Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Politik
Disusun oleh :
Sarah Fatimah Zachra
6211191040
Kelas: A
Mahasiswa dan Gerakan mahasiswa Menurut A.M Fatwa dalam buku Syaifulla Syam
(2005), mengemukakan bahwa mahasiswa merupakan kelompok generasi muda yang
mempunyai peran strategis dalam kancah pembangunan, karena mahasiswa merupakan
sumber kekuatan moral (moral force) bagi bangsa Indonesia.
Hal ini berarti, bahwa mahasiswa merupakan bagian yang terintegral dengan masyarakat,
namun dengan seleksi tertentu mengenyam pendidikan formal pada Perguruan Tinggi, dan
mempunyai peran untuk mengaplikasikan pengetahuan dan pemahaman tingkat tingginya
untuk pembaharuan dalam masyarakat. Hal ini senada dengan pemahaman Andito (2005),
yang mengatakan bahwa mahasiswa merupakan kelas sosial di masyarakat yang mempunyai
konotasi religiusitas, moralitas, intelektualitas dan humanitas.
Kata “Gerakan Sosial” sendiri diperkenalkan pertama kali pada 1848 oleh Sosiolog
Jerman, Lorenz Von Stein dalam bukunya yang berjudul “Socialist & Communist Movement
since the Third French Revolution” . Pada saat itu gerakan sosial bersifat massive dan
biasanya timbul dengan maksud penolakan ataupun perlawanan terhadap kebijakan
pemerintah yang tidak berpihak pada rakyat. Pergerakan Buruh dan Sosialis pada Abad 19
adalah contoh prototype dari Social Movement jaman dahulu yang masih mengandalkan
kendaraan politik berupa organisasi atau partai. Paska Perang Dunia Kedua, kita masuk
kedalam periode reformasi dan perubahaan yang disebut Post-War Periode, pada saat itu
berjamuran berbagai gerakan sosial dipicu semakin bebasnya masyarakat untuk berekspresi
dan menuntut haknya. “Demokrasi”.
Gerakan mahasiswa merupakan bagian dari gerakan sosial yang muncul dari adanya
motivasi tertentu. Salah satu bentuk dari motivasi mahasiswa antara lain adanya keinginan
mengadakan perubahan atau koreksi terhadap hal yang menyimpang alam kehidupan sosial.
Gerakan mahasiswa ini cenderung bermuara ke idealisme subjektif mahasiswa terhadap
kondisi sosialnya.
Gerakan sosial merupakan salah satu fungsi dan peran dari mahasiswa. Mahasiswa sebagai
masyarakat intelektual harus memahami keberadaanya dalam masyarakat yang plural.
Menurut Darmawan Triwibowo, gerakan sosial adalah bentuk aksi sosial dan politik tertentu,
yang dilakukan dalam konteks jejaring lintas kelembagaan yang erat oleh aktor-aktor yang
diikat rasa solidaritas dan identitas kolektif yang kuat melebihi bentuk-bentuk ikatan dalam
suatu koalisi.
Selain faktor internal, ditambah dengan kondisi yang terjadi seperti ketimpangan sosial,
ketidakadilan, penggunaan kekuasaan yang sewenang-wenang, administrasi negara yang
kacau, dan kondisi politik yang tidak jelas memicu mahasiswa untuk bertindak dan
melakukan gerakan mahasiswa.
Dalam gerakan , mahasiswa selalu berada dalam sebuah payung bersama. Di tingkatan
Universitas, mahasiswa bergerak lewat organisasi Lembaga Kemahasiswaan atau organisasi
kemahasiswaan internal kampus. Sedangkan diluar universitas mahasiswa selalu bergerak
dengan payung-payung organisasi mahasiswa ekternal kampus. Para mahasiswa yang selalu
bergerak seringkali disebut juga sebagai aktivis mahasiswa. Para aktivis ini melibatkan diri
kedalam berbagai kegiatan-kegiatan organisasi dan sosial. Mereka selalu dikonotasikan
sebagai pembaharu dan agen perubahan. Hal ini disebabkan karena banyak aktivitas mereka
lebih difokuskan dalam penyingkapan wacana-wacana kemasyarakatan. Para mahasiswa
yang secara individu memiliki kompetensi secara keilmuan dan berpikir sistematis membantu
masyarakat dalam melihat realitas sosial dan perkembangan yang terjadi dilingkungan
masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
Peran mahasiswa dalam gerakan sosial
Panggilan mahasiswa dianggap sesuatu yang prestisius. Bagaimana tidak, ia bukan
sekedar siswa lagi karena ada tambahan “maha” sebelumnya. Mahasiswa juga di indentikan
mendapatkan berbagai gelar julukan sebagai: Agent of Change, Agent of Social Control dan
lain sebagainya. Berbagai perubahan besar dalam persimpangan sejarah negeri ini senantisasa
menempatkan mahasiswa dalam posisi terhormat sebagai pahlawannya, bahkan gerakan yang
dibangun mahasiswa disebut sebagai pilar demokrasi yang kelima.
Mahasiswa merupakan bagian dari rakyat, bahkan ia merupakan rakyat itu sendiri.
Mahasiswa sebagai tumpuan berbagai pihak. Mereka sering disebut sebagai harapan bangsa,
harapan negara, harapan masyarakat, harapan keluarga bahkan harapan dunia.
Tugas mahasiswa adalah melakukan kritik terhadap keadaan sosial yang kacau. Bila
penguasa melakukan penyelewengan, mahasiswa harus melancarkan kritik sosial dan turun
dari universitas.
5. Tahun 1974, melahirkan gerakan anti modal asing Jepang yang disebut Malari 74.
Dalam fase pra kemerdekaan belum adanya gerakan mahasiswa semua masih dalam
bentuk gerakan-gerakan pemuda dimana diawali dengan pergerakan Budi Utomo yang
bergerak dalam perjuangan untuk membebaskan rakyat dari ketertindasan dalam
keterbelakangan dalam pendidikan. Kemudian dilanjutkan mulai bangkitnya gerakan pemuda
ditandai dengan adanya kesadaran gerakan pemuda lokal seperti Jong Java, Jong Ambon,
Jong Sunda, Jong Sumatra, dan organisasi pemuda lainnya untuk bersatu. Dengan semangat
kemerdekaan maka disatukanlan berbagai macam organisasi pemuda yang diwujudkan pada
Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.
Dari hal tersebut mulai adanya embrio munculnya pergerakan mahasiswa yang berjuang
untuk kemerdekaan bangsa kita. Serta didalam perjalanan sejarahnya mahasiswa zaman pra
kemerdekaan juga secara aktif ikut dalam perjuangan kemerdekaan yang ikut dalam laskar-
laskar pemuda rakyat. Hal tersebut terus menjadi bentk dan karakter dari gerakan mahasiswa
dalam fase revolusi pembebasan nasional kita dari cengkraman kolonial Belanda.
Dalam fase Orde Lama gerakan mahasiswa mulai mempunyai perannya dalam kehidupan
politik di masyarakat, ditandai dengan banyak bermunculannya organisasi mahasiswa yang
merupakan satu bentuk afliasi politik dari partai tertentu atau kekuatan politik tertentu.
Seperti HMI, GMNI, PMII, dan CGMI.
Fase transisi rezim Orla ke Orba yang diawali dengan kudeta oleh Suharto dengan
persengkongkolan dengan CIA dimulailah era pendindasan baru dari rezim kakitangan
imperialis AS. Dimulainya kekuasaan Suharto ternyata meluluhlantakkan organisasi
mahasiswa yang progresive dengan pembunuhan, penculikan angota dan pembubaran CGMI.
Fase transisi ini juga menjdi kemenangan organisasi mahasiswa yang reaksioner dengan
memutarbalikkan fakta kebenaran sejarah dimana KAMI pada waktu itu yang mencoba
mengawali lokomotif reformasi berselingkuh dan ditunggangi oleh tentara, dimulai dengan
aksi-aksi sosial ekonomi yang dipimpin oleh Akbar Tandjung, Cosmas batubara dalam
melakukan perjuangan untuk memperbaiki nasib rakyat yang terpuruk pada masa Sukarno
mulai menyimpang dengan berubahnya tuntutan pada turunkan Sukarno dan membubarkan
PKI. Praktek yang dilakukan KAMI ini telah membuka jalan bagi kekuatan status Quo yang
anti rakyat yakni Suharto untuk berkuasa, setelah mampu maka dimulai otoritarianisme gaya
Orba dimulai. Namun kekuasaan Suharo tidaklah berjalan mulus, penentangan yang
dilakukan oleh mahasiswa pun mulai muncul dengan dimulai pada gerakan anti Jepang yang
dimotori oleh Hariman Siregar pada tahun 1978 yang kemudian dikenal dengan tokoh
angkatan 78, namun aksi ini pun gagal karena pada waktu itu tetap bergantung terhadap
tentara yang mengharapkan figur Sumitro mampu menjadi kawan dalam perubahan,
sementara kita ketahui bahwa militer adalah kekuatan paling reaksioner dalam sejarah
perjuangan rakyat. Kegagalan ini juga dilihat bahwa adanya cara pandang yang melihat
bahwa mahasiswa mampu melakukan perubahan sehingga dalam setiap gerakan mahasiswa
seperti 66,78 tidak mampu berbuat banyak karena tidak melibatkan kekuatan rakyat lainnya.
Dengan matinya gerakan 66, 78 pengekangan terhadap aktivitas mahasiswa mulai ditekan
dengan berbagai kebijakan seperti NKKBKK yang sampai hari ini belum di hapuskan.
Begitu juga dengan gerakan mahasiswa 98 yang muncul pada saat krisis ekonomi sedang
berlangsung dimana muncul dalam bayang-bayang represivitas Orde Baru yang bermutasi
dalam kelompok-kelompok studi, dimana mulai memuculkan pergolakan dikalangan
mahasiswa itu sendiri. Dengan bermodalkan pada semangat reformasi dan gerakan moral
ternyata tidak mampu membuahkan perubahan politik yang signifikan buat rakyat.Dengan
maraknya gerakan mahasiswa dalam menuntut mundurnya Suharto ternyata membuat
kesalahan yang sama dimana lagi-lagi gerakan tersebut sangat tidak terpimpin, advonturir,
dan tidak terprogram. Kegagapan mahasiswa dalam menyambut turunnya Suharto dan
kemudian menyerahkan nasib bangsa kita pada sekelompok elite menjadi satu bukti bahwa
gerakan mahasiswa terus mengulangi kesalahannya yang selalu bergantung pada elit-elit
politik dan bukan pada kekuatan rakyat yang sejati yakni kekuatan buruh dan tani.
Selain faktor internal, ditambah dengan kondisi yang terjadi seperti ketimpangan sosial,
ketidakadilan, penggunaan kekuasaan yang sewenang-wenang, administrasi negara yang
kacau, dan kondisi politik yang tidak jelas memicu mahasiswa untuk bertindak dan
melakukan gerakan mahasiswa.
Di satu pihak mereka menganjurkan dan bahkan melarang kenaikan harga-harga, tetapi
pada pihak lain pemerintah sendiri menaikkan tarif dan menaikkan harga sejumlah kebutuhan
pokok. Pada tanggal 3 Januari 1966, pemerintah menaikkan harga bensin menjadi Rp. 1000
per liter. Padahal harga bensin itu baru saja dinaikan harganya pada 26 Nopember menjadi
Rp. 250 per liter. Harga beras sementara itu tak terkendali. Di Jakarta, harga beras yang
semula Rp. 1000 per kilogram mendadak melonjak menjadi Rp. 3500 per kilogram.
Waperdam III Chairul Saleh yang sebenarnya cukup dihormati masyarakat, dengan nada
arogan mengatakan bahwa pemerintah takkan meninjau kembali kenaikan tarif dan harga-
harga. Ini katanya untuk mencegah jangan sampai terjadi defisit anggaran belanja negara,
sehingga pemerintah terpaksa untuk mencetak uang. Alasan yang tampaknya rasional ini
dibantah oleh mahasiswa sebagai alasan yang dicari-cari, karena mahasiswa melihat bahwa
penyebab utama defisit adalah ketidakbecusan para menteri dan tidak memahami tanggung
jawabnya. Mereka mengatasi keadaan dengan bertindak asal-asalan tanpa memperhatikan
dampaknya terhadap kehidupan rakyat banyak. Dalam pada itu, menteri-menteri lainnya,
terutama Waperdam I Soebandrio lebih menyibukkan diri melontarkan provokasi-provokasi
politik. Ketua KAMI, Cosmas Batubara membacakan tuntutan Tritura yang dijawab oleh
Chairul Saleh bahwa Tritura tidak benar dan menyerahkan keputusan kepada Presiden.
Kecewa mendengar jawaban Chairul Saleh, Cosmas Batubara tampil kemuka menyerukan
agar mahasiswa mogok kuliah dan menganjurkan rakyat untuk membayar karcis bus sebesar
RP 200, bukan Rp 1.000 seperti yang ditetapkan pemerintah setelah keluar keputusan
pemotongan nilai mata uang rupiah dan menaikan harga BBM guna mengatasi inflasi.
Keputusan itu berlaku pada Desember 1966.
Setelah mahasiswa mendatangi istana negara pada tanggal 10 Januari 1966, pada tanggal
15 Januari 1966 ribuan mahasiswa dengan menggunakan truk- truk yang disediakan oleh
kepala staf Kodam Jaya, Witono dan kepala staf Kostrad Kemal Idris mendatangi istana
Bogor untuk berunjuk rasa pada saat Soekarno mengadakan sidang kabinet. Soekarno di
dalam sidang kabinet tersebut menyampaikan pidato yang mengkritik keras cara-cara
mahasiswa menyampaikan tuntutannya. Soekarno menyerukan kepada siapa saja yang
membutuhkan dan setuju dengan nya agar membentuk barisan Soekarno.
Kemudian dalam satu pidato di Jakarta pada tanggal 20 Januari, Soekarno kembali
menuduh mahasiswa dimanipulir oleh kekuatan-kekuatan neokolonialis dan imperialis
(Nekolim). Akibat pidato Soekarno tersebut timbullah demonstrasi dimana berakibat bentrok
antara anggota KAMI dengan mahasiswa pro Soekarno.
Singkat cerita setelah didesak akhirnya Soekarno menandatangani surat perintah yang
memberikan kekuasaan kepada Soeharto untuk memulihkan ketertiban dan stabilitas negara.
Di kemudian hari surat perintah itu kita kemal dengan nama Surat Perintah Sebelas Maret
atau Supersemar.
Akhirnya pada tanggal 7 Maret 1967 SI MPRS menghasilkan keputusan yang tertuang
dalam TAP MPRS No XXXIII/ MPRS/ 1967 berupa pencabutankekuasaan pemerintah dari
Presiden Soekarno dan pengangkatan Soeharto sebagai Pejabat Presiden hingga
dilaksanakannya pemilihan umum.
Pada Mei 1998, Indonesia mengalami pukulan terberat krisis ekonomi yang menerpa asia
timur termasuk Indonesia. Meningkatnya inflasi dan pengangguran menciptakan penderitaan
dimana-mana, ketidak-puasan terhadap pemerintah yang lamban dan merajalelanya korupsi.
April 1998. Setelah Soeharto terpilih kembali sebagai presiden, mahasiswa dari berbagai
universitas di seluruh tanah air menyelenggarakan demonstrasi besar-besaran, tiada hari tanpa
demo. Ditambah ketika pemerintah menaikkan harga BBM, demo tambah menjadi-jadi
sampai-sampai pemerintah menurunkan harga BBM ke harga semula untuk mengurangi
demo yang sedang terjadi. Mereka menuntut pemilu ulang dan tindakan efektif pemerintah
untuk mengatasi kritis. Insiden pada saat itu, mahasiswa mengeluarkan aspirasi rakyat dan
membuat kekacauan.
Tragedi 12 Mei 1998 dikenal juga dengan sebutan tragedi Trisakti, karena tragedi ini
merupakan peristiwa penembakan pada 12 Mei 1998 kepada mahasiswa Universitas Trisakti
yang demonstrasi menuntut Presiden Soeharto mundur. Empat mahasiswa Universitas
Trisakti yang tewas adalah Elang Mulia Lesmana (1978-1998), Heri Hertanto (1977-1998),
Hafidin Royan (1976-1998) dan Hendriawan Sie (1975-1998).
13 November 1998, sepanjang Sidang Istimewa mahasiswa terus turun ke jalan, mendekati
hari terakhir masa siding, mahasiswa yang berusaha menembus garis batas 2 km dari gedung
MPR harus menghadapi pemukulan yang semakin brutal. Pada malam penutupan sidang,
terjadi penembakan di jembatan Semanggi. Dalam peristiwa Semanggi, yang lebih berdarah
dari Trisakti ini, aparat menembakkan peluru ke kerumunan demonstran dan banyaknya
korban yang berjatuhan.
Salah satu hasil keputusan Sidang Istimewa adalah menyelidiki kekayaan keluarga dan
kroni Soeharto, serta mengadilinya. Namun Habibie yang telah beberapa buan berkuasa tidak
juga menunjukkan niatnya unutk menyelidiki kekayaan mantan presiden itu. Mahasiswa
kembali turun ke jalan menuntun kebenaran, keadilan, dan keterbukaan. Tragedi Semanggi
ini merenggut banyak korban yaitu Sigit Prasetyo (YAI), Heru Sudibyo (Universitas
Terbuka), Engkus Kusnadi (Universitas Jakarta), Muzammil Joko (Universitas Indonesia),
Uga Usmana, Abdullah/Donit, Agus Setiana, Budiono, Doni Effendi, Rinanto, Sidik, Kristian
Nikijulong, Sidik, Hadi.
Beberapa minggu menjelang bulan suci Ramadhan, mahasiswa turun ke jalan, tidak lagi
bersemangat reformasi damai, tetapi dengan pekik revolusi. Mereka sengaja memancing
konfrontasi, membalas perlakuan kasar militer pada rekan mereka. Sekalipun beberapa
pimpinan mahasiswa berusaha mencegah agar bentrokan tidak meningkat menjadi banjir
darah, para demonstran kini sudah tidak terkontrol lagi. Di Taman Ria, demonstran berhasil
menembus garis batas polisi dan memukul mundur aparat keamanan yang dulu tak bisa
dikalahkan. Aparat keamanan terkejut. Jelaslah sekarang mahasiswa tak lagi gentar.
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Peran mahasiswa dalam gerakan sosial khususnya gerakan mahasiswa sangat besar.Tugas
mahasiswa adalah melakukan kritik terhadap keadaan sosial yang kacau. Bila penguasa
melakukan penyelewengan, mahasiswa harus melancarkan kritik sosial dan turun dari
universitas. Peran mahasiswa dapat disimpulan antara lain:
5. Tahun 1974, melahirkan gerakan anti modal asing Jepang yang disebut Malari 74.
1.2 Saran
1. Pemerintah seharusnya tidak melakukan tindakan reprensif terhadap para pelaku aksi
karena mahasiswa selaku pelaku aksi hanya megutarakan aspirasi masyarakat yang
tidak didengar oleh pemerintah. Mereka memberikan tntutan perbaikan bagi bangsa
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.unila.ac.id/19280/1/BAB%201-V.pdf
http://rickyanggili.blogspot.com/2016/05/gerakan-mahasiswa.html
https://www.scribd.com/document/22370688/Makalah-Orientasi-Gerakan-Mahasiswa-Pasca-
Reformasi
https://www.academia.edu/19533324/Gerakan_sosial
https://abiechuenk.wordpress.com/2010/12/14/gerakan-sosial/#more-38
https://www.kompasiana.com/ahmadmuhibullah/55112ac2813311793cbc7372/peran-
mahasiswa-dan-pergerakan-mahasiswa
https://www.academia.edu/7447519/Gerakan_Mahasiswa_Di_Indonesia
https://socio-politica.com/2010/01/05/kisah-1966-dari-10-januari-menuju-11-maret-1/
https://www.academia.edu/28498219/Gerakan_Mahasiswa_1966-1998.pdf
https://aystca.wordpress.com/2016/11/19/gerakan-mahasiswa-indonesia-12-mei-1998-17-
desember-1998/