Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Gerakan Mahasiswa Di Tengah Tarikan Pemerintah & Kekuatan Oposisi

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Politik

Dosen: Dr. Agus Subagyo, S.IP., M.Si

Disusun oleh :
Sarah Fatimah Zachra
6211191040
Kelas: A

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Jurusan Hubungan Internasional 2019
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mahasiswa dan Gerakan mahasiswa Menurut A.M Fatwa dalam buku Syaifulla Syam
(2005), mengemukakan bahwa mahasiswa merupakan kelompok generasi muda yang
mempunyai peran strategis dalam kancah pembangunan, karena mahasiswa merupakan
sumber kekuatan moral (moral force) bagi bangsa Indonesia.

Hal ini berarti, bahwa mahasiswa merupakan bagian yang terintegral dengan masyarakat,
namun dengan seleksi tertentu mengenyam pendidikan formal pada Perguruan Tinggi, dan
mempunyai peran untuk mengaplikasikan pengetahuan dan pemahaman tingkat tingginya
untuk pembaharuan dalam masyarakat. Hal ini senada dengan pemahaman Andito (2005),
yang mengatakan bahwa mahasiswa merupakan kelas sosial di masyarakat yang mempunyai
konotasi religiusitas, moralitas, intelektualitas dan humanitas.

Mahasiswa merupakan penghubungan antara dimensi ketuhanan (maha) dan kemaklukan


(siswa). Kata “maha” identik dengan makna kebenaran yang absolud, sedangkan kata “siswa”
identik dengan sosok pembelajar yang senantiasa dinamis. Dengan demikian mahasiswa
merupakan pembelajar yang dinamis, yang didalamnya kebenaran absolud yang diyakini
masyarakat itu ada.

Masyarakat memandang mahasiswa sebagai sumber pengetahuan dan pemahaman. Mereka


adalah orang-orang terdidik yang akan membantu mengarahkan nasib bangsa ini. Dan secara
historis menunjukan bahwa mahasiswa telah menjadi tokoh penting dalam tiap perubahan
yang terjadi. 

Mahasiswa juga telah menjadi sumber kepemimpinan dalam berbagai perubahan


dalam sejarah bangsa, serta disisi lain tetap menjadi anak muda yang idealis dan berpikir
ilmiah. Apudin (2005) menyatakan bahwa mahasiswa merupakan kaum menengah yang
tercerahkan, sebagai kaum cendekiawan dan intelektual muda yang memiliki kecenderungan
sebagai seorang pemimpin yang mapan dan bila dalam suatu realitas sosial selalu menjadi
pembaharu.
Gerakan Sosial atau social Movement adalah aktivitas sosial berupa gerakan atau
tindakan sekelompok orang yang bersifat informal atau organisasi, Suatu Gerakan sosial
biasa berfokus pada suatu isu-isu sosial atau politik dengan melaksanakan, menolak, atau
mengkampanyekan sebuah perubahan sosial.

Kata “Gerakan Sosial” sendiri diperkenalkan pertama kali pada 1848 oleh Sosiolog
Jerman, Lorenz Von Stein dalam bukunya yang berjudul “Socialist & Communist Movement
since the Third French Revolution” . Pada saat itu gerakan sosial bersifat massive  dan
biasanya timbul dengan maksud penolakan ataupun perlawanan terhadap kebijakan
pemerintah yang tidak berpihak pada rakyat. Pergerakan Buruh dan Sosialis pada Abad 19
adalah contoh prototype dari Social Movement jaman dahulu yang masih mengandalkan
kendaraan politik berupa organisasi atau partai. Paska Perang Dunia Kedua, kita masuk
kedalam periode reformasi dan perubahaan yang disebut Post-War Periode, pada saat itu
berjamuran berbagai gerakan sosial dipicu semakin bebasnya masyarakat untuk berekspresi
dan menuntut haknya. “Demokrasi”.

Gerakan mahasiswa merupakan bagian dari gerakan sosial yang muncul dari adanya
motivasi tertentu. Salah satu bentuk dari motivasi mahasiswa antara lain adanya keinginan
mengadakan perubahan atau koreksi terhadap hal yang menyimpang alam kehidupan sosial.
Gerakan mahasiswa ini cenderung bermuara ke idealisme subjektif mahasiswa terhadap
kondisi sosialnya.

Gerakan sosial merupakan salah satu fungsi dan peran dari mahasiswa. Mahasiswa sebagai
masyarakat intelektual harus memahami keberadaanya dalam masyarakat yang plural.
Menurut Darmawan Triwibowo, gerakan sosial adalah bentuk aksi sosial dan politik tertentu,
yang dilakukan dalam konteks jejaring lintas kelembagaan yang erat oleh aktor-aktor yang
diikat rasa solidaritas dan identitas kolektif yang kuat melebihi bentuk-bentuk ikatan dalam
suatu koalisi.

Gerakan mahasiswa dipicu oleh rasa frustasi dengan diberlakukannya normalisasi


kehidupan kampus dan badan kehidupan kampus atau (NKK/BKK) yang melarang
mahasiswa berpolitik dalam kampus.

Selain faktor internal, ditambah dengan kondisi yang terjadi seperti ketimpangan sosial,
ketidakadilan, penggunaan kekuasaan yang sewenang-wenang, administrasi negara yang
kacau, dan kondisi politik yang tidak jelas memicu mahasiswa untuk bertindak dan
melakukan gerakan mahasiswa.

Dalam gerakan , mahasiswa selalu berada dalam sebuah payung bersama. Di tingkatan
Universitas, mahasiswa bergerak lewat organisasi Lembaga Kemahasiswaan atau organisasi
kemahasiswaan internal kampus. Sedangkan diluar universitas mahasiswa selalu bergerak
dengan payung-payung organisasi mahasiswa ekternal kampus. Para mahasiswa yang selalu
bergerak seringkali disebut juga sebagai aktivis mahasiswa. Para aktivis ini melibatkan diri
kedalam berbagai kegiatan-kegiatan organisasi dan sosial. Mereka selalu dikonotasikan
sebagai pembaharu dan agen perubahan. Hal ini disebabkan karena banyak aktivitas mereka
lebih difokuskan dalam penyingkapan wacana-wacana kemasyarakatan. Para mahasiswa
yang secara individu memiliki kompetensi secara keilmuan dan berpikir sistematis membantu
masyarakat dalam melihat realitas sosial dan perkembangan yang terjadi dilingkungan
masyarakat. 

Gerakan mahasiswa merupakan tindakan politik yang menjunjung tinggi moralitas.


Disebut tindakan politik, bukan berarti mahasiswa berafiliasi dengan partai politik tertentu,
namun merupakan sebuah gerakan politik dengan tujuan untuk mencapai cita-cita ideal
sebuah bangsa. Politik merupakan alat yang harus digunakan oleh mahasiswa untuk menuju
pada sebuah cita-cita ideal. Jown Rawls mengatakan, bahwa upaya untuk mencapai sebuah
tujuan, itulah politik. Untuk itu peran gerakan mahasiswa dalam berpolitik itu sangat
diperlukan. Politik ini harus dibimbing oleh moralitas agar ada kerelaan dan kemurnian
dalam bergerak memperjuangkan sebuah cita-cita tetap terjaga. Menurut A. M. Fatwa
mengenai peran mahasiswa dalam kehidupan sosial, yakni:

 Mahasiswa telah mengalami proses pendidikan dan sosialisasi politik, sehingga


mengetahui dan memahami serta meresapi persoalan-persoalan di masyarakat.
 Mahasiswa merupakan kelompok masyarakat terdidik yang penuh dengan jiwa
idealisme dan berhati nurani. Ia dapat menilai keadaan empirik dengan berpatokan kepada
nilai-nilai idealitas, yang dalam banyak kasus seringkali tidak sesuai dengan apa yang ada
dilapangan. Hal ini menyentuh nilai-nilai idealism mahasiswa
 Mahasiswa mempunyai nyali dan keberanian luar biasa dalam melakukan perubahan-
perubahan sosial menurut idealism yang mereka miliki.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa peran mahasiswa dalam gerakan sosial ?
2. Bagaimana sejarah pergerakan mahasiswa di Indonesia ?
3. Apa yang menjadi pemicu terjadinya gerakan sosial khususnya Gerakan mahasiswa
1966-1998 ?

BAB II
PEMBAHASAN
 Peran mahasiswa dalam gerakan sosial
Panggilan mahasiswa dianggap sesuatu yang prestisius. Bagaimana tidak, ia bukan
sekedar siswa lagi karena ada tambahan “maha” sebelumnya. Mahasiswa juga di indentikan
mendapatkan berbagai gelar julukan sebagai: Agent of Change, Agent of Social Control dan
lain sebagainya. Berbagai perubahan besar dalam persimpangan sejarah negeri ini senantisasa
menempatkan mahasiswa dalam posisi terhormat sebagai pahlawannya, bahkan gerakan yang
dibangun mahasiswa disebut sebagai pilar demokrasi yang kelima.
Mahasiswa merupakan bagian dari rakyat, bahkan ia merupakan rakyat itu sendiri.
Mahasiswa sebagai tumpuan berbagai pihak. Mereka sering disebut sebagai harapan bangsa,
harapan negara, harapan masyarakat, harapan keluarga bahkan harapan dunia.

Tugas mahasiswa adalah melakukan kritik terhadap keadaan sosial yang kacau. Bila
penguasa melakukan penyelewengan, mahasiswa harus melancarkan kritik sosial dan turun
dari universitas.

1. Mahasiswa sebagai tulang punggung bangsa. 


Diatas pundak mahasiswalah persoalan dan permasalahan bangsa diatasi dan
dicermati. Sebagai kaum intelektual, mahasiswa diharapkan mampu untuk
menyingkapi berbagai permasalahan yang ada ditengah-tengah masyarakat.Dalam
menjalankan perannya tersebut, gerakan mahasiswa harus lepas dari berbangai
kepentingan politis. Ia harus mengawal setiap kebijakan yang dibuat oleh pemerintah
maupun badan legilslatif. Gerakan mahasiswa harus bahu membahu membangun
bangsa Indonesia, menuju pada cita-cita UUD 1945.Tiap perubahan sosial dalam
bangsa ini melibatkan campur tangan mahasiswa. Tulang punggung tidaklah boleh
lelah atau berhenti menjalankan fungsinya.Apabila itu terjadi, maka masyarakat akan
kehilangan arah dan bangsa ini menuju pada kehancuran. 

2. Mahasiswa sebagai radar dalam masyarakat. 


Mahasiswa harus menjadi radar bagi setiap kehidupan berbangsa dan
bernegara.Menjadi radar berarti harus peka terhadap munculnya berbagai persoalan
dalam masyarakat.Sebelum terjadi konflik sosial dan negara dalam keadaan
chaos,mahasiswa harus menjadi pencegah dan mengarahkan situasi pada sebuah
kondisi yang ideal. Dengan intelektualitas yang dimilikinya, serta kemampuan analisa
menggunakan metode ilmiah,diharapkan mahasiswa selalu menjadikan masyarakat
sebagai obyek yang harus dilindungi, dan bukan dieksploitasi secara intelektual oleh
siapa pun. Menjadi radar membutuhkan kepekaan dan kewaspadaan. Mahasiswa
harus memiliki sense of crisis yaitu peka dan kritis terhadap masalah-masalah yang
terjadi di sekitarnya saat ini. Hal ini akan tumbuh dengan sendirinya bila mahasiswa
itu mengikuti watak ilmu, yaitu selalu mencari pembenaran-pembenaran ilmiah.
Dengan mengikuti watak ilmu tersebut maka mahasiswa diharapkan dapat memahami
berbagai masalah yang terjadi dan terlebih lagi menemukan solusi-solusi yang tepat
untuk menyelesaikannya. Dengan menjalankan peran sebagai radar, mahasiswa
menjaga perubahan sosial sehingga mengarah pada kesejahteraan bersama. 

3. Mahasiswa sebagai agent of change/ agen perubahan. 


Mahasiswa merupakan kelompok kecil dalam masyarakat. Mereka merupakan
calon-calon pemimpin ahli yang mampu untuk menciptakan perubahan. Sejarah telah
membuktikan bahwa gerakan mahasiswa selalu menjadi tonggak awal perubahan
dalamsejarah bangsa ini. Untuk itu mahasiswa haruslah selalu sadar, bahwa sebagai
tenaga ahli dan calon pemimpin dalam kehidupan bermasyarakat, ia haruslah selalu
memberikan inovasi dan inspirasi agar tercipta sebuah kondisi ideal dalam
masyarakat. Menjadi agen perubahan membutuhkan karakter pelayanan yang optimal.
Sehingga mahasiswa tidak sibuk untuk mengasah inteletualitasnya saja, namun juga
berbagi dan mengabdi bagi masyarakat. 

4. Mahasiswa sebagai iron stock atau “masa depan bangsa”


 Mahasiswa merupakan calon-calon pemimpin bangsa ini. Untuk itu saat ia
bermahasiswa, kepekaan sosial, keberpihakan intelektualitas dan tanggung jawab
pelayanan harus terus diasah. Proses pengkaderan yang baik terhadap diri mahasiswa
saat ini, menentukan kecermalangan bangsa diwaktu akan dating. Untuk itu sikap
nasionalisme, tanggung jawab keilmuan, kepekaan social dan semangat penabdian
haruslah terus dipupuk dalam diri tiap generasi muda saat ini. Bangsa yang memiliki
masa depan, adalah bangsa yang memiliki stock pemimpin yang bertanggung jawab
dan memiliki kepekaan sosial yang tinggi. Bangsa ini mau dibawa kemana, akan
tampak dari generasi mahasiswa saat ini. 

5. Mahasiswa sebagai Moral force 


Gerakan mahasiswa merupakan gerakan moral yang tidak berpihak pada
kepentingan apapun. Kekuatan morallah yang membuat mahasiswa dapat diterima
sebagai penggerak ditengah-tengah masyarakat. Kekuatan moral berangkat dari titik
awal sebagai kemampuannya untuk menjadi radar dan peka terhadap kehidupan social
disekitarnya. Dengan menjadi pergerakan mahasiswa menjadi kekuatan moral, maka
semangat pengabdian intelektualitas mahasiswa akan didekatkan dengan kenyataan
kehidupan masyarakat. Dengan kekuatan moral, kebenaran dan keadilan akan makin
tampak wujudnya ditengah-tengah masyarakat. 

6. Mahasiswa sebagai Social control 


Di era globalisasi arus informasi dan komunikasi tidak dapat dibendung. Untuk itu
mahasiswa harus mainkan perannya sebagai kontrol sosial. Ia harus menjaga karakter
bangsa dan perilaku masyarakat Indonesia. Perilaku-perilaku menyimpang dapat
ditekan dan dialihkan dengan berbagai metode pendekatan. Dengan melakukan
kontrol sosial, mahasiswa menjaga nilai dan karakter budaya bangsa Indonesia,
sehingga tidak tergerus oleh arus globalisasi.

 Sejarah pergerakan mahasiswa di Indonesia


Dalam sejarah gerakan mahasiswa tercatat beberapa momentum yang dianggap
monumental berkaitan dengan proses perjuangan generasi bangsa menghadapi tantangan
zamannya, yaitu:

1. Tahun 1908, melahirkan Boedi Oetomo.

2. Tahun 1928, melahirkan Soempah Pemoeda.

3. Tahun 1945, melahirkan Gerakan Mahasiswa 45.

4. Tahun 1966, melahirkan Angkatan 66 Orde Baru.

5. Tahun 1974, melahirkan gerakan anti modal asing Jepang yang disebut Malari 74.

6. Tahun 1978 melahirkan gerakan perlawanan terhadap Soeharto langsung disebut 


Gema77/78.

7. Tahun 1998, melahirkan Gerakan Mahasiswa 98 yang menumbangkan Rezim Soeharto


Orde Baru

Fase Pra Kemerdekaan – Kemerdekaan ( 1908-1949 )

Dalam fase pra kemerdekaan belum adanya gerakan mahasiswa semua masih dalam
bentuk gerakan-gerakan pemuda dimana diawali dengan pergerakan Budi Utomo yang
bergerak dalam perjuangan untuk membebaskan rakyat dari ketertindasan dalam
keterbelakangan dalam pendidikan. Kemudian dilanjutkan mulai bangkitnya gerakan pemuda
ditandai dengan adanya kesadaran gerakan pemuda lokal seperti Jong Java, Jong Ambon,
Jong Sunda, Jong Sumatra, dan organisasi pemuda lainnya untuk bersatu. Dengan semangat
kemerdekaan maka disatukanlan berbagai macam organisasi pemuda yang diwujudkan pada
Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.

Perjuangan gerakan pemuda pada masa pra kemerdekaan diarahkan dalam


memperjuangkan kemerdekaan bangsa kita dari cengkraman kolonial Belanda. Setelah pasca
dari Sumpah Pemuda tersebut menggairahkan semangat pemuda dalam menggelorakan
perjuangan mereka untuk merebut kemerdekaan dari tangan Belanda. Mulai munculnya
konsepsi gerakan mahasiswa dimulai pada perjuangan Perhimpunan Indonesia yang
merupakan hasil dari politik etis Belanda yang membuka kesempatan kepada kelas borjuasi
menengah untuk mendapatkan pendidikan di Belanda. Dengan memanfaatkan akses
pendidikan dari politik etis tersebut dimulai kesadaran para mahasiswa Indonesia yang kuliah
di Belanda untuk berjuang dalam melawan kolonial Belanda melalui tokohnya yakni
Sukarno, dll.

Dari hal tersebut mulai adanya embrio munculnya pergerakan mahasiswa yang berjuang
untuk kemerdekaan bangsa kita. Serta didalam perjalanan sejarahnya mahasiswa zaman pra
kemerdekaan juga secara aktif ikut dalam perjuangan kemerdekaan yang ikut dalam laskar-
laskar pemuda rakyat. Hal tersebut terus menjadi bentk dan karakter dari gerakan mahasiswa
dalam fase revolusi pembebasan nasional kita dari cengkraman kolonial Belanda.

Fase Orde Lama ( 1949-1965 )

Dalam fase Orde Lama gerakan mahasiswa mulai mempunyai perannya dalam kehidupan
politik di masyarakat, ditandai dengan banyak bermunculannya organisasi mahasiswa yang
merupakan satu bentuk afliasi politik dari partai tertentu atau kekuatan politik tertentu.
Seperti HMI, GMNI, PMII, dan CGMI.

Fase Orde Baru ( 1965-1998 )

Fase transisi rezim Orla ke Orba yang diawali dengan kudeta oleh Suharto dengan
persengkongkolan dengan CIA dimulailah era pendindasan baru dari rezim kakitangan
imperialis AS. Dimulainya kekuasaan Suharto ternyata meluluhlantakkan organisasi
mahasiswa yang progresive dengan pembunuhan, penculikan angota dan pembubaran CGMI.
Fase transisi ini juga menjdi kemenangan organisasi mahasiswa yang reaksioner dengan
memutarbalikkan fakta kebenaran sejarah dimana KAMI pada waktu itu yang mencoba
mengawali lokomotif reformasi berselingkuh dan ditunggangi oleh tentara, dimulai dengan
aksi-aksi sosial ekonomi yang dipimpin oleh Akbar Tandjung, Cosmas batubara dalam
melakukan perjuangan untuk memperbaiki nasib rakyat yang terpuruk pada masa Sukarno
mulai menyimpang dengan berubahnya tuntutan pada turunkan Sukarno dan membubarkan
PKI. Praktek yang dilakukan KAMI ini telah membuka jalan bagi kekuatan status Quo yang
anti rakyat yakni Suharto untuk berkuasa, setelah mampu maka dimulai otoritarianisme gaya
Orba dimulai. Namun kekuasaan Suharo tidaklah berjalan mulus, penentangan yang
dilakukan oleh mahasiswa pun mulai muncul dengan dimulai pada gerakan anti Jepang yang
dimotori oleh Hariman Siregar pada tahun 1978 yang kemudian dikenal dengan tokoh
angkatan 78, namun aksi ini pun gagal karena pada waktu itu tetap bergantung terhadap
tentara yang mengharapkan figur Sumitro mampu menjadi kawan dalam perubahan,
sementara kita ketahui bahwa militer adalah kekuatan paling reaksioner dalam sejarah
perjuangan rakyat. Kegagalan ini juga dilihat bahwa adanya cara pandang yang melihat
bahwa mahasiswa mampu melakukan perubahan sehingga dalam setiap gerakan mahasiswa
seperti 66,78 tidak mampu berbuat banyak karena tidak melibatkan kekuatan rakyat lainnya.
Dengan matinya gerakan 66, 78 pengekangan terhadap aktivitas mahasiswa mulai ditekan
dengan berbagai kebijakan seperti NKKBKK yang sampai hari ini belum di hapuskan.

Begitu juga dengan gerakan mahasiswa 98 yang muncul pada saat krisis ekonomi sedang
berlangsung dimana muncul dalam bayang-bayang represivitas Orde Baru yang bermutasi
dalam kelompok-kelompok studi, dimana mulai memuculkan pergolakan dikalangan
mahasiswa itu sendiri. Dengan bermodalkan pada semangat reformasi dan gerakan moral
ternyata tidak mampu membuahkan perubahan politik yang signifikan buat rakyat.Dengan
maraknya gerakan mahasiswa dalam menuntut mundurnya Suharto ternyata membuat
kesalahan yang sama dimana lagi-lagi gerakan tersebut sangat tidak terpimpin, advonturir,
dan tidak terprogram. Kegagapan mahasiswa dalam menyambut turunnya Suharto dan
kemudian menyerahkan nasib bangsa kita pada sekelompok elite menjadi satu bukti bahwa
gerakan mahasiswa terus mengulangi kesalahannya yang selalu bergantung pada elit-elit
politik dan bukan pada kekuatan rakyat yang sejati yakni kekuatan buruh dan tani.

Konsepsi generasi ke generasi dalam kasus-kasus di atas diwujudkan dalam kesatuan


kelompok umur dari mereka yang memiliki kesamaan cita-cita dan memainkan sebuah
peranan yang menentukan saat-saat terpenting dalam sejarah Indonesia.  Gerakan mahasiswa
merespon berbagai situasi dan kondisi tersebut atas dasar kesadaran moral, tanggung jawab
intelektual, pengabdian sosial dan kepedulianya. Gerakan mahasiswa selalu muncul sebagai
pelopor dan inisiator dari sebuah aksi perlawanan yang memicu dukungan seta aksi-aksi
sejenis dari unsur-unsur sosial.

 Pemicu terjadinya gerakan sosial khususnya Gerakan mahasiswa 1966-


1998
Seperti yang sudah saya jelaskan di latar belakang, Gerakan mahasiswa dipicu oleh rasa
frustasi dengan diberlakukannya normalisasi kehidupan kampus dan badan kehidupan
kampus atau (NKK/BKK) yang melarang mahasiswa berpolitik dalam kampus.

Selain faktor internal, ditambah dengan kondisi yang terjadi seperti ketimpangan sosial,
ketidakadilan, penggunaan kekuasaan yang sewenang-wenang, administrasi negara yang
kacau, dan kondisi politik yang tidak jelas memicu mahasiswa untuk bertindak dan
melakukan gerakan mahasiswa.

 Gerakan mahasiswa tahun 1966

10 Januari 1966, demonstrasi mahasiswa meletus di Jakarta, sebagai reaksi terhadap


kenaikan harga-harga. Demonstrasi ini melahirkan Tri Tuntutan Rakyat yang kemudian
dikenal sebagai Tritura. Tiga tuntutan itu meliputi: Bubarkan PKI, ritul Kabinet Dwikora dan
Turunkan harga-harga. Keadaan ekonomi rakyat sebelum 10 Januari demikian terhimpitnya
oleh harga-harga yang makin membubung tinggi. Pemerintah menunjukkan sikap yang
ambivalen.

Di satu pihak mereka menganjurkan dan bahkan melarang kenaikan harga-harga, tetapi
pada pihak lain pemerintah sendiri menaikkan tarif dan menaikkan harga sejumlah kebutuhan
pokok. Pada tanggal 3 Januari 1966, pemerintah menaikkan harga bensin menjadi Rp. 1000
per liter. Padahal harga bensin itu baru saja dinaikan harganya pada 26 Nopember menjadi
Rp. 250 per liter. Harga beras sementara itu tak terkendali. Di Jakarta, harga beras yang
semula Rp. 1000 per kilogram mendadak melonjak menjadi Rp. 3500 per kilogram.

Waperdam III Chairul Saleh yang sebenarnya cukup dihormati masyarakat, dengan nada
arogan mengatakan bahwa pemerintah takkan meninjau kembali kenaikan tarif dan harga-
harga. Ini katanya untuk mencegah jangan sampai terjadi defisit anggaran belanja negara,
sehingga pemerintah terpaksa untuk mencetak uang. Alasan yang tampaknya rasional ini
dibantah oleh mahasiswa sebagai alasan yang dicari-cari, karena mahasiswa melihat bahwa
penyebab utama defisit adalah ketidakbecusan para menteri dan tidak memahami tanggung
jawabnya. Mereka mengatasi keadaan dengan bertindak asal-asalan tanpa memperhatikan
dampaknya terhadap kehidupan rakyat banyak. Dalam pada itu, menteri-menteri lainnya,
terutama Waperdam I Soebandrio lebih menyibukkan diri melontarkan provokasi-provokasi
politik. Ketua KAMI, Cosmas Batubara membacakan tuntutan Tritura yang dijawab oleh
Chairul Saleh bahwa Tritura tidak benar dan menyerahkan keputusan kepada Presiden.
Kecewa mendengar jawaban Chairul Saleh, Cosmas Batubara tampil kemuka menyerukan
agar mahasiswa mogok kuliah dan menganjurkan rakyat untuk membayar karcis bus sebesar
RP 200, bukan Rp 1.000 seperti yang ditetapkan pemerintah setelah keluar keputusan
pemotongan nilai mata uang rupiah dan menaikan harga BBM guna mengatasi inflasi.
Keputusan itu berlaku pada Desember 1966.

Setelah mahasiswa mendatangi istana negara pada tanggal 10 Januari 1966, pada tanggal
15 Januari 1966 ribuan mahasiswa dengan menggunakan truk- truk yang disediakan oleh
kepala staf Kodam Jaya, Witono dan kepala staf Kostrad Kemal Idris mendatangi istana
Bogor untuk berunjuk rasa pada saat Soekarno mengadakan sidang kabinet. Soekarno di
dalam sidang kabinet tersebut menyampaikan pidato yang mengkritik keras cara-cara
mahasiswa menyampaikan tuntutannya. Soekarno menyerukan kepada siapa saja yang
membutuhkan dan setuju dengan nya agar membentuk barisan Soekarno.

Kemudian dalam satu pidato di Jakarta pada tanggal 20 Januari, Soekarno kembali
menuduh mahasiswa dimanipulir oleh kekuatan-kekuatan neokolonialis dan imperialis
(Nekolim). Akibat pidato Soekarno tersebut timbullah demonstrasi dimana berakibat bentrok
antara anggota KAMI dengan mahasiswa pro Soekarno.

Singkat cerita setelah didesak akhirnya Soekarno menandatangani surat perintah yang
memberikan kekuasaan kepada Soeharto untuk memulihkan ketertiban dan stabilitas negara.
Di kemudian hari surat perintah itu kita kemal dengan nama Surat Perintah Sebelas Maret
atau Supersemar.

Akhirnya pada tanggal 7 Maret 1967 SI MPRS menghasilkan keputusan yang tertuang
dalam TAP MPRS No XXXIII/ MPRS/ 1967 berupa pencabutankekuasaan pemerintah dari
Presiden Soekarno dan pengangkatan Soeharto sebagai Pejabat Presiden hingga
dilaksanakannya pemilihan umum.

 Gerakan mahasiswa tahun 1988

Pada Mei 1998, Indonesia mengalami pukulan terberat krisis ekonomi yang menerpa asia
timur termasuk Indonesia. Meningkatnya inflasi dan pengangguran menciptakan penderitaan
dimana-mana, ketidak-puasan terhadap pemerintah yang lamban dan merajalelanya korupsi.

April 1998. Setelah Soeharto terpilih kembali sebagai presiden, mahasiswa dari berbagai
universitas di seluruh tanah air menyelenggarakan demonstrasi besar-besaran, tiada hari tanpa
demo. Ditambah ketika pemerintah  menaikkan harga BBM, demo tambah menjadi-jadi
sampai-sampai pemerintah menurunkan harga BBM ke harga semula untuk mengurangi
demo yang sedang terjadi. Mereka menuntut pemilu ulang dan tindakan efektif pemerintah
untuk mengatasi kritis. Insiden pada saat itu, mahasiswa mengeluarkan aspirasi rakyat dan
membuat kekacauan.

Mahasiswa seluruh Indonesia  melakukan aksi demonstrasi besar-besaran untuk menuntut


reformasi, walaupun pada awalnya mahasiswa Trisakti melakukan demonstrasi di dalam
kampus sesuai anjuran aparat untuk tidak turun ke jalan, namun mahasiswa yang jengkel
dengan pengekangan memaksa untuk berdemonstrasi di gedung MPR dimana mereka bisa
menyampaikan tuntutan mereka langsung kepada pemerintah. Dengan keberanian para
mahasiswa, mereka langsung turun ke jalan dan berhadapan dengan hujan peluru.

Tragedi 12 Mei 1998 dikenal juga dengan sebutan tragedi Trisakti, karena tragedi ini
merupakan peristiwa penembakan pada 12 Mei 1998 kepada mahasiswa Universitas Trisakti
yang demonstrasi menuntut Presiden Soeharto mundur. Empat mahasiswa Universitas
Trisakti yang tewas adalah Elang Mulia Lesmana (1978-1998), Heri Hertanto (1977-1998),
Hafidin Royan (1976-1998) dan Hendriawan Sie (1975-1998).

Seminggu kemudian, mahasiswa berhasil menduduki gedung MPR tanpa perlawanan


berarti dari aparat keamanan. Karna Soeharto sudah tidak dapat mengendalikan kerusuhan
karena gagal mendapatkan dukungan ulama dan tokoh masyarakat, ditambah pengunduran
diri 14 menterinya. Soeharto pun mundur dan digantikan langsung oleh wakilnya yaitu B.J
Habibie.
28 Oktober 1998. Semakin maraknya demonstrasi dari berbagai kampus yang turun ke
jalan, aparat keamanan bereaksi secara berlebihan. Ketegangan memuncak menjelang Sidang
Istimewa MPR yang bertugas mempersiapkan pemilihan umum. Mahasiswa menolak sidang
tersebut karena pesertanya berasal dari penunjukkan Soeharto. Mahasiswa menuntut suatu
Sidang Rakyat dengan perwakilan yang terpercaya. Tanpa menggubris protes mahasiswa,
pemerintah tetap menggelar Sidang Istimewa. Ketika tuntutan mahasiswa dan kelompok
masyarakat agar melibatkan reformis sejati dalam agenda tidak diacuhkan, mahasiswa
menjadi semakin agresif.

13 November 1998, sepanjang Sidang Istimewa mahasiswa terus turun ke jalan, mendekati
hari terakhir masa siding, mahasiswa yang berusaha menembus garis batas 2 km dari gedung
MPR harus menghadapi pemukulan yang semakin brutal. Pada malam penutupan sidang,
terjadi penembakan di jembatan Semanggi. Dalam peristiwa Semanggi, yang lebih berdarah
dari Trisakti ini, aparat menembakkan peluru ke kerumunan demonstran dan banyaknya
korban yang berjatuhan.

Salah satu hasil keputusan Sidang Istimewa adalah menyelidiki kekayaan keluarga dan
kroni Soeharto, serta mengadilinya. Namun Habibie yang telah beberapa buan berkuasa tidak
juga menunjukkan niatnya unutk menyelidiki kekayaan mantan presiden itu. Mahasiswa
kembali turun ke jalan menuntun kebenaran, keadilan, dan keterbukaan. Tragedi Semanggi
ini merenggut banyak korban yaitu Sigit Prasetyo (YAI), Heru Sudibyo (Universitas
Terbuka), Engkus Kusnadi (Universitas Jakarta), Muzammil Joko (Universitas Indonesia),
Uga Usmana, Abdullah/Donit, Agus Setiana, Budiono, Doni Effendi, Rinanto, Sidik, Kristian
Nikijulong, Sidik, Hadi.

Jumlah korban yang didata oleh Tim Relawan Untuk Kemanusiaan berjumlah 17 orang


korban, yang terdiri dari 6 orang mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi di Jakarta, 2
orang pelajar SMA, 2 orang anggota aparat keamanan dari POLRI, seorang anggota
Satpam Hero Swalayan, 4 orang anggota Pam Swakarsa dan 3 orang warga masyarakat.
Sementara 456 korban mengalami luka-luka, sebagian besar akibat tembakan senjata api dan
pukulan benda keras, tajam/tumpul. Mereka ini terdiri dari mahasiswa, pelajar, wartawan,
aparat keamanan dan anggota masyarakat lainnya dari berbagai latar belakang dan usia,
termasuk Ayu Ratna Sari, seorang anak kecil berusia 6 tahun, terkena peluru nyasar di kepal.
Mahasiswi bereaksi keras terhadap imbauan Menteri Urusan Peranan Wanita untuk tidak
terlibat dalam demonstrasi. Dalam sebuah demonstrasi yang seluruh pesertanya adalah
perempuan. Korps polwan menunjukkan kemampuannya yang tak kalah dengan rekan pria-
nya dalam mengatasi demostrasi. Setelah peristiwa Semanggi, strategi baru ditetapkan
perlakuan kasar terhadap demonstran perempan dan pemukulan perwakilan aktivis yang
mencari jalan damai dengn militer menguatkan keyakinan mahasiwa bahwa untuk menang
mereka harus bertarung.

Beberapa minggu menjelang bulan suci Ramadhan, mahasiswa turun ke jalan, tidak lagi
bersemangat reformasi damai, tetapi dengan pekik revolusi. Mereka sengaja memancing
konfrontasi, membalas perlakuan kasar militer pada rekan mereka. Sekalipun beberapa
pimpinan mahasiswa berusaha mencegah agar bentrokan tidak meningkat menjadi banjir
darah, para demonstran kini sudah tidak terkontrol lagi. Di Taman Ria, demonstran berhasil
menembus garis batas polisi dan memukul mundur aparat keamanan yang dulu tak bisa
dikalahkan. Aparat keamanan terkejut. Jelaslah sekarang mahasiswa tak lagi gentar.
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Peran mahasiswa dalam gerakan sosial khususnya gerakan mahasiswa sangat besar.Tugas
mahasiswa adalah melakukan kritik terhadap keadaan sosial yang kacau. Bila penguasa
melakukan penyelewengan, mahasiswa harus melancarkan kritik sosial dan turun dari
universitas. Peran mahasiswa dapat disimpulan antara lain:

1. Mahasiswa sebagai tulang punggung bangsa. 


2. Mahasiswa sebagai radar dalam masyarakat. 
3. Mahasiswa sebagai agent of change/ agen perubahan. 
4. Mahasiswa sebagai iron stock atau “masa depan bangsa”
5. Mahasiswa sebagai Moral force 
6. Mahasiswa sebagai Social control 

Sejarah gerakan mahasiswa meliputi:

1. Tahun 1908, melahirkan Boedi Oetomo.

2. Tahun 1928, melahirkan Soempah Pemoeda.

3. Tahun 1945, melahirkan Gerakan Mahasiswa 45.

4. Tahun 1966, melahirkan Angkatan 66 Orde Baru.

5. Tahun 1974, melahirkan gerakan anti modal asing Jepang yang disebut Malari 74.

6. Tahun 1978 melahirkan gerakan perlawanan terhadap Soeharto langsung disebut 


Gema77/78.

7. Tahun 1998, melahirkan Gerakan Mahasiswa 98 yang menumbangkan Rezim


Soeharto Orde Baru.
Gerakan mahasiswa juga dipicu oleh kondisi yang terjadi seperti ketimpangan sosial,
ketidakadilan, penggunaan kekuasaan yang sewenang-wenang, administrasi negara yang
kacau, dan kondisi politik yang tidak jelas memicu mahasiswa untuk bertindak dan
melakukan gerakan mahasiswa. Seperti yang kita lihat pada tahun 1966-1988 gerakan
mahasiswa mampu menggulingkan rezim penguasa.

1.2 Saran
1. Pemerintah seharusnya tidak melakukan tindakan reprensif terhadap para pelaku aksi
karena mahasiswa selaku pelaku aksi hanya megutarakan aspirasi masyarakat yang
tidak didengar oleh pemerintah. Mereka memberikan tntutan perbaikan bagi bangsa
Indonesia.

2. Mahasiswa Sebagai generasi penerus bangsa dalam menyampaikan aspirasinya


seharusnya disampaikan dengan cara damai, tertib dan tidak melakukan tindakan
anarkis

DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unila.ac.id/19280/1/BAB%201-V.pdf

http://rickyanggili.blogspot.com/2016/05/gerakan-mahasiswa.html

https://www.scribd.com/document/22370688/Makalah-Orientasi-Gerakan-Mahasiswa-Pasca-
Reformasi

https://www.academia.edu/19533324/Gerakan_sosial

https://abiechuenk.wordpress.com/2010/12/14/gerakan-sosial/#more-38

https://www.kompasiana.com/ahmadmuhibullah/55112ac2813311793cbc7372/peran-
mahasiswa-dan-pergerakan-mahasiswa

https://www.academia.edu/7447519/Gerakan_Mahasiswa_Di_Indonesia

https://socio-politica.com/2010/01/05/kisah-1966-dari-10-januari-menuju-11-maret-1/

https://www.academia.edu/28498219/Gerakan_Mahasiswa_1966-1998.pdf

https://aystca.wordpress.com/2016/11/19/gerakan-mahasiswa-indonesia-12-mei-1998-17-
desember-1998/

Anda mungkin juga menyukai