina. Wallhu ‘alam. Dan Abdul Qodir
‘audah rahimahullah berkata: Dan jika seorang laki-laki melakukan onani dengan
wanita yang bukan mahromnya maka tidak di hukumi zina, begitu juga laki-laki
yang tidak mahram  memasukkan jari-jarinya pada kemaluan wanita. Dua
perbuatan tersebut merupakan maksiat yang wajib dihukum ta’zir bagi laki-laki
dan perempuannya, baik itu keluar mani atau tidak.
Hukuman bagi pelaku onani yaitu ta’zir, jika tingkah lakunya terbongkar
di dunia sedangkan di akhirat maka urusannya dikembalikan kepada Allah Ta’ala,
sama saja muhsan atau bukan muhsan, kafarah bagi pelakunya agar dia bertaubat.
Adapun bentuk hukumannya kembali kepada ijtihad hakim, apakah dicambuk
(tidak lebih dari sepuluh kali), didenda, dihajr (diboikot), didamprat dengan
celaan, atau lainnya, yang dipandang oleh pihak hakim dapat membuatnya jera
dari maksiat itu dan bertaubat. 15
Kesimpulannya, onani atau masturbasi tidak bisa disetarakan dengan zina,
karena tidak ada dalil yang menunjukkan hal itu. Namun onani adalah maksiat
yang wajib untuk dijauhi. Barangsiapa telah melakukannya hendaklah menjaga
aibnya sebagai rahasia pribadinya dan hendaklah bertaubat serta memohon
ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Apabila urusannya terangkat ke mahkamah
pengadilan, maka pihak hakim berwenang untuk memberi ta’zir (hukuman) yang

14
Lihat, http://zidnakhasyyatana.blogspot.in/2014/11/hukum-onani-dalam-pandangan-
islam.html. diakses pada tanggal 21-10-2015
15
Ibid.,

13
setimpal, sebagai pelajaran dan peringatan baginya agar jera dari perbuatan hina
tersebut.

C. Berstialiti
1. Pengertian Berstialiti
Bestialiti adalah tercapainya kepuasan seksual lewat kontak dengan seekor
binatang. Bestialiti umumnya terjadi di daerah pedesaan daripada di daerah urban
dan dilakukan baik oleh pria maupun wanita. Hewan-hewan yang dipilih antara
lain kucing, anjing, angsa, domba, babi, dan kuda. Pada penderita bestialiti pria,
coitus (senggama) dilakukan pada vagina atau dubur hewan, sedangkan pada
wanita, biasanya ia melakukan masturbasi pada hewan tersebut hingga sang
hewan bereaksi dan dilakukan coitus pada sang wanita.
2. Hukuman bagi Pelaku Berstialiti dan Binatangnya16
Para ulama sepakat bahwa hukum menyetubuhi binatang adalah haram.
Meski begitu, mereka berbeda pendapat tentang hukuman bagi orang yang
melakukannya. Jabir bin Zaid r.a berkata, “barang siapa yang menyetubuhi
binatang, dia wajib dihukum”. Ali r.a. berkata, “apabila pelakunya adalah orang
yang muhsan, hukumannya adalah rajam.” Didalam sebuah riwayat disebutkan
bahwa menurut Hasan r.a. menyetubuhi binatang sama dengan berzina.
Sedangkan abu Hanifah, Malik, Syafi’I didalam salah satu fatwa mereka,
al-Mu’ayyid billah, Nashir, dan Iman yahya berpendapat bahwa orang yang
menyetubuhi binatang wajib di ta’zir saja. Hal ini karena ia bukanlah termasuk
praktik zina. Di dalam fatwanya, Syafi’i berpendapat bahwa hukuman bagi orang
yang menyetubuhi binatang adalah dibunuh. Hal ini berdasarkan hadits berikut
ini.

Ibnu Abbas r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw, bersabda:


َ‫ َوا ْقتُلُوْ ا ْالبَ ِه ْي َمة‬, ُ‫َم ْن َوقَ َع َعلَى بَ ِه ْي َم ٍة فا َ ْقتُلُوْ ه‬
“Barang siapa yang menyetubuhi binatang, maka bunuhlah dia dan
binatang yang disetubuhinya” (HR. Abu Dawud)

16
Sayyid Sabiq, “Fiqih Sunnah”, (Jakarta: Tinta Abadi Gemilang, 2007), hlm. 168-170

14
Syaukani berkata, “hadits diatas menunjukkan bahwa binatang yang
menjadi objek atas praktik itu juga dibunuh. Adapun penjelasan atas hal itu ada
didalam yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Nasa’I bahwa ada seorang yang
bertanya kepada Ibnu Abbas r.a. “lalu mengapa binatangnya juga dibunuh?” Ibnu
Abbas menjawab, “saya tidak melihat Rasulullah saw. menjelaskan hal itu. Hanya
saja, beliau membenci untuk memakan dagingnya karena binatang itu telah
disetubuhi oleh manusia.” Dan masalah alasan pemberlakuan hal itu, sebenarnya
sudah dijelaskan, yaitu ketika dikatakan bahwa binatang ini telah disetubuhi.
Ali r.a. dan Syafi’i didalam salah satu fatwa mereka mengharamkan
daging binatang yang telah disetubuhi manusia. Penulis kitab al-Bahru
mengatakan bahwa binatang itu harus disembelih walaupun ia termasuk binatang
yang tidak boleh dimakan dagingnya. Hal itu agar ia tidak melahirkan anak yang
buruk, sebagaimana diceritakan dalam bahwa ada seorang penggembala yang
menyetubuhi binatang, lalu binatang itu melahirkan anak yang buruk. Adapun
hadits yang menjelaskan bahwa Rasulullah saw. melarang untuk menyembelih
binatang kecuali untuk dimakan dagingnya, hadits itu adalah umum dan hadits itu
dikhususkan oleh hadits yang menjelaskan pembahasan ini.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

15
homoseksual adalah kebiasaan seorang laki-laki melampiaskan nafsu
seksualnya pada sesamanya sedangkan lesbian adalah kebiasaan seorang
perempuan melampiaskan nafsu seksualnya pada sesamanya. faktor-faktor
mempengaruhi terbentuknya homoseksual dan lesbi yaitu faktor biologis seperti
genetic (kromosom), otak, hormon, dan susunan syaraf dan factor lingkungan
seperti factor budaya dan pola asuh. Dampak yang terjadi pada homoseks dan
lesbian diantaranya tidak tertarik pada lawan jenis, kelainan jiwanya akibat
mencintai sesama jenis, gangguan syaraf otak yang dapat melemahkan daya fikir,
kemauan dan semangat, terkena penyakit AIDS. Hukuman homoseksual maupun
lesbian dibagi 3 yaitu dihukum mati meskipun ia belum menikah, hukuman dera
dan pengasingan untuk yang belum kawin, dan dirajam untuk pelaku yang sudah
kawin, dihukum takzir, sejenis hukuman yang bertujuan edukatif, dan besar
ringannya hukuman takzir diserahkan kepada pengadilan (hakim).
masturbasi (onani) adalah mengeluarkan air mani dengan cara
menggunakan salah satu anggota badan (misalnya tangan), untuk mendapatkan
kepuasan seks. Masturbasi dibagi menjadi masturbasi sendiri, masturbasi bersama,
masturbasi psikis, masturbasi yang normal, masturbasi yang neurotic. Factor
terjadinya onani adalah factor lingkungan dan media massa. Dampaknya kepada
kesehatan, kejiwaan dan sosial. Ada beberapa hukum onani yaitu haram, makruh,
mubah. Sanksi bagi pelakunya berupa ta’zir. Adapun bentuk hukumannya
kembali kepada ijtihad hakim yang dipandang oleh pihak hakim dapat
membuatnya jera dari maksiat itu dan bertaubat.
Bestialiti adalah tercapainya kepuasan seksual lewat kontak dengan seekor
binatang. Hukuman bagi si pelaku dan hewannya adalah dibunuh. Adapula yang
mengatakan bahwa wajib di ta’zir saja karena ia bukanlah termasuk praktik zina.
Kemudian alasan mengapa binatang juga dibunuh karena binatang itu telah
disetubuhi manusia dan mengharamkan daging binatang yang telah disetubuhi
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

16
Fitri, “Hukum Homoseksual dan lesbian”, http://blognyafitri. wordpress.
com/2011 /12/ 27/ hukum- homoseksual -dan-lesbians-by-umar-hamzah/
diakses pada tanggal 21-10-2015
http://www.e-psikologi.com/epsi/klinisdetail.asp?id=551, diakses pada tanggal
21-10-2015
khasyyatana, Zidna. “Hukum Onani Dalam Pandangan Islam”,
http://zidnakhasyyatana.blogspot.in/2014/11/hukum-onani-dalam-
pandanga-islam.html. diakses pada tanggal 21-10-2015
Khoyin, Ahmad. “Masturbasi dan Onani Dalam pandangan Islam”, diakses pada
tanggal 21-10-2015
Lutfiyah, Elly. “Fenomena Masturbasi”, http://ellylutfiy4h.blogspot.co.id/2013/
05/makalah.html diakses tanggal 21-10-2015
Lutfinda, Linda Alfi. “Onani “Masalah Anak Muda” http://linda-alfi.
blogspot.co .id/2012 /02/ makalah_27.html, diakses pada tanggal 21-10-
2015
Mahjudin, “Masailul Fiqhiyah berbagai kasus yang dihadapi hokum Islam masa
kini”, Jakarta: Kalam Mulia, 2003
Sabiq, Sayyid. “Fiqih Sunnah”, Jakarta: Tinta Abadi Gemilang, 2007
Shodieq, Nur. “Hukum Onani atau Masturbasi Versi Mahzab Islam”,
http://makalah hukum islam.blogspot.co.id, diakses pada tanggal 21-10-
2015.

17

Anda mungkin juga menyukai