kelompok 4
istihsan, maslahah-
mursalah, istishab,
saddzu dzara’I, qaul
shahaby, urf, dan syar’u
man qoblana
FIQIH
XII
MIA 1
KELOMPOK 4
1 Hazhiyah sajidah
2 Helda Eriyati
4 Rona salsabila
Sumber Hukum Islam yang
Mukhtalaf
ISTIHSAN
Menurut bahasa, istiḥsān berarti menganggap baik
sesuatu dan meyakininya. Menurut istilah ulama uṣūl
fiqih, istiḥsān adalah berpindahnya seorang mujtahid
dari ketentuan hukum yang di kehendaki qiyās jalli (jelas)
kepada ketentuan hukum yang di kehendaki oleh qiyās
khafi (samar) atau dari hukum kulli (umum) kepada
hukum istisna’ (pengecualian), karena ada dalil yang
menuntut demikian.
Qiyās khafi menurut kalangan Hanafiyah adalah istiḥsān.
Disebut istiḥsān karena seorang mujtahid menganggap
bahwa perpindahan penerapan metode dalil dari qiyās
jalli ke qiyās khafi adalah lebih baik.
Bentuk-bentuk Istihsan
Istiḥsān Istiḥsān
dengan qiyās dengan nas
01 02
khafi
Istiḥsān
Istiḥsān
06 dengan ijma’
dengan urf 03
Istiḥsān Istiḥsān
dengan 05 04 dengan
maslaha darurat
Kehujahan istihsan
02 Urf amaly
kebiasaan yang berupa
perbuatan
Dari ruang lingkup penggunaannya
02
Urf am
01 kebiasaan
(umum)yang telah
umum berlaku di mana
saja hampir di seluruh
penjuru dunia tanpa
02 Urf khas (khusus)
memandang negara, yaitu kebiasaan yang
bangsa, dan agama dilakukan oleh sekelompok
orang di tempat tertentu atau
pada waktu tertentu dan tidak
berlaku di sembarang waktu
dan tempat.
Dari baik dan buruknya menurut syariat
02
Urf sahih
01 adat kebiasaan yang tidak
bertentangan dengan
norma agama
02 Urf fasid
adat atau kebiasaan yang
bertentangan dengan ajaran agama
Saddzu dzari’ah
PENGERTIAN
Saddz berarti menutup, mengunci,
mencegah. Zarī’ah menurut bahasa
adalah perantara, sarana, atau ajakan
menuju sesuatu secara umum. Tetapi
lazimnya kata zarī’ah digunakan untuk
“jalan yang menuju kepada hal yang
membahayakan”.
Menurut istilah syara’, adalah “Sesuatu
yang secara lahiriah hukumnya boleh,
namun hal itu akan menuju kepada hal-
hal yang dilarang”.
Kehujjahan saddzu dzariah
kecil kemungkinan
menjerumuskan ke
dalam kemaksiatan
seperti melihat wanita
yang dikhitbah. Dalam
1
hal ini para ulama’ PERTAMA
sepakat akan
besar kemungkinan
menjerumuskankebolehannya.
ke dalam
kemaksiatan. Seperti
2 KEDUA