Anda di halaman 1dari 8

DISUSUSUN OEH:

PRIYOGA ZIRDA
ALMUKIRAH
KHAIRUL NISA
IRHAMNAS SHOLIHIN
A.PENGERTIAN INFAQ
Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu
untuk kepentingan sesuatu. Sedangkan menurut terminologi syariat,
infaq berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan /
penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran
Islam.

Menurut istilahnya, infaq berarti :

ِ ‫ت َو ْال ُمبَا َحا‬


‫ت‬ َّ ‫ب فِ ْي‬
ِ ‫الطا َعا‬ َّ ‫ِإ ْخ َرا ُج ْال َما ِل‬
ِ ‫الط ِي‬
“Mengeluarkan harta yang thayib (baik) dalam ketaatan atau hal-hal
yang dibolehkan”.
B. PROSES PEMUNGUTAN INFAQ

Berdasarkan Undang-undang RI No. 38 Tahun 1999 (selanjutnya


Disebut undang-undang) jo. Keputusan Menteri Agama RI
(selanjutnya disebut KMA) No. 581 Tahun 1999, pengertian, asas,
tujuan dan organisasi pengelolaan zakat, disebutkan sebagai
berikut:

Pengeloaan zakat adalah kegiatan perencanaan,


pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap
pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat
(pasal 1 angka 1 undang-undang).
C. Regulasi Infaq Pihak Ketiga di Aceh

Pemungutan infak wajib terhadap pengusaha rekanan Pemerintah Aceh,


pemungutan infak 0,5% dari rekanan yang mendapat pekerjaan dari
Pemerintah Aceh yang bernilai diatas Rp 20 juta.

Pemungutan infak wajib ini awalnya dilakukan pada era kepemimpinan


Penjabat Gubernur Aceh, H Azwar Abubakar, atas usulan Baitul Mal Aceh
dibawah pimpinan H Amrullah. Dasar hukum yang digunakan Peraturan
Gubernur (Pergub) Nomor 22 tahun 2005 tentang Pengelolaan Zakat Pasal
3 ayat (2): “Perusahaan yang mendapat pekerjaan dari pemerintah provinsi
dikenakan infak wajib 0,5% dari pekerjaan bernilai Rp 20 juta keatas.” dan
Instruksi Gubernur (Ingub) Nomor 13 tahun 2005 tentang Pemotongan
Infak dari Perusahaan yang Mendapat Pekerjaan pada Pemerintah Provinsi
NAD.
LANDASAN REGULASI INFAQ PIHAK KETIGA DI ACEH :

Pergub Nomor 22 tahun 2005 dan Ingub Nomor 13 tahun 2005 sebagai dasar
hukum pemungutan infak adalah implementasi atau pelaksanaan Qanun 7
Tahun 2004 tentang Pengelolaan Zakat. Selanjutnya regulasi ini diperkuat
dengan UU Nomor 11 tahun 2001 tentang Pemerintahan Aceh Pasal 192 dan
Qanun Nomor 10 tahun 2007, sebagai pengganti Qanun Nomor 7 tahun 2004.
Karena itu, dapat kita pahami, bahwa pemungutan infak telah berdasarkan
regulasi yang kuat, hanya saja belum dirinci jenis infak yang dipungut dan
berapa jumlahnya dalam qanun. Untuk ini, perlu diatur lebih lanjut dalam
perubahan Qanun Baitul Mal.
Yunus, Mahmud. 1936. Al Fiqhul Wadhih Juz II. Padang: Maktabah As Sa’diyah
Putra.

Pengaturan lainnya tentang infak dapat dilihat pada Qanun 10/2007 Pasal 10
ayat (1) huruf c: “Baitul Mal Aceh berwenang mengumpulkan, mengelola
dan menyalurkan harta agama dan harta waqaf yang berlingkup provinsi.”
Pasal 34: “Baitul Mal dapat menerima harta agama untuk dikelola sesuai
dengan ketentuan syariat.” Pasal 35 ayat (1): “Penggunaan harta agama
sebagaimana dimaksud pasal 34 diutamakan untuk kepentingan ibadah dan
kesejahteraan umat.” Pasal 35 ayat (2): “Penggunaan harta gama
sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan secara transparan dan akuntabel.”
KESIMPULAN:
Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu untuk
kepentingan sesuatu. Sedangkan menurut terminologi syariat, infaq
berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan / penghasilan
untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam.

Pemungutan infak wajib terhadap pengusaha rekanan Pemerintah Aceh,


masih menyisakan masalah regulasi. Bahkan, Inspektorat Aceh dalam
pemeriksaan terhadap Baitul Mal Aceh tahun 2013 mempersoalkan dasar
hukum pemungutan infak tersebut. Sebelumnya, tahun 2011 hal serupa
dipersoalkan oleh BPK RI. Kepala DPKKA ketika itu, Paradis, pernah
menyurati Gubernur Irwandi Yusuf supaya menghentikan infak. Gubernur
Irwandi akhirnya tetap melanjutkan pemungutan infak 0,5% dari rekanan
yang mendapat pekerjaan dari Pemerintah Aceh yang bernilai diatas Rp
20 juta.
Pemungutan infak wajib ini awalnya dilakukan pada era
kepemimpinan Penjabat Gubernur Aceh, H Azwar Abubakar, atas
usulan Baitul Mal Aceh dibawah pimpinan H Amrullah. Dasar hukum
yang digunakan Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 22 tahun 2005
tentang Pengelolaan Zakat Pasal 3 ayat (2): “Perusahaan yang
mendapat pekerjaan dari pemerintah provinsi dikenakan infak wajib
0,5% dari pekerjaan bernilai Rp 20 juta keatas.” dan Instruksi
Gubernur (Ingub) Nomor 13 tahun 2005 tentang Pemotongan Infak
dari Perusahaan yang Mendapat Pekerjaan pada Pemerintah Provinsi
NAD.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai