PRIYOGA ZIRDA
ALMUKIRAH
KHAIRUL NISA
IRHAMNAS SHOLIHIN
A.PENGERTIAN INFAQ
Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu
untuk kepentingan sesuatu. Sedangkan menurut terminologi syariat,
infaq berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan /
penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran
Islam.
Pergub Nomor 22 tahun 2005 dan Ingub Nomor 13 tahun 2005 sebagai dasar
hukum pemungutan infak adalah implementasi atau pelaksanaan Qanun 7
Tahun 2004 tentang Pengelolaan Zakat. Selanjutnya regulasi ini diperkuat
dengan UU Nomor 11 tahun 2001 tentang Pemerintahan Aceh Pasal 192 dan
Qanun Nomor 10 tahun 2007, sebagai pengganti Qanun Nomor 7 tahun 2004.
Karena itu, dapat kita pahami, bahwa pemungutan infak telah berdasarkan
regulasi yang kuat, hanya saja belum dirinci jenis infak yang dipungut dan
berapa jumlahnya dalam qanun. Untuk ini, perlu diatur lebih lanjut dalam
perubahan Qanun Baitul Mal.
Yunus, Mahmud. 1936. Al Fiqhul Wadhih Juz II. Padang: Maktabah As Sa’diyah
Putra.
Pengaturan lainnya tentang infak dapat dilihat pada Qanun 10/2007 Pasal 10
ayat (1) huruf c: “Baitul Mal Aceh berwenang mengumpulkan, mengelola
dan menyalurkan harta agama dan harta waqaf yang berlingkup provinsi.”
Pasal 34: “Baitul Mal dapat menerima harta agama untuk dikelola sesuai
dengan ketentuan syariat.” Pasal 35 ayat (1): “Penggunaan harta agama
sebagaimana dimaksud pasal 34 diutamakan untuk kepentingan ibadah dan
kesejahteraan umat.” Pasal 35 ayat (2): “Penggunaan harta gama
sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan secara transparan dan akuntabel.”
KESIMPULAN:
Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu untuk
kepentingan sesuatu. Sedangkan menurut terminologi syariat, infaq
berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan / penghasilan
untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam.