METODE IJTIHAD
DISUSUN OLEH :
1. JAUHAROTUL INSIYYAH
2. TESYA AMELIA
3. RIZQI HIDAYAH
4. TAHSILUL KHUSNI
PENDIDIKAN FISIKA
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN (UNSIQ)
JAWA TENGAH DI WONOSOBO
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Apabila seseorang yang telah siap dan layak ber ijtihad menghadapi
suatu masalah ,maka ia harus melihat hukumnya di dalam al-qur’an al
karim ,jika ia mendapatkan sebuah nash atau zhahir nash ,maka ia harus
memutuskan hukum berdasarkan nash tersebut, jika ia tidak
mendapatkannya di dalam al-qur’an ,ia harus melihatnya di dalam sunah
rasul SAW.Karena ia merupakan penjelasan bagi al-qur’an, apabila ia
menemukan sebuah khobar atau sunnah amaliah ataupun taqrir,maka ia
harus mengambilnya dan jika ia tidak mendapatkan suatu dari padanya,
maka ia beralih kepada apa yang telah menjadi ijma’ dari pada mujtahid
muslim dari salah satu rentangan abad,jika itu ia temukan ,maka ia dapat
berpegang kepadanya,dan jika tidak ditemukannnya ijma’ baru beralih
pada qiyas .
Lalu jika ia tidak menemukan apa yang dapat dijadikan landasan bagi
qiyas ,maka ia dapat mengembalikan masalah tersebut kepada kaidah -
kaidah yang umum yang disari dari berbagai dalil di dalam Al-Qur’an
dan Sunnah ,Sperti sadd al-dzara’i’i dan maqashid al-syari’at dan yang
seumpamanya.Jika ada diantaranya yang didapatkan ,maka ia tidak
mengambilnya dan jika tidak ,maka ia dapat mengambil hukumnya dari
istishhab al-hal dalam meniadakan sesuatu atau menetapkannya .Jika
keraguan itu pada habis atau tidaknya sesuatu ,maka yang asal adalah ia
masih ada ,dan jika keraguan itu mengenai tetapnya sesuatu ,maka yang
asal adalah tidak adanya .
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja metode-metode ijtihad ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui metode-metode ijtihad.
PEMBAHASAN
1. Qiyas
Qiyas adalah menyamakan hukum suatu perkara yang belum
ada hukumnya dengan hukum perkara lain yang sudah
ditetapkan oleh nash, karena adanya persamaan dalam illat
(alasan) hukum, yang tidak bisa diketahui dengan semata-
mata memahami lafadz-lafadznya dan mengetahui dilalah-
dilalah bahasanya.
Rukun-rukun qiyas:
a. Perkara yang dipakai perbandingan (persamaan), yang
disebut ashal (perkara pokok yang terdapat hukumnya
dalam nash).
b. Perkara yang hendak dibandingkan (disamakan), yang
disebur furu’ (perkara yang belum ada hukumnya
dalam nash).
c. Hukum ashal yang hendak menjelaskan persamaan
antara furu’ dengan perkara ashal.
d. Illat yang dipakai dasar penetapan hukum pada
perkara ashal, dan menyandarkan furu’ kepadanya,
yang disebut jami’ (letak persamaan).
2. Maslahah mursalah
Maslahah mursalah adalah suatu kemaslahatan yang tidak
disinggung oleh syara’ dan tidak ada dalil yang menyuruh
untuk mengerjakannya atau meninggalkannya,tetapi jika
dikerjakan akan menimbulkan kebaikan.Maslahat yang
merupakan tempat tegaknya syari’at ini ada tiga macam:
a. Maslahat dharuriyah
Maslahat dharuriyah adalah perkara-perkara yang
menjadi tempat tegaknya kehidupan manusia, yang
sekiranya apabila ditinggalkan, maka rusaklah
kehidupan dan merajalelalah kerusakan dan timbullah
fitnah dan kehancuran yang hebat.
b. Maslahat hajiyah
Maslahat hajiyah adalah perkara-perkara yang
diperlukan manusia untuk menghilangkan dan
menghindarkan dirinya dari kesempitan dan kesulitan,
yang sekiranya perkara-perkara ini tidak ada, maka
peraturan hidup manusia tidak sampai rusak.
c. Maslahat takmiliyah
Maslahat takmiliyah adalah perkara-perkara
penyempurna yang dikembalikan kepada harga diri,
kemuliaan, akhlak, dan kebaikan adat-istiadat (sopan
santun) yang sekiranya semua itu tidak ada, tidak
sampai merusakkan tatanan hidup, sebagaimana
kerusakan yang ditumbulkan oleh perkara dhoruriyah
asasiyah diatas.
3. Istihsan
Menurut bahasa istihsan adalah menganggap dan meyakini
kebaiakn sesuatu menurut istilah istihsan adalah
berpindahnya seseorang mujtahid dalam menetapkan hukum
suatu masalah dari satu hukum kepada hukum lain yang
berlawanan dengannya karena adanya dalil yang mendorong
untuk meninggalkan hukum yang pertama.
Macam-macam istihsan:
a. Menguatkan qiyas khafi atau khiyas jali karena
kuatnya qiyas khafi
b. Pengecualian nash oleh juziyah dari kaidah ammah
karena adanya alasan yang mendorong untuk
mengecualiakan ini
4. Istishab
Menurut bahasa istishab berarti menenmani atau
membarengi.Menurut istilah istishab ialah menetapkan
berlakunya hukum suatu perkara yang telah ada pada masa
yang lalu sampai sekarang dan masa yang akan datang
sehingga terdapat dalil yang merubahnya.
Macam-macam istishab:
a. Istishab hukum asal bagi sesuatu yakni boleh.
b. Istishab bara’atul ashliyah,pada dasarnya tidaka da
hukum seperti lepasnya seseorang dari tuntutan
syari’at,sehingga ada dalil yang membebaninya.
c. Istishab sesuatu yang di tu juk oleh akal atau syara’
atas tetapnya.
5. ‘Urf
‘Urf ialah sesuatu yang dikenal oleh khalayak ramai ,dimana
mereka bisa mengamalkan, baik dengan perbuatan maupun
dengan perkataan.
Pembagian ‘urf:
a. ‘Urf amaly,seperti kebiasaan manusia berjual beli
sebagian barang dengan cara ta’athi(saling
memberi),tanpa mengucapkan ijab kabul(serah
terima).
b. ‘Urf qauli,sepert kebiasaan orang mengartikan kata
walad khusus anak laki-laki,tidak termasuk anak
perempuan.
‘Urf juga bisa dibagi menjadi ‘urf khas dan ‘urf am.
KESIMPULAN
Ijtihad merupakan slah satu assa tegaknya fiqih didalam agama dan kehidupan
islam.Oleh karena itu urusan agama dan urusan dunia tidak akan selamanya berjalan
tanpa ijtihad.Ketertingalan umat islam dari hakikat agama dan persoalan dunia,tidak lain
karena ketertutupan akal umat islam yang hanya mecukupkan diri pada upaya
memahami teks-teks yang ada berikut syarh-syarhnya atau bahkan meringkas berbagai
syarh yang ada dan kemudian mengungkapkannya kembali.Oleh karena itu,tidak dapat
disangkal apabila ada pendapat tentang keharusan untuk senantiasa membuka untuk
ijtihad didalm rangka menyambungkan kembali kebesaran masa lalu yang pernah
terputus.Pintu ijtihad telah dibukakan oleh Allah dan tiada ada seorangpun yang bisa
menutupnya.Hanya saja akal umat islam telah tertutup sejak masa-masa terjadinya
pergumulan mazhab,yang sebenarnay telah dicegah oleh para pemuka masing-masing
mazhab itu sendiri.
Daftar Pustaka