Anda di halaman 1dari 6

MATA KULIAH : SEMINAR PENDIDIKAN AGAMA

WAKTU UJIAN : 110 Menit

PRODI/KELAS : Pendidikan Vocasional Teknik Mesin A/B

DOSEN PENGAMPU : Iwan Ridwan, S. Pd.I., M. Pd.I.

SIFAT : Pemahaman dan Analisis

A. Awali dengan membaca Basmalah!


B. Isilah pertanyaan di bawah ini dengan benar!

1. Sebutkan sebab-sebab terjadinya perbedaan madzhab?


2. Tulislah salah satu contoh kasus tentang permasahalan shalat yang menjadi obyek fikih
ikhtilaf menurut imam madzhab (Hanafi, Maliki, Syafii dan Hambali)? kemukakan dalil nya
3. Salah satu dasar-dasar pegangan Imam Hanafi yaitu Qiyas dan Istihsan. Apa yang dimaksud
dengan Qiyas dan Istihsan? Berilah contoh masing-masing……!
4. Kemukakan contoh tentang fikih aulawiyah?
5. Tulislah dalil Al-Qur’an tentang proses kejadian manusia?
6. Bagaimana status hukum keluarga berencana (KB) menurut Islam? Uraikan…..!
7. Uraikan Istilah-istilah di bawah ini
a. Milkul Yamin
b. Mut’ah
8. Carilah studi kasus nyata di masyarakat saudara (kampung masing-masing) tentang sebagian
warga yang melakukan praktik poligami? Bagaimana keharmonisan dalam rumah tangganya?
Adakah konflik? Bagaimana pandangan warga lain terhadap tetangganya yang melakukan
poligami? (Jika tidak ada kasus poligami di kampung saudara ; Abaikan)

SELAMAT BEKERJA
JAWABAN

NO ABSEN 37
NAMA IRHAMULLAH
NIM 2284200040
PRODI PVTM
KELAS A

1. Mazhab pemikiran terjadi karena adanya perbedaan pendapat antar kedua, perbedaan
pendapat inilah yang menyebabkan lahirnya aliran pemikiran Islam yang masih diterima
oleh msyarakat. Akar perbedaan antara ulama adalah manusia memiliki tingkat
pemahaman yang berbeda-beda dalam memperoleh informasi dan makna, menarik
kesimpilan hukum, memahami rahasia hukum, dan memahami kesalahpahaman tentang
hukum. Semua ini tidak sejalan dengan kesultanan hukum Syariah.
2. Di antara masalah hukum yang sering menjadi polemik di masyarakat adalah hukum
membaca surat alfatihah dalam solat. yakni hukum membaca Surat al-Fatihah dalam
shalat, para ulama berbeda pendapat. Mayoritas ulama, meliputi Imam Syafi’i, Malik,
dan Ahmad ibn Hanbal berpendapat bahwa membaca al-Fatihah merupakan syarat sah
shalat. Jika seseorang meninggalkannya, padahal ia mampu membacanya, shalatnya tidak
sah. Mereka berpegangan pada hadits riwayat Ubadah bin Shamit bahwa Nabi shalallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
ِ ‫صاَل ةَ لِ َم ْن لَ ْم يَ ْق َرْأ بِفَاتِ َح ِة ْال ِكتَا‬
‫ب‬ َ ‫اَل‬
“Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca Surat al-Fatihah.”(Shahih Bukhari,
Hadits Nomor 714). Kedua hadits di atas menunjukkan kewajiban membaca surat al-
Fatihah dalam shalat, sebab kata “lâ shalâta” dalam hadits pertama menunjukkan arti
tidak sah (nafyus sihhah), sementara kata “khidâj” dalam hadits kedua menunjukkan arti
kurang dan rusak (an-naqshu wal fasâd), sehingga dapat dipahami bahwa membaca al-
Fatihah merupakan syarat sah shalat. Abu Hanifah menyatakan keabsahan shalat tanpa
bacaan al-Fatihah, tetapi kurang afdhal. Sebab menurut mereka, kewajibannya adalah
membaca surat atau ayat Al-Qur’an; minimal tiga ayat pendek atau satu ayat Panjang.
3. - Qiyas, keputusan untuk menghukum maslah dengan menyamakan dua hukum, yang
satu ada pada zaman nabi, sedangkan yang lain tidak ada pada zaman nabi, dan masih
berdasarkan teks karena kesamaan Eilats. Diantara semua sumber hukum Islam, Qiyas
menempati urutan keempat (terakhir). Contoh Qiyas :
 Hukum Nabilz(memabukkan sari buah minuman beralkohol, dll) disamakan
dengan Khamr, karena keduanya memiliki kesamaan yaitu keduanya sama-sama
dihukum haram. Karena meminum Khamr berdasarkan asal muasal Al Quran dan
Hadits, kalaupun nabidz tidak tercantu dalam Al Quran atau hadits, karena
kemiripanya dengan nazil, minum nabidz juga haram.
- Istihsan, perbuatan (agak kontradiktif) itu perlu diserahkan kepada undang-undang
lain karena dalil Syara. Contoh Istihsan:

 Peristiwa meninggalkan hukum potong tangan (qisash) bagi pencuri pada zaman
khalifah Umar bin Khattab. Padahal seharusnya pencuri harus dipotong
tangannya. Itu adalah hukum asal. Namun kemudian hukum ini ditinggalkan
kepada hukum lainnya, yang berupa tidak memotong tangan pencuri. Ini adalah
hukum berikutnya, dengan suatu dalil tertentu yang menguatkannya. Mula-mula
peristiwa atau kejadian itu telah ditetapkan hukumnya berdasar nash, yaitu
pencuri harus dipotong tangannya. Kemudian ditemukan nash yang lain yang
mengharuskan untuk meninggalkan hukum dari peristiwa atau kejadian yang telah
ditetapkan itu, pindah kepada hukum lain. Dalam hal ini, sekalipun dalil pertama
dianggap kuat, tetapi kepentingan menghendaki perpindahan hukum itu.

4. Contoh :  Menghadap kiblat adalah kewajiban. Jika sudah berusaha tapi tetap tidak tahu
arah kiblat maka harus sholat menghadap arah yang menurut dugaannya adalah arah
kiblat. Sehingga tetap melaksanakan sholat. Jika di hutan tidak ditemukan makanan
kecuali dengan memburu babi, maka makan babi sekadar untuk bertahan hidup harus
dilakukan.
ٌ ِ‫خَصي ٌم ُمب‬
5. .‫ين‬ ِ ْ ُ‫ق اإل ْن َسانَ ِم ْن ن‬
‫طفَ ٍة فَِإ َذا ه َُو‬ َ َ‫خَ ل‬
"Dia telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata."

‫فإنا خلقناكم من تراب ثم من نطفة ثم من علقة ثم من مضغة مخلقة وغير مخلقة لنبين لكم ونقر في األرحام ما نش{{اء إلى أج{{ل‬.٢
‫مسمى ثم نخرجكم طفال ثم لتبلغوا أشدكم ومنكم من يتوفى ومنكم من يرد إلى أرذل العمر لكيال يعلم من بعد علم شيئا‬

“Sesungguhnya Kami telah membuat kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani,
kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna
kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan untuk kamu dan Kami
tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan,
kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur)
kamu sampailah ke kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula)
di kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, dia minta tolong lagi sesuatupun
yang dahulunya telah diketahuinya”
6. Hukum islam yang tidak dinashkan secara tegas, yaitu hukum-hukum yang berdasarkan
ijtihad yang dibina atas ra’yu dan qiyas, dengan mendatangkan kemaslahatan dan
kemafsadatan”berkaitan dengan frogram keluarga berencana (KB) dalam pengendalian
pertumbuhan penduduk,islam membolehkan menggunakan berbagai sarana untuk
mengatur jarak kehamilan,serta bukan dengan tujuan untuk menjadikan mandul atau
mematikan fungsi alat refroduksi, tetapi tujuannya mencegah kehamilan dalam jangka
waktu tertentu (bukan selamanya),karena adanya maslahat yang di pandang oleh suami-
istri.
7. - Milkul yamin lebih kuat dari pernikahan, tuan budak tidak perlu akad nikah agar bisa
menggauli budaknya/ bahkan kalua sekiranya ia melakukan akad nikah terhadap budak
wanitanya, maka akad nikah itu tidak sahm dan budaknya itu tetap bukanlah istri
baginya.
Menggauli budak milik orang lain adalah zina. Tentu, syarat boleh menggauli budak
wanita, adalah kepemilikan penuhh atas budak itu.barangsiapa menggauli budak orang
lain, bila ia memperoleh izin dari pemikik budak atau tidak, maka perbuatan itu termasuk
zina. Karena budak wanita hanya boleh digauli oleh pemiiknya. Demikian pula
diharamkan untuk menggauli budak wanita, jika pemilik budak lebih dari satu orang,
karena kepemilikannya terhadap budak tidak sempurna (Al Bayan fi Madzhab Asy
Syafi’I 12/364
Budak laki-laki dilarang menggauli majikan perempuannya. Jika majikan laki-laki
diperbolehkan menggauli budak perempuannya, maka hal ini tidak berlaku kepada
majikan perempuan, dimana ia tidak boleh melakukan hubungan badan dengan budaknya
laki-laki, karena ayat-ayat yang membolehkan untuk mempergauli budak berlaku kepada
laki-laki saja terhadap budak-budak perempuan mereka. Hal ini rermasul kesepakatan
ulama (Tafsir Al Qurthubi,12/105) Dilarang menggauli budak wanita musyrik.
Sebagaimana seorang muslim dilarang menikahi wanita musyrik selain ahlul kitab,
majikan dilarang untuk menggauli budak wanitanya yang musyrik selain dari kalangan
ahlul kitab. Dilarang menggauli budak wanita Bersama saudarinya. Sebagaimana dalam
pernikahan, seorang muslim dilarang menikahi seorang wanita Bersama saudarinya,
drmikian pula, seorang tuan tidak boleh menggauli budak wanita Bersama saudarinya.
Ketika seorang tuan memiliki budak perempuan lebih dari satu dan diantara mereka ada
yang bersaudara, maka tuan budak itu hanya boleh menggauli satu dari budak-budak
yang bersaudara itu. Jika ia menggauli saudarinya yang lain, makai a telah bermaksiat.
Larangan untuk menyatukan dua saudara atau lebih berlaku, baik dalam pernikahan
maupun dalam menggauli milkul yamin. (Syarh Al-Minhaj dan Hasyiyah Al Qalyubi,
3/243) Dampak setelah tuan menggauli budak wanitanya. Setelah tuan menggauli budak
wanitanya, maka diharamkan atas tuannya ibu dan anak-anak perempuan budak itu
selamanya. Demikian juga iru haram bagi anak-anaknya serta ayah sang tuan. Demikian
pula haram bagii tuan saudari-saudari budak yang menggaulinya, bibinya, anak
perempuan saudarinya juga anak perempuan saudaranya, sebagaimana salam pernikahan.
(Syarh Al-Minhaj dan Hasyiyah Al Qalyubi,3/243) Wajib menafkahi secara layak. Bagi
tuan, ia wajib menafkahi budak-budak wanitanya, baik berkenaan dengan makanan
maupun pakaian. Lebih-lebih budak wanita yang dipilih untuk digauli tuannya,
disunnahkan agar tuannya memberikan pakaian lebih bagus daripaa budak-budak
lainnya.(Al Bayan fi Madzhab Asy Syafi, 11/270) Iddah budak (Istibra’). sebagaimana
wanita merdeka menjalani masa iddah, budak wanita pun menjadi masa iddah, yang
disebut dengan istibra’. istibra’ disyariatkan karena pergantian status, dari asalnya
merdeka kemudian menjadi budak atau sebaliknya, juga perpindahan kepemilikan
seorang budak. Sedangkan masa iddah budak hamil, hingga melahirkan. Sedangkan yang
tidak hamil dengan satu haidh jika ia mengeluarkan daraj haidh atau dengan waktu satu
bulan juka tidak berhaidh. Sebagai ulama berpendapat bahwa istibra budak sama dengan
iddah wanita merdeka. Dalam rentang waktu iddah, kemarahan mulai reda, sedangkan
wanita budak tidak membutuknan itu semua. (Syarh Yaqut An Nafis, hal. 657,658) Umm
al walad pintu kebebasan. Jika seorang budak wanita digauli oleh tuannya, dan ia
melahirkan anak tuannya, maka budak itu disebut debagai umm walad, dimana anak-anak
yang lahir dari hubungannya dengan tuannya adalah anak-anak yang merdeka.
Sedangkan ia memiliki anak dari selain tuannya, maka status anaknya mengikuti status
ibunya, yakni memperoleh kemerdekaan setelah tuannya wafat. (Al Bayan fi Madzhab
Asy Syafi’I, 8/524) Bolehnya menggauli budak wanita berlaku hingga kini?. Bolehnya
menggauli budak wanita bagi tuanya berlaku Ketika praktik perbudakan berlaku dimasa
terdahulu. Adapun saat ini hukum bolehnya menggauli perbudakan tidak berlaku karena
tidak adanya objek hukum, dikarenakan dihapusnya perbudakan dan islam sendiri
mendorong penghapusan perbudakan, baik melalui perintah motivasi untuk
membebaskan budak maupun kafarat
- Mut’ah
mam An Nawawi menjelaskan dalam Al Minhaj, bahwa nikah mut'ah pernah
diperbolehkan dan kemudian dilarang hingga hari akhir. Dalam hadits yang diriwayatkan
oleh Ahmad, Salamah bin Al Akwa' berkata, "Rasulullah saw memberi keringanan pada
kami dalam masalah mut'ah wanita-wanita pada tahun Authos selama tiga hari, kemudian
beliau melarangnya."Dalam hadits yang diriwayatkan At-Tirmizy, Abdullah bin Abbas ra
mengatakan bahwa nikah mut'ah pernah dibolehkan di awal-awal pensyariatan. Saat itu,
seseorang yang mengembara di suatu negeri tanpa memiliki pengetahuan berapa lama
akan tinggal, lalu dia menikah dengan seorang wanita sekadar masa bermukim di negeri
itu, istrinya itu memelihara hartanya dan mengurusinya, hingga turunnya ayat yang
berbunyi: orang-orang yang menjaga kemaluannya kecuali kepada istrinya dan budaknya.
Nikah mut'ah pernah diperbolehkan karena masyarakat Islam saat itu masih dalam masa
transisi dari zaman jahiliyah kepada Islam. Akan tetapi, Rasulullah saw kemudian
melarang praktik nikah mut'ah. Hal ini juga ditegaskan dalam Fathul Bari, Ibnu hajar Al
Asqalani menjelaskan, bahwa pernikahan mut'ah praktiknya seperti nikah kontrak, yang
mana hukum kebolehannya sudah termansukh atau terhapus. Dari Ar-Rabi' bin Sabrah
Al-Juhani berkata, bahwa ayahnya berkata kepadanya bahwa Rasulullah saw bersabda,
"Wahai manusia, dahulu aku mengizinkan kamu nikah mut'ah. Ketahuilah bahwa Allah
swt telah mengharamkannya sampai hari kiamat." (HR. Muslim).
8. Alhamdulillah di lingkungan keluarga, sodara maupun lingkungan kampung saya tidak
mengalami namanya poligami.

Anda mungkin juga menyukai