Anda di halaman 1dari 10

Essai

“Digitalisasi Pengkaderan Ikatan”

Oleh:

Rahulfi Alfajrul

Pimpinan Cabang Pariaman

Dewan Pimpinan Daerah Sumatera Barat


Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Essay yang berjudul Digitalisasi
Pengkaderan Ikatan ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari Essay ini adalah untuk memenuhi tugas
Pelatihan Instrukter Madya (PIM). Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Digitalisasi Pengkaderan Ikatan bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Panitia PIM Padang yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan Essay ini.

Saya menyadari, essay yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
essay ini.

Pariaman, 05 Juli 2023

Rahulfi Alfarul
Pendahuluan

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) merupakan salah satu organisasi


otonom Muhammadiyah yang bergerak di bidang Kemahasiswaan. IMM sebagai anak
kandung Muhammadiyah menurutkan sifat dari orang tua. Salah satu sifat yang diwarisi
IMM tertuang dalam Anggaran Dasar Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dalam Bab II
Pasal 6 yakni mengusahakan terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak mulia dalam
rangka mencapai tujuan Muhammadiyah Tujuan ikatan merupakan cita-cita dari
personal kader dan organisasi secara kolektif menjadi spirit dalam diri untuk berproses
menjalani kehidupan serta jalannya organisasi. IMM menjadi pioner Muhammadiyah
dalam hal keilmuan, hal ini dikarenakan basis masa dari IMM merupakan masyarakat
akademis yang berfikir rasional dan ilmiah, maka IMM memiliki logo bersimbolkan
pena yang merupakan representasi dari gerakan intelektual

Digitalisasi pengkaderan ikatan merupakan proses alih media pengkaderan dari


bentuk tercetak menjadi bentuk elektronik. Dengan digitalisasi, Pengkaderan ikatan
dapat ditingkatkan. Hal ini sebaiknya dilakukan karena zaman sekarang sudah berpusat
kepada media. Digitalisasi adalah proses alih media dari bentuk tercetak, audio, maupun
video menjadi bentuk digital. Digitalisasi dilakukan untuk membuat arsip dokumen
bentuk digital, untuk fungsi fotokopi, dan untuk membuat koleksi perpustakaan digital.
Digitalisasi memerlukan peralatan seperti komputer, scanner, operator media sumber
dan software pendukung (Sukmana, 2005). Sedangkan menurut Lasa Hs, Digitalisasi
adalah proses pengelolaan dokumen tercetak/ printed document menjadi dokumen
elektronik.

Digitalisasi merupakan proses alih media dari bentuk tercetak menjadi bentuk
elektronik. Dengan digitalisasi pengkaderan ikatan dapat ditingkatkan serta
menyesuaikan dengan zaman sekarang. Dalam melaksanakan kegiatan digitalisasi
ikatan harus memiliki kebijakan/ aturan koleksi apa saja yang perlu dialih mediakan.
Pembahasan

Digitalisasi adalah proses alih media dari bentuk tercetak, audio, maupun video
menjadi bentuk digital. Digitalisasi dilakukan untuk membuat arsip dokumen bentuk
digital, untuk fungsi fotokopi, dan untuk membuat koleksi perpustakaan digital.
Digitalisasi memerlukan peralatan seperti komputer, scanner, operator media sumber
dan software pendukung (Sukmana, 2005). Sedangkan menurut Lasa Hs, Digitalisasi
adalah proses pengelolaan dokumen tercetak/ printed document menjadi dokumen
elektronik.

Paradigma masyarakat informasi memberikan akibat yang tidak sedikit atas


perkembangan industri media digital dan proses digitalisasi masyarakat. Setidaknya
industri media digital memiliki karakter yang unik pada masalah produksi, distribusi
dan proses komodifikasi pesan komunikasi masyarakat. Teknologi dalam industrialisasi
media begitu krusial. Industrialisasi media komunikasi membutuhkan teknologi untuk
menjadi perpanjangan tangan yang efektif menaikkan skala keuntungan ekonomi yang
diperoleh, tapi tetap ada beberapa argumentasi yang perlu dikaji, selain argumentasi
ekonomi.
Pertama, adalah argumentasi budaya komunikasi yang berkembang.
Argumentasi ini mau memperlihatkan adanya perkembangan atau perubahan mobilitas
manusia dan keterbatasan ruang dan waktu bisa mempengaruhi pola komunikasi
manusia. Mobilitas manusia atau masyarakat diimbangi dengan proses teknologi digital
yang dibantu oleh media massa modern.
Kedua, adalah argumentasi perkembangan sistem ekonomi, sosial dan budaya
yang dihidupi oleh manusia modern. Setidaknya perlu dikaji soal relasi signifikan antara
perkembangan sistem ekonomi, sosial dan budaya dengan soal urgensi pemanfaatan
teknologi dalam industrialisasi media digital.
Ketiga, adalah argumentasi subjektif manusia yang selalu tidak merasa
puas dengan perkembangan media komunikasi modern. Alat komunikasi perlu
disesuaikan dengan pola pikir dan pola tindakan manusia setempat.

Beberapa keyakinan yang menyertai teknologi sebagai sebuah sistem dan


praksis. Teknologi sebagai suatu sistem nilai dan praksis kerja yang mengikutinya
berada dalam konstelasi proses progres. Dinamisasi efisiensi dan tujuan tertentu mau
tidak mau mengandaikan progres dalam teknologi. Efisiensi industri dan teknologi
mengakibatkan mekanisasi, otomatisasi, massifikasi produksi dan konsumsi, ekspansi
distribusi dan stabilisasi sumber alam yang dipakai untuk perkembangan teknologi itu
sendiri.

Industrialisasi produksi isi dan ragam media komunikasi berproses untuk


semakin: konvergen dalam hal teknologi media yang ada, digital, mengoptimalkan
teknologi serat optik dan teknologi jaringan pada simpulsimpul teknologi komunikasi
modern (Dahlan, 2000). Industrialisasi distribusi isi dan ragam media juga akan banyak
dipengaruhi oleh soal perubahan yang terjadi pada perangkat dan sarana media
komunikasi itu sendiri.

Tingkat mobilitas yang tinggi dalam distribusi media modern sudah menjadi
tuntutan yang wajar dalam masyarakat informasi. Tingkat mobilitas dan arus lalu lintas
informasi telah menjadi pola perubahan sistem distribusi dalam media massa. Selain
itu, media komunikasi modern juga memusatkan pola duplikasi, sistem satelit,
digitalisasi informasi jarak jauh, tele-text dalam seluruh proses distribusi media
komunikasi modern. Argumentasi hubungan teknologi dengan media informasi adalah
logika perkembangan yang ekspansif proses komunikasi publik secara global.
Masyarakat tidak bisa lagi mengelakkan diri dari proses komunikasi. Komunikasi
sudah menjadi kebutuhan utama. Komunikasi membutuhkan media untuk menjadi
penghantar (menyangkut teknologi informasi yang mempermudah manusia mengirim
dan menerima pesan). Ketika ruang dan waktu menjadi faktor yang membatasi proses
komunikasi maka diperlukan teknologi yang mengusahakan masalah tersebut.
Teknologi komunikasi dibuat dan dikembangkan untuk menyokong proses komunikasi
manusia.

Perkembangan komunikasi sangat luar biasa. Perkembangan dramatik teknologi


komunikasi tidak terletak pada soal sistem perangkat kerasnya saja tapi sudah
menyangkut soal bagaimana membuat interkoneksitas jaringan komunikasi. Teknologi
komunikasi bukan sekedar soal barang tapi juga soal teknologi jaringan itu sendiri.
Teknologi komunikasi merupakan perangkat yang membutuhkan biaya yang
tinggi, dengan demikian hanya pemilik modal besar saja yang mampu menguasai
teknologi, maka tidak mengherankan apabila industrialisasi dan teknologisasi media
komunikasi membawa industri media pada usaha konglomerasi.

Adapun prinsip kaderisasi digital :

Pertama, prinsip ‘design with user’. Program kaderisasi tidak bisa lagi
dirancang dengan sistem yang bersifat patrimonial, atas-bawah. Logika hirarki vertikal
tidak relevan di zaman digital. Pusat tidak bisa menentukan daerah. Senior tidak bisa
lagi menyetir juniornya. Aras digital mengandaikan sesuatu yang bersifat egaliter,
horizontal, berorientasi pada kenyamanan pengguna (user friendly), bukan kehendak
pembuat.

Maka program kaderisasi tidak bisa dirancang dengan sistem yang mengalir dari
atas ke bawah, tetapi sebaliknya dari bawah ke atas. Setiap program kaderisasi harus
mendengarkan apa mau ‘user’-nya, apa yang mereka harapkan. Nilai-nilai dan prinsip
organisasi harus diinjeksi kepada ‘kader’ dengan pertanyaan: Apa yang bisa organisasi
ini bantu untuk mewujudkan cita-citamu? Jika jawaban itu bisa ditemukan, mereka
akan menggerakkan organisasi karena melihat ada diri mereka di dalamnya.

Kedua, ‘understand the existing ecosystem’. Program kaderisasi organisasi


harus terhubung juga dengan ekosistem lain yang lebih besar yang terhubung juga
dengan para kadernya. Program tidak bisa bersifat isolatif atau memisahkan kader dari
dunia lain. Jika kader berasal dari lingkungan olahraga, misalnya, maka materi dan
nuansa perkaderan harus terhubung dengan ekosistem itu pula. Sehingga kader tidak
merasa tercerabut dari dunia dan eksistensinya yang lain.

Ketiga, dirancang untuk bisa diperbesar skalanya atau ‘design for scale’.
Karena sifatnya yang horizontal sebagaimana saya terangkan di poin nomor satu, maka
sistem perkaderan tidak lagi bisa didiskriminasi. Materi di pusat berbeda dengan di
wilayah dan di wilayah berbeda dengan di daerah, dan seterusnya. Karena pengetahuan
sudah bersifat terbuka, maka transfer ilmu pengetahuan tidak boleh bersifat
diskriminatif.
Tidak boleh ada prasangka bahwa orang daerah kurang bisa memahami materi
dibandingkan dengan orang kota, misalnya. Yang perlu ditentukan justru bukan
perbedaan materi, tetapi perbedaan skalanya. Skala implementasi pengetahuan yang
sama di level daerah tentu berbeda dengan di level provinsi.

Keempat, ‘build for sustainability’, dibangun dengan memperhatikan


keberlanjutan. Saya kira ini berhubungan dengan bagaimana pelaksanaan program
kaderisasi haruslah tidak bersifat buntu (dead-end), tetapi bisa dilanjutkan secara terus
menerus dengan kegiatan lain, oleh orang dari bidang lain. Prinsip keterhubungan
program kaderisasi dengan implementasinya di luar masa kaderisasi harus sangat
diperhatikan.

Kelima, ‘be data driven’. Dengan mengadopsi teknologi digital yang ada
sekarang, materi, program, dan pelaksanaan kaderisasi haruslah berbasis pada data. Apa
yang dibutuhkan kader di Sulawesi Utara barangkali berbeda dengan yang dibutuhkan
kader di Jawa Barat dan seterusnya. Data harus menjadi basis bagi semua pembuatan
keputusan terkait kaderisasi ini. Data itu diperoleh dari kebutuhan (need) dan tuntutan
(demand) yang mengacu pada prinsip pertama tadi: ‘design with user’.

Keenam, ‘use open standards, open source, open innovation’. Karena setiap
program harus memiliki prinsip keberlanjutan, maka karakteristiknya pun harus bersifat
terbuka. Program Nasyiatul Aisyiyah harus bisa dilanjutkan Pemuda Muhammadiyah,
Program IPM harus bisa di-’scale up’ oleh IMM, dan seterusnya. Seperti permainan
‘lego’ setiap program harus bisa disusun dan dihubungkan ke program lain. Pun
program yang sama, harus bisa dilanjutkan atau dihubungkan pelaksanaan lanjutannya
oleh pihak lain dari ortom yang lain.

Ketujuh, ‘reuse and improve’. Tidak boleh ada materi, bahan, atau produk
apapun yang berhubungan dengan program bersifat sekali pakai dan dibuang. Contoh
yang paling mudah untuk mengimplementasikan ini adalah ‘spanduk’ atau
‘background’ acara, jangan lagi menggunakan bahan cetak. Mulai pikirkan untuk
menggunakan teknologi digital. Gunakan LED, projector, atau perangkat digital lain
yang bisa ‘reuse and improve’. 100 kali mencetak spanduk bisa jadi lebih mahal
dibanding sekali membeli ‘projector’.

Kedelapan, memperhatikan keamanan dan privasi, ‘address security and


privacy’. Keamanan dan privasi di sini adalah soal data. Mulai gunakan teknologi untuk
mengelola data para kader yang mengikuti program perkaderan, lindungi datanya dan
pastikan semuanya aman. Karena di era digital, keamanan serta privasi data adalah
sesuatu yang berharga. Jika kita memahami prinsip ini dengan baik, ini akan berguna
bagi kita mengimplementasikan poin kelima dan keempat. Rezim data yang baik akan
mempermudah kita mengadopsi teknologi ‘blockchain’ di kemudian hari. Ini teknologi
masa depan.

Terakhir, kesembilan, ‘be collaborative’. Sistem terpisah sudah tidak relevan


lagi di dunia digital. Semua pihak harus bisa bekerja sama dengan pihak lain, kaderisasi
organisasi harus bersifat inklusif bukan eksklusif. Itulah prinsip utama kolaborasi.
Kesimpulan

Digitalisasi pengkaderan ikatan merupakan proses alih media pengkaderan dari


bentuk tercetak menjadi bentuk elektronik. Dengan digitalisasi, Pengkaderan ikatan
dapat ditingkatkan. Hal ini sebaiknya dilakukan karena zaman sekarang sudah berpusat
kepada media. Digitalisasi adalah proses alih media dari bentuk tercetak, audio,
maupun video menjadi bentuk digital.

Digitalisasi pengkaderan ikatan merupakan proses alih media pengkaderan dari


bentuk tercetak menjadi bentuk elektronik. Dengan digitalisasi, Pengkaderan ikatan
dapat ditingkatkan. Hal ini sebaiknya dilakukan karena zaman sekarang sudah berpusat
kepada media.

Teknologi komunikasi merupakan perangkat yang membutuhkan biaya yang


tinggi, dengan demikian hanya pemilik modal besar saja yang mampu menguasai
teknologi, maka tidak mengherankan apabila industrialisasi dan teknologisasi media
komunikasi membawa industri media pada usaha konglomerasi.
Daftar Pustaka

Ahmand Nasution , Filsafat Ilmu Hakikat Mencari Pengetahuan by Ahmad Taufik


Nasution, Yogyakarta
DR. Abdul Chalik, Filsafat Ilmu, yogyakarta
Prof. Darwis A. Soelaiman, Filsafat Ilmu Pengetahuan Perspektif Barat Dan Islam
Briggs, Asa. 2002. A Social History of The Media: From Gutenberg to the
Internet. Cambridge: Polity Press
Dahlan, Alwi. 2000. Perkembangan Industri dan Teknologi Media, makalah
untuk pelengkap kuliah Industri dan Teknologi Komunikasi Semester
Genap 1999/2000, Jakarta: Universitas Indonesia:
Straubhaar, Joseph dan Robert La Rose. 2002. Media Now: Communication
Media in the Information Age: Australia: Wadsworth
Tapscott, Don. 1996. The Digital Economy Era: Promise and Peril in the Age
of Networked Intelligence, New York: McGraw Hill.
Toffler, A..1980. The Third Wave, New York: Morrow:
Littlejohn, Stephen W. 2000. Theories of Human Communications. 7th Ed.
Belmont: Wadsworth Publishing Company

Anda mungkin juga menyukai