Anda di halaman 1dari 30

Paham Agama

dalam Muhammadiyah
Oleh
Prof. Dr.H. Yunahar Ilyas, Lc., M.Ag.
Masail Khamsah
1. Agama
2. Dunia
3. Ibadah
4. Sabilullah
5. Qiyas
Agama
Agama adalah apa yang disyariatkan
Allah dengan perantaraan nabi-nabi-
Nya, berupa perintah-perintah,
larangan-larangan dan petunjuk-
petunjuk untuk kebaikan manusia di
dunia dan akhirat.
Agama, yakni agama Islam yang
dibawa oleh Nabi Muhammad SAW,
ialah apa yang diturunkan Allah di
dalam Al-Quran dan yang tersebut
dalam Sunnah Maqbulah berupa
perintah-perintah, larangan-larangan
dan petunjuk-petunjuk untuk
kebaikan manusia di dunia dan
akhirat.
Dunia
Yang dimaksud urusan dunia dalam
sabda Rasulullah SAW, Kamu lebih
mengerti urusan duniamu ialah
segala perkara yang tidak menjadi
tugas diutusnya para Nabi (yaitu
perkara-perkara/pekerjaan-
pekerjaan/urusan-urusan) yang
diserahkan sepenuhnya kepada
kebijaksanaan manusia.
Ibadah
Ibadah ialah bertaqarrub
(mendekatkan diri) kepada Allah
dengan jalan mentaati segala
perintah-Nya, menjauhi larangan-
larangan-Nya dan mengamalkan
segala yang diizinkan-Nya.
Ibadah itu ada yang umum dan ada
yang khusus.
Ibadah yang umum ialah segala
amalan yang diizinkan Allah.
Ibadah yang khusus ialah apa yang
telah ditetapkan Allah perincian,
bentuk dan cara-caranya yang
tertentu
IBADAH
UMUM KHUSUS

sosial, ekonomi, politik, thaharah, shalat, zakat,


seni, budaya, pendidikan, puasa, haji, qurban,
dll. aqiqah, doa, zikir, dll.

APA SAJA BOLEH, SEMUANYA DILARANG,


KECUALI YANG DILARANG KECUALI ADA PERINTAH

azas manfaat dan madharat azas kepatuhan dan kesesuaian

laa yukhalifus sunnah yuwafiqus sunnah


Sabilullah
Sabilullah ialah jalan yang
menyampaikan kepada keridhaan
Allah, berupa segala amalan yang
diizinkan Allah untuk memuliakan
kalimat (agama) Nya dan
melaksanakan hukum-hukum-Nya.
Qiyas
1. Bahwa dasar mutlak untuk
berhukum dalam agama Islam
adalah Al-Quran dan Al-Hadis
2. Bahwa di mana perlu dalam menghadapi
soal-soal yang telah terjadi dan sangat
dibutuhkan untuk diamalkan, mengenai
hal-hal yang tidak bersangkutan dengan
ibadah mahdhah, padahal untuk alasan
atasnya tidak terdapat nash sharih dalam
Al-Quran dan As-Sunnah, maka
dipergunakanlah alasan dengan jalan
ijtihad dan istinbath dari nash-nash yang
ada, melalui persamaan illah (alasan),
sebagai mana telah dilakukan oleh ulama-
ulama salaf dan khalaf.
Pengertian Qiyas
Menyandarkan hukum sesuatu yang tidak
ada nash mengenai hukumnya dengan
sesuatu yang ada nash hukumnya karena
adanya persamaan illah
Arkan al-Illah:a. Al-Ashlu
b. Al-Faru
c. Hukm al-Ashli
d. Illah al-Hukmi
Cara mengetahui illah:
Dalalah an-Nash
Ijma
Penelitian sifat-sifat yang adapada
sesuatu atau suatu peristiwa dan
memilih mana yang bisa jadi illah

Sumber Hukum
dan Kedudukan Ijtihad
Walaupun diberi judul qiyas, tetapi
sebenarnya di dalamnya terkandung
penjelasan tentang sumber hukum
dan ijtihad (di mana qiyas adalah
salah satu saja dari metode ijtihad)
Pengertian, Posisi, Fungsi dan
Ruang Lingkup Ijtihad
Pengertian:
Ijtihad hukum adalah mencurahkan
segenap kemampuan berpikir dalam
menggali dan merumuskan hukum
syari yang bersifat zhanni dengan
menggunakan metode tertentu yang
dilakukan oleh yang berkompeten
baik secara metodologis maupun
permasalahan.
Posisi: Ijtihad bukan sebagai
sumber hukum melainkan sebagai
metode penetapan hukum.
Fungsi: Ijtihad adalah sebagai
metode untuk merumuskan
ketetapan-ketetapan hukum yang
belum terumuskan dalam Al-Quran
dan As-Sunnah.
Ruang lingkup ijtihad meliputi:
1. Masalah-masalah yang terdapat
dalam dalil-dalil zhanni;
2. Masalah-masalah yang secara
eksplisit tidak terdapat dalam Al-
Quran dan As-Sunnah
Metode, Pendekatan dan Teknik
Metode:
a. Bayani (Semantik) yaitu metode
penetapan hukum yang menggunakan
pendekatan kebahasaan.
b. Talili (Rasionalistik) yaitu metode
penetapan hukum yang menggunakan
pendekatan penalaran.
c. Ishtishlahi (Filosofis) yaitu metode
penetapan hukum yang menggunakan
pendekatan kemasalahatan.
Pendekatan yang digunakan dalam
penetapan hukum-ijtihadiyah
adalah :
a. At-Tafsir al-Ijtimai al-Muashir
b. At-Tarikhi
c. Al-Ijtimai
d. Al-Antrupuluji
Teknik yang digunakan dalam
menetapkan hukum adalah:
a. Ijma
b. Qiyas
c. Mashalih Mursalah
d. Urf
Taarudh al-Adillah
Taarudh al-adillah adalah
pertentangan beberapa dalil yang
masing-masing menunjukkan
ketentuan hukum yang berbeda.
Jika terjadi Taarudh diselesaikan
dengan urutan cara-cara sebagai
berikut:
1. Al-Jamu wa at-Taufiq yakni sikap
menerima semua dalil yang
walaupun zhahirnya taarudh.
Sedangkan pada dataran
pelaksanaan diberi kebebasan untuk
memilihnya (takhyir).
2. At-Tarjih yakni memilih dalil yang
lebih kuat untuk diamalkan dan
meninggalkan dalil yang lemah.
c. An-Naskh yakni mengamalkan dalil
yang munculnya lebih akhir.
d. At-Tawaquf yakni menghentikan
penelitian terhadap dalil yang dipakai
dengan cara mencari dalil baru.
Metode Tarjih terhadap Nash
Pentarjihan terhadap nash dilihat dari beberapa
segi
1. Segi Sanad:
a. Kualitas maupun kwantitas rawi
b. Bentuk dan sifat periwayatan
2. Segi Matan
a. Matan yang menggunakan sighat nahyu lebih
rajih dari sighat amr
b. Matan yang menggunakan sighat khas lebih
rajih daripada sighat am
3. Segi materi hukum
4. Segi Eksternal
Beberapa Kaedah Menenai Hadits
1. Hadits Mauquf Murni tidak dapat dijadikan
hujjah.
2. Hadits Mauquf yang termasuk dalam kategori
marfu dapat dijadikan hujjah.
3. Hadits Mauquf termasuk kategori marfu apabila
terdapat qarinah yang daripadanya dapat
dipahami kemarfuannya kepada Rasulullah,
seperti pernyataan Ummu Athiyah, kita
diperintahkan supaya mengajak keluar wanita-
wanita yang sedang haidh pada hari raya dan
seterusnya bunyi hadits itu dsb.
4. Hadits Mursal Tabii Murni tidak
dapat dijadikan hujjah.
5. Hadits Mursal Tabii dapat dijadikan
hujjah apabila bersertanya terdapat
qarinah yang menunjukkan
kebersambungannya.
6. Hadits Mursal Shahabi dapat dijadikan
hujjah apabila padanya terdapat qarinah
yang menunjukkan kebersambungannya.
7. Hadits-hadits dhaif yang satu sama lain
saling menguatkan tidak dapat dijadikan
hujjah kecuali apabila banyak jalannya
dan padanya terdapat qarinah yang
menunjukkan keotentikan asalnya serta
tidak bertentangan dengan Al-Quran dan
Hadits Shahih.
8. Jarh (cela) didahulukan atas tadil
setelah adanya keterangan yang
jelas dan sah secara syara.
9. Riwayat orang yang terkenal suka
melakukan tadlis dapat diterima
apabila ia menegaskan bahwa apa
yang diriwayatkan itu bersambung
dan tadlisnya tidak sampai merusak
keadilannya.
10. Penafsiran sahabat terhadap lafal
(pernyataan) ng diamusytarak
dengan salah satu maknanya wajib
diterima.
11. Penafsiran sahabat tehadap lafal
(pernyataan) zhahir dengan makna
lain maka yang diamalkan makna
zhahir tersebut.
Sumber Ajaran Islam
1. Sumber Ajaran Islam adalah Al-
Quran dan as-Sunnah al-Maqbulah.
2. Pemahaman terhadap kedua
sumber tersebut dilakukan secara
komprehensif integralistik melalui
pendekatan bayani, burhani dan
irfani dalam suatu hubungan yang
bersifat spiral.

Anda mungkin juga menyukai