2. Pengertian Lesbian
Lesbian adalah istilah bagi perempuan yang mengarahkan hasrat seksualnya kepada sesama
perempuan. Istilah ini juga mengarah kepada perempuan yang mencintai perempuan baik secara fisik,
seksual, emosional atau secara spiritual
Istilah lesbian dalam bahasa Arab disebut as-sahaq yang artinya lembut dan halus, kemudian kata
ini semakin berkembang sehinggamemunculkan istilah musaahaqah an-nisa yang berarti hubungan
badan yang dilakukan oleh dua orang perempuan sama halnya yang dilakukan oleh kaum Luth (gay).
3. Pengertian Onani/Masturbasi
Menurut Nahdlatul Ulama, dalam bahasa Arab onani/masturbasi dikenal dengan istilah istimna’
atau mengeluarkan air mani tanpa melalui hubungan tubuh/seksual. Onani/Masturbasi adalah tindakan
pemuas nafsu dengan merangsang alat kelamin sendiri.
2) Pendapat kedua dicetuskan oleh Imam al-Syafi’i dalam pendapatnya yang terkenal bahwa pelaku
liwath harus dirajam tanpa membedakan apakah pelakunya itu masih singel ataukah sudah menikah.
Imam Nawawi al-Bantani juga menggambungkanhomoseksual ke dalam perbuatan zina. Hal ini terutama
dikaitkan dengan surah Al-Mu’minun ayat 5-7, yang artinya:
“Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang
mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa mencari yang dibalik
itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas”.
3) Pendapat ketiga menyatakan bahwa hukumannya diserahkan kepada penguasa. Pendapat ini dianut
oleh Imam Abu Hanifah, Mu’ayyad Billah, dan al-Murtadha, keduanya ahli fikih Syiah dan Imam Syafi’i
dalam riwayat yang lain. Penguasalah yang berhak menentukan jenis hukumannya, karena perbuatan
tersebut tidak dapat dikategorikan ke dalam perbuatan zina, maka hukumannya pun tidak dapat
disamakan dengan hukuman zina. Menurut al-Syaukani, pendapat pertama yang kuat, karena
berdasarkan nas sahih, sedangkan pendapat kedua dianggap lemah, karena Hadis yang dipakainya
lemah. Demikian pula pendapat ketiga, juga dipandang lemah, karena bertentangan dengan nas yang
telah menetapkan hukuman mati (hukuman had), bukan hukuman ta’zir.
2. Pendapat Para Ulama Tentang Lesbian
Dalam hal ini, para pemakalah hanya bisa memberikan tujuh pendapat dari para ulama, antara lain:
1) Al-Mawardi berpendapat bahwa hukum lesbian adalah haram karena sama seperti zina, meskipun
berbeda dalam hal hukumannya. Wajib padanya ta’zir, tidak hudud karena tidak ada persetubuhan
padanya.
2) Dalam kitab al-Bayan fi Mazhab al-Syafi’I dan Abi al-Husaini al-‘Imarani al-Syafi’i al-Yamani
mengatakan haram perempuan berhubungan dengan sesama perempuan dan tidak wajib hudud. Imam
Malik mengatakan wajib atas masing-masing dari perempuan itu hudud seratus kali cambuk.
. 3) Ibnu Hajar al-Haitami telah memasukkan perilaku lesbian dalam katagori ke-362 dosa besar. Beliau
mengatakan, dosa besar yang ke-362 adalah lesbian para perempuan.
4) Ibnu Hajar al-Asqalani telah memasukkan perilaku lesbian ini dalam katagori di mana hukumannya
terjadi khilaf antara ulama antara hudud atau ta’zir.
5) Ibnu Qudamah dari kalangan Hanabalah mengatakan, apabila dua orang perempuan saling melakukan
hubungan badan, maka keduanya penzina yang terkutuk. Namun, tidak ada hudud atas keduanya,
karena tidak ada unsur bersetubuh, maka serupa dengan bersentuhan kulit pada selain kemaluan.
6) Al-Sarkhasi dari kalangan Hanafiyah dalam kitab beliau al-Mabsuth dalam mengomentari hadis:
“Apabila seorang wanita mendatangi wanita, maka keduanya penzina” mengatakan, maksudnya pada
hak dosa, bukan hudud.
7) Setelah menyebut beberapa hadis, Ibnu Hazm mengatakan nash-nash ini disebut secara terang bahwa
haram saling bersentuhan kulit laki-laki sesama laki-laki dan perempuan sesama perempuan dengan
keharaman yang sama. Kemudian beliau melanjutkan, apabila berlanjut kepada kemaluan, maka
haramnya bertambah dan maksiatnya berlipat ganda.
Berdasarkan pendapat ulama di atas, maka dipahami bahwa sepakat para ulama mengharamkan
lesbian, namun mereka berbeda pendapat dalam hukumannya di dunia. Jumhur ulama berpendapat
lesbian tidak dihudud, akan tetapi dita’zir saja. Sedangkan Imam Malik berpendapat para lesbian
diberikan hukuman hudud, yakni cambuk seratus kali.10
3. Pendapat Para Ulama Tentang Onani/Masturbasi
Bahwa onani/masturbasi dalam pandangan para ulama, sebagian besar dari mereka mengharamkan
perbuatan masturbasi ini. salah satu tokoh ulama mazhab yang mengharamkan dan mencela perbuatan
onani/masturbasi/istimna’ ini adalah Imam asy-Syafi’i. Dasar hukum yang dipakai menjadi pegangan ini
adalah dalam firman Allah Azza wa Jalla pada surat Al-Mu’minun ayat: 5-6. Di mana dalam ayat tersebut
hanya ada dua hal yang diperbolehkan untuk berhubungan badan, yaitu dengan istri dan budaknya.
Sehingga onani/masturbasi diharamkan karena tidak disebutkan dalam ayat tersebut. Dan hal itu
diperkuat pada ayat selanjutnya dalam surat yang sama. Selain itu, Imam asy-Syafi’i juga melihat dari
segi moralitas yang ternyata perbuatan onani/masturbasi ini tidak termasuk perbuatan yang terpuji.Ibn
Hazm adalah salah satu ulama dari mazhab Zhahiri mengatakan bahwa onani/masturbasi itu hukumnya
makruh dan tidak berdosa. Akan tetapi, menurutnya onani/masturbasi dapat diharamkan karena
merusak etika dan budi luhur yang terpuji. Ibn Hazm mengambil dasar hukum dengan satu pernyataan
bahwa orang yang menyentuh kemaluannya sendiri dengan tangan kirinya diperbolehkan [Ijma’].
Dengan pertimbangan itu maka tidak ada tambahan dari hukum mubah tersebut, kecuali adanya
kesengajaan mengeluarkan sperma [at-Ta’ammud li Nuzul al-Maniy] sewaktu melakukan masturbasi.
Perbuatan ini sama sekali tidak dapat diharamkan karena berlandaskan firman Allah dalam Al-Qur’an
surat Al-An’aam ayat 119, bahwa Allah telah menjelaskan apa yang diharamkan-Nya. Sementara dalam
Al-Qur’an tidak ditemukan ayat yang menyatakan tentang keharaman dari perbuatan masturbasi.
Walaupun dari segi etika moral Ibn Hazm juga menganggap masturbasi sebagai perbuatan yang tidak
terpuji.
Dari pendapat kedua tokoh ulama tadi, maka dapat kita ambil satu pandangan bahwa hukum
onani/masturbasi itu cenderung mengikuti motif pelaksanaan dan akibat yang ditimbulkannya. Sehingga
hukum yang akan muncul pun sangat kondisional dan situasional. Elastisitas hukumnya ini didukung oleh
kenyataan bahwa perbuatan onani/masturbasi oleh syari’at tidak digolongkan sebagai tindak pidana
[jarimah] atau perbuatan yang terkena hukum ta’zir. Perbuatan ini semata-mata urusan etika, muru’ah,
dan kehormatan belaka. Untuk itu tentunya perbuatan ini akan kembali kepada masing-masing
pelakunya
* Menurut pendapat saya tentang homoseksual, lesbian ,dan onani/masturbasi yaitu tidak boleh di
lakukan karena sudah jelas ada ayat alquran yang menyinggung tentang hal tersebut. Di kehidupan
nyata kalo kita di indonesia melihat perbuatan tersebut sangat risih, tidak enak di pandang, jijik melihat
orang yang begitu menurut saya sih soalnya ada temen saya yang begitu gimana gitu lihatnya.
Kelompok 2
2. Pengertian Pajak
Definisi pajak telah dituangkan dalam UU No. 28 tahun 2007, aitu pajak adalah kontribusi wajib
kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. .
Kezaliman merupakan perbuatan yang tidak pernah diakui dalam ajaran Islam. Pembebanan pajak
tidak dapat dilakukan sembarangan dan sekehendak hati penguasa. Pajak yang diakui dalam sejarah fiqh
Islam dan sistem yang dibenarkan harus memenuhi beberapa syarat (Qardhawi, 1999: 1/56), di
antaranya adalah:
a. Harta itu benar-benar dibutuhkan dan tidak ada sumber lain. Maksudnya, pajak boleh dipungut
apabila negara memang benar-benar membutuhkan dana, sedangkan sumber lain tidak diperoleh.
Pendapat ini dikemukakan oleh Yusuf Qardhawi dan didukung oleh beberapa ulama dan mereka
mensyaratkan bahwa pajak boleh dipungut jika benar-benar kas Negara kosong.
b. Pajak dipungut secara adil. Maksudnya, jika pajak itu benar-benar dibutuhkan dan tidak ada sumber
lain, maka pengutipan harus adil dan tidak memberatkan. Jangan sampai menimbulkan keluhan
masyrakat. Keadilan dalam pemungutan pajak didasarkan pada pertimbangan ekonomi, sosial dan
kebutuhan yang diperlukan rakyat dan pembangunan.
c. Pajak hendaknya dipergunakan untuk membiayai kepentingan umat, bukan untuk maksiat dan hawa
nafsu.
d. Persetujuan para ahli yang berakhlak. Maksudnya pemerintah tidak boleh bertindak sendiri untuk
mewajibkan dan menentukan besaran pajak, kecuali setelah bermusyawarah dan mendapat persetujuan
dari para ahli.
Manakala tentang pembayaran zakat, para ulama telah bersepakat akan kewajiban zakat dan bagi
yang mengingkari kewajiban zakat, berarti mereka telah keluar dari Islam.
Meskipun zakat dan pajak sama-sama merupakan kewajiban dalam bidang harta, tetapi keduanya
mempunyai falsafah yang khusus, dan keduanya berbeda sifat dan asasnya, berbeda sumbernya,
sasaran, bagian serta kadarnya, disamping berbeda pula mengenai prinsip, tujuan dan jaminannya.
Sesungguhnya ummat Islam dapat melihat bahwa zakat tetap menduduki peringkat tertinggi
dibandingkan dengan hasil pemikiran keuangan dan perpajakan zaman modern, baik dari sisi prinsip
maupun hukum-hukumnya.
* Pendapat saya tentang zakat, zakat wajib si bayarkan pada bulan ramadan yaitu zakat fitrah dan zakat
mal di berikan kepada mereka yg kurang mampu.
Kalo pajak bolehdi bayarkan jika benar di butuhkan harus adil dan tidak memberatkan. Jadi keduanya
dalam mengelearkannya itu wajib.
Kelompok IIi
A. Monogami
1. Pengertian Monogami
Monogami berasal dari bahasa Yunani yaitu “monos” yang memiliki arti satu atau sendiri dan “gamos”
yang memiliki arti pernikahan. Jadi bisa disimpulkan bahwa monogami merupakan suatu kondisi dimana
seseorang hanya memiliki satu pasangan dalam suatu pernikahannya.
B. Poligami
1. Pengertian Poligami
Secara etimologi, kata poligami berasal dari bahasa Yunani yakni polisyang berarti banyak dan gamein
yang artinya kawin. Maka apabila digabungkan keduanya berarti perkawinan yang banyak. Sedangkan
secara terminologi, poligami yaitu seorang laki-laki yang mempunyai lebih dari satu istri tetapi dibatasi
empat orang.
C. Perceraian
1. Pengertian Perceraian
Perceraian menurut bahasa dalam istilah hukum islam dapat diartikan ‚at-talak yang memiliki makna
memisahkan atau meninggalkan.
Menurut istilah perceraian ialah segala bentuk perpisahan antara suami istri, baik yang di jatuhkan oleh
suami dan di tetapkan oleh hakim, maupun perpisahan yang di sebabkan oleh meninggalnya salah satu
dari suami istri tersebut.
3. Pendapat Ulama`
Semua ulama` telah bersepakat bahwa talak akan terjadi jika diakukan dengan niat dan menggunakan
kalimat sharih (jelas), Imam Shâfi‟î menyebutkan lafal-lafal cerai yang sôrih ada tiga: al-tholaq, al-firôq,
dan al-Sirôh. Sebagaimana yang disinyalir dalam al-Qurân. Namun yang menimbulkan beda pendapat
dalam lafal-tersebut adalah hukum sharihnya. Disatu sisi Imam Shâfi‟î, Imam Mâlik dan Abû Hanîfah
sepakat atas kesôrihan kata-kata tadi tanpa harus diembel-embeli kata yang lain dalam pengucapannya,
Oleh karena itu jika seorang suami melontarkan kalimat (anti thôliqun) terjadilah cerai tersebut seketika
itu. Dengan arti tanpa adanya qorînah atau situasi adanya penerimaan istri terhadap ucapan suami
tersebut. Disisi lain. Imam Shâfi‟î, Imam Mâlik dan Abû Hanîfah melontarkan pernyataan yang berbunyi:
ungkapan kata t}alak yang dilontarkan dengan mutlak tidaklah terjadi cerai Karena keumuman yang
dilontarkan tidak memiliki hukum khusus sehingga pengucapan kata yang mutlak membutuhkan
penjelas untuk menghukumi perkataanya secara khusus.
Mâlikiyah berpendapat sama bahwa pengucapan kata cerai yang masih umum dan mutlak tidak memiliki
konsekuensi Hukum, hanya saja Mâlikiyah ini masih menambahkan bahwa apabila perkataan umum
tersebut ada qorînah atau situasi si istri yang menunjukkan kebenarannya suami, maka perkataan cerai
yang mutlak tersebut menimbulkan talaq.
Perbedaan mujtahid tidak hanya sebatas pada persoalan kata atau bentuk kalimat yang diucapkannya,
akan tetapi pada ranah niat sebagai puncak dari suatu i`tikad perbuatan suami dalam pengucapan
cerainya. Perbedaan tersebut nampak dibawah ini :
a) Imam Mâlik. Apabila seorang suami melontarkan kata kepada isterinya “kamu saya cerai” dengan niat
lebih dari satu, misalkan dua atau tiga, maka yang terjadi adalah sebagaimana apa yang di niatkannya.
Jadi maksud dari pendapat imam Malik di atas ialah bahwa apa yg di lakukan oleh seseorang itu di lihat
dari apa yg dia niatkan.
b) Imam Shâfi‟î juga memilik pendapat yang sama dengan Imam Mâlikhanya saja Imam Shâfi‟î meng-
qoyyid-i pendapatnya dengan kalimat yang mengindikasikan pada cerai yang satu.
c) Abû Hanîfah berpendapat bahwa pengucapan kata t}alak satu tidak terjadi menjadi tiga cerai, karena
ucapan yang Mufrod atau satu kali tidak menyimpan hitungan t}alak lebih dari satu. Maksud dari
pendapat imam abu hanifah di atas ialah bahwa apa yg dia katakan tersebut maka itulah yang terjadi,
contohnya saya talaq satu kamu maka yang terjadi adalah talaq satu.
Pendapat saya tentang Monogami, Poligamai, dan Perceraian yaitu saya tidak seruju dengan hal-hal
tersebut karena banyak di kejadian nyata tidak sesui ekspetasi, contohnya poligami banyak yang tidak
adil dalam hal berkeluarga, perceraian masalah ini juga anak yg malah jadi korban.
Kelompok 4
A. Pengertian Asuransi
Kata Asuransi berasal dari bahasa Inggris, Insurance, yang dalam kamus bahasa Indonesia telah menjadi
bahasa populer dan diadopsi dalam kamus bahasa Indonesia dengan sebutan kata “pertanggungan”.
Sedangkan dalam bahasa Arab, kata asuransi ini dikenal dengan istilah at-ta’min, yang dimana
penanggung dalam bahasa Arab disebut mu’amin, sedangkan tertanggung disebut mu’amman lahu atau
mustamin. At-ta’min diambil dari kata amana yang artinya memberi perlindungan, ketenangan, rasa
aman, dan bebas dari rasa takut. Sedangkan pengertian At-ta’min sendiri adalah seseorang membayar
dan menyerahkan uang cicilan agar ia atau ahli warisnya mendapatkan sejumlah uang sebagaimana
yang telah disepakati, atau medapatkan ganti dari hartanya yang hilang.
C. Pendapat Para Ulama Tentang Asuransi
1. Pendapat para ulama tentang asuransiAsuransi merupakan jenis transaksi baru yang belum ada pada
masa ulama terdahulu, Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan keabsahan praktek hukum
asuransi. Secara garis besar, controversial terhadap masalah ini dapat dipilah menjadi tiga kelompok,
yaitu pertama ulama yang mengharapkan asuransi dan kelompok kedua adalah pendapat ulama yang
membolehkan asuransi. Kedua kelompok ini mempunyai hujjah (dasar hukum) masing-masing dan
memberikan alas an-alasan hukum sebagai penguat terhadap pendapat yang disampaikannya. Di antara
pendapat tersebut, terdapat ulama yang mengharamkan asuransi dalam bentuk apapun dan ada
asuransi yang besifat social (ijtima‟i) dan mengharamkan asuransi yang bersifat komersial (tijari) serta
ada juga yang meragukannya (subhat).
a) Kelompok Ulama Yang Mengharamkan
Dalam bukunya Masail Fiqhiyah Masjfuk Zuhdi menyebutkan ulama yang secara tegas mengharamkan
asuransi, diantaranya Sayid Sabiq (pengarang Fiqh al-Sunnnah), Abdullah al-Qalqili (Mufti Yordan),
Muhammad Yusuf al-Qardhawi (pengarang alHalal wa al-Haram fi al-Islam), Mahdi Hasan (Mufti
Deoband Saharanpur India), Mahmud Ali (Mufti al-„Ulum Cawnpur India). Semua ulama yang
mengharamkan praktik asuransi karena bertentangan dengan kemurnian hukum Islam, bahwa dalam
asuransi merupakan perjanjian berbahaya, tidak adil, dan tidak pasti. Bahkan Muslehuddin menganggap
asuransi sebagai perjanjian pertaruhan.6 Namun menurut Wakum Sumitro semua pendapat bertumpuh
pada alasan sebagai berikut:
1) Asuransi mengandung perjudian.
2) Adanya unsur ketidakpastian.
3) Mengandung unsur riba. Karena pada perusahaan asuransimenginvestasikan uang yang telah dibayar
oleh tertanggung dalam bentuk jaminan berbunga.
4) Asuransi termasuk jual beli atau tukar menukar mata uang yang tidak secara tunai.
5) Objek bisnisnya digantungkan pada hidup matinya seseorang, yang berarti mendahului takdir Allah
Swt.
6) Asuransi mengandung unsur ekploitasi yang bersifat menekan.7
*Pendapat saya tentang Asuransi boleh-boleh saja asal tidak ada pihak yang di rugikan dan tidak
mengandung unsur-unsur riba dan sebagainya
Kelompok 5
Bagaimana hukum nikah beda agama dalam Islam? Untuk mengetahuinya, simak penjelasan berikut.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah sepakat mengeluaran fatwa bahwa pernikahan beda agama dalam
Islam hukumnya haram dan akad nikahnya otomatis menjadi tidak sah. Nahdlatul Ulama (NU) dalam
Bahtsul Masail di Muktamar 28 Yogyakarta juga menetapkan fatwa yang sama, bahwa menikah beda
agama dalam Islam hukumnya haram dan tidak sah.
Fatwa ini didasarkan pada firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 221 berikut:
ت َح ٰتّى ي ُۡؤ ِم َّنؕ َواَل َ َمةٌ ُّم ۡؤ ِمنَةٌ َخ ۡي ٌر ِّم ۡن ُّم ۡش ِر َك ٍة َّولَ ۡو اَ ۡع َجبَ ۡت ُك ۚمۡ َواَل تُ ۡن ِكحُوا ۡال ُم ۡش ِر ِك ۡينَ َح ٰتّى ي ُۡؤ ِمنُ ۡوا ؕ َولَ َع ۡب ٌد ُّم ۡؤ ِم ٌن َخ ۡي ٌر ِّم ۡن ِ َواَل ت َۡن ِكحُوا ۡال ُم ۡش ِر ٰك
ٰ ۡ ۡ ۡ هّٰللا ۚ ٓ ٰ
ِ َّار ۖ َو ُ يَ ۡدع ۡ ُٓوا اِلَى ال َجـنَّ ِة َوال َم ۡغفِ َر ِة بِاِذنِ ٖ ۚه َويُبَيِّنُ ا ٰيتِ ٖه لِلن
َاس لَ َعلَّهُمۡ يَتَ َذ َّكر ُۡون ِ َّك َّولَ ۡو اَ ۡع َجبَ ُكمۡ ؕ اُول ِٕٕٮِـكَ يَ ۡدع ُۡونَ اِلَى الن ٍ ُّم ۡش ِر
Dan janganlah kamu nikahi perempuan musyrik, sebelum mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya
perempuan yang beriman lebih baik daripada perempuan musyrik meskipun dia menarik hatimu. Dan
janganlah kamu nikahkan orang (laki-laki) musyrik (dengan perempuan yang beriman) sebelum mereka
beriman. Sungguh, hamba sahaya laki-laki yang beriman lebih baik daripada laki-laki musyrik meskipun
dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah mengajak ke surga dan ampunan
dengan izin-Nya. (Allah) menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka mengambil
pelajaran.
Mengutip buku Kawin Beda Agama di Indonesia oleh Prof. Dr. H. Mohammad Amin Suma, S.H., M.A.,
M.H., secara tekstual maupun kontekstual, Surah Al-Baqarah ayat 221 dengan tegas melarang (tepatnya
mengharamkan) laki-laki mukmin menikahi wanita-wanita musyrik; dan juga melarang (mengharamkan)
orangtua/ para wali yang beragama Islam menikahkan laki-laki musyrik dengan wanita muslimah-
mukminah.
Hal tersebut telah menjadi kesepakatan (ijmak) ulama serta konsensus ummatan Muslimatan di segenap
penjuru dunia dan di sepanjang masa pula. Sehingga hendaknya setiap Muslim menghindari pernikahan
beda agama ini demi kebaikan diri dan agamanya.
*Pendapat saya tentang menikah beda agama yaitu tidak boleh karena apabila menikah dengan
agamanya beda kalo umpamanya memiliki anak perempuan si ayah tidak bisa menjadi wali nikah.
Kelompok 6
Kata pergantian lebih merujuk pada keadaan perubahan dan pertukaran. Sedangkan kata
penyempurnaan merujuk pada sebuah cara, proses dan atau perbuatan menyempurnakan.
operasi penyempurnaan kelamin merupakan operasi yang dilakukan oleh dokter terhadap organ
kelamin yang kurang sempurna. Operasi ini dilakukan pada dasarnya bukan bermaksud untuk mengubah
jenis kelamin seorang laki-laki menjadi perempuan atau sebaliknya. Tetapi, untuk menyempurnakan
organ kelamin dalam agar sesuai dengan organkelamin luar atau menyempurnakan salah satu dari dua
kelamin yang dominan.
Terkait permasalahan baru yang muncul dalam kehidupan bermasyarakat, disinilah andil para
ulama sangat dibutuhkan untuk menjawab atau memberikan solusi. Begitu pula dalam persoalan
operasi pergantian dan penyempurnaan kelamin ini.
Secara umum, transgender atau mengubah jenis kelamin hukumnya adalah haram dalam Islam.
Pakar Alquran dan Hadits KH Ahsin Sakho Muhammad menjelaskan mengubah jenis kelamin hanya
diperbolehkan (mubah) apabila seseorang tersebut memiliki kelainan medis.
“Allah menciptakan setiap ciptaannya serba sempurna, tapi ada juga kejadian yang menyebabkan
seseorang tidak sempurna, seperti bibir sumbing dan kelamin ganda. Itu boleh dilakukan suatu operasi”
ujar KH. Ahsin Sakho.
Dalam konteks mengubah jenis kelamin karena faktor medis, umumnya yang biasa terjadi adalah
adanya kelamin ganda pada seseorang. Ini disebut khuntsa musykil (samar atau tidak jelas) atau tidak
dapat ditentukan jenis kelaminnya. Kondisi yang demikian diperbolehkan untuk dioperasi dengan
memilih jenis kelamin yang dominan pada orang bersangkutan, berdasarkan pemeriksaan ahli medis.
Penentuan jenis kelamin laki-laki dan perempuan ini penting juga untuk menentukan hak-hak lainnya
seperti hak waris dan perwalian. Apabila telah ditetapkan dan dioperasi oleh dokter yang sesuai dengan
kondisi medisnya, maka hak-hak tersebut akan mengikuti sebagaimana jenis kelamin yang
bersangkutan.Menurut KH. Ahsin, orang berkelamin ganda yang belum dioperasi pun tetap bisa
mendapatkan haknya dalam hukum Islam sesuai dengan dominasi dari salah satu alat kelamin.
“Untuk hak waris, perwalian dan pernikahan terlebih dahulu harus ditentukan oleh dokter spesialis
dan ulama ahli. Karena yang paling tahu mana dominan itu dokter, lalu ke ulama,” ujar KH Ahsin. Majelis
Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwah, tanggal 12 rajab 1400 H bertepatan dengan tanggal
1 juni 1980 M bahwa:
1. Merubah jenis kelamin laki-laki menjadi perempuan atau sebaliknya hukumnya haram, karena
bertentangan dengan surat al-Nisa ayat 119 dan bertentangan pula dengan jiwa syara’.
2. Orang yang kelaminnya diganti kedudukan hukum jenis kelaminnya sama dengan jenis kelamin
semula sebelum dirubah.
3. Seseorang khuntsa (banci) yang kelaki-lakiannya lebih jelas boleh disempurnakan kelaki-lakiannya.
Demikian pula sebaliknya, dan hukumnya menjadi positif.
Dengan demikian operasi perubahan kelamin yang dilakukan seseorang yang lahir dalam kondisi
normal dan sempurna organ kelaminnya, memiliki penis bagi laki-laki atau vagina bagi perempuan yang
dilengkapi dengan rahim dan ovarium, tidak dibolehkan dan diharamkan oleh syariat Islam.
*Pendapat saya tentang operasi pergantian dan penyempurnaan alat kelamin yaitu haram, tidak boleh
karena telah merubah ciptaan allah SWT tetapi kalau hal tersebut dilakukan karena ada hal kebaikan di
dalamnya boleh dilakukan.
Kelompok 7
1. Pornografi
Secara etimologi, pornografi berarti suatu tulisan yang berkaitan dengan masalah pelacuran, dan
tulisan itu kebanyakan berbentuk fiksi (cerita khayalan) yang materinya diambil dari fantasi seksual
belaka. Pornografi biasanya tidak mempunyai karakter, tetapi mempunyai uraian yang sangat terperinci
mengenai aktivitas seksual. Sering dengan cara yang provokatif dan sangat menantang walaupun
sesungguhnya keadaan yang sebenarnya tidak demikian. Berdasarkan arti kamus, pornografi
mempunyai dua arti, yang pertama, sebagai bentuk penggambaran tingkah laku secara erotis dengan
lukisan dan tulisan untuk sengaja membangkitkan nafsu birahi. Arti yang kedua adalah, bahan bacaan
yang sengaja dan semata-mata dirancang untuk membangkitkan nafsu birahi dalam seks.
2. Pornoaksi
Pornoaksi adalah penampilan seseorang yang sedikit banyak menonjolkan hal-hal seksual, misalnya
gerakan-gerakan yang merangsang atau cara berpakaian minim yang menyingkap sedikit atau banyak
bagian-bagian yang terkait dengan alat kelamin. Dan lebih kepada aksi atau perbuatan secara nyata
bukan hanya pada gambar seperti pornografi.
Secara tersurat kedua hadis tersebut, berisikan dua hal penting. Pertama, larangan menggunakan
pakaian tembus pandang, Kedua, larangan terhadap laki-laki untuk memandang aurat perempuan.
Sesuai dengan defenisi pornografi kedua hadis tersebut menyebut telanjang sebagai salah satu faktor
munculnya larangan. Apabila telanjang tidak dimaksudkan sebagi memancing birahi dilarang oleh hadis
tersebut apalagi telanjang yang sejak awal dimaksudkan sebagai memancing birahi. Oleh karena itu,
dengan kategori mafhum muwafaqah kedua hadis menunjuk pada dua hal penting lainnya, yaitu
pertama, hadis telah mencakup larangan untuk mendesain produk-produk pornografi. Kedua, berisikan
larangan untuk menonton, membaca dan menikmati produk-produk pornografi. Sejak awal
dimaksudkan sebagai, atau berpotensi menjadi bahan pornografi dilarang.
* Pendapat tentang pornografi dan porno aksi saya tidak setuju dengan ini banyak di media sosial vidoe
porno karena hal ini akan merusak anak-anak remaja apabila dia mengikuti ahal-hal yang di lihatnya
Kelompok 8
A.PengertianUndiandanLotere
1)Pengertian Undian
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, undian diartikan dengan sesuatu yang
diundi(lotre).Sedangkandalam
EnsiklopediIndonesiadisebutkanbahwalotreituberasaldariBahasaBelanda“loterij”yangartinyaundianberh
adiah,nasib,peruntungan.DalamBahasaInggrisjugaterdapatkata“lottery”yangberartiundian.Sehinggaanta
raundiandanloteremerupakansuatusinonim yang
memilikimaknadanartiyangsamanamundibedakandikalanganmasyarakat.
bahwaundian(qur’ah)merupakanupayamemilihsebagianpilihan
sedemikianrupasehinggasetiappilihanyangtersediaitumemiliki
keberpihakandalam memilihdandapatdilakukanuntukmaksudmaksudyangjauhsamasekalidariperjudian.2
2)PengertianLotere
Didalam ensiklopediIndonesiadisebutkanbahwalotere
berasaldaribahasaBelandaloterijyangberartiundianberhadiah,
undiannasibdanperuntungan.Sedangkanmenurutkamusbahasa
Inggrisberasaldarikatalotteryyangberartiundian.
melibatkanpenarikanbanyakhadiah.
.PendapatParaulamaTentangUndiandanLotere
a.YusufQardawi
padanasibbukanpadausahadankerjakerasyangsesuaidengan
sunnatullah.Undianberhadiahjugabanyakmerugikankonsumendan
menguntungkanbeberapaorang.Danjugamengajarkanoranguntuk
b.IbrahimHosen
Menurutbeliau,undianadalahsuatupermainanyangmengandung
unsurtaruhandandilakukanberhadap-hadapanolehduaorangatau
lebih.Dimanadalam berhadap-hadapanituterkandunghikmahyang
timbullahpermusuhandankebencianantarapelakudanmenyebabkan
merekalupakepadaAllahsertalalaidarikewajiban-kewajibanagama.
c.Ahmadasy-Syirbashi
Beliauberpendapatbahwalottereadalahsalahsatubentukpraktik
memakanhartaoranglainsecarabathil,penipuan,dankebodohan.
d.RasyidRidho
RasyidRidhotidakmengharamkanLottereatauundianberhadiah
gunakepentinganumum ataunegara,karenamafaatnyalebihbesar
daripadamudharatnya.Namunianampaknyatidakmengahalalkan
bagiorangyangcocoknomorundianuntukmengambilhadiahnya.
merekayangturutdalamundian.
e.SaifuddinSiddiq
Menurutsaifuddinsiddiq,lotereyangmengakibatanadapihakyang
dirugikandandiuntungkanitutelahjelaskeharamannya,tapiuntuk
loterelebihbanyakmengandungmudharatdaripadamanfaatnya.
berusaha.Melihathaltersebutmakauntungan-untungansertapihak
yangmerasadiuntungkanataudirugikanyangberdampaknegatifbagi
mentaldanmoralitutermasukdalamjudiyangdiharamkan.
f.FuadMohd.Facruddin
FuadMohd.Fachruddinberpendapatbahwaloteretidaktermasuk
salahsatuperbuatanjudi.Kemudiandikatakanbahwapembeliatau
pemasanglotereapabilabermaksuddanbertujuanhanyamenolong
danmengharapkanhadiah,makatidaklahterdapatdalam perbuatan
itusatuperjudian.Apabilaseseorangbertujuansemata-mataingin
memperolehhadiah,menurutMuhammadFachruddinperbuatanitu
puntidaktermasukjudi.5
g.Abduh
SyaikhMuhammadAbduhsebagaipengarangkitabtafsiral-Manar
undian,baiksecaraindividualmaupunsecarakolektif.Alasannyaialah
karenahalitutermasukmemakanhartaoranglaindengancarayang
bathil.MenurutMuhammadAbduhdapatdipahamibahwamemakan
hartadenganbatilialah:
2)Menerimaataumengambilhartaoranglaindengantanparidhanya.
A.Hassandalambukunyayangberjudul“Soal-JawabTentang
hasillotreitu,makadikhawatirkanuangtersebutakanjatuhpada
pihak-pihakyangingin
melemahkanIslam.Akantetapi,dalam halinibeliaumelarangumat
Islamuntukmembelilotre.
meskipunlotremasukdalam kategoriharam,namunkeharamannya
tidaklahsamadengankeharamanqimarataumaisirkarenapada
qimardanmaisirlangsungmenimbulkanpermusuhan,pertengkaran
bahkanterkadangsampaitikam-menikam antarayangmenangdan
yangkalah.Dalam lotreinitidakterdapatyangdemikian.Namun,di
dalamnyaterdapatpulapadanyahal-halyangmenyamakandengan
qimarataumaisir.MuktamarMajlisTarjihMuhammadiyahdiSidoarjo
padatanggal27-31Juli1969,sepertiyangdikutip
MasjfukZuhdi,memutuskanantaralainbahwaLotreTotalisator
perjudian,sehinggahukumnyaharam.6