Anda di halaman 1dari 18

Kelompok I

A. Pengertian Homoseksual, Lesbian, dan Onani/Masturbasi


1. Pengertian Homoseksual
Kata homoseksual tercipta dari gabungan bahasa Yunani dan Latin, homos berasal dari bahasa
Yunani yang artinya sama. Sedangkan, dari bahasa Latin bahwa homo itu sejenis manusia seperti Homo
sapiens, sehingga bisa diartikan seperti tindakan seksual dan kasih sayang antara manusia yang
mempunyai kelamin sama.
Agama Islam menyebut homoseksual dengan istilah al-liwath yang artinya adalah orang yang
melakukan perbuatan seperti perbuatan kaumNabi Luth, yang pelakunya disebut al-luthiyyu, yang
berarti laki-laki yang melakukan hubungan seksual dengan laki-laki.

2. Pengertian Lesbian
Lesbian adalah istilah bagi perempuan yang mengarahkan hasrat seksualnya kepada sesama
perempuan. Istilah ini juga mengarah kepada perempuan yang mencintai perempuan baik secara fisik,
seksual, emosional atau secara spiritual
Istilah lesbian dalam bahasa Arab disebut as-sahaq yang artinya lembut dan halus, kemudian kata
ini semakin berkembang sehinggamemunculkan istilah musaahaqah an-nisa yang berarti hubungan
badan yang dilakukan oleh dua orang perempuan sama halnya yang dilakukan oleh kaum Luth (gay).

3. Pengertian Onani/Masturbasi

Menurut Nahdlatul Ulama, dalam bahasa Arab onani/masturbasi dikenal dengan istilah istimna’
atau mengeluarkan air mani tanpa melalui hubungan tubuh/seksual. Onani/Masturbasi adalah tindakan
pemuas nafsu dengan merangsang alat kelamin sendiri.

Pendapat Para Ulama Tentang Homoseksual, Lesbian, dan Onani/Masturbasi


1. Pendapat Para Ulama Tentang Homoseksual
Ulama berbeda pendapat dalam menetapkan jenis hukuman yang diberikan kepada pelaku
homoseksual. Ada tiga pendapat dalam hal ini,antara lain:
1) Pendapat pertama menyatakan bahwa para pelaku homoseksualharus dibunuh. Pendapat ini dianut
oleh sahabat-sahabat Nabi Shallahu Alaihi wa Sallam, al-Nashir dan Qasim bin Ibrahim serta Imam Syafi’i
dalam salah satu riwayat. Argumentasi mereka berdasarkan hadis riwayat An-Nasai dan Ibnu Majah dari
Ibnu Abbas yang artinya :
“Siapa yang kalian temukan melakukan perbuatan seperti perbuatan Kaum Luth (perbuatan
homoseksual), maka bunuhlah pelakunya dan pasangannya karena perbuatan itu.” (HR. Ibnu Majah dari
Ibnu Abbas).

2) Pendapat kedua dicetuskan oleh Imam al-Syafi’i dalam pendapatnya yang terkenal bahwa pelaku
liwath harus dirajam tanpa membedakan apakah pelakunya itu masih singel ataukah sudah menikah.
Imam Nawawi al-Bantani juga menggambungkanhomoseksual ke dalam perbuatan zina. Hal ini terutama
dikaitkan dengan surah Al-Mu’minun ayat 5-7, yang artinya:
“Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang
mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa mencari yang dibalik
itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas”.
3) Pendapat ketiga menyatakan bahwa hukumannya diserahkan kepada penguasa. Pendapat ini dianut
oleh Imam Abu Hanifah, Mu’ayyad Billah, dan al-Murtadha, keduanya ahli fikih Syiah dan Imam Syafi’i
dalam riwayat yang lain. Penguasalah yang berhak menentukan jenis hukumannya, karena perbuatan
tersebut tidak dapat dikategorikan ke dalam perbuatan zina, maka hukumannya pun tidak dapat
disamakan dengan hukuman zina. Menurut al-Syaukani, pendapat pertama yang kuat, karena
berdasarkan nas sahih, sedangkan pendapat kedua dianggap lemah, karena Hadis yang dipakainya
lemah. Demikian pula pendapat ketiga, juga dipandang lemah, karena bertentangan dengan nas yang
telah menetapkan hukuman mati (hukuman had), bukan hukuman ta’zir.
2. Pendapat Para Ulama Tentang Lesbian
Dalam hal ini, para pemakalah hanya bisa memberikan tujuh pendapat dari para ulama, antara lain:
1) Al-Mawardi berpendapat bahwa hukum lesbian adalah haram karena sama seperti zina, meskipun
berbeda dalam hal hukumannya. Wajib padanya ta’zir, tidak hudud karena tidak ada persetubuhan
padanya.
2) Dalam kitab al-Bayan fi Mazhab al-Syafi’I dan Abi al-Husaini al-‘Imarani al-Syafi’i al-Yamani
mengatakan haram perempuan berhubungan dengan sesama perempuan dan tidak wajib hudud. Imam
Malik mengatakan wajib atas masing-masing dari perempuan itu hudud seratus kali cambuk.

. 3) Ibnu Hajar al-Haitami telah memasukkan perilaku lesbian dalam katagori ke-362 dosa besar. Beliau
mengatakan, dosa besar yang ke-362 adalah lesbian para perempuan.
4) Ibnu Hajar al-Asqalani telah memasukkan perilaku lesbian ini dalam katagori di mana hukumannya
terjadi khilaf antara ulama antara hudud atau ta’zir.
5) Ibnu Qudamah dari kalangan Hanabalah mengatakan, apabila dua orang perempuan saling melakukan
hubungan badan, maka keduanya penzina yang terkutuk. Namun, tidak ada hudud atas keduanya,
karena tidak ada unsur bersetubuh, maka serupa dengan bersentuhan kulit pada selain kemaluan.

6) Al-Sarkhasi dari kalangan Hanafiyah dalam kitab beliau al-Mabsuth dalam mengomentari hadis:
“Apabila seorang wanita mendatangi wanita, maka keduanya penzina” mengatakan, maksudnya pada
hak dosa, bukan hudud.

7) Setelah menyebut beberapa hadis, Ibnu Hazm mengatakan nash-nash ini disebut secara terang bahwa
haram saling bersentuhan kulit laki-laki sesama laki-laki dan perempuan sesama perempuan dengan
keharaman yang sama. Kemudian beliau melanjutkan, apabila berlanjut kepada kemaluan, maka
haramnya bertambah dan maksiatnya berlipat ganda.
Berdasarkan pendapat ulama di atas, maka dipahami bahwa sepakat para ulama mengharamkan
lesbian, namun mereka berbeda pendapat dalam hukumannya di dunia. Jumhur ulama berpendapat
lesbian tidak dihudud, akan tetapi dita’zir saja. Sedangkan Imam Malik berpendapat para lesbian
diberikan hukuman hudud, yakni cambuk seratus kali.10
3. Pendapat Para Ulama Tentang Onani/Masturbasi
Bahwa onani/masturbasi dalam pandangan para ulama, sebagian besar dari mereka mengharamkan
perbuatan masturbasi ini. salah satu tokoh ulama mazhab yang mengharamkan dan mencela perbuatan
onani/masturbasi/istimna’ ini adalah Imam asy-Syafi’i. Dasar hukum yang dipakai menjadi pegangan ini
adalah dalam firman Allah Azza wa Jalla pada surat Al-Mu’minun ayat: 5-6. Di mana dalam ayat tersebut
hanya ada dua hal yang diperbolehkan untuk berhubungan badan, yaitu dengan istri dan budaknya.
Sehingga onani/masturbasi diharamkan karena tidak disebutkan dalam ayat tersebut. Dan hal itu
diperkuat pada ayat selanjutnya dalam surat yang sama. Selain itu, Imam asy-Syafi’i juga melihat dari
segi moralitas yang ternyata perbuatan onani/masturbasi ini tidak termasuk perbuatan yang terpuji.Ibn
Hazm adalah salah satu ulama dari mazhab Zhahiri mengatakan bahwa onani/masturbasi itu hukumnya
makruh dan tidak berdosa. Akan tetapi, menurutnya onani/masturbasi dapat diharamkan karena
merusak etika dan budi luhur yang terpuji. Ibn Hazm mengambil dasar hukum dengan satu pernyataan
bahwa orang yang menyentuh kemaluannya sendiri dengan tangan kirinya diperbolehkan [Ijma’].
Dengan pertimbangan itu maka tidak ada tambahan dari hukum mubah tersebut, kecuali adanya
kesengajaan mengeluarkan sperma [at-Ta’ammud li Nuzul al-Maniy] sewaktu melakukan masturbasi.
Perbuatan ini sama sekali tidak dapat diharamkan karena berlandaskan firman Allah dalam Al-Qur’an
surat Al-An’aam ayat 119, bahwa Allah telah menjelaskan apa yang diharamkan-Nya. Sementara dalam
Al-Qur’an tidak ditemukan ayat yang menyatakan tentang keharaman dari perbuatan masturbasi.
Walaupun dari segi etika moral Ibn Hazm juga menganggap masturbasi sebagai perbuatan yang tidak
terpuji.
Dari pendapat kedua tokoh ulama tadi, maka dapat kita ambil satu pandangan bahwa hukum
onani/masturbasi itu cenderung mengikuti motif pelaksanaan dan akibat yang ditimbulkannya. Sehingga
hukum yang akan muncul pun sangat kondisional dan situasional. Elastisitas hukumnya ini didukung oleh
kenyataan bahwa perbuatan onani/masturbasi oleh syari’at tidak digolongkan sebagai tindak pidana
[jarimah] atau perbuatan yang terkena hukum ta’zir. Perbuatan ini semata-mata urusan etika, muru’ah,
dan kehormatan belaka. Untuk itu tentunya perbuatan ini akan kembali kepada masing-masing
pelakunya

* Menurut pendapat saya tentang homoseksual, lesbian ,dan onani/masturbasi yaitu tidak boleh di
lakukan karena sudah jelas ada ayat alquran yang menyinggung tentang hal tersebut. Di kehidupan
nyata kalo kita di indonesia melihat perbuatan tersebut sangat risih, tidak enak di pandang, jijik melihat
orang yang begitu menurut saya sih soalnya ada temen saya yang begitu gimana gitu lihatnya.

Kelompok 2

A. Definisi Zakat dan Pajak


1. Pengertian Zakat
Menurut bahasa, kata zakat berarti tumbuh, berkembang, subur atau bertambah. Menurut istilah,
zakat dengan nama pengambilan tertentu dari harta yang tertentu, menurut sifat-sifat tertentu, dan
untuk diberikan kepada golongan tertentu2
Sedangkan menurut syariat, zakat adalah pengambilan dari harta tertentu, berdasarkan tata cara
tertentu, dan diberikan kepada orang-orang tertentu.

2. Pengertian Pajak
Definisi pajak telah dituangkan dalam UU No. 28 tahun 2007, aitu pajak adalah kontribusi wajib
kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. .

Pendapat Ulama tentang zakat dan pajak

Kezaliman merupakan perbuatan yang tidak pernah diakui dalam ajaran Islam. Pembebanan pajak
tidak dapat dilakukan sembarangan dan sekehendak hati penguasa. Pajak yang diakui dalam sejarah fiqh
Islam dan sistem yang dibenarkan harus memenuhi beberapa syarat (Qardhawi, 1999: 1/56), di
antaranya adalah:

a. Harta itu benar-benar dibutuhkan dan tidak ada sumber lain. Maksudnya, pajak boleh dipungut
apabila negara memang benar-benar membutuhkan dana, sedangkan sumber lain tidak diperoleh.
Pendapat ini dikemukakan oleh Yusuf Qardhawi dan didukung oleh beberapa ulama dan mereka
mensyaratkan bahwa pajak boleh dipungut jika benar-benar kas Negara kosong.
b. Pajak dipungut secara adil. Maksudnya, jika pajak itu benar-benar dibutuhkan dan tidak ada sumber
lain, maka pengutipan harus adil dan tidak memberatkan. Jangan sampai menimbulkan keluhan
masyrakat. Keadilan dalam pemungutan pajak didasarkan pada pertimbangan ekonomi, sosial dan
kebutuhan yang diperlukan rakyat dan pembangunan.

c. Pajak hendaknya dipergunakan untuk membiayai kepentingan umat, bukan untuk maksiat dan hawa
nafsu.
d. Persetujuan para ahli yang berakhlak. Maksudnya pemerintah tidak boleh bertindak sendiri untuk
mewajibkan dan menentukan besaran pajak, kecuali setelah bermusyawarah dan mendapat persetujuan
dari para ahli.
Manakala tentang pembayaran zakat, para ulama telah bersepakat akan kewajiban zakat dan bagi
yang mengingkari kewajiban zakat, berarti mereka telah keluar dari Islam.
Meskipun zakat dan pajak sama-sama merupakan kewajiban dalam bidang harta, tetapi keduanya
mempunyai falsafah yang khusus, dan keduanya berbeda sifat dan asasnya, berbeda sumbernya,
sasaran, bagian serta kadarnya, disamping berbeda pula mengenai prinsip, tujuan dan jaminannya.
Sesungguhnya ummat Islam dapat melihat bahwa zakat tetap menduduki peringkat tertinggi
dibandingkan dengan hasil pemikiran keuangan dan perpajakan zaman modern, baik dari sisi prinsip
maupun hukum-hukumnya.

* Pendapat saya tentang zakat, zakat wajib si bayarkan pada bulan ramadan yaitu zakat fitrah dan zakat
mal di berikan kepada mereka yg kurang mampu.

Kalo pajak bolehdi bayarkan jika benar di butuhkan harus adil dan tidak memberatkan. Jadi keduanya
dalam mengelearkannya itu wajib.

Kelompok IIi

A. Monogami
1. Pengertian Monogami
Monogami berasal dari bahasa Yunani yaitu “monos” yang memiliki arti satu atau sendiri dan “gamos”
yang memiliki arti pernikahan. Jadi bisa disimpulkan bahwa monogami merupakan suatu kondisi dimana
seseorang hanya memiliki satu pasangan dalam suatu pernikahannya.

B. Poligami
1. Pengertian Poligami
Secara etimologi, kata poligami berasal dari bahasa Yunani yakni polisyang berarti banyak dan gamein
yang artinya kawin. Maka apabila digabungkan keduanya berarti perkawinan yang banyak. Sedangkan
secara terminologi, poligami yaitu seorang laki-laki yang mempunyai lebih dari satu istri tetapi dibatasi
empat orang.

C. Perceraian
1. Pengertian Perceraian

Perceraian menurut bahasa dalam istilah hukum islam dapat diartikan ‚at-talak yang memiliki makna
memisahkan atau meninggalkan.

Menurut istilah perceraian ialah segala bentuk perpisahan antara suami istri, baik yang di jatuhkan oleh
suami dan di tetapkan oleh hakim, maupun perpisahan yang di sebabkan oleh meninggalnya salah satu
dari suami istri tersebut.
3. Pendapat Ulama`
Semua ulama` telah bersepakat bahwa talak akan terjadi jika diakukan dengan niat dan menggunakan
kalimat sharih (jelas), Imam Shâfi‟î menyebutkan lafal-lafal cerai yang sôrih ada tiga: al-tholaq, al-firôq,
dan al-Sirôh. Sebagaimana yang disinyalir dalam al-Qurân. Namun yang menimbulkan beda pendapat
dalam lafal-tersebut adalah hukum sharihnya. Disatu sisi Imam Shâfi‟î, Imam Mâlik dan Abû Hanîfah
sepakat atas kesôrihan kata-kata tadi tanpa harus diembel-embeli kata yang lain dalam pengucapannya,
Oleh karena itu jika seorang suami melontarkan kalimat (anti thôliqun) terjadilah cerai tersebut seketika
itu. Dengan arti tanpa adanya qorînah atau situasi adanya penerimaan istri terhadap ucapan suami
tersebut. Disisi lain. Imam Shâfi‟î, Imam Mâlik dan Abû Hanîfah melontarkan pernyataan yang berbunyi:
ungkapan kata t}alak yang dilontarkan dengan mutlak tidaklah terjadi cerai Karena keumuman yang
dilontarkan tidak memiliki hukum khusus sehingga pengucapan kata yang mutlak membutuhkan
penjelas untuk menghukumi perkataanya secara khusus.
Mâlikiyah berpendapat sama bahwa pengucapan kata cerai yang masih umum dan mutlak tidak memiliki
konsekuensi Hukum, hanya saja Mâlikiyah ini masih menambahkan bahwa apabila perkataan umum
tersebut ada qorînah atau situasi si istri yang menunjukkan kebenarannya suami, maka perkataan cerai
yang mutlak tersebut menimbulkan talaq.
Perbedaan mujtahid tidak hanya sebatas pada persoalan kata atau bentuk kalimat yang diucapkannya,
akan tetapi pada ranah niat sebagai puncak dari suatu i`tikad perbuatan suami dalam pengucapan
cerainya. Perbedaan tersebut nampak dibawah ini :
a) Imam Mâlik. Apabila seorang suami melontarkan kata kepada isterinya “kamu saya cerai” dengan niat
lebih dari satu, misalkan dua atau tiga, maka yang terjadi adalah sebagaimana apa yang di niatkannya.
Jadi maksud dari pendapat imam Malik di atas ialah bahwa apa yg di lakukan oleh seseorang itu di lihat
dari apa yg dia niatkan.
b) Imam Shâfi‟î juga memilik pendapat yang sama dengan Imam Mâlikhanya saja Imam Shâfi‟î meng-
qoyyid-i pendapatnya dengan kalimat yang mengindikasikan pada cerai yang satu.
c) Abû Hanîfah berpendapat bahwa pengucapan kata t}alak satu tidak terjadi menjadi tiga cerai, karena
ucapan yang Mufrod atau satu kali tidak menyimpan hitungan t}alak lebih dari satu. Maksud dari
pendapat imam abu hanifah di atas ialah bahwa apa yg dia katakan tersebut maka itulah yang terjadi,
contohnya saya talaq satu kamu maka yang terjadi adalah talaq satu.

Pendapat saya tentang Monogami, Poligamai, dan Perceraian yaitu saya tidak seruju dengan hal-hal
tersebut karena banyak di kejadian nyata tidak sesui ekspetasi, contohnya poligami banyak yang tidak
adil dalam hal berkeluarga, perceraian masalah ini juga anak yg malah jadi korban.

Kelompok 4

A. Pengertian Asuransi
Kata Asuransi berasal dari bahasa Inggris, Insurance, yang dalam kamus bahasa Indonesia telah menjadi
bahasa populer dan diadopsi dalam kamus bahasa Indonesia dengan sebutan kata “pertanggungan”.
Sedangkan dalam bahasa Arab, kata asuransi ini dikenal dengan istilah at-ta’min, yang dimana
penanggung dalam bahasa Arab disebut mu’amin, sedangkan tertanggung disebut mu’amman lahu atau
mustamin. At-ta’min diambil dari kata amana yang artinya memberi perlindungan, ketenangan, rasa
aman, dan bebas dari rasa takut. Sedangkan pengertian At-ta’min sendiri adalah seseorang membayar
dan menyerahkan uang cicilan agar ia atau ahli warisnya mendapatkan sejumlah uang sebagaimana
yang telah disepakati, atau medapatkan ganti dari hartanya yang hilang.
C. Pendapat Para Ulama Tentang Asuransi
1. Pendapat para ulama tentang asuransiAsuransi merupakan jenis transaksi baru yang belum ada pada
masa ulama terdahulu, Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan keabsahan praktek hukum
asuransi. Secara garis besar, controversial terhadap masalah ini dapat dipilah menjadi tiga kelompok,
yaitu pertama ulama yang mengharapkan asuransi dan kelompok kedua adalah pendapat ulama yang
membolehkan asuransi. Kedua kelompok ini mempunyai hujjah (dasar hukum) masing-masing dan
memberikan alas an-alasan hukum sebagai penguat terhadap pendapat yang disampaikannya. Di antara
pendapat tersebut, terdapat ulama yang mengharamkan asuransi dalam bentuk apapun dan ada
asuransi yang besifat social (ijtima‟i) dan mengharamkan asuransi yang bersifat komersial (tijari) serta
ada juga yang meragukannya (subhat).
a) Kelompok Ulama Yang Mengharamkan
Dalam bukunya Masail Fiqhiyah Masjfuk Zuhdi menyebutkan ulama yang secara tegas mengharamkan
asuransi, diantaranya Sayid Sabiq (pengarang Fiqh al-Sunnnah), Abdullah al-Qalqili (Mufti Yordan),
Muhammad Yusuf al-Qardhawi (pengarang alHalal wa al-Haram fi al-Islam), Mahdi Hasan (Mufti
Deoband Saharanpur India), Mahmud Ali (Mufti al-„Ulum Cawnpur India). Semua ulama yang
mengharamkan praktik asuransi karena bertentangan dengan kemurnian hukum Islam, bahwa dalam
asuransi merupakan perjanjian berbahaya, tidak adil, dan tidak pasti. Bahkan Muslehuddin menganggap
asuransi sebagai perjanjian pertaruhan.6 Namun menurut Wakum Sumitro semua pendapat bertumpuh
pada alasan sebagai berikut:
1) Asuransi mengandung perjudian.
2) Adanya unsur ketidakpastian.
3) Mengandung unsur riba. Karena pada perusahaan asuransimenginvestasikan uang yang telah dibayar
oleh tertanggung dalam bentuk jaminan berbunga.

4) Asuransi termasuk jual beli atau tukar menukar mata uang yang tidak secara tunai.
5) Objek bisnisnya digantungkan pada hidup matinya seseorang, yang berarti mendahului takdir Allah
Swt.
6) Asuransi mengandung unsur ekploitasi yang bersifat menekan.7

b) Kelompok Ulama Yang Membolehkan


Di antara ulama ynag membolehkan asuransi yaitu: Murtadla Muthahhari, Abdul Wahbah Khallaf,
Muhammad Yusuf Musa,yang membolehkan semua bentuk asuransi. Selain dua kelompok tersebut,
terdapat kelompok ketiga yang berpendapat membolehkan Abdurrahman Isa, Muhammad Nejatullah
Shiddiq, Muhammad Musra, Muhammad al-Bahl, Muhammad Dasuqi, Muhammad Ahmad, Mustafa al-
Zarqa.
Di antara alasan golongan yang membolehkan asuransi adalah berdasrkan pada kaidah fikih sebagai
berikut:“Asal sesuatu adalah boleh”Karena asal sesuatu adalah boleh dan bolehnya transaksi baru,
artinya semua jenis transksi dilakukan oleh manusia selama bermanfaat dan tidak ada dalil yang
melarangnya maka diperbolehkan, asuransi merupakan kategori transaksi manusia yang bermanfaat dan
taka da dalil khusus yang melarangnya. Alasan lain karena asuransi mengandung mashlahah. Artinya
asuransi sesuai dengan mashlahah atau kebaikan serta tujuan agama dan hukum bisa dibangun di atas
mashlahah tersebut jika tidak ada dalil naqli yaitu yang bersumber dari alQur’an dan hadist.
Adapun di antara maslahat uang terdapat dalam asuransi adalah sebagai alat untuk menyimpan uang,
bisa menjadi modal, dapat dipergunakan untuk kepentingan umum, mendatangkan ketenangan jiwa
serta mendatangkan rasa aman ketika terjadi musibah. Halalnya hukum asuransi didasarkan juga pada
asas kesepakatan antara kedua-belah pihak. Keduanya sama-sama rela dan sama-sama merasa
diuntungkan, sehingga tidak ada alasan untuk mengharamkannya.
Selanjutnya asuransi bisa dikisaskan dengan wadi’ah bi al-ujrah (penitipan dengan membayar upah)
yang demikian itu karena orang yang menerima titipan apabila menerima upah dari jasa titipan tersebut
maka ia harus menanggung atau mengganti barang tesebut apabila terjadi kerusakan.
Begitu juga pihak asuransi, maka ia harus menanggung karena telah menerima setoran dari nsabah
atau memberi keamanan ketika terjadi musibah. Selain itu asuransi bisa disamakan dengan perjanjian
yang mengikat al-wa’ad al-mulzam yaitu ketika seseorang berkata kepada orang yang kedua ”juallah
barang kamu sekarang, jika kamu mendapat kerugian, maka aku akan rido kepadamu”. Lalu orang yang
kedua tadi menjual barangnya dan mendapat kerugian, maka orang yang telah berjanji tadi harus rido
dengan membayar ganti rugi.8
Dalam asuransi terdapat kesepakatan dan kerelaan antara kedua belah pihak, asuransi mengutungkan
kedua belah pihak, serta asuransi mengandung kepentingan umum, sebab premipremi yang terkumpul
dapat diinvestasikan dalam kegiatan pembangunan serta asuransi juga termasuk syirkah ta’âwuniyyah
yaitu usaha bersama yang didasarkan pada prinsip tolong-menolong.
c) Kelompok Ulama Yang Mengharamkan Sebagian Dan
Membolehkan Sebagian Akad Asuransi Pendapat yang mengatakan bahwa asuransi yang bersifat sosial
dibolehkan dan yang bersifat komersial diharamkan. Pendapat ini antara lain dianut oleh Muhammad
Abu Zahrah (Guru Besar Universitas Cairo Mesir). Alasan yang mengatakan asuransi yang bersifat sosial
dibolehkan karena jenis asuransi sosial tidak mengandung unsur-unsur yang dilarang di dalam Islam.
Maka dari itu Terlepas dari berbagai pendapat ulama mengenai status hukum asuransi, sebenarnya
terdapat acuan dasar untuk praktik asuransi syariah, yaitu menghindari hal-hal yang berbau haram dan
menjalankan praktikpraktik yang sesuai prinsip-prinsip Islam. Kalaupun secara implisit di dalam al-Quran
dan hadits tidak terdapat perintah praktik asuransi, tapi bukannya bentuk muamalah baru yang tidak
terdapat dalam nash, karena transaksi baru pada dasarnya adalah boleh.

*Pendapat saya tentang Asuransi boleh-boleh saja asal tidak ada pihak yang di rugikan dan tidak
mengandung unsur-unsur riba dan sebagainya

Kelompok 5

“PERKAWINAN BEDA AGAMA DI INDONESIA”


A. Pengertian Perkawinan Beda Agama
menurut Rusli dan R. Tama, perkawinan antar-agama adalah ikatan lahir batin antara seorang pria
dan wanita yang, karena berbeda agama, menyebabkan tersangkutnya dua peraturan yang berlainan
tentang syarat-syarat dan tata cara pelaksanaan perkawinan sesuai dengan hukum agamanya masing-
masing, dengan tujuan untuk membentuk keluarga bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang
Maha Esa.
Pendapat para ulama tentang perkawina beda agama.

Bagaimana hukum nikah beda agama dalam Islam? Untuk mengetahuinya, simak penjelasan berikut.

Hukum Nikah Beda Agama dalam Islam

Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah sepakat mengeluaran fatwa bahwa pernikahan beda agama dalam
Islam hukumnya haram dan akad nikahnya otomatis menjadi tidak sah. Nahdlatul Ulama (NU) dalam
Bahtsul Masail di Muktamar 28 Yogyakarta juga menetapkan fatwa yang sama, bahwa menikah beda
agama dalam Islam hukumnya haram dan tidak sah.

Fatwa ini didasarkan pada firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 221 berikut:

‫ت َح ٰتّى ي ُۡؤ ِم َّن‌ؕ َواَل َ َمةٌ ُّم ۡؤ ِمنَةٌ َخ ۡي ٌر ِّم ۡن ُّم ۡش ِر َك ٍة َّولَ ۡو اَ ۡع َجبَ ۡت ُك ۚمۡ‌ َواَل تُ ۡن ِكحُوا ۡال ُم ۡش ِر ِك ۡينَ َح ٰتّى ي ُۡؤ ِمنُ ۡوا ‌ؕ َولَ َع ۡب ٌد ُّم ۡؤ ِم ٌن َخ ۡي ٌر ِّم ۡن‬ ِ ‫َواَل ت َۡن ِكحُوا ۡال ُم ۡش ِر ٰك‬
ٰ ۡ ۡ ۡ ‫هّٰللا‬ ۚ ٓ ٰ
ِ َّ‫ار  ۖ َو ُ يَ ۡدع ۡ ُٓوا اِلَى ال َجـنَّ ِة َوال َم ۡغفِ َر ِة بِاِذنِ ٖ ۚ‌ه َويُبَيِّنُ ا ٰيتِ ٖه لِلن‬
َ‫اس لَ َعلَّهُمۡ يَتَ َذ َّكر ُۡون‬ ِ َّ‫ك َّولَ ۡو اَ ۡع َجبَ ُكمۡ ؕ اُول ِٕٕٮِـكَ يَ ۡدع ُۡونَ اِلَى الن‬ ٍ ‫ُّم ۡش ِر‬

Dan janganlah kamu nikahi perempuan musyrik, sebelum mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya
perempuan yang beriman lebih baik daripada perempuan musyrik meskipun dia menarik hatimu. Dan
janganlah kamu nikahkan orang (laki-laki) musyrik (dengan perempuan yang beriman) sebelum mereka
beriman. Sungguh, hamba sahaya laki-laki yang beriman lebih baik daripada laki-laki musyrik meskipun
dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah mengajak ke surga dan ampunan
dengan izin-Nya. (Allah) menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka mengambil
pelajaran.

Mengutip buku Kawin Beda Agama di Indonesia oleh Prof. Dr. H. Mohammad Amin Suma, S.H., M.A.,
M.H., secara tekstual maupun kontekstual, Surah Al-Baqarah ayat 221 dengan tegas melarang (tepatnya
mengharamkan) laki-laki mukmin menikahi wanita-wanita musyrik; dan juga melarang (mengharamkan)
orangtua/ para wali yang beragama Islam menikahkan laki-laki musyrik dengan wanita muslimah-
mukminah.

Hal tersebut telah menjadi kesepakatan (ijmak) ulama serta konsensus ummatan Muslimatan di segenap
penjuru dunia dan di sepanjang masa pula. Sehingga hendaknya setiap Muslim menghindari pernikahan
beda agama ini demi kebaikan diri dan agamanya.

*Pendapat saya tentang menikah beda agama yaitu tidak boleh karena apabila menikah dengan
agamanya beda kalo umpamanya memiliki anak perempuan si ayah tidak bisa menjadi wali nikah.

Kelompok 6

A. Pengertian Operasi Pergantian dan Penyempurnaan Kelamin


Di antara operasi pergantian dan penyempurnaan kelamin, ada dua kata yang mengandung makna yang
berbeda, yakni kata pergantian dan penyempurnaan. Keduanya sama-sama mengarah pada
dilakukannya sebuah tindakan bedah (operasi) pada alat kelamin seseorang, namun letak perbedaannya
yakni pada tujuannya.

Kata pergantian lebih merujuk pada keadaan perubahan dan pertukaran. Sedangkan kata
penyempurnaan merujuk pada sebuah cara, proses dan atau perbuatan menyempurnakan.

2. Pengertian Operasi Penyempurnaan Kelamin

operasi penyempurnaan kelamin merupakan operasi yang dilakukan oleh dokter terhadap organ
kelamin yang kurang sempurna. Operasi ini dilakukan pada dasarnya bukan bermaksud untuk mengubah
jenis kelamin seorang laki-laki menjadi perempuan atau sebaliknya. Tetapi, untuk menyempurnakan
organ kelamin dalam agar sesuai dengan organkelamin luar atau menyempurnakan salah satu dari dua
kelamin yang dominan.

* Pendapat Para Ulama tentang Operasi Pergantian dan Penyempurnan Kelamin

Terkait permasalahan baru yang muncul dalam kehidupan bermasyarakat, disinilah andil para
ulama sangat dibutuhkan untuk menjawab atau memberikan solusi. Begitu pula dalam persoalan
operasi pergantian dan penyempurnaan kelamin ini.
Secara umum, transgender atau mengubah jenis kelamin hukumnya adalah haram dalam Islam.
Pakar Alquran dan Hadits KH Ahsin Sakho Muhammad menjelaskan mengubah jenis kelamin hanya
diperbolehkan (mubah) apabila seseorang tersebut memiliki kelainan medis.
“Allah menciptakan setiap ciptaannya serba sempurna, tapi ada juga kejadian yang menyebabkan
seseorang tidak sempurna, seperti bibir sumbing dan kelamin ganda. Itu boleh dilakukan suatu operasi”
ujar KH. Ahsin Sakho.
Dalam konteks mengubah jenis kelamin karena faktor medis, umumnya yang biasa terjadi adalah
adanya kelamin ganda pada seseorang. Ini disebut khuntsa musykil (samar atau tidak jelas) atau tidak
dapat ditentukan jenis kelaminnya. Kondisi yang demikian diperbolehkan untuk dioperasi dengan
memilih jenis kelamin yang dominan pada orang bersangkutan, berdasarkan pemeriksaan ahli medis.
Penentuan jenis kelamin laki-laki dan perempuan ini penting juga untuk menentukan hak-hak lainnya
seperti hak waris dan perwalian. Apabila telah ditetapkan dan dioperasi oleh dokter yang sesuai dengan
kondisi medisnya, maka hak-hak tersebut akan mengikuti sebagaimana jenis kelamin yang
bersangkutan.Menurut KH. Ahsin, orang berkelamin ganda yang belum dioperasi pun tetap bisa
mendapatkan haknya dalam hukum Islam sesuai dengan dominasi dari salah satu alat kelamin.
“Untuk hak waris, perwalian dan pernikahan terlebih dahulu harus ditentukan oleh dokter spesialis
dan ulama ahli. Karena yang paling tahu mana dominan itu dokter, lalu ke ulama,” ujar KH Ahsin. Majelis
Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwah, tanggal 12 rajab 1400 H bertepatan dengan tanggal
1 juni 1980 M bahwa:
1. Merubah jenis kelamin laki-laki menjadi perempuan atau sebaliknya hukumnya haram, karena
bertentangan dengan surat al-Nisa ayat 119 dan bertentangan pula dengan jiwa syara’.
2. Orang yang kelaminnya diganti kedudukan hukum jenis kelaminnya sama dengan jenis kelamin
semula sebelum dirubah.
3. Seseorang khuntsa (banci) yang kelaki-lakiannya lebih jelas boleh disempurnakan kelaki-lakiannya.
Demikian pula sebaliknya, dan hukumnya menjadi positif.
Dengan demikian operasi perubahan kelamin yang dilakukan seseorang yang lahir dalam kondisi
normal dan sempurna organ kelaminnya, memiliki penis bagi laki-laki atau vagina bagi perempuan yang
dilengkapi dengan rahim dan ovarium, tidak dibolehkan dan diharamkan oleh syariat Islam.

*Pendapat saya tentang operasi pergantian dan penyempurnaan alat kelamin yaitu haram, tidak boleh
karena telah merubah ciptaan allah SWT tetapi kalau hal tersebut dilakukan karena ada hal kebaikan di
dalamnya boleh dilakukan.

Kelompok 7

A. Pengertian Pornografi dan Pornoaksi

1. Pornografi
Secara etimologi, pornografi berarti suatu tulisan yang berkaitan dengan masalah pelacuran, dan
tulisan itu kebanyakan berbentuk fiksi (cerita khayalan) yang materinya diambil dari fantasi seksual
belaka. Pornografi biasanya tidak mempunyai karakter, tetapi mempunyai uraian yang sangat terperinci
mengenai aktivitas seksual. Sering dengan cara yang provokatif dan sangat menantang walaupun
sesungguhnya keadaan yang sebenarnya tidak demikian. Berdasarkan arti kamus, pornografi
mempunyai dua arti, yang pertama, sebagai bentuk penggambaran tingkah laku secara erotis dengan
lukisan dan tulisan untuk sengaja membangkitkan nafsu birahi. Arti yang kedua adalah, bahan bacaan
yang sengaja dan semata-mata dirancang untuk membangkitkan nafsu birahi dalam seks.
2. Pornoaksi
Pornoaksi adalah penampilan seseorang yang sedikit banyak menonjolkan hal-hal seksual, misalnya
gerakan-gerakan yang merangsang atau cara berpakaian minim yang menyingkap sedikit atau banyak
bagian-bagian yang terkait dengan alat kelamin. Dan lebih kepada aksi atau perbuatan secara nyata
bukan hanya pada gambar seperti pornografi.

* Pandangan Islam Tentang Pornografi dan Pornoaksi


Pornografi dan Pornoaksi Perspektif Hukum Islam Dalam Alquran, paling tidak ada tiga ayat, yaitu;
(QS.al-A’raf/7:26, QS.al-Isra/17:32, QS.al-Nur/24:30) yang dapat dipahami sebagai petunjuk mengenai
larangan pornografi dan pornoaksi. Al-Qur’an surah al-Isra’ ayat 32 telah tegas melarang mendekati zina
apalagi berbuat zina. Menurut Ahmad Musthafa al-Maraghi dalam Tafsir al-Maraghi jika berbuat zina
maka akan terjadi kekacauan nasab dan terjadi perang sesama manusia karena mempertahankan
kehormatan,24 juga akan merusak moral masyarakat dan mendatangkan penyakit,25 sedang pada surah
al-Ahzab ayat 59 berbicara tentang perintah menutup aurat dengan memakai jilbab. Menurut
Thabathaba’I sebagai dikutip M. Quraish Shihab, makna kata jilbab adalahmenutup seluruh badan
termasuk kepala dan wajah perempuan.Sementara pada surah al-A’raf ayat 26 Allah SWT
memerintahkan menutup aurat dengan perintah dan bahasa yang lebih komprehensif yakni pakaian
taqwa. Thahir Ibnu Asyur, memahami bahwa pakaian taqwa merupakan pakaian lahir batin, berperan
memelihara kesucian dan kehormatan manusia.Penjelasan ayat terakhir ini juga dijelaskan dalam tafsir
al-Azhar, bahwa taqwa itu sendiri adalah pakaian. Selanjutnya, larangan Islam atas pornografi, dapat
dilhat pada beberapa hadis sebagai berikut ini;
Dari Ibnu Usamah bin Zaid bahwa ayahnya Usamah berkata ; Rasulullah Saw memberikan
kepadaku jenis pakaian rangkap luar yang tembus pandang berwarna putih buatan Mesir yang
dihadiahkan Dihyah al-Kalbi. Kemudian aku berikan kepada istriku (untuk dipakai). Rasulullah Saw
bertanya kepadaku ; mengapa kamu tidak menggunakan qubthiyah itu ? Aku menjawab ; Aku berikan
(sebagai pakaian) istriku. Rasulullah Saw bersabda kepadaku ; suruh istrimu agar mengenakan rangkap
dalam (karena) aku khawatir pakaian tersebut memperlihatkan bentuk tubuhnya (HR.Ahmad).
Dari Aisyah r.a bahwa Asma binti Abu Bakar masuk ke rumah Rasulullah seraya memakai pakaian
tipis lalu Rasulullah berpaling dari arahnya dan bersabda : seorang perempuan jika telah sampai usia
dewasa tidak terlihat dari tubuhnya kecuali ini dan ini. Beliau menunjuk ke muka dan kedua telapak
tangannya (HR. Abu Dawud)

Secara tersurat kedua hadis tersebut, berisikan dua hal penting. Pertama, larangan menggunakan
pakaian tembus pandang, Kedua, larangan terhadap laki-laki untuk memandang aurat perempuan.
Sesuai dengan defenisi pornografi kedua hadis tersebut menyebut telanjang sebagai salah satu faktor
munculnya larangan. Apabila telanjang tidak dimaksudkan sebagi memancing birahi dilarang oleh hadis
tersebut apalagi telanjang yang sejak awal dimaksudkan sebagai memancing birahi. Oleh karena itu,
dengan kategori mafhum muwafaqah kedua hadis menunjuk pada dua hal penting lainnya, yaitu
pertama, hadis telah mencakup larangan untuk mendesain produk-produk pornografi. Kedua, berisikan
larangan untuk menonton, membaca dan menikmati produk-produk pornografi. Sejak awal
dimaksudkan sebagai, atau berpotensi menjadi bahan pornografi dilarang.
* Pendapat tentang pornografi dan porno aksi saya tidak setuju dengan ini banyak di media sosial vidoe
porno karena hal ini akan merusak anak-anak remaja apabila dia mengikuti ahal-hal yang di lihatnya

Kelompok 8

A.Pengertian Undiandan Lotere


1)Pengertian Undian

A.PengertianUndiandanLotere

1)Pengertian Undian
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, undian diartikan dengan sesuatu yang
diundi(lotre).Sedangkandalam
EnsiklopediIndonesiadisebutkanbahwalotreituberasaldariBahasaBelanda“loterij”yangartinyaundianberh
adiah,nasib,peruntungan.DalamBahasaInggrisjugaterdapatkata“lottery”yangberartiundian.Sehinggaanta
raundiandanloteremerupakansuatusinonim yang
memilikimaknadanartiyangsamanamundibedakandikalanganmasyarakat.

Sementaraitu,dalam EnsiklopediHukum Islam dijelaskan

bahwaundian(qur’ah)merupakanupayamemilihsebagianpilihan

(alternatif)darikeseluruhan pilihan yang tersedia dengan cara

sedemikianrupasehinggasetiappilihanyangtersediaitumemiliki

kemungkinan (probabilitas)yang samabesarnyauntukterpilih.

Undian merupakan upaya paling mampu menjauhkan unsur

keberpihakandalam memilihdandapatdilakukanuntukmaksudmaksudyangjauhsamasekalidariperjudian.2

2)PengertianLotere

Didalam ensiklopediIndonesiadisebutkanbahwalotere
berasaldaribahasaBelandaloterijyangberartiundianberhadiah,

undiannasibdanperuntungan.Sedangkanmenurutkamusbahasa

Inggrisberasaldarikatalotteryyangberartiundian.

Secara terminologilotere ialah bentuk perjudian yang

melibatkanpenarikanbanyakhadiah.

.PendapatParaulamaTentangUndiandanLotere

a.YusufQardawi

Beliau memandang lottereadalah salah satu daripraktikjudi,


denganalasanbahwaundianberhadiahmengandungunsurperjudian,

sebagaimana kenyataan orang yang bersangkutan,mengandalkan

padanasibbukanpadausahadankerjakerasyangsesuaidengan

sunnatullah.Undianberhadiahjugabanyakmerugikankonsumendan

menguntungkanbeberapaorang.Danjugamengajarkanoranguntuk

berlebihan.Kenyataannya para konsumen membeliterus barang-


barangyangsebenarnyatidakmerekabutuhkan.

b.IbrahimHosen

Menurutbeliau,undianadalahsuatupermainanyangmengandung

unsurtaruhandandilakukanberhadap-hadapanolehduaorangatau

lebih.Dimanadalam berhadap-hadapanituterkandunghikmahyang

karenanya,maka undian itu dilarang atau diharamkan.Sehingga

timbullahpermusuhandankebencianantarapelakudanmenyebabkan

merekalupakepadaAllahsertalalaidarikewajiban-kewajibanagama.

c.Ahmadasy-Syirbashi

Beliauberpendapatbahwalottereadalahsalahsatubentukpraktik

perjudianyangdilarangdalam agamaIslam dankeuntunganyang

diperolehdarinyajugaharam.Penekananharam dalam haliniadalah

memakanhartaoranglainsecarabathil,penipuan,dankebodohan.

d.RasyidRidho

RasyidRidhotidakmengharamkanLottereatauundianberhadiah

gunakepentinganumum ataunegara,karenamafaatnyalebihbesar
daripadamudharatnya.Namunianampaknyatidakmengahalalkan

bagiorangyangcocoknomorundianuntukmengambilhadiahnya.

Meskipun tidak menimbulkan permusuhan dan kebencian antara

merekayangturutdalamundian.

e.SaifuddinSiddiq

Menurutsaifuddinsiddiq,lotereyangmengakibatanadapihakyang

dirugikandandiuntungkanitutelahjelaskeharamannya,tapiuntuk

modelkedua yaitu dimana lotere hanya dijadikan alat untuk

mengumpulakan dana demi kepentingan sosial yang harus dipertimbangkan manfaatdan


mudharatnya.Beliau menganngap

loterelebihbanyakmengandungmudharatdaripadamanfaatnya.

Karena lotere lama kelamaan akan membentuk mentalmanusia

menjadilemah dan malas dalam mencarijalan kekayaan untuk

berusaha.Melihathaltersebutmakauntungan-untungansertapihak

yangmerasadiuntungkanataudirugikanyangberdampaknegatifbagi

mentaldanmoralitutermasukdalamjudiyangdiharamkan.
f.FuadMohd.Facruddin

FuadMohd.Fachruddinberpendapatbahwaloteretidaktermasuk

salahsatuperbuatanjudi.Kemudiandikatakanbahwapembeliatau

pemasanglotereapabilabermaksuddanbertujuanhanyamenolong

danmengharapkanhadiah,makatidaklahterdapatdalam perbuatan

itusatuperjudian.Apabilaseseorangbertujuansemata-mataingin

memperolehhadiah,menurutMuhammadFachruddinperbuatanitu

puntidaktermasukjudi.5

g.Abduh

SyaikhMuhammadAbduhsebagaipengarangkitabtafsiral-Manar

berpendapatbahwaumatIslam diharamkanmenerimauang hasil

undian,baiksecaraindividualmaupunsecarakolektif.Alasannyaialah

karenahalitutermasukmemakanhartaoranglaindengancarayang

bathil.MenurutMuhammadAbduhdapatdipahamibahwamemakan

hartadenganbatilialah:

1)Mencariatau mengambilharta orang lain dengan tanpa ada


imbalanyangnyatayangdapatdinilai;

2)Menerimaataumengambilhartaoranglaindengantanparidhanya.

A.Hassandalambukunyayangberjudul“Soal-JawabTentang

Berbagai Masalah Agama” mengatakan bahwa kita boleh

mengadakan dan menerima uang lotere selama Undang-undang


negarainimemperbolehkannya.Sebab,jikakitatidakmenerimauang

hasillotreitu,makadikhawatirkanuangtersebutakanjatuhpada

pihak-pihakyangingin

melemahkanIslam.Akantetapi,dalam halinibeliaumelarangumat

Islamuntukmembelilotre.

Sedangkan T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy mengatakan bahwa

meskipunlotremasukdalam kategoriharam,namunkeharamannya

tidaklahsamadengankeharamanqimarataumaisirkarenapada

qimardanmaisirlangsungmenimbulkanpermusuhan,pertengkaran

bahkanterkadangsampaitikam-menikam antarayangmenangdan

yangkalah.Dalam lotreinitidakterdapatyangdemikian.Namun,di
dalamnyaterdapatpulapadanyahal-halyangmenyamakandengan

qimarataumaisir.MuktamarMajlisTarjihMuhammadiyahdiSidoarjo

padatanggal27-31Juli1969,sepertiyangdikutip

MasjfukZuhdi,memutuskanantaralainbahwaLotreTotalisator

(Lotto),NasionalLotre (Nalo)dan sesamanya adalah termasuk

perjudian,sehinggahukumnyaharam.6

Anda mungkin juga menyukai