-Pokok isi kandungan al-Qur’an Isi kandungan al-Qur’an meliputi : 1) Tauhid 2) Ibadah 3) Janji dan
ancaman 4) Jalan mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat 5) Riwayat dan cerita (qishah umat
terdahulu).
-Pedoman al-Qur’an dalam menetapkan hokum
Tidak memberatkan, Meminimalisir beban, Berangsur angsur dalam menetapkan hukum
2. Al-HADIS
Dasar kehujjahan hadis: ALI IMRAN;179
Macam – macam Hadis :
a. Hadis Qauliyyah
Yaitu yang diucapkan langsung oleh Nabi Saw kemudian dinukil oleh sahabat dalam bentuknya
yang utuh seperti apa yang diucapkan Nabi.
b. Hadis Fi’liyah
Yaitu yang berkaitan dengan perbuatan yang dilakukan oleh Nabi Saw. yang dilihat atau diketahui
oleh para sahabat, kemudian disampaikan kepada orang lain
c. Hadis Taqririyah
Yaitu perbuatan dan ucapan para sahabat yang dilakukan di hadapan atau sepengetahuan Nabi Saw,
tetapi beliau mendiamkan dan tidak menolaknya. Sikap diam beliau tersebut dipandang sebagai
persetujuan.
Fungsi hadis terhadap Al-Qur’an :
a. Bayanut taqrir: menetapkan dan menguatkan suatu hukum di dalam al-Qur’an.
b. Bayanut tafsir: menafsirkan dan merinci redaksi al-Qur’an yang bersifat global (umum).
c. Bayanut tasyri’: menetapkan hukum yang tidak dijelaskan rinci oleh al-Qur’an.
3. IJMA’
1). Menurut Ali Abdur Razak yang ijma’ adalah: Ijma’ ialah kesepakatan para mujtahid umat
Islam pada suatu masa atas sesuatu perkara hukum syara’.
Ijma’ artinya kesepakatan bulat dari sejumlah mujtahid. ijma’ ada dua, yaitu:
a. Ijma’ Sarih, yaitu kesepakatan yang dinyatakan oleh para mujtahid.
b. Ijma’ Sukuti, yaitu sebagian mujtahid mengatakan pendapatnya mengenai hukum, sedangkan
mujtahid lainnya tidak memberikan tanggapan menerima atau menolak.
c. Ijma’ qat’i dalalah terhadap hukumnya; artinya, hukum yang ditunjuk sudah dapat dipastikan
kebenarannya, atau bersifat qat’i sehingga tidak perlu diperdebatkan lagi dan tidak perlu
diijtihadkan kembali.
d. Ijma’ zanni dalalah terhadap hukumnya; artinya, hukum yang dihasilkannya
contoh Ijma':
Misalnya adalah status hukum dari vaksinasi dan imunisasi. Pada masa Nabi Muhammad, belum ada
vaksinasi dan imunisasi. Hukumnya pun belum ada. Lalu, para ulama berkumpul untuk
membahasnya. Mereka pun berpandangan bahwa vaksinasi dan imunisasi memiliki banyak manfaat
secara medis, dan dapat dianggap sebagai “ikhtiar” untuk kesehatan. Dengan Fatwa MUI Nomor 4
Tahun 2016 tentang Imunisasi, MUI menyatakan bahwa vaksinasi dan imunisasi diperbolehkan
4. QIYAS
Qiyas artinya mengukur, membandingkan sesuatu dengan yang semisalnya.
Rukun Qiyas
a. Al-Aslu, sesuatu yang sudah ada hukumnya dalam nas.
b. Al-Far’u, sesuatu yang baru dan tidak ada hukumnya dalam nas.
c. Al-Hukmu, hukum syarak yang ada nasnya sebagai pangkal hukum bagi cabang.
d. Al-‘illat, yaitu sifat atau keadaan yang dijumpai pada cabang dan juga ada pada pokok.
Macam-Macam Qiyas
a. Qiyas Aula, qiyas yang ‘illah-nya mewajibkan adanya hukum.
b. Qiyas Musawi, qiyas yang ‘illah-nya mewajibkan adanya hukum yang sama, baik pada hukum
yang ada pada al-aslu maupun maupun hukum yang ada pada al-far’u (cabang).
c. Qiyas Adna, qiyas dimana hukum al-far’u lebih lemah keterkaitan-nya dengan hukum al-aslu.
Contoh Qiyas: menganalogikan narkotika yang pada zaman Nabi Muhammad tidak ada dengan
khamr (minuman memabukkan). Karena sifat yang menimbulkan membahayakan kesehatan,
kecanduan dan ketergantungan sama seperti khamr, maka narkotika dianggap sama hukumnya
dan dianggap haram
3. ISTISHAB
Istishab menurut bahasa mempunyai arti selalu menemani atau selalu menyertai. Menurut istilah
istishab adalah menjadikan hukum yang telah tetap pada masa lampau terus berlaku sampai
sekarang karena tidak diketahui adanya dalil yang merubahnya.
4. SADZUDZ DZARI’AH
sadzudz dzari’ah adalah menutup jalan atau mencegah hal-hal yang bisa membawa atau
menimbulkan terjadinya kerusakan. Dengan kata lain segala sesuatu baik yang berbentuk
fasilitas, sarana keadaan dan prilaku yang mungkin membawa kepada kemudharatan hendaklah
diubah atau dilarang
5. ‘URF
‘Urf menurut bahasa berarti mengetahui. ‘Urf adalah apa-apa yang saling diketahui oleh manusia
dan mereka mempraktekkannya, baik perkataan maupun perbuatan atau meninggalkan.
Sedangkan menurut para ahli ushul fiqh adalah sesuatu yang telah saling dikenal oleh manusia
dan mereka menjadikan tradisi.
7. MAZHAB SHAHABI
Mazhab shahabi arti menurut bahasa ialah pendapat sahabat Rasulullah SAW tentang suatu kasus
dimana hukumnya tidak dijelaskan secara tegas dalam al-Quran dan al-Sunnah Rasulullah.