• hukum yang
berhubungan
Amaliyah dengan
perbuatan
manusia.
Kebijaksanaan Alqur'an dalam menetapkan
hukum menggunakan perinsip :
Alqur'an itu
diturnkan kepada Banyak ayat yang
menyatakan bahwa Mukzijat Alqur'an
Rasulullah saw juga merupakan
diketahui secara Alqur'an itu
datangnya dari dalil yang pasti
mutawatir, tentang kebenaran
Allah,
Alqur'an datang
dari Allah swt.
Al-sunnah / Hadits merupakan sumber hukum ajran islam yang ke2, karena hal-hal
yang di ungkapkan dalam Al-qur’an bersifat umum atau memerluakn penjelsan,maka
nabi Muhammad Saw menjelaskan melalui Hadist. Adapun yang dimaksud dengan
sunnah adalah segala sesuatu yang datang dari nabi. Selain al-Qur’an, baik berupa
perkataan, perbuatan atau taqrir yang bisa dijadikan sebagai dasar penetapan hukum
syarak. Fungsi dari As- sunnah sendiri adalah untuk menafsirkan menjelaskan ayat Al-
Qur’an. Ayat-ayat Al-Qur’an yang hanya menjelaskan dasar-dasar permasalahan sesuatu,
maka hadist berfungsi untuk menjelaskan.
Kedudukan Al-Sunnah terhadap Alqur'an :
1. Memberikan perincian
terhadap ayat-ayat Alqur'an
yang masih mujmal
Sunnah dapat
Sunnah Fi'liyah , Yaitu setiap perbuatan yang dibedakan kepada tiga
dilakukan Nabi saw. yang diketahui dan macam, yaitu :
disampaikan oleh sahabat kepada orang lain,
seperti cara shalat, cara berwudlu yang
dipraktekan Nabi Saw.
Sunnah Taqririyah
Yaitu perbuatan atau ucapan sahabat yang dilakukan di
hadapan Nabi saw. atau sepengetahuan Nabi , namun
Nabi diam dan tidak mencegahnya, maka sikap diam
dan tidak mecegahnya, menunjukan persetujuan nabi.
Ijma’ diartikan kesepakatan,(al-itifaq) tehadap sesuatu.Secara
terminologis ijma’ adalah kesepakatan semua mujtahid dari ijma’ umat
Muhammad SAW.Terhadap huku syara’ dalam suatu masa setelah
beliau wafat.Kata ‘’dari umat Muhammad SAW”,adalah ijma’ para
mujtahid umat Muhammad,sekaligus mengecualikan kesepakatan para
mujtahid yang buka dari umat Muhammad SAW,misalnya umat Nabi
Isa Nabi Musa,dan lainnya.dapat didenifinisi bahwa ijma’ merupakan :
Kesepakatan seluruh mujtahid dari ijma’ Muhammad SAW.
Ijma’ dilakukan dalam suatu masa setelah Rasulullah SAW.
Ijma’ berkaitan dengan hukum syara’.
Kedudukan Ijma Sebagai Sumber Hukum
1. Perintah Allah dalam Al-Qur’an untuk mentaati –Nya, Rasulullah dan ulil amri. Allah berfirman dalam Q.S.
Al- Nisa’ (4):59.
“Wahai orang-orang yang beriman! Taatlah Allah dan Rasul (Muhammad) dan ulil amri (pemegang kekuasaan)
diantara kamu.”
2. Kesepakatan seluruh ulama tidak mungkin sesat atau salah, sebagaimana sabda Nabi Saw sebagai berikut :
“Allah tidak akan menjadikan umatku bersepakat atas kesesatan. (HR. Al-Thabrani).”
3. Kesepakatan ulama mujtahid tentang suatu hukum pasti didasarkan atas nash-nash syar’i. Mereka memiliki
aturan dan batas tertentu yang tidak boleh dilanggar. Oleh sebab itu, kesepakatan mereka pasti sejalan dengan
prinsip syari’at Islam.
4. Sejarah mencatat proses pengangkatan Abu Bakar sebagai khalifah yang terjadi secara ijma’. Walaupun ada
sebagian kecil yang pada mulanya tidak setuju seperti Ali dan Sa’ad bin Ubadah.
5. Berkaitan dengan hadis ahad yang bersifat zhanni yang bisa dijadikan sumber hukum, ijma’ juga bisa
menjadi sumber hukum karena pendapat ulama mayoritas.
6. Jika ukuran kuat atau lemahnya sebuah hadis dilihat dari banyak atau sedikitnya periwayat, hal ini berlaku
dalam hal ijma’. Semakin banyak ulama mujtahid yang bersepakat pada suatu masalah, semakin kuat pada
pendapat mereka.
Macam – macam Ijma’