Anda di halaman 1dari 3

NAMA : NUR SOFIYAH GUNAWAN

JURUSAN : Hukum Keluarga (AS)


Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya
NIM : C91217072
Mata Kuliah : Ushul Fiqh
Dosen Pengampu : H.M. Ghufron, LC, MHI

TUGAS AKHIR SEMESTER


1. Mengapa AlQuran menjadi sumber hukum utama?
Karena AlQuran merupakan rujukan paling utama dalam menghukumi setiap perbuatan
sebagaimana yang tercantum dalam QS AnNisa;59 yang menjelaskan perintah untuk taat
pada Allah dan Rasul dan jika mendapat kesukaraan hendak dikembalikan ke AlQuran
dan Sunnah.
2. Sebutkan 6 dalil yang masih diperselisihkan kedudukannya sebagai dalil oleh jumhur
kaum muslimin !
Istihsan, Mashlahah Mursalah, Istishhab, 'Urf, Mazhab Shahabi, Syari'at kaum sebelum
kita (Syaru man Qoblana)
3. Apakah dalam mencapai kesepakatan hukum, pelaku ijma disyaratkan memiliki sandaran
dalil?
Mayoritas disandarkan pada dalil namun menurut sebagian ulama lain tidak disyaratkan.
4. Apakah ucapan sahabat bisa dijadikan hujjah?
Tidak bisa jika apa yang sahabat ucapkan hasil dari ijtihad mereka.
5. Apa perbedaan istihsan dan maslahah mursalah?
Istihsan adalah berpindahnya suatu hukum pada hukum yang lain karena ada sebab yang
dipandang lebih kuat dan lebih baik, namun sering pemikiran istihsan hanya berdasar
pada ra’yu. Sedangkan maslahah mursalah adalah mengambil manfaat dan menolak
kemudharatan dalam rangka memelihara tujuan syara.
6. Ketika ada alUrf yang bertentangan dengan dalil syara, lebih diutamakan dalil syara atau
alUrf itu sendiri?
Pada dasarnya, dikatakan alUrf adalah sesuatu kebiasaan yang tidak bertentangan dengan
dalil syara, seperti kebiasaan penduduk Madinah tentang berdagang atau bercocok
tanam. Namun, jika suatu alUrf tersebut bertentangan atau menyimpang, lebih
diutamakan dalil syara yang ditetapkan didalam nash.
7. Bagaimana cara menetapkan illat?
Illat bisa disebut dengan pemicu, berbeda dengan sebab. Syarat illat yakni harus bersifat
jelas, harus pasti dan tidak bertentangan dengan hukum asal (nash). Contoh: Sholat
dhuhur memiliki illat diwajibkan karena adanya nash dalam AlQuran bukan karena
tergelincirnya matahari.
8. Apa saja cara-cara untuk mengetahui illat ?
Dengan nash, ijma yang menunjukkan, dan dengan adanya penelitian mengenai hal
tersebut.
9. Sebutkan contoh istihsan!
Istihsan bin an-nass, berdasar ayat/hadist, contoh; masalah wasiat
Istihsan bi al-qiyas khafi, berdasar qiyas yang tersambung, contoh; masalah wakaf lahan
pertanian
Istihsan bi al-urf, berdasar adat kebiasaan yang berlaku umum, contoh; jual beli
Istihsan bi al-Ijma, berdasar ijma, contoh; Jasa pemandian umum yang tidak ditentukan
berapa lama dan berapa jumlah air yang digunakan.

Page 1 of 3
Istihsan bi maslahah, berdasar kemaslahatan, contoh; dibolehkannya dokter melihat aurat
pasien yang berobat.
10. Sebutkan contoh maslahah mursalah!
Pencatatan perkawinan oleh petugas KUA, Pembuatan KTP sebagai identitas diri.
11. Jelaskan nash-nash Al Quran dari segi dalalah-nya terhadap hukum-hukum yang
dikandungnya !
a. Nash yang Oath'i dalalah-nya yaitu nash yang menunjukkan kepada makna yang
pemahaman makna itu dari nash tersebut telah tertentu dan tidak mengandung takwil
serta tidak ada peluang untuk memahami makna lainnya dari nash itu.
b. Nash yang Zhanni dalalah-nya yaitu nash yang menunjukkan atas suatu makna, akan
tetapi masih memungkinkan untuk ditakwilkan atau dipalingkan dari makna ini dan
makna lainnya dimaksudkan darinya.
12. Bagaimana hubungan As-Sunnah dengan Al Quran ?
1. Ada kalanya As-Sunnah itu menetapkan atau mengukuhkan hukum yang telah ada
dalam Al Qur'an.
2. Ada kalanya As-Sunnah itu memerinci dan menafsirkan terhadap sesuatu yang
datang dalam Al Quran secara global, membatasi terhadap hal-hal yang datang
dalam Al Qur'an secara mutlak, atau mentakhshih sesuatu yang datang di dalamnya
secara Umum.
3. Ada kalanya sunnah itu menetapkan dan membentuk hukum yang tidak terdapat di
dalam Al Quran
13. Sebutkan rukun Ijma' !
• Adanya sejumlah para Mujtahid pada saat terjadinya suatu persitiwa.
• Adanya kesepakatan seluruh Mujtahid di kalangan ummat Islam terhadap hokum
syara' mengenai suatu kasus / peristiwa pada waktu terjadinya tanpa memandang
negeri mereka, kebangsaan mereka ataupun kelompok mereka.
• Bahwasanya kesepakatan mereka — adalah dengan mengemukakan pendapat
masing-masing orang dari para mujtahid itu tentang pendapatnya yang jelas
mengenai suatu peristiwa,.
• Bahwa kesepakatan dari seluruh mujtahid atas suatu hukum itu terealisir.
14. Qiyas adalah dalil Syar'iyyah yang menjadi sumber hukum yang keempat. Apa yang
dimaksud Diyas ?
Qiyas adalah mempersamakan suatu kasus yang tidak ada nash hukumnya dengan suatu
kasus yang ada nash hukumnya, dalam hokum yang ada nashnya, karena persamaan
kedua itu dalam ilat hukumnya.
15. Apa yang dimaksud dengan Sadd Dzariah, Syar’u man qoblana dan Qoul Shahabi?
Sadd Dzariah adalah metode penggalian hukum islam dengan mencegah suatu pekerjaan
yang awalnya boleh menjadi tidak diperbolehkan karena mengandung kerusakan.
Contoh; khamr dan zina.
Syar’u man qoblana adalah Syariat ajaran nabi sebelum adanya Islam. contoh; Syariat
Nabi Musa, pakaian najis menjadi tidak suci kecuali dipotong bagian yang najis.
Qoul Shahabi adalah doktrin atau pendapat sahabat tentang suatu hukum yang tidak
terdapat ketentuannya dalam AlQuran dan Sunnah. Contoh; menurut Ali, mahar minimal
10 dirham namun pendapat ini ditolak karena yang biasanya mengukur mahar adalah
pihak perempuan.
16. Apa yang menjadi kesamaran para Mujtahid untuk tidak menggunakan Istihsan sebagai
hujjah ?
Sekelompok mujtahid mengingkari terhadap istihsan sebagai hujah dan mereka
menganggapnya sebagai ber-istimbath terhadap hokum syara' berdasarkan hawa nafsu
dan seenaknya sendiri.

Page 2 of 3
Tokoh utama kelompok ini adalah Imam Asy-Syafi'i.
17. Jelaskan pengertian Hukum Taklifi dan Hukum Wadh'i !
Hukum Taklifi adalah sesuatu yang menuntut suatu pengerjaan dari mukallaf, atau
menuntut untuk berbuat, atau memberikan pilihan kepadanya antara melakukan dan
meninggalkannya.
Hukum Wadh'i adalah sesuatu yang menuntut penetapan sesuatu sebagai sebab bagi
sesuatu yang lain, atau menjadi syarat baginya, atau menjadi penghalang baginya.
18. Apakah boleh qiyas dalam masalah ibadah?
Imam Syafi'i berkata tidak ada Qiyas (analogi) dalam urusan Ibadah dan berkata imam
Ahmad aku pernah bertanya kepada Imam Syafi'i tentang Qiyas maka beliau menjawab
ketika darurat.
Qiyas tidak sekali - kali dapat dipakai atau dipergunakan untuk urusan ibadah, Aqidah,
dan keagamaan. karena urusan agama (Ibadah dan Aqidah) adalah Tauqifiah -harus
didasarkan atas nash yang sharih (terang) dari kitabullah (al-Qur'an) dan/atau dari
Sunnah. Ibadah yang dilakukan dengan jalan Qiyas adalah bid'ah hukumnya yang
membawa kesesatan bagi orang yang mengerjakannya.
19. Apa perbedaan Ijma Qauli dan Ijma sukuti?
Ijma qauli adalah ijma yang dikeluarkan oleh para mujtahid secara lisan maupun tulisan
yang disetujui dengan mujtahid lain pada zamannya.
Ijma sukuti adalah ijma yang dikeluarkan oleh para mujtahid dengan cara diam, antara
menyetujui dan ragu-ragu dalam persetujuannya.
20. Kenapa harus menggunakan Sunnah, ijma, dan qiyas dalam menentukan hukum syariat
padahal sudah dijelaskan dalam Al Quran dan Sunnah?
Hukum dalam AlQuran bersifat umum sedangkan permasalahan dalam kehidupan sangat
banyak dan bercabang, maka diperlukan penafsiran mendalam menggunakan rayu yang
tak lupa didasari dengan Al Quran dan Sunnah.

Page 3 of 3

Anda mungkin juga menyukai