IJTIHAD
A. Pendahuluan
Dalam kehidupan beragama, seringkali manusia dihadapkan pada
permasalahan-permasalahan yang baru muncul dan mencari pemecahannya, yang
salah satunya adalah melalui jalur agama. Mencari pemecahan melalui jalur agama,
seringkali ummat islam mengalami kesulitan, dikarenakan kehidupan dan
peradaban terus bergulir serta berkembang, sedangkan agama apabila hanya
didasarkan kepada Al Quran dan Hadits, akan mengalami kesulitan. Hal tersebut
dikarenakan al Quran hanya memuat prinsip-prinsip utama dalam memberikan
petunjuk. Di sisi lain, hadits yang bersumber dari Rasulullah sudah tidak mungkin
lagi muncul, dikrenakan Rasulullah sendiri sudah wafat. Atas dasar itu, maka para
ulama dimulai dari kalangan sahabt mencoba mencari solusi dari permasalahan
dalam kehidupan dengan jalan penggalian hokum islam melalui konsep yang
dinamakan sebagai Ijtihad.
Pada bagian ini, anda akan diajak untuk memahami makna, fungsi dan
kedudukan ijtihad, mengetahui metode ijtihad, menjelaskan faktor-faktor yang
melatarbelakangi keanekaragaman ijtihad ulama, menyikapi keragaman hasil
ijtihad, mengetahui peran ijtihad dalam pengembangan budaya dan profesi, serta
bagaimana menerapkan nilai-nilai ijtihad dalam lingkungan pendidikan, keluarga,
dan pekerjaan
ُ َ َ ۡ َ َ َ َ ُ َٰ َ َ َ ُ ۡ َ
keadaan tidak hamil dan pernah dicampuri.berdasarkan firman Allah:
ٖٓۚ سه َن ثَ َل َٰ َث َة قُ ُروء
ِ ِ وٱلمطلقت يتربصن بِأنف
Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali
quru' (QS al-Baqarah ayat 228)
Dalam ayat ini dijelaskan batas waktu iddah adalah tiga kali quru’ namun
tiga kali quru’ tersebut bisa berarti suci atau haid. Ijtihad menetapkan tiga kali quru’
dengan memahami petunjuk/Qarinah yang ada disebut ijtihad bayani
ٗفَلَا َت ُقل ل َ ُه َما ٓ أُف َولَا َت ۡن َه ۡر ُه َما َوقُل ل َ ُه َما قَ ۡو ٗلا َكريما...
ِ
Artinya: Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
Perkataan “akh” (Q.S al-Isra’: 23)
Permasalahannya ialah menyakiti hati kedua orang tua, diqiyaskan kepada
hukum memukul orang tua? Dari kedua peristiwa itu nyatalah bahwa hati orang tua
lebih sakit bila dipukul anaknya dibanding dengan ucapan “ah” yang diucapkan
anaknya kepadanya.
Dari kenyataan seperti itulah, maka para sahabat sangat berhati-hati dalam
menerima riwayat al-hadits, sebagaimana yang terjadi pada diri sahabat ‘Umar bin
Khathab yang menolak al-hadits tentang Fatimah binti Qaisy yang telah di talaq
bain, dimana orang yang tertalak bain tidak berhak menerima “Nafaqah dan
“tempat tinggal”.
Dengan demikian, maka dapat diketahui bahwa perselisihan antara sahabat
satu dengan yang lain dalam masalah keberadaan al-hadits itu, disebabkan adanya
hal-hal sebagai berikut, yaitu:
1. Tidak tersebarnya al-Hadits secara meluas.
2. Terlalu teliti dan hati-hatinya para sahabat Rasulullah dalam menerima
suatu periwayatan al-Hadits.