Anda di halaman 1dari 19

Nama : Anisa Cahya Ayu Landari

Nim : 2132055
Kelas : HKI 1 C
Mata Kuliah : Ushul Fiqih
Pengertian Qiyas
 Secara etimologi qiyas diartikan dengan
mengukur sesuatu dengan sesuatu yang
lainnya. Menurut definisi Syaikh Muhammad
al-Khudari Beik.
 Qiyas ialah memberlakukan ketentuan
hukum yang ada pada pokok (asal) kepada
cabang (yang tidak disebutkan di dalam nash)
karena adanya pertautan illat pada keduanya.
2.Rukun dan Syarat-syarat Qiyas
 1.Rukun Qiyas
ulama ushul telah sepakat, bahwa qiyas harus berpijak kepada
empat rukun,yaitu :
a.Adanya pokok yang disebut dengan asal ,yaitu persoalan yang
telah disebutkan hukumnya didalam nash.
b.Adanya huruf atau cabang, yaitu suatu persoalan (peristiwa
baru)yang tidak ada nash yng menjelaskan hukum dan ia
disamakan hukumnya dengan pokok melalui qiyas.
c. Adanya hukum ,yakni ketentuan hukum pada pokok dan ia
akan di berlakukan sama pada cabang.
d. Adanya illat,yaitu sifat atau keadan yang terdapat pada pokok
dan ia menjadi dasar pensyiratan atau hukum.
2. Syarat-syara Qiyas
 Syarat – syarat bagi pokok
Adapun yang menjadi persyaratan bagi pokok ,seperti yang disebutkan
oleh al-Ghazali (w.505H/1111M)
 Syarat-syarat bagi cabang
Cabang juga mempunyai syarat-syarat tertentu, sehingga dengan syarat-
syarat ini akan terlihat keberadaan sebagai salah satu dari rukun qiyas.
 Syarat-syarat bagi hukum pokok
Hukum pokok adalah ketentuan hukum yang sudah tetap di dalam nash
dan ketentuan hukum inilah yang akan di berlakukan kepada cabang.
 Syarat-syarat bagi illat hukum
yang di maksud dengan h`illat hukum ialah suatu sifat yang jelas yang
terdapat pada pokok karena ia terdapat pula pada cabang maka
diberlakukan yang sama antara keduanya.
 Pembagian illat dan cara penetapan
a. `Illat dari segi keberadaannya
b. `Illat dilihat dari segi penggunaanya
c. Cara penetapan `illat hukum
Adapun cara-cara yang ditempuh dalam rangka
penepatan `illat tersebut sebagai berikut:
1. Dengan menggukan nash al-quran dan sunnah
2.Penetapan `illat melalui al-ijma
3.Menentukan `illat dengan ijma`
4. Penetapan `illat dengan al-Munasabah
5.Dengan cara al-dauran
6.Dengan cara al-Sabr wal al-Taqsim
7.Dengan cara al-syabah
8. Dengan cara Tanqih al-Manat
Pengertian Istihsan
 Secara etimologi istihsan ialah berusaha
mendapatkan yang terbaik untuk diikuti bagi
sesuatu masalah yang di perhitungkan untuk
dilaksanakan. Senada pula dengan al-Sarakhsi diatas,
Abdul Wahab Khalaf menyebutkan pula ,bahwa
yang di maksud dengan istihsan ialah ;
istihsan ialah berpindahnya seorang mujtahit
dari ketentuan qiyas yang jelas kepada ketentuan
qiyas yang samar (tersembunyi) , atau dari ketentuan
yang kuliy (umum)kepada ketentun hukum yang
sifatnya khusus.
Pembegian istihsan
A. Menurut Mazhab Hanafi
Menurut mazhab ini istihsan dibagi kepada lima macam yaitu :
1. Istihsan dengan nash
2. Istihsan dengan ijma`
3. Istihsan darurat dan hajat
4.Istihsan dengan `urf dan adat
5. Istihsan dengan qiyas khafi
B. Menurut Mazhab Maliki
Menurut mazhab ini terdapat tiga macam istihsan sebagai berikut :
1. Istihsan yang disandarkan kepada al-`urf
2.Istihsan yang disandarkan kepada maslahat
3. Istihsan yang disandarkan pada keadaan untuk menghilangkan
kesulitan
Pengertian maslahah
 Maslahat ialah memilahara maksud hukum
syara` terhadap berbagai kebaikan yang telah
digariskan dan di tetapkan batas-batasnya,
bukan berdasarkan keinginan dan hawa nafsu
manusia belaka
Pembagian Maslahat
a. Maslahat dari segi tingkatannya
1. Muslahat dengan maslahat daruriyat
2. Disebut dengan maslahat hajiyat
3.Disebut dengan maslahat tabsiniyah
b.Maslahat dilihat dari segi Eksistensi
1. Disebut dengan maslahat mu`tabarah
2.Disebut dengan maslahat mulgah
3.Disebut dengan maslahat mursalah
Persyaratan Maslahat Mursalah
a. Kemaslahatan itu hendaknya kemaslahatan yang
memang tidak terdapat dalil yang menolaknya.
b. Maslahat mursalah itu hendaklah maslahat yang
dapat di pastikan bukan hal yang samar-samar
atau perkiraan dan rekayasa saja.
c. Maslahat mursalah hendaklah maslahat yang
bersifat umum,yang dimaksud dengan maslahat
yang bersifat umumini adalah kemaslahatan yang
memang terkait dengan kepentingan orang
banyak.
Pengertian istishab
 Istishab adalah tetap berpegangan kepada
suatu ketentuan yang telah ditetapkan pada
masa lalu (sebelumnya) sampai ada dalil yang
mengubah ketetapan tersebut.Sementara itu,
Abdul Wahab Khalaf menyebutkan bahwa al-
istihsan itu adalah menjadikan hukum suatu
peristiwa yang telah ada sejak semula tetap
berlaku sampai peristiwa berikutnya, kecuali
ada dalil yang mengubah ketentuan hukum itu.
Macam-macam Istishab
a. Istishab al-bara`ah al-asliyah ialah pada asalnya al-bara`ah
al-asliyah berarti bahwa pada asalnya manusia itu bebas
dari segala beban hukum.
b.Istishab al-hukum al-asli lil asyya` yaitu sesuatu ketentuan
hukum itu pad dasarnya karena bermanfaat adalah boleh,
selama belum ada dalil yang melarangnya.
c.Istishab ma dalla al-`aql au al-asr`u `ala tsubutih yaitu
istishab yang menurut akal atau syara` hukumnya tetap
berlaku secara terus-menerus,sampai ada dalil yang
mengubah keberlangsungan ketentuan hukum tersebut.
d. Istishab al-washf yaitu istishab yang berkaitan dengan sifat.
Pengertian al- `Urf
 Secara bahsa al-`urf dijelaskan oleh Qutub Mustafa
Sanu ,berarti sesuatu yang dikenal dan diketahui
secara luas ,al-`urf juga berarti adat
kebiasaan.Adapun menurut istilah syara` Wahbah
Zuhaili menyebutkan :
“al-`urf ialah apa yang dijadikan sandaran oleh
manusia dan mereka berpijak kepada ketentuan
`urf tersebut baik yang berhubungan dengan
perbuatan yang mereka lakukan maupun terkait
dengan ucapan”
Macam-Macam al-`Urf
• Dalam praktek ulama Ushul membagi al-`Urf kepada
dua macam:
1. Dilihat dari segi sifatnya ,maka al-`Urf ini dibedakan
kepada dua macam yaitu:
a. Al-`Urf al-`amaliyah ,yaitu `urf yang didasarkan
kepada praktek atau perbuatan yang berlaku dalam
masyarakat secara terus menerus.
b. Al-`Urf al-qualiy atau juga disebut dengan al-`Urf
al-lafziy yaitu kebiasaaan masyarakat dalam
menggunakan lafal atau ungkapan san ucapan
tertentu.
2. Dilihat dari segi wujudnya, maka al-`urf dapat
di bedakan kepada dua macam:
a. Disebut dengan al-`urf al-sahih yang
baik,yang telah diterima oleh nasyarakat secara
luas,dibenarkan oleh pertimbangan akal sehat
membawa kebaikan dan kemaslahatan,menolaj
kerusakan,dan tidak menyakahi ketentuan nash
aquran dan as-sunnah
b. Disebut dengan al-`Urf al-Fasid,yaitu adat
istiadat yang tidak baik,yang bertentangan
dengan nash al-quran.
Pengertian Qaul Sahabi
Yang dimaksud dengan Qaul Sahabi adalah hal-hal yang berhubungan
dengan fatwa atau keputusan sahabat tentang suatu perkara,
kemudian fatwa atau keputusan tersebut di nukil sampai kepada kita.
Qual Sahabi ini juga sering disebut dengan mazhab sahabat.
Seperti yang di jelaskan Abdul Wahab Khalaf bahwa pendapat sahabat
yang tidak bisa di ketahui secara logika atau pemikiran dapat dijadikan
sebagai hujjah,karena hal tersebut pasti diterima oleh sahabat setelah
mendengarkan dari Rasullah.sedangkan menurut,Imam Maliki dan
Imam Ahmad Ibn Hanbal,sebagai dijelaskan oleh Nasrun
Haroen ,bahwa sangat mungkin apa yang dilakukan dan dikatakan
para sahabat datangnya dari Rasullah SAW, bahkan tidaj sedikit
pendapat mereka yang didasarkan pada petunjuk Rasullah.
Pengertian Sadduz –Zari`ah
Secara etimologi Sadduz-Zari`ah terdiri dari dua
unsur kata yaitu kata sadd yang berarti menutup
atau menyumbat ,sedangkan kata al-zari`ah berarti
jalaan atau al-wasilah yaitu penghubung yang
mengandung kepada sesuatu baaik sifatnya positif
maupun negatif.
Adapun secara terminologi bahwa yang dimaksud
dengan sadd al-zari`ah itu ialah menutup jalan
atau mencegah hal-hal yang bisa membawa atau
menimbulkan terjadinya kerusakan.
Sebagaimana juga yang dijelaskan oleh Abdul
Karim Zaidan ,bahwa perbuatan-perbuatan yang
dapat menimbulkan kerusakan maka hukumnya
harm ,sebaliknya bila sesuatu yang menyangkut
hal mubah maka boleh hukumnya.
Demikian juga dengan ulam dari kalangan Hanafi
,Syafi`iyag dan sebagai syi`ah bahwa sadd al-
zari`ah dapat dijadikan dalil hukum dalam
masalah masalah tertentu saja dan menolak untuk
kasus-kasus lainnya.
Thanks you

Anda mungkin juga menyukai