Anda di halaman 1dari 20

DISUSUN OLEH :

ELENA MISWA (08)


JESIKA (15)
NIDYA WAHYU H (22)
NOSAGIGA W (23)
RAIS AKBAR ALIM (26)
YOSHIKI AKASHI (31)

PARTAI AMANAT XI MIPA 7


SMAN 1 KOTA BLITAR

NASIONAL
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang “Partai Amanat Nasional” ini. Sholawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang
telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang
sempurna dan menjadi anugerah terbesar bagi seluruh alam semesta.

Kami sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
pendidikan kewarganegaraan dengan judul “Patai Amanat Nasional”. Disamping itu, kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kamu selama
pembuatan makalan ini berlangsung sehingga dapat terealisasikanlah makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya
dapat kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak terdapat
kekurangannya.

Blitar, 25 September 2017

Penyusun,

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................................................... 1


Daftar Isi .................................................................................................................................... 2
BAB I (Pendahuluan) ................................................................................................................. 3
Latar Belakang ........................................................................................................................ 4
Ruang Lingkup Penulisan .................................................................................................... 4
Tujuan Penulisan ........................................................................................................... 5
Manfaat Partai Penulisan ......................................................................................... 5
BAB 2 (Pembahasan) ................................................................................................................. 6
Pengertian Kampanye Publik ................................................................................................. 6
Problematika Pelaksanaan Kampanye Pilkada ................................................................... 8
Upaya Mencegah Penyimpangan dalam Kampanye Pilkada ..................................... 10
BAB 3 (Partai Amanat Nasional) ............................................................................................. 12
Sejarah Partai Amanat Nasional .......................................................................................... 12
Visi dan Misi Partai Amanat Nasional ............................................................................. 13
Pengurus PAN Periode 2015-2020 ............................................................................. 14
Anggota DPRD Kabupaten Blitar Fraksi PAN ......................................................... 17
BAB 4 (Penutup) ...................................................................................................................... 18
Kesimpulan ......................................................................................................................... 18
Daftar Pustaka ......................................................................................................................... 19

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Partai politik, selanjutnya disingkat parpol, adalah produk masyarakat Barat yang
dimulai di Inggeris pada abad ke 17. Parpol dibentuk dalam rangka pikiran Barat bahwa
Negara adalah organisasi kekuasaan untuk menjamin bahwa kehidupan antara Individu yang
semua bebas dan berkuasa tidak mengakibatkan masalah sekuriti pada Individu. Organisasi
kekuasaan yang dibagi dalam kekuasaan eksekutif, kekuasaan legislatif dan kekuasaan
yudikatif atau Trias Politica, merupakan perimbangan (checks & balances) antara tiga
kekuasaan itu. Untuk menjadikan kekuasaan legislatif mampu melakukan kontrol yang
efektif terhadap dua kekuasaan lainnya, khususnya terhadap eksekutif, rakyat di Inggeris
pada tahun 1678 membentuk partai politik, yaitu Tory. Parpol ini dalam abad ke 19
berkembang menjadi Partai Konservatif yang seringkali berkuasa di negaranya hingga masa
kini.

Kemudian parpol meluas di seluruh dunia, dan sejak permulaan abad ke 20 menjadi
wahana penting dalam perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan.
Menjadi pertanyaan bagaimana parpol sebagai produk Barat dapat menjadi organisasi dan
wahana efektif dalam Republik Indonesia dengan Dasar Negara Pancasila. Sesuai dengan
Pancasila negara bukan organisasi kekuasaan, melainkan organisasi kesejahteraan. Tulisan
ini berusaha mencari jawaban terhadap pertanyaan itu untuk kepentingan masa depan
kehidupan bangsa Indonesia yang adil, maju dan sejahtera.
Berkembangnya aspirasi-aspirasi politik baru dalam suatu masyarakat, yang disertai
dengan kebutuhan terhadap partisipasi politik lebih besar, dengan sendirinya menuntut
pelembagaan sejumlah saluran baru, diantaranya melalui pembentukan partai politik baru.
Tetapi pengalaman di beberapa negara dunia ketiga menunjukkan, pembentukan partai
baru tidak akan banyak bermanfaat, kalau sistem kepartaiannya sendiri tidak ikut
diperbaharui.
Suatu sistem kepartaian baru disebut kokoh dan adaptabel, kalau ia mampu
menyerap dan menyatukan semua kekuatan sosial baru yang muncul sebagai akibat
modernisasi. Dari sudut pandang ini, jumlah partai hanya akan menjadi penting bila ia

3
mempengaruhi kapasitas sistem untuk membentuk saluran-saluran kelembagaan yang
diperlukan guna menampung partisipasi politik. Sistem kepartaian yang kokoh, sekurang-
kurangnya harus memiliki dua kapasitas. Pertama, melancarkan partisipasi politik melalui
jalur partai, sehingga dapat mengalihkan segala bentuk aktivitas politik anomik dan
kekerasan. Kedua, mencakup dan menyalurkan partisipasi sejumlah kelompok yang baru
dimobilisasi, yang dimaksudkan untuk mengurangi kadar tekanan kuat yang dihadapi oleh
sistem politik. Dengan demikian, sistem kepartaian yang kuat menyediakan organisasi-
organisasi yang mengakar dan prosedur yang melembaga guna mengasimilasikan kelompok-
kelompok baru ke dalam sistem politik.
Partai sebagai sarana komunikasi politik. Partai menyalurkan aneka ragam pendapat
dan aspirasi masyarakat. Partai melakukan penggabungan kepentingan masyarakat (interest
aggregation) dan merumuskan kepentingan tersebut dalam bentuk yang teratur (interest
articulation). Rumusan ini dibuat sebagai koreksi terhadap kebijakan penguasa atau usulan
kebijakan yang disampaikan kepada penguasa untuk dijadikan kebijakan umum yang
diterapkan pada masyarakat. Gunanya penulis membahas judul ini ialah untuk untuk
mengetahui bagaimana sejarah perkembangan partai politik di indonesia, agar dapat
mengetahui lebih jelasnya, penulis akan membahasnya pada bab-bab berikutnya.

1.2 Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis mengidentifikasi masalah yang akan
dibahas pada makalah inisebagai berikut:

1. Pengertian kampanye politik

2. Problematika pelaksanaan kampanye pilkada

3. Upaya mencegah penyimpangan dalam kampanye pilkada

4. Sejarah Partai Amanat Nasional

5. Visi dan Misi Partai Amanat Nasional

6. Anggota DPRD yang berada di kota maupun kabupaten Blitar

4
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan pada latar belakang dan rumusan masalah,
maka tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami :

1. Pengertian kampanye politik

2. Problematika yang terjadi dalam pelaksanaan kampanye pilkada

3. Upaya untuk mencegah penyimpangan dalam kampanye pilkada

1.4 Manfaat Penulisan

1. Menambah wawasan mengenai kampanye politik di Indonesia

2. Sebagai informasi dan referensi pembelajaran tidak hanya bagi penulis tapi juga bagi
para pembaca.

5
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kampanye Politik

Kampanye adalah sebuah tindakan yang bertujuan mendapatkan pencapaian


dukungan, usaha kampanye bisa dilakukan oleh peorangan atau sekelompok orang yang
terorganisir untuk melakukan pencapaian suatu proses pengambilan keputusan di dalam
suatu kelompok, kampanye biasa juga dilakukan guna memengaruhi, penghambatan,
pembelokan pecapaian. Kampanye politik merupakan suatu ajang manuver politik untuk
menarik sebanyak mungkin pemilih dalam pemilu sehingga bisa meraih kekuasaan.Untuk itu
segala cara mungkin akan dipakai dari mulai pemberian janji-janji yang muluk sampai
intimidasi dengan harapan bisa berkuasa.

Dari pandangan tersebut, kampanye politik merupakan bagian marketing politik


yang dirasa penting oleh partai politik menjelang Pemilu. Merupakan fase yang sangat
menentukan keberhasilan suatu calon. Dan juga merupakan bagian dari kegiatan pemilihan
umum kepala daerah, seperti tertuang dalam Pasal 75 ayat (1) yang berbunyi “kampanye
dilaksanakan sebagai bagian dari penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil
kepala daerah. Kampanye politik kadang juga hanya dipandang sebagai suatu proses
interaksi intensif dari partai politik kepada publik dalam kurun waktu tertentu menjelang
pemilihan umum (Pemilu). Dari definisi ini, kampanye politik adalah periode yang diberikan
oleh panitia pemilu kepada semua kontestan untuk memaparkan program-program kerja
dan mempengaruhi opini publik sekaligus memobilisasi masyarakat agar memberikan suara
pada waktu pencoblosan.

Menurut Lock dan Harris, kampanye politik bertujuan untuk pembentukan image
politik. Untuk itu Partai politik harus menjalin hubungan internal dan eksternal. Hubungan
Internal adalah suatu proses antara anggota-anggota partai dengan pendukung untuk
memperkuat ikatan ideologis dan identitas partai Hubungan eksternal dilakukan untuk
mengkomunikasikan image yang akan dibangun kepada pihak luar partai termasuk media
massa dan masyarakat.

6
Kampanye politik harus dilakukan secara permanen ketimbang periodik. Perhatian
kampanye politik tidak hanya terbatas menjelang pemilu tetapi sebelum dan sesudah
Pemilu juga berperan penting.

Dalam berkampanye, terdapat tahap-tahap yang memberikan pengaruh yang besar


bagi keberhasilan suatu kampanye politik. Tahap kegiatan kampanye meliputi :

1. Tahap identifikasi, merupakan tahap penciptaan identitas kampanye yang dengan mudah
dapat dikenali khalayak. Identitas dengan penggunaan simbol, warna, lagu atau jingle,
seragam dan slogan.

2. Tahap Legitimasi, diperoleh ketika seseorang telah masuk dalam daftar kandidat anggota
legislatif. Legitimasi mereka bisa efektif digunakan dan dipertahankan sejauh mereka
dianggap capabel dan tidak menyalahgunakan jabatan.

3. Tahap partisipasi yang bersifat nyata atau simbolik. Partisipasi nyata ditunjukkan oleh
keterlibatan orang-orang dalam menyebarkan pamflet, brosur atau poster, menghadiri
demonstrasi yang diselenggarakan sebuah lembaga swadaya masyarakat atau memberikan
sumbangan untuk perjuangan partai.

4. Tahap penetrasi, pada tahap ini seorang kandidat telah hadir dan mendapat tempat di
hati masyarakat. Seorang juru kampanye telah berhasil menarik simpati masyarakat dan
meyakinkan mereka bahwa ia adalah kandidat terbaik dari sekian yang ada.

5. Tahap distribusi, yaitu tahap pembuktian, pada tahap ini tujuan kampanye pada
umumnya telah tercapai. Kandidat politik telah mendapatkan kekuasaan yang mereka
cari. Tinggal sekarang bagaimana mereka membuktikan janji-janji mereka saat kampanye.
Bila gagal melakukan akibatnya akan fatal bagi kelangsungan jabatan dangagasan yang telah
diterima masyarakat.

7
2.2 Problematika Pelaksanaan Kampanye Pilkada

Kegiatan Kampanye merupakan fase yang pasti dilalui oleh setiap calon yang diusung
Partai Politik. Tetapi terdapat problematika dalam penyelenggaraan kampanye politik.
Sekarang yang sedang marak diperbincangkan adalah mengenai kampanye hitam,
kampanye negatif dan kampanye menggunakan politik uang.

Kampanye terselubung atau kampanye hitam adalah kampanye yang melebih-


lebihkan, memperkasar, dan menertawakan lawan. Kampanye hitam bertujuan untuk
menjatuhkan dan melakukan pembunuhan karakter seorang calon dengan memaparkan isu
maupun rumor yang tidak benar dan tidak didukung bukti, selain itu kebanyakanmateri
kampanye hitam cenderung mengandung unsur pemberitaan yang tidak benar,dan dengan
gampang pembicaraan sampai menyentuh bagian yang sangat pribadi dariseorang calon,
yang bukan kapasitasnya untuk membicarakan hal tersebut. Biasanyakampanye hitam
dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan tidak jelas sumbernya.

Sedangkan kampanye negatif lebih selektif dalam membicarakan seorang calon,


biasanya dengan hanya menggugat hal-hal tertentu dari diri seorang calon yang dirasakan
memiliki signifikasi besar dengan persoalan pemerimtah dan kemasyarakatan. Kampanye ini
dikerjakan secara jelas dan terbuka siapa yang menjadi penanggung jawabnya, dan
membandingkan dengan dirinya agar orang-orang akan berpihak kepadanya.

Dua tipe penyimpangan kampanye tersebut jelas sudah menyalahi aturan yang dimuat pada
pasal 78 yang isinya “ di dalam kampanye dilarang menghina seseorang, agama, suku, ras,
golongan,calon kepala daerah/wakil kepala daerah dan/atau partai politik. Dilarang
menghasut atau mengadu domba partai politik, perseorangan, dan/ atau kelompok
masyarakat”.

Tapi dewasa ini problematika yang paling sering menjadi pembicaraan adalah
mengenai kampanye dengan mengikutsertakan Politik uang. Memang politik dan uang
adalah dua hal yang sangat berbeda, tetapi tidak Dapat dipisahkan pada kenyataannya.
Untuk berpolitik orang membutuhkan uang dan dengan uang pula seseorang dapat
berpolitik. Politik uang ini merupakan istilah yang sering kita dengar. Politik yang lebih
dikenal dengan istilah Money Politic menunjukkan akan keikut sertaan penggunaan uang
untuk mempengaruhi keputusan tertentu ataupun membeli suara. Tidak heran dalam

8
beberapa kasus pemilihan kepala daerah tak jarang muncul calon yang bukan diungguuli
malah mendapat kemenangan. Karena memiiliki kekuatan politik berupa kongkalikong
ataupun uang. Pilkada yang awalnya diharapkan sebagai ajang pendekatan antara
Pemerintah dan rakyat,dan sarana penyampaian aspirasi masyarakat yang dahulu
didominasi oleh elit politik.

Namun tujuan mulia tersebut dinidai dengan fakta yang terjadi sekarang. Yaitu
kampanye yang mengikut sertakan uang. Padahal sangat jelas tertuang pada Pasal 82 ayat 1
tentang kampanye. Yang berbunyi “ Pasangan calon/ atau tim kampanye dilarang
menjanjikan dan/ atau memberikan uang atau materi lainnya untuk mempengaruhi
pemilih”. Dan jelas pasti para calon mengetahui tentang pasal itu, namun hukum tertulis itu
dianggap sekedar tulisan tanpa arti.

Adanya peraturan berisi tentang syarat-syarat ataypun aturan kampanye yang


sangat ketat dapat dikatakan sebagai pintu masuk suap. Karena kalangan tertentu yang
memiliki akses pada keputusan politik dapat mengubah keputusan dengan memberika
sejumlah uang. Kondisi ini membuat partai politik seolah-olah bersih dari suap tapi
sesungguhnya malah merekalah yang menodai citra kampanye yang bersih.

Sesungguhnya kegiatan suap terjadi sejak pasangan calon mendaftarkan diri pada
partai politik sampai ketahap kampanye. Contoh pencalonan seorang kepala daerah yang
harus melalui pintu partai politik yang memenuhi persyaratan tertentu. Apabila calon
berasal dari nonpartai tetapi memiliki pendukung yang banyak karena tidak memenuhi
syarat maka sicalon akan mencari akumodasi kepartai politik yang ada, tentunya dengan
suap. Dan saingan calon yang berasal dari elit partai lain tentu tidak akan memberikan jalan
yang mulus bagi calon yang b ukan karder partainya. Maka akan melakukan usaha
menjatuhkan lawan dengan menjalankan bisnis politik uang, demikian seterusnya. Hingga
terjadi konflik antar parpol yang dapat menimbulkan kekerasan dari kelompok yang merasa
terancam eksistensinya.

Pada pasal 82 ayat 2 juga jelas mengtakan “ Pasangan calon dan / atau tim
kampanye yang terbukti melakuukan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat 1
berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dikenai
sanksi pembatalan sebagai pasangan calon oleh DPRD”.

9
Namun, dalam praktik kampanye bukannya tidak boleh penggunaan dana berupa
uang. Dana kampanye ada ketentuan hukum yang mengaturnya, yang tertulis jelas pada
pada pasal 83, 84, dan 85.

2.3 Upaya Mencegah Penyimpangan dalam Kampanye Pilkada

Sesungguhnya usaha dan upaya mencegah terjadinya maney politik ditengah


kampanye sudah digalakkan. Buktinya telah dibuat peraturan yang mengancam para pelaku
suap ataupun penerima suap.

Kita semua tahu dan paham bahwa sesungguhnya politik negri ini hanyalah salah
satu praktik busuk yang menciderai nilai-nilai budaya Indonesia. Hal ini jelas dapat
mengancam pelaksanaan pemilukada yang dilaksanakan di Indonesia. Bagaimana mungkin
negri ini akan maju, jika proses awalnya saja sudah menggunakan cara-cara yang jelas
bertentangan dengan hukum Negara, agama, dan nilai budaya Indonesia.

Politik uang yang selalu terjadi pada pesta rakyat ini memepengaruhi kemurnian
hasil pilkada. Dan jelas politik uang ini juga mengotori dan menggerogoti sedikit demi sedikit
moral bangsa serta menghancurkan system demokrasi yang sedang dalam proses
pembangunan.

Menurut Ramlan Surbakti, ada 3 upaya yang dapat ditempuh pemerintah untuk
mencegah praktik suap. Yaitu melalui mekanisme pelaporan dan audit dana kampanye
pilkada langsung, penegakan hukum, dan melalui pengorganisasian pemilih oleh pemilih
sendiri.

Dari pemerintah sudah nampak bukti upaya pencegahan politik uang, sudah
mendirikan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) guna menyikapi isu poitik uang. Yang badan
tersebut telah menyusun program pencegahan politik uang atau money politic yang
memepunyai peluang terjadi dalam pemilihan kepala daerah.

10
Agar praktik-praktik busuk tersebut tidak berlanjut dan berkembang, semua pihak
yang terlibat mulai dari KPUD, LSM, parpol, mahasiswa, tokoh masyarakat, dan tentunya
masyarakat itu sendiri bersama-sama mewaspadai dan melaporkan apabila melihat ataupun
mendengar terjadinya politik uang, demi terwujudnya cita-cita bangsa terbentuknya
pemerintahan di Indonesia yang bersih, jujur, dan adil.

Dengan keterlibatan semua pihak seperti yang disebutkan di atas maka kita semua
dapat mengntisipasi terjadinya politik uang dengan pengawasan secara ketat kegiatan
kampanye dan pemilihan umum berlangsung. Jika mendapati adanya hal yang ganjil maka
harus melaporkan ke pihak yang berwenang dan pihak yang berwenang harus dengan tegas
member sanksi.

11
BAB 3

PARTAI AMANAT NASIONAL

3.1 Sejarah Partai Amanat Nasional

Kelahiran Partai Amanat Nasional (PAN) dibidani oleh Majelis Amanat


Rakyat (MARA), salah satu organ gerakan reformasi pada era pemerintahan Soeharto,
PPSK Muhamadiyah, dan Kelompok Tebet.
PAN dideklarasasikan di Jakarta pada 23 Agustus 1998 oleh 50 tokoh nasional, di
antaranya mantan Ketua umum Muhammadiyah Prof. Dr. H. Amien Rais, , Goenawan
Mohammad, Abdillah Toha, Dr. Rizal Ramli, Dr. Albert Hasibuan, Toety Heraty, Prof. Dr. Emil
Salim, Drs. Faisal Basri, M.A., A.M. Fatwa, Zoemrotin, Alvin Lie Ling Piao, dan lainnya.
Sebelumnya pada pertemuan tanggal 5–6 Agustus 1998 di Bogor, mereka sepakat
membentuk Partai Amanat Bangsa (PAB) yang kemudian berubah nama menjadi Partai
Amanat Nasional (PAN).
PAN bertujuan menjunjung tinggi dan menegakkan kedaulatan rakyat, keadilan,
kemajuan material, dan spiritual. Cita-cita partai berakar pada moral agama, kemanusiaan,
dan kemajemukan. Selebihnya PAN menganut prinsip non-sektarian dan non-diskriminatif.
Untuk terwujudnya Indonesia Baru, PAN pernah melontarkan gagasan wacana dialog bentuk
negara federasi sebagai jawaban atas ancaman disintegrasi. Titik sentral dialog adalah
keadilan dalam mengelola sumber daya sehingga rakyat seluruh Indonesia dapat benar-
benar merasakan sebagai warga bangsa.
Pada Pemilu 2004, PAN mencalonkan pasangan Amien Rais dan Siswono Yudo
Husodo sebagai calon presiden dan wakil presiden untuk dipilih secara langsung. Pasangan
ini meraih hampir 15% suara nasional.
Pada 11 Desember 2011 Partai Amanat Nasional (PAN) dalam Rapat Kerja Nasional
PAN 2011 di Jakarta secara resmi mendukung Ketua Umum PAN Hatta Rajasa sebagai bakal
calon presiden dalam Pemilu 2014.

12
3.2 Visi dan Misi Partai Amanat Nasional

3.2.1 Visi Partai PAN


Terwujudnya PAN sebagai partai politik terdepan yang mewujudkan masyarakat
mandiri yang adil dan makmur, dengan pemerintahan yang baik dan bersih, di dalam sosial
Indonesia yang demokratis dan berdaulat , serta diridloi Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa.

3.2.2 Misi Partai PAN

1. Memenangkan PAN dalam setiap pemilu.


2. Mewujudkan kader yang berkesadaran spiritual, sosial dan politik yang tinggi, cerdas,
ikhlas, pluralis, tangguh, professional, mandiri, progresif, inovatif, konsisten;
3. Mewujudkan PAN yang dekat dan membela kepentingan rakyat.
4. Membangun Organisasi PAN yang modern berdasarkan sosial, managemen dan
budaya organisasi yang kuat dan mengakar.
5. Mewujudkan masyarakat Indonesia yang baru yang demokratis, berkeadilan social,
makmur, damai, cerdas, mandiri, dan partisipatif.

13
3.3 Pengurus PAN Periode 2015-2020

Majelis Penasihat Partai


Ketua: Soetrisno Bachir
Wakil Ketua: Zulkifli Halim
Sekretaris: Nurhadi M Musawir
Bendahara: Sunartoyo
Anggota: Soewarno Adiwidjoyo, Miranti Abidin, Nurdianti Akma, Ibrahim Sakti Batubara,
Alvin Lie

Pengurus Harian
Ketua Umum : Zulkifli Hasan
Wakil Ketua Umum: Asman Abnur, Mulfachri Harahap, Suyoto, Ahmad Hanafi Rais, Bima
Arya Sugiarto, Bara K Hasibuan

Ketua-ketua:
Yandri Susanto
Viva Yoga Mauladi
Teguh Juwarno
Achmad Hafisz Tohir
Didik J Rachbini
Totok Daryanto
M Ali Taher Parasong
Azis Subekti
Riski Sadig
Yahdil Abdi Harahap
Noviantika Nasution
Intan Fitriana Fauzi
Jon Erizal
Andi Anzar Cakrawijaya
M Najib

14
Muhammad Reza Rajasa
Eko Hendro Purnomo
Raja Sapta Oktohari
Ambia B Boestam
Ashabul Kahfi
Euis Fety Fatayaty
Barnabas Yusuf Hura
Dessy Ratnasari

Sekjen: Eddy Suparno

Wasekjen:
Ahmad Yohan
Ahmad Mumtaz Rais
Andi Taufan Tiro
Anton Syafriuni
Dedi Setiawan Dolot
Wahyuni Refi
Amran Arfan
TB Luay Sofhani
Iswari Mukhtar
Saleh P Daulay
Rusli Halim
Ibnu M Bilaludin
Taufik Amrullah
Surya Imam Wahyudi
Rodi Khaelani
Sitti Hikmawatty
Yayuk Basuki
Windiarto Kardono
Inge Ingkiriwang
Togi Pangaribuan

15
Soni Sumarsono
Tutur Sutikno
Arif Mustafa Al-Buny
Alex Mahili
Yasmin Muntaz
Tanty Pupti
Fitriana Novita

Bendahara Umum: Nasrullah

Bendahara-bendahara:
Chandra Tirta Wijaya
Indra Gobel
Laila Istiyana
Lexy Budiman
Nur Indah Fitriani
Wa Ode Nur Zainab
M Syafrudin
Jaorana Amiruddin
Wulandari Ramadani
Atina Riawati
Damayanti HakimTohir
Indira Chunda Thita Syahrul
Rosmaili Idris
Mariana Deden
Farah Valencia
Jamilah
Tutik Masria Widya
Dyah Hestu Lestari

Mahkamah Partai

16
Ketua: Yasin Kara
Anggota: Irham Jafar Ian Putra, Abdul Hakam Naja, Mashuri, Ali Taher Parason

3.4 Anggota DPRD Kabupaten Blitar Fraksi PAN

Ketua Fraksi PAN : M. Ansori

Wakil Ketua Fraksi PAN : Andi Widodo

Sekretaris Fraksi PAN : Susi Nurulita Kumala D.

Anggota : Medi Wibawa

Darwanto

Joko Santosa

Ir. H. M. Heri Romadhon

17
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Secara umum kita dapat mendefinisikan bahwa parai politik adalah suatu kelompok
yang teroganisir yang anggota-anggotanya mempunyai sebuah orientasi, nilai-nilai, dan cita-
cita yang sama. Tujuan kelompok ini adalah memperoleh sebuah kekuasaan politik dan
merebut kedudukan politik yang biasanya di raih lewat konstitusional untuk melakukan
kebijakan-kebijakan dalam mencapai tujuan mereka.

Perlu diterangkan bahwa partai politik sangat berbeda dengan gerakan (movement)
dan berbeda juga dengan kelompok penekan (pressur group) atau istilah yang lebih banyak
digunakan pada dewasa ini yang memang memperjuangkan suatu kepentingan kelompok,
atau memang ingin melakukan perubahan terhadap paradigma masyarakat kearah yang
lebih baik.

Untuk tetap memperbaiki citra partai politik sebagai institusi demokrasi, tentu partai
politik lebih maksimal memikirkan nasib masyarakat ketimbang memperebutkan kursi
kekuasaan. Sedangkan dalam konteks konflik internal partai politik, meminimalisir mungkin
adanya sikap politik yang bisa merusak citra partai politik itu sendiri, tetap membuka adanya
ruang bagi kedua pihak yang bertikai untuk melakukan komunikasi politik yang lebih sehat
dan lebih konsisten pada aturan main organisasi.

Konflik tentu tidak bisa dihindari, tetapi partai politik juga harus memberikan ruang
bagi terbangunnya suatu sistem manajemen konflik yang lebih baik. Agar konflik personal
maupun kelompok maupun yang terjadi diluar partai tidak bisa berkembang, mampu
dikendalikan sehingga tidak melahirkan suasana ketegangan yang apalagi perlaku negatif
yang bisa merusak. Masih ada waktu bagi para pemimpin partai untuk melakukan
perubahan di dalam partainya. Kepemimpinan kharismatis haruslah diabdikan untuk
kepentingan semua kader, bukan kelompok. Kepemimpinan model itu harus dipadukan
dengan manajemen pengelolaan partai yang modern, terbuka dan demokratis, termasuk
dalam mengelola konflik. Hanya dengan menerapkan manajemen modern, partai bisa eksis
dan mendapat simpati pendukungnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

http://www.pan.or.id/
http://dprd.blitarkab.go.id/main/fraksi#noAction
http://www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-partai-politik-definisi.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Amanat_Nasional
https://profil.merdeka.com/indonesia/p/partai-amanat-nasional/
https://news.detik.com/berita/2874361/ini-daftar-pengurus-pan-2015-2020-ada-anak-
hatta-dan-amien-rais
https://jakarta45.wordpress.com/2009/01/06/7-tujuan-partai-politik-uu-no-22008/
https://id.wikipedia.org/wiki/Partai_politik

19

Anda mungkin juga menyukai