BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Teori Biogenesis
Teori ini muncul sebagai sanggahan terhadap teori abiogenesis. Teori ini
menyatakan bahwa kehidupan ada karena adanya kehidupan sebelumnya. Teori
ini dikemukakan oleh Fransisco Redi, Lazarro spalanzani dan Loui Pasteur.
a. Fransisco Redi
Fransisco Redi (1626-1698), seorang fisikawan italia merupakan orang
pertama yang melakukan penelitian untuk membantah teori generatio spontanea.
Dia melakukan serangkaian penelitian menggunakan daging segar. Redi
memperhatikan bahwa ulat akan menjadi lalat dan lalat selalu terdapat tidak jauh
dari sisa daging. Pada penelitiannya, Redi menggunakan 2 kerat daging segar
yang diletakkan dalam 2 wadah (tabung).
Wadah pertama diisi sekerat daging segar dan dibiarkan terbuka. Wadah
kedua diisi sekerat daging segar lalu ditutup dengan kain kasa yang berlubang-
lubang. Ketika daging membusuk, datanglah lalat disekitar wadah. Beberapa hari
kemudian pada daging wadah pertama terlihat belatung yang sama terdapat di
permukaan kain kasa wadah kedua. Dari percobaan Redi tersebut membuktikan
bahwa belatung tidak terbentuk dari daging yang membusu, melainkan berasal
dari telur-telur lalat yang ditinggalkan ketika lalat mengerumuni daging
membusuk dan permukaan kain kasa.
b. Lazaro Spalanzani (1729-1799)
Spalanzani menyaksikan kebenaran paham abiogenesis. Oleh karena itu, dia
mengadakan percobaan yang ada pada prisipnya sama dengan percobaan
Framsisco Redi, tetapi kehidupan sebelumnya. Mikroorganisme yang terdapat
dalam kaldu percobannya timbul karena adanya mikroorganisme yang lebih dulu
tersebar sebelumnya di udara (Anonim, 2011).
c. Louis Pasteur
Louis Pasteur merupakan ilmuan dari Prancis yang melakukan eksperimen
dengan menggunakan alat dari botol kaca berbentuk labu dengan leher
memanjang berlekuk dan ujungnya menyempit, sehingga bentuknya menyerupai
huruf S atau leher angsa. Sebagai pembanding Pasteur menggunakan labu yang
berleher lurus. Ke dua labu tersebut dimasukkan kaldu dan dipanaskan hingga
mendidih. Setelah beberapa hari ternyata kaldu pada labu berleher angsa tetap
jernih dan kaldu pada leher lurus berkeruh (ada organisme). Dati hasil percobaan
tersebut muncullah teori biogenesis dengan semboyang “omne vivum ex ovo,
omne ovum ex vivo, yang berarti setiap makhluk hidup berasal dari telur, dan
4
setiap telur berasal dari makhluk hidup” atau omne vivum ex vivo,” artinya setiap
makhluk berasal dari makhluk hidup sebelumnya (Kuncoro, 2007: 112).
3. Teori evolusi kimia
Para ahli biologi beranggapan bahwa pada mulanya suhu di bumi ini sangat
tinggi. Tetapi pada suatu ketika bumi mengalami pendinginan. Pada proses
tersebut pemanasan dan pendinginan tersebut banyak terbentuk bahan-bahan
kimia. Bahan-bahan yang berat akan masuk ke dalam permukaan bumi, karena
adanya gaya gravitasi sedangkan bahan-bahan yang ringan berada di bagian
luar bumi yang disebut atmosfer (Pratiwi, 2006: 104).
a. A. I. Oparin
Ahli biologi berkebangsaan Rusia (1894) A.I. Oparin adalah orang yang
pertama mengemukakan bahwa evolusi zat-zat kimia telah terjadi lama sebelum
kehidupan terjadi bersama dengan evolusi terbentuknya bumi serta atmosfer
(Anonim, 2011).
Oparin berpendapat bahwa di atmosfer terkandung uap air (H2O), metana
(CH4), amonia (NH3), hidrogen (H2), nitrogen (N3) dan sianogen (CNO). Uap air
di atmosfer lama kelamaan mengembun dan mengumpul di atmosfer sehingga
menjadi berat dan jatuh ke bumi sebagai hujan lebat yang disertai halilintar. Pada
waktu hujan lebat, senyawa-senyawa gas yang ada di atmosfer banyak yang
larut dan bereaksi di dalam air hujan membentuk senyawa organik sederhana
(penyusun kehidupan) yang ikut jatuh ke bumi (Pratiwi, 2006: 105).
b. Harold Urey
Harold Urey pada tahun 1893 mengemukakan bahwa bahan organik
merupakan bahan dasar organisme hidup, yang pada mulanya dibentuk sebagai
gas yang ada di alam dengan bantuan energi (Pratiwi, 2006: 105).
c. Eksperimen Stanley Miller
Pada tahun 1953, Stanley Miller berhasil membuktikan teori gurunya (Kuncoro,
2008: 113).
5
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat :
1. Panci
2. Kompor
3. Beker glass
4. 2 tabung reaksi
5. Corong
3.2 Bahan :
1. Air kaldu
2. Kapas
3.3 Prosedur Kerja :
1) Masukkan air kaldu ke dalam panic lalu panaskan di atas kompor
hingga mendidih
2) Tuangkan air kaldu ke dalam beker glass
3) Kemudian tuangkan air kaldu ke dalam 2 tabung reaksi dengan
menggunakan corong
4) Tabung I ditutup rapat dengan menggunakan kapas dan tabung II
dibiarkan terbuka
5) Letakkan tabung reaksi di tempat aman dan teduh
6) Amati tabung reaksi selama 1 minggu, catat dan dokumentasikan
dengan kamera semua perubahan yang terjadi
6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
HARI 2 :
HARI 3 :
HARI 4 :
7
HARI 5 :
HARI 8 :
4.2 Pembahasan :
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat diperoleh hasil :
Tabung I (Tertutup)
Tabung yang pertama, air kaldu yang telah dipanaskan, dimasukkan
ke dalam tabung reaksi lalu ditutup rapat dengan kapas. Pengamatan
dari hari 1 hingga hari ke 4 belum ada perubahan yang signifikan dari
segi warna dan bau, yang mulai mengalami perubahan yaitu jumlah
endapan yang terdapat pada tabung reaksi semakin hari semakin
bertambah. Setelah pengamatan hari ke 5 hingga hari ke 8 terjadi
perubahan dari segi bau dan endapan, mulai dari bau busuk yang
muali tercium dan semakin hari semakin pekat serta endapan yang
semakin banyak. Hal ini dikarenakan tabung yang tertutup tidak
memungkinkan adanya organisme dari luar yang masuk ke dalam
tabung reaksi sehingga tidak memicu mikroorganisme untuk bereaksi
dan beraktivitas. Jadi percobaan Lazarro Spalanzani tidak terbuktikan
karena di dalam kaldu percobaan yang tertutup tidak terdapat
organisme.
Tabung II (Terbuka)
Tabung yang kedua, air kaldu yang telah dipanaskan, dimasukkan ke
dalam tabung reaksi dan dibiarkan dalam keadaan terbuka.
Pengamatan hari 1 hingga hari ke 4 belum ada perubahan yang
signifikan dari segi warna dan bau, yang mengalami perubahan yaitu
jumlah endapan yang terdapat pada tabung reaksi semakin hari
semakin bertambah. Setelah pengamatan hari ke 5 hingga hari ke 8
terjadi perubahan dari segi warna, bau dan endapan. Mulai dari warna
yang semakin mengeruh, bau busuk yang mulai tercium dan endapan
yang semakin banyak. Hal ini terjadi karena keadaan tabung ini yang
terbuka memungkinkan masuknya organisme dari luar, sehingga
memicu mikroorganisme untuk mulai bereaksi dan melakukan
9
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Percobaan Lazzaro Spallanzani membuktikan bahwa timbulnya suatu
kehidupan makhluk hidup hanya terjadi jika sebelumnya telah ada kehidupan.
Mikroorganisme yang terdapat dalam kaldu percobaan timbul karena adanya
mikroorganisme yang sebelumnya telah tersebar di udara
11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Sel
Pada tahun 1655 sel ditemukan oleh Robert Hooke. Hooke mengambil
sebagian dari jamur yang ada dibotol yang kemudian ditelitinya, kemudian dia
melihat bentuk seperti kamar. Bentuk inilah yang kemudian diberi nama sel.
Dalam tubuh kita terdapat hampir 200 jenis sel. Pada umumnya, sel memiliki
struktur tubuh yang sama tetapi bentuknya bisa berbeda-beda. Perbedaan
bentuk sel terkait dengan perbedaan kerja yang dilakukannya dan tempat dimana
mereka berada (Sema, 2007).
menonjol pada sel-sel tumbuhan, tetapi jauh lebih tidak penting atau bahkan
tidak ada sama sekali pada sel-sel hewan. Sentriol biasanya tidak ditemukan
pada sel tumbuhan, sedangkan sel hewan selalu memiliki sepasang sentriol yang
terletak tepat di luar nukleus. Tumbuhan sangat berbeda dari hewan dalam hal
detil-detil spesifik dari pembelahan sel (mitosis), walaupun ciri-ciri umum dari
fungsi reproduktif tersebut mirip dengan kedua kelompok organisme tersebut
(Fried, 2005).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Alat
1) mikroskop cahaya dan,
3) pinset
4) gelas obyek
5) silet
6) gelas penutup
7) jarum
3.2 Bahan
1) spora paku pakuan dan kapuk randu
2) irisan gabus
3) umbi bawang merah
4) tepung kentang dan ketela pohon
5) paramecium dan mucor
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
2 Bawang 1. Sitoplasma
merah 2. Dinding Sel
3. ruang antar sel.
4. pigmen sel.
5.nukleus.
4 Tepung 1. hillus
kentang 2. lamella
3.amylum kentang.
4.2. Pembahasan
Dari praktikum pengamatan sel yang telah dilakukan dengan
menggunakan beberapa objek atau bahan yaitu, kapuk randu, bawang merah,
20
gabus ketela pohon, kentang, mucor, sterofoam dan paramecium didapat hasil
sebagai berikut:
Pada bawang merah (Allium cepa) yang merupakan sel tumbuhan dan sel
epidermisnya termasuk sel hidup, karena sel bawang merah mempunyai inti sel
dan mempunyai cairan didalamnya dan aktivitas yang terjadi di dalamny seperti
pertukaran cairan yang ada didalam sel epidermis bawang merah disebut
mukleoplasma cairan tersebut berfungsi untuk melindungi vakuola. Bentuk sel
bawang mereh seperti balok yang disusun miring. Bawang merah memiliki
struktur yang jauh lengkap dari pada sel mati, yaitu memiliki, inti sel,dinding
sel,kloroplas,membran sel, dan sitoplasma. Sel pada bawang merah berwarna
merah muda, hal ini di sebabkan karena bawang merah mengandung plastid
yang menghasilkan kloroplas. Adapun epitel pada bawang merah mempunyai
tiga bagian yaitu membran plasma, inti sel, dan sitoplasma. Sel pada bawang
merah dan epitel mempunyai peran yang cukup penting bagi kelangsungan
hidup.
Pada sel gabus bentuknya adalah seperti segi enam. Sel gabus termasuk
sel mati karena sel gabus tidak memiliki isi, tidak memiliki inti sel dan tidak
memiliki aktivitas yang terjadi seperti pada bawang merah. Pada gabus hanya
terdapat dinding sel dan vakuola saja sementara bagian yang lain kosong, sel
mati ini juga tidak berperan bagi kehidupan.
Mucor merupakan jamur yang sangat kecil dan hanya dapat di lihat dengan
bantuan mikroskop. Tubuh jamur mikroskopis hanya terdiri atas satu
sel(uniseluler). Jamur bentuk tubuh yang sangat bervariasi. Jamur tempe( mucor)
merupakan contoh jamur yang berbentuk unataian benang. Mucor mempunnyai
sel memanjang yang berupa benang yang disebut hifa.hifa jamur bercabang
cabang dan berjalan membentuk niselium. Niseum generatif membenbentuk alat
reproduksi yang menghasilkan spora.
Dari hasil ekstraksi kentang, yang terlihat dalam mikroskop adalah gumpalan
gumpalan air dan pati. Butir butir pati terdiri atas lapisan lapisan yang
mengelilingi suatu titik. Lamela merupakan pelapis pada butir pati. Hillus pada
umbi kentang terletak di tepi butiran atau di pinggir sehingga di sebut tipe tepung
eksentris. Lamlanya berbentuk mengerucut yang berpusat pada hillus. Amilum
pada umbi kentang berfungsi sebagai cadangan makanan.
Paramecium merupakan salah satu protista mirip hewan. Bentuk sel pada
paramecium seperti sandal(alas kaki). Bergrak dengan kecepatan 1500m/s atau
21
lebih paramecium memiliki selabung inti(eukariot), memiliki dua inti dalam satu
sel. Yaitu inti kecil( mikronukleus) dan inti besar (makronuklues).
Sterofoam termasuk sel mati karna tidak memiliki isi tidak memiliki inti sel dan
tidak ada aktivits.pada sel mati hanya terdapat dinding sel sementara, serta tidak
berperan bagi kehidupan.
Gossypiom spDalam kehidupan sehari hari bisa di kenal dengan kapuk
randu. Sel kapuk randu ini berbentuk serabut seperti rambut. Pada gossypiom sp
terdapat luman serta ruang antar selnya.
Berdasarkan praktikum yang dilakukan ada dua sel yaitu sel mati dan sel
hidup.Sel yang dimaksud sel hidup yaitu sel yang mempunyai dinding sel dan inti
sel dan sedangkan sel mati yaitu sel yang tidak mempunyai dinding sel dan inti
sel. pengamatan sel bawang merah termasuk sel hidup dan sel mati nya sel
kapas karena tidak mempunyai dinding sel dan inti sel (Deroberits,1975).
Sitoplasma ini terdiri dari medium semi cair yang di buat oleh sitosol, yang di
dalamnya itu terdapat dengan prganel-organel yang mempunyai bentuk sebagi
dalam sel perokariotik, sesuai dengan yang kami lakukan waktu praktikum itu
terdiri dari bawang merahatau Allium cepa yang terdapat dengan memberan
pelasma, inti sel dan terdapat dengan dinding sel yang berbentuk bulat dan
berwarna merah (Campbell, 2000).
Memberan plasma adalah perluasan yang memberan yang di dalam sel
tersebut. Dengan mikroskop elekteron, pada yang sudah nampak dengan sel
tersebut dengan berpasang pasangan dan memberan ini mempunyai struktur
yang terdapat lipid dan protein dan memberan plasma, dan di dalam prktikum
yang kami lakukan dan yang kami amati itu terdapat dalam gabus terdapat
dengan dinding sel dan vakuela dan sedangkan pada kapas itu terdapat dengan
dinding sel,lumut dan senterosol yang di dalamnya yan g ke tiga tersebut
termasuk dengan di dalam struktur sel (Campbell, 2000).
Dalam dan bentuk dan struktur sel itu terdapat yang namanya memberan sel
adalah suatu batasan antara sel dengan lingkungan yang terdapat dalam
memberan sel. Memberan sel juga dapat berpungsi untuk interfase antara mesin-
mesin yang bagian dalam sel dan cairan yang membasahi di dalam sel.
Memberan sel yang sangat tipis sehingga hanya dapat di lihat dengan
mikroskop elekteron (Campbell, 2000).
Di dalam sel itu biasanya terdapat dengan nukleus dan mitokanderia itu yang
terdapat dalam struktur yang sangat banyak dalam sel dari mulai sel hewan
22
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dapat disimpulkan dari hasil kegiatan praktikum diatas ialah sebagai berikut :
1. Perbedaan sel tumbuhan dan sel hewan yaitu
a) Sel tumbuhan lebih besar dari sel hewan
b) Sel tumbuhan memiliki lisosom, sel hewan memiliki lisosom
c) Sel tumbuhan tidak memiliki sentrosom, sel hewan memiliki sentrosom
d) Sel tumbuhan memiliki dinding sel, sel hewan tidak memiliki dinding sel
e) Sel tumbuhan mempunyai bentuk tetap, sel hewan bentuknya tidak tetap.
2. Pada sel bawang merah terdapat, inti sel, dinding sel, dan sitoplasma, pada
sel kapas terdapat, sitoplasma dan dinding sel, pada sel gabus terdapat,
sitoplasma dan dinding sel.
24
DAFTAR PUSTAKA
rahmahawaliyah.blogspot.com/2015/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html.
w.w.w.scribd.com/doc/pengamatan sel
25
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Untuk mengamati dan mengetahui tahapan yang terjadi dalam siklus sel
organisme eulariotik dan mampu membuat tahapan penyediaan squash ujung
akar dengan acetocarmine untuk memperlihatkan proses mitosis.
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.2. Mitosis
Mitosis adalah pembelahan sel yang terjadi secara tidak langsung. Hal ini
dikarenakan pada pembelahan sel secara mitosis terdapat adanya tahapan-
tahapan tertentu. Tahapan-tahapan (fase-fase) yang terdapat pada pembelahan
mitosis ini meliputi: profase, metafase, anafase, dan telofase. P sel paling banyak
dijumpai pada bagian akar yaitu ujung akar. Pada mitosis, bahan inti sel terbagi
sedemikian rupa sehingga dari satu sel dihasilkan dua buah sel anakan. Mitosis
merupakan alat untuk duplikasi teratur (dalam fase S) dan pemisahan (pada
anafase) kromosom. Biasanya, mitosis diikuti dengan pembelahan sel yang
disebut dengan sitokenesis dimana sel akan terpisah menjadi dua (Kimball,
1999).
Mitosis terjadi di dalam sel somatik yang bersifat meristematik, yaitu sel-
sel yang hidup terutama sel-sel yang sedang tumbuh (ujung akar dan ujung
batang). Proses pembelahan secara mitosis menghasilkan dua sel anak yang
identik dan bertujuan untuk mempertahankan pasangan kromosom yang sama
melalui pembelahan inti secara berturut-turut. Mitosis pada tumbuhan terjadi
selama mulai dari 30 menit sampai beberapa jam dan merupakan bagian dari
suatu proses yang berputar dan terus-menerus. Pada praktikum kali ini
28
digunakan akar bawang merah (Allium cepa) karena jaringan akar bawang
merah (Allium cepa) merupaskan jaringan yang mudah ditelaah untuk
pengamatan mitosis (Ali, 2010).
Mitosis terdiri dari empat fase berurutan, profase, metaphase, anaphase,
dan telofase. Selama profase, tiap kromosom akan memendek dan menebal
melalui supercoiling secara berulang-ulang. Membrane nucleus menghilang dan
terbentuk gelendong mikrotubulus dari satu kutub sel ke kutub lainnya. Selama
metaphase, kromosom akan berjajar di bagian tengah gelendong miktotubulus.
Saat anaphase, dau kromatid dari masing-masing kromosom yang telah
direplikasi akan ditarik e kutub-kutub sel yang berbeda akibat adanya
depolimerisasi mikrotubulus pada apparatus gelendong yang menempel di
sentromer. Kromatid-kromatid saudara ini, akan menjadi kromosom-kromosom
baru (William, 2006).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Alat :
a. gelas preparat.
b. mikroskop cahaya atau binokuler.
3.2 Bahan :
a. Akar bawang merah.
b. Larutan Acetocarmin 2%.
c. Asam asetat 1M.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ini adalah gambar fase profase Ini adalah gambar hasil praktkum
(menggunakan preparat jadi) kami tidak terlihat fase apapun
PROFASE METAFASE
ANAFASE TELOFASE
32
Fase profase :
Profase adalah fase dimana benang- benang kromatin memendek dan
menebal. Fase profase ditandai dengan hilangnya nucleus dan diganti dengan
mulai tampaknya pilinan-pilinan kromosom yang terlihat tebal. Secara singkat
terjadinya fase profase yaitu nukleus lenyap. Lalu setiap kromosom terduplikasi
tampak sebagai dua kromatid saudara identik yang tersambung pada
sentromernya.
4.2. Pembahasan
Mitosis adalah pembelahan sel yang terjadi secara tidak langsung. Hal ini
dikarenakan pada pembelahan sel secara mitosis terdapat adanya tahapan-
tahapan tertentu. Tahapan-tahapan (fase-fase) yang terdapat pada pembelahan
mitosis ini meliputi: profase, metafase, anafase, dan telofase.Mitosis terjadi di
dalam sel somatik yang bersifat meristematik, yaitu sel-sel yang hidup terutama
sel-sel yang sedang tumbuh (ujung akar dan ujung batang). Proses pembelahan
secara mitosis menghasilkan dua sel anak yang identik dan bertujuan untuk
mempertahankan pasangan kromosom yang sama melalui pembelahan inti
secara berturut-turut. Mitosis pada tumbuhan terjadi selama mulai dari 30 menit
sampai beberapa jam dan merupakan bagian dari suatu proses yang berputar
dan terus-menerus (Ali,2010).
Menurut Hartati (2010), proses mitosis dibagi dalam empat stadium
secara berturut-turut yaitu profase, metaphase, anaphase, dan telofase.
1. Tahap profase terjadi kondensasi kromosom menjadi lebih pendek dan tebal.
Nucleolus mulai tidak tampak, membrane inti menghilang. Tiap kromosom
membelah memanjang, anakan kromosom ini disebut kromatid.
2. Tahap metaphase, kromosom menempatkan diri di bidang equatorial
(tengah) sel.
33
3. Pada tahap anaphase kedua buah kromatid memisahkan diri dan ditarik
benag gelendong ke tiap kutub sel yang berlawanan.
4. Pada tahap telofase di setiap kutub sel terbentuk set kromosom yang
serupa. Benang-benang gelendong lenyap dan membrane inti terbentuk
kembali. Plasma sel terbagi menjadi menjadi dua bagian. Terbentuk dinding
pemisah di tengah-tengah sel.
Dalam mengamati proses mitosis digunakan sel akar bawang merah
karena sel bawang merah merupakan sel yang bersifat meristematis yakni sel
yang aktif membelah maka dari itu akan terlihat proses mitosis pada bagian ini.
Sebelum mengamati sel yang mengalami pembelahan mitosis, ada
beberapa perlakuan yang dilakukan pada akar bawang merah. Pertama akar
bawang merah di rendam dalam asam asetat selama 30 menit, hal ini bertujuan
untuk menghentikan aktivitas seluler dan mengawetkan proses yang terjadi
ketika ujung akar tersebut dipotong. Dengan demikian proses mitosis yang
mungkin terjadi pada waktu pemotongan dapat dijebak dalam keadaan terfiksatif
sehingga pada saat pengamatan di bawah mikroskop akan dapat menunjukkan
aktivitas sel-sel meristem ujung akar. Perendaman dengan asam asetat juga
berfungsi untuk melunakkan dinding sel agar mempermudah masuknya zat
pewarna dan memperamudah saat pemotongan. Selain itu pemberian asam
asetat juga dapat memperjelas batas tudung akar dengan sel-sel
diatasnya. Tudung akar akan terlihat lebih putih dibandingkan bagian lain dari
akar bawang merah.
Perlakuan berikutnya pemberian acetocarmin, acetocarmin adalah
pewarna yang fungsinya untuk memberi pigmen kepada sel-sel akar bawang
sehingga mudah untuk diamati dan kemudian di lanjutkan dengan pembakaran
hingga suhu yang ditentukan (60oC).
Dalam pengamatan kami tidak menemukan proses mitosis seperti
profase, metafase, anafase, dan telofase pada salah satu sel. Kami pun
menduga adanya beberapa faktor yang menyebabkan percobaan ini tidak dapat
menemukan secara jelas proses mitosis. Adapun faktor-faktor tersebut, yaitu
faktor pertama adalah kesalahan pada saat pembakaran, pembakaran yang kami
lakukan terlalu lama dan terlalu dekat dengan api sehingga menyebabkan
timbulnya asap dan acetocarmin mendidih. Sementara untuk hasil yang baik
seperti yang telah di tetapkan pada langkah kerja pembakaran dilakukan hingga
suhu 60o C, namun karena pada saat pembakaran, kami tidak menggunakan
34
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, maka dapat disimpulkan bahwa kami
tidak mendapatkan proses pembelahan mitosis yaitu dengan 4 tahap-tahap
proses pembelahannya. Dimana Proses pembelahan mitosis itu terdidri dari
profase, metaphase, anaphase, dan telofase. Factor-faktor yang mempengaruhi
kegagalan dalam praktikum ini yaitu dari pembakaran yang melebihi batas suhu,
teknik squash yang kurang baik, dan penggunaan mikroskop cahaya yang
membuat hasil pengamatan terbatas. Fase yang kami amati umumnya berada
dalam fase profase.
36
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Iqbal. 2010. Fase Mitosis Akar Bawang (Allium cepa). http : // www . fase
mitosis- akar bawang-(allium cepa ) iqbali.com.htm. Di akses pada tanggal
8 Desember 2010.
Anonimb, 2010. Mitosis Pada Akar Bawang merah (Allium cepa). http:// www.
Mitosis pada akar bawang_merah. ATPJ. Com. Htm.Di akses pada tanggal
8 Desember 2010.
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUTAKA
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
2.1 Alat :
1.Pensil
2.Pulpen
3.Penggaris
4.Buku kunci determinasi buatan dan pencandraan tumbuhan
2.2 Bahan :
1. Tumbuhan dari lahan pertanian fakultas pertanian Universitas Pembangunan
Nasional "Veteran" Jawa Timur. Dengan tanaman sebagai berikut :
1. Tanaman bunga mawar
2. Tanaman bunga melati
3. Tanaman bunga lavender
4. Tanaman bunga sepatu
2. Buku kunci determinasi
8. Begitu seterusnya hingga diperoleh nama famili, ordo, kelas, dan divisio atau
filum dari makhluk hidup yang di amati.
9. Catat nama spesies, genus, famili, ordo, kelas, dan divisio atau filum. Sertakan
gambar tanaman yang sudah teridentifikasi tersebut.
42
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, yaitu identifikasi kunci
determinasi dan pencandraan tanaman dengan cara pengamatan, perbandingan
dan pencocokan morfologi tumbuhan dengan buku kunci buatan determinasi dan
pencandraan oleh Steenis Van C. G. G. J didapatkan hasil berupa kunci
deterninasi dan nama tumbuhan.
Pada praktikum ini kami mengidentifikasi tumbuhan yaitu tanaman bunga
mawar, tanaman bunga melati, tanaman bunga lavender, dan tanaman bunga
43
sepatu. Kami melakukn pengmatan dan identifikasi pada tumbhan yang sudah
ditentukan tersebut. Pengamatan dilakukan pada daun, batang, dan bunga
tumbuhan tersebut. Pengamatan yang pertama yaitu :
1. Tanaman bunga mawar (Rubus rosaceae )merupakan salah satu jenis
tanamanhias yang sangat popular. Tanaman ini merupakan tanaman
setengah perdu yang sedikit atau banyak memanjat, kerap kali dikelilingi
oleh tunas akar yang banyak, tinggi antara 1,5 sampai 2,5 meter,serta
meliliki berbagai warna bunga(putih,ungu,merah,merah muda). Bunga
mawar juga bermanfaat dalam bidang kesehatan. Minyak bunga mawar
yang dihasilkan dari proses ekstraksi sudah sejak lama digunakan sebagai
bahan baku untuk produk pewangi, sabun,pelembab kulit.
2. Tanaman bunga melati dengan nama famili Oieceae dan genus Jaminum
termasuk jenis perdu yang memanjat atau menggantung, tinggi 0,3 sampai 10
meter. Tangkai daun pendek kurang lebih di tengahnya beruas, berambut.
Tangkai dari pasangan daun yang sama di hubungkan dengan tonjolan
melintang. Daun menyirip, helaian daun lebar bulat telur sampai memanjang
bertepi dengan rata-rata 2,5 sampai 13 kali1,5 sampi 6 cm, bertulang
menyirip. Bunga bertangkai putik tidak sama, berbau harum, dalam anak
payung berbunga 3 sampai 15 di ujung atau di ketiak, lebat tabung kelopak
tinggi 2 sampai 4 mm, taju 5 sampai 8 berbantuk garis, mahkota berbentuk
terompet tabung bulat, dengan panjang 2 sampai 2,5 cm sering berwarna
kekuningan taju 6 sampai 9 berwarna putih bening memenjang bentuk lanset
runcing panjang 1 sampai 2 cm. Tangkai putik dalam bunga sangat pendek.
Buah buni yang masak hitam mengkilat dengan panjang kurang lebih 1 cm,
berlekuk dan berbiji dua, atu dalam kegagalan berbiji satu dan tidak berlekuk.
Dalam hutan dan ditanam jenis melati utan, Ind, Panca suda, Ind, E.Melati
leung, S, Tumbung kanjut, S. Gambir utan.
3. Tanaman bunga lavender termasuk jenis herba tegak dengan famili
Solanaceae genus Capsicum. Tanaman ini termasuk herba tegak satu tahun
atau menahun, berbatang lebar dengan tinggi 1 sampai 2,5 meter, bagian
batang yang muda berambut halus. Daun tersebar 2 sampai 3 bersama-sama
dan kemudian berbeda dalam besarnya. Panjang tangkai antara 0,5 sampai 2,5
cm, helaian daun bulat telur memanjang atau berbentuk elips, bentuk lamset,
dengan pangkal meruncing dan ujung runcing.
44
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat :
A . Alat tulis dan alas untuk menulis
B . Frame ukuran 1x1m
C . Buku kunci determinasi
3.2 Bahan :
Tanaman pada suatu lingkungan
3.2 Prosedur Kerja :
A . Ambil frame ukuran 1x1 m
B. Kemudian letakkan frame ukuran 1x1 m di halaman belakang fakultas
pertanian( penanaman toga ) UPN “ VETERAN “ JATIM
C . Catat jumlah tanaman yang berada di dalam plot atau frame
D . Setelah dokumentasikan
E . Cari nama spesies , nama daerah dan jumlah tanaman dalam buku kunci
determinasi
F . Praktikum ini hanya dilakukan di tempat terang
51
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
dominan
15 Averrhoa carambola Blimbing 1 1 Tidak
dominan
JUMLAH 144
4.4 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan untuk menentukan jenis
spesies vegetasi yang sering muncul mendominasi pada suatu luasan area tertentu,
diperoleh data dari daerah tanaman toga fakultas pertanian UPN “VETERAN”JATIM
dengan ukuran 1x1m dengan 4 plot yang sama.
Dari percobaan tersebut , dilakukan analisis vegetasi berdasarkan densitas
relatif, frekuensi spesies dan nilai penting tiap spesies. Frekuensi adalah nilai
besaran yang menyatakan derajat penyebaran jenis didalam komunitasnya. Angka
ini diperoleh dengan melihat perbandingan jumlah dari petak-petak yang diduduki
57
suatu jenis , terhadap keseluruhan petak yang diambil sebagai petak , contoh
didalam melakukan analisis vegetasi, frekuensi relatif adalah frekuensi satu spesies
sebagai presentase frekuensi total pertumbuhan . densitas ( kerapatan ) adalah
jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam suatu luasan tertentu.
Dari percobaan didapatkan hasil untuk densitas relatif di peroleh Ocinum
basilium 4,39% , curama longa 4,39% , psidium guajava 1,75% , hedyotis colymbosa
L 13,16% , cyperus rotundus L 14,91% , gynamdropsis speciosa 1,75% , sansiviera
trifasciata 0,88% , S.grandi plora 0,88% , l.pomoe aquatica 1,75% , talinum
triangulare 2,63% , bachiaria mutica 1,75% , phyllanthus urinaria L 19,29% ,
lopatherum gracille blogn 26,32% , althernathera sessilis 4,39% , averrhoa
carambola 99,42%. frekuensi tiap spesies di peroleh Ocinum basilium 50% , curama
longa 50% , psidium guajava 25% , hedyotis colymbosa L 50% , cyperus rotundus L
50% , gynamdropsis speciosa 25% , sansiviera trifasciata 25% , S.grandi plora 25%
, l.pomoe aquatica 25% , talinum triangulare 50% , bachiaria mutica 25% ,
phyllanthus urinaria L 50% , lopatherum gracille blogn 25% , althernathera sessilis
25% , averrhoa carambola 25%. Frekuensi relatif di peroleh Ocinum basilium 9,52%
, curama longa 9,52% , psidium guajava 4,76% , hedyotis colymbosa L 9,52% ,
cyperus rotundus L 9,52% , gynamdropsis speciosa 4,76% , sansiviera trifasciata
4,76% , S.grandi plora 4,76% , l.pomoe aquatica 4,76% , talinum triangulare 9,52% ,
bachiaria mutica 4,76% , phyllanthus urinaria L 9,52% , lopatherum gracille blogn
4,76% , althernathera sessilis 4,76% , averrhoa carambola 4,76%. Nilai penting hasil
praktikum diatas di peroleh Ocinum basilium 13,76% , curama longa 13,76% ,
psidium guajava 6,53% , hedyotis colymbosa L 22,79% , cyperus rotundus L 24,56%
, gynamdropsis speciosa 6,53% , sansiviera trifasciata 5,64% , S.grandi plora 5,64%
, l.pomoe aquatica 6,53% , talinum triangulare 12,17% , bachiaria mutica 6,53% ,
phyllanthus urinaria L 28,99% , lopatherum gracille blogn 36,07% , althernathera
sessilis 9% , averrhoa carambola 5,64%.
Tanaman yang mendominasi andalah Lopatherum gracuatu blogn karena
nilai pentingnya paling tinggi yakni 36,07% . Pada penggunaan plot 1x1m
menunjukkan teori bahwa luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak
yang dianggap repsentatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu habitat tertentu
yang dipelajari. Luas plot mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman jenis
58
yang terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi keanekaragaman jenis yang
terdapat pada areal tersebut, maka makin luas plot yang digunakan ( sugianto,1994)
59
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan , maka semakin besar nilai
pentingnya maka semakin penting juga peranan jenis spesies tersebut terhadap
komunitasnya atau lokasi penelitian. Setiap tumbuhan memiliki frekuensi dan nilai
penting serta dominasi dalam lingkungannya. Sehingga dari pengamatan yang telah
dilakukan di peroleh bahwa vegetasi dominasi dari data kelas adalah Lopatherum
gracille blogn . terdapat banyak jenis vegetasi dalam suatu area , hal ini
membuktikan bahawa tanaman tidak bisa hidup sendiri .
60
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Suatu ciri hidup yang hanya dimiliki khusus oleh tumbuhan hijau adalah
kemampuandalam menggunakan zat karbon dari udara untuk diubah menjadi bahan
organik serta diasimilasi dalam tubuh tumbuhan. Proses ini disebut fotosintesis.
Fotosintesis atau asimilasi karbon adalah proses pengubahan zat-zat anorganik H2O
dan CO2 oleh klorofil menjadi zat organik karbohidrat dengan bantuan cahaya.
Proses fotosintesis hanya bisa dilakukan oleh tumbuhan yangmempunyai pigmen
fotosintetik yang mampu melakukan fotosintesis, karena pigmen itulah yang mampu
menangkap energi dari cahaya. Jika fotosintesis adalah suatu proses penyusunan
(anabolisme atau asimilasi) di mana energi diperoleh dari sumber cahaya dan
disimpan sebagai zat kimia,maka proses respirasi adalah suatu proses
pembongkaran (katabolisme atau disasimilasi) di mana energi yang tersimpan
dibongkar kembali untuk menyelenggarakan proses – proses kehidupan.
1.2 Tujuan
Mengetahui pengaruh cahaya, klorofil dan stomata terhadap aktivitas
fotosintesa.
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Tempat Praktikum : Laboratorium Biologi UPN “Veteran” Jawa Timur
Hari dan tanggal : Senin, 01 Oktober 2016
Pukul : 10.40 – 12.30 WIB
62
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Fotosintesis berasal dari kata foton yang berarti cahaya dan sintesis yang
berarti penyusunan. Fotosintesis merupakan aktifitas fisiologis yang khusus
dilakukan oleh organism fotosintetik, terutama kelompok tumbuhan. Fotosintesis
dapat diartikan suatu proses penyusunan zat karbohidrat dengan cahaya sebagai
energinya. Hanya organisme yang mempunyai pigmen fotosintetik yang mampu
melakukan fotosintesis, karena pigmen itulah yang mampu menangkap energi dari
cahaya. Zat organik yang disusun dalam fotosintesis ini adalah karbohidrat
(Cn(H2O)n) yang berasal dari molekul CO2 dan H2O. Sebagai hasil sampingan
adalah molekul O2. Proses fotosintesis dapat dirumuskan dalam persamaan sebagai
berikut :
6H2O + 6O2 C6H12O6 + 6CO2
Cahaya yang dapat dipergunakan dalam fotosintesis ini mempunyai syarat
kualitas (jenis gelombang) dan kuantitas (intensitas cahaya) tertentu. Dalam
kondisinormal, cahaya matahari memenuhi semua syarat itu, sehingga secara alami,
cahaya matahari merupakan sumber energi bagi fotosintesis. Pigmen
fotosintetik,sebagai penangkap energi cahaya matahari, berupa klorofil dan atau
karotenoid. CO2 dan H2O sebagai substrat fotosintesis dapat berasal dari sisa
oksidasi dalam jaringan fotosintetik. Selain itu, CO2 dapat pula diambil dari atmosfir
melalui proses difusi melalui stomata, sedangkan H2O diambil dari lingkungan
melalui proses absorbsi di akar atau bagian penyerapan lainnya (Suyitno Al, 2003).
Glukosa sebagai hasil utama fotosintesis segera ditranslokasikan ke bagian tubuh
tumbuhan yang lain atau ditranslokasikan ke dalam jeringan penimbun dan diubah
menjadi 40 amilum. Bila laju fotosintesis tinggi, sebagian dari karbohidrat yang
terbentuk dalam fotosintesis ini diendapkan dalam kloroplas sebagai amilum.
Oksigen sebagai hasil sampingan fotosintesis, dilepaskan ke atmosfer sebagai gas
atau sebagian dimanfaatkan pada respirasi dalam sel di mana fotosintesis itu terjadi
(Suyitno Al, 2003).
Proses fotosintesis begitu komplek karena banyak faktor (internal maupun
eksternal)berpengaruh. Misalnya struktur daun, struktur perakaran, kondisi
63
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah sbb:
- Gunting
- Kompor listrik
- Beaker glass
- Cawan petri
- Pipet
- Pinset
- Isolasi
- Panci
3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain sbb:
- Tanaman ketela pohong (singkong)
- Alkohol
- Larutan yodium
- Kertas Timah
- Tisu
3.3 Prosedur Kerja
1. Cari tanaman yang sedang aktif melakukan fotosintesis dan tentukan 4
daun yang akan dibuat percobaan.
2. Daun pertama bagian permukaan bawah ditutup dengan kertas
aluminium foil dan tandai dengan satu sobekan.
3. Daun kedua bagian permukaan atas dittutup dengan kertas aluminium
foil dan tandai dengan dua sobekan.
4. Daun ketiga tutup dengan kertas aluminium secara keseluruhan, tandai
dengan tiga sobekan.
5. Daun keempat tanpa diberi perlakuan, tidak usah ditandai sobekan.
6. Tanaman tersebut taruh ditempat yang terkena sinar matahari selama
kurang lebih 3-4 hari.
65
7. Setelah itu petik daun tersebut, lalu lepaskan kertas aluminium yang
menutup daun.
8. Masukkan keempat daun tersebut pada air mendidih sampai layu.
9. Kemudian pindahkan kedalam beaker glass yang berisi alkohol dan
didihkan secara perlahan-lahan.
10. Setelah sepuluh menit, ambil daun kemudian masukkan dalam air dingin
selama beberapa menit.
11. Daun tersebut masukkan dalam cawan petri, lalu rendam dengan larutan
yodium selama satu menit.
12. Bilas daun tersebut dalam air mengalir, lalu rentangkan diatas kertas
putih dan bandingkan perbedaan pewarnaannya.
13. Dokumentasikan hasil praktikum dengan kamera.
66
BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN
KETERANGAN
NO. PERLAKUAN
DITUTUP TIDAK DITUTUP
Penutupan dengan aluminium Berwarna hijau Berwarna hijau
1.
foil muda tua
Direndam dalam air mendidih Berwarna hijau Berwarna hijau
2.
sampai layu muda layu tua layu
Direndam dalam alkohol Berwarna hijau Berwarna hijau
3.
mendidih (10menit) muda kekuningan tua kekuningan
4. Direndam dalam larutan yodium Berwarna pucat Berwarna sedikit
67
(1 menit) kehitaman
4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini berjudul fotosintesis. Fotosintesis berasal dari kata foton
yang berarti cahaya dan sintesis yang berarti penyusunan. Jadi fotosintesis adalah
proses penyusunan dari zat organik H2O dan CO2 menjadi senyawa organik yang
kompleks yang memerlukan cahaya. Fotosintesis hanya dapat terjadi pada
tumbuhan yang mempunyai klorofil, yaitu pigmen yang berfungsi sebagai penangkap
energi cahaya matahari. (Kimball, 2002). Di dalam praktikum fotosintesis ini terdapat
kegiatan yaitu uji Amilum pada daun singkong.
Pada uji amilum ini bertujuan melakukan uji apakah tanpa cahaya daun tidak
berfotosintesis. Adapun alat dan bahan yang digunakan diantaranya adalah beker
gelas, pinset, kompor listrik, alkohol, larutan yodium, tanaman (daun singkong), dan
kertas tima, isolasi. Pada pagi hari sebelum praktikum kurang lebih 4 hari, sebagian
daun tanaman yang sehat ditutup dengan kertas timah,yaitu pada bagian bawah
daun, atas daun, keseluruhan, dan tidak ditutup kertas timah sama sekali. Lalu di
solasi agar kertas timah menutup daun dengan sempurna. Setelah terkena cahaya
matahari selama 4 hari, daun itu kemudian dipetik. Kemudian daun dipanaskan
dalam air mendidih sampai layu, hal ini bertujuan untuk mematikan sel-sel pada
daun. Setelah diangkat dari air mendidih ternyata daun yang ditutup dengan kertas
timah berwarna hijau muda layu, sedangkan yang tidak dibungkus berwarna hijau
68
tua layu. Selanjutnya daun tersebut dimasukkan pada beker gelas yang berisi
larutan alkohol yang dipanaskan dalam panci berisi air mendidih selama 10 menit.
Daun dimasukkan dalam alcohol agar klorofil larut sehingga daun menjadi pucat.
Data percobaan menggunakan data kelas, karena hanya ada satu kelompok yang
berhasil dalam percobaan ini. Daun yang digunakan kelompok tersebut adalah daun
tanaman daun singkong. Setelah beberapa menit, daun tersebut ditiriskan dan dicuci
pada air mengalir, lalu ditempatkan pada sebuah cawan. Daun tersebut lalu ditetesi
dengan larutan yodium selama 1 menit sehingga terjadi perubahan warna.
Pada percobaan digunakan larutan yodium yang bertujuan untuk mengetahui
ada tidaknya amilum pada daun tersebut. Jika terdapat amilum maka pada bagian
daun yang ditetesi larutan yodium atau lugol akan berubah warna menjadi
kehitaman. Pada saat daun ditetesi dengan yodium bagian yang sebelumnya
tertutup oleh kertas timah tetap hijau pucat, sedangkan yang tidak tertutup warnanya
menjadi hijau kehitaman. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada bagian daun yang
tidak ditutupi kertas timah terdapat amilum, sedangkan pada bagian daun yang
ditutupi kertas timah tidak terdapat amilum.
Amilum merupakan salah satu hasil dari proses fotosintesis, yang berarti
pada bagian daun yang terkena cahaya matahari terjadi proses fotosintesis,
sedangkan pada daun yang tidak terkena cahaya matahari tidak terjadi proses
fotosintesis. Hal ini sesuai dengan percobaan yang dilakukan oleh Sachs pada
tahun 1860. Sachs membuktikan bahwa fotosintesis menghasilkan amilum. Dalam
percobaannya tersebut ia menggunakan daun segar yang sebagian dibungkus
dengan kertas timah kemudian daun tersebut direbus, lalu dimasukkan kedalam
alkohol dan ditetesi dengan larutan yodium. Ia menyimpulkan bahwa warna biru
kehitaman pada daun yang tidak ditutupi kertas timah menandakan adanya amilum
(Malcome, 1990).
Fotosintesis adalah proses sintesis untuk menghasilkan makanan yang
dilakukan oleh tumbuhan hijau dengan bantuan cahaya matahari. Dari percobaan ini
juga dibuktikan bahwa hanya pada daun yang berklorofil dan terkena cahaya yang
dapat melakukan fotosintesis. Hal ini sesuai dengan literatur tentang fotosintesis
oleh Dwidjoseputro(1986) : bahwa tumbuhan terutama tumbuhan tingkat tinggi,
untuk memperoleh makanan sebagai kebutuhan pokoknya agar tetap bertahan
hidup, tumbuhan tersebut harus melakukan suatu proses yang dinamakan proses
69
sintesis karbohidrat yang terjadi di bagian daun satu tumbuhan yang memiliki klorofil,
dengan menggunakan cahaya matahari. Cahaya matahari merupakan sumber
energi yang diperlukan tumbuhan untuk proses tersebut. Tanpa adanya cahaya
matahari tumbuhan tidak akan mampu melakukan proses fotosintesis, hal ini
disebabkan klorofil yang berada didalam daun tidak dapat menggunakan cahaya
matahari karena klorofil hanya akan berfungsi bila ada cahaya matahari.
(Dwidjoseputro, 1986)
Adapun variabel pada percobaan ini antara lain
Variabel bebas : Perlakuan daun singkong yang terkena cahaya matahari
dengan tidak terkena cahaya matahari /ditutup kertas
timah.
Variabel terikat : Hasilnya yaitu Amilum
1. Uji yodium yaitupengujian untuk mengetahui ada atau tidak amilum dalam
daun. Caranya yaitu dengan menetesi permukaan daun dengan larutan yodium
sampai merata atau dengan merendam daun dalam larutan yodium selama 1
menit. Perlakuan ini membuat daun menjadi berwarna kehitaman yang
menunjukkan adanya amilum dalam jaringan daun.
2. Aktivitas fotosintesis paling tinggi terjadi pada daun tanpa sobekan atau daun
tanpa diberi perlakuan apapun. Sedangkan aktivitas fotosintesis paling rendah
terjadi pada daun dengan tiga sobekan atau yang ditutup secara keseluruhan
dengan kertas timah. Proses fotosintesis menghasilkan amilum diketahui
ketika permukaan daun yang terkena sinar matahari ditetesi larutan yodium
warnanya berubah menjadi kehitaman. Bagian yang tidak terkena cahaya tidak
melakukan aktivitas fotosintesis. Nah, aktivitas fotosintesis paling tinggi terjadi
pada bagian daun yang mengandung amilum terbanyak.
70
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa proses fotosintesis
pada tumbuhan hijau menghasilkan zat amilum atau karbohidrat. Dalam proses
tersebut membutuhkan cahaya matahari sebagai sumber energi. Adapun
persamaan reaksi fotosintesis yaitu:
6H2O + 6O2 C6H12O6 + 6CO2
Alkohol berfungsi sebagai pelarut, agar melarutkan dan meluruhkan klorofil
daun. Larutan yodium berfungsi memberikan warna pada daun.
Hasil percobaan terlihat bagian yang tidak ditutup kertas timah berwarna kehitaman,
ini menunjukkan bahwa bagian tersebut menghasilkan amilum, karena mengalami
proses fotosintesis. Sedangkan bagian yang ditutupi kertas timah (bagian tengah)
berwarna pucat tidak menghasilkan amilum, karena tidak berfotosintesis. Berhasil
atau tidak percobaan ini antara lain karena beberapa faktor yaitu rapat tidaknya
penutupan daun dengan kertas timah, tingkat ketebalan daun, semakin tebal daun
maka makin susah melihat perbedaan antara hasil yang ditutup dengan yang tidak
ditutup, faktor yang lainnya yaitu usia daun. Usia daun yang terlalu tua tidak
dianjurkan, lebih baik menggunakan daun yang masih muda.
71
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
atau klorofil pada tanaman di ubah menjadi glukosa. Manfaat klorofil lainnya adalah
sebagai penyerap cahaya matahari yakni radiasi elektromagnetik, tanpa klorofil
tanaman tidak bisa melakukan proses fotosintesis.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kadar klorofil maka diadakan suatu
praktikum dengan menggunakan daun sepatu ( Hibiscus rosa-sinensis L. ) yang
usianya berbeda-beda.
1.2. Tujuan Praktikum
a. Untuk mengetahui cara penentuan kadar klorofil.
b. Untuk menentukan kadar korofil a, b dan klorofil total daun sepatu ( Hibiscus
rosa-sinensis L. )
c. Untuk mengetahui perbedaan kadar klorofil dari satu jenis tanaman yaitu
daun sepatu ( Hibiscus rosa-sinensis L. ) dengan umur yang berbeda-beda.
d. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kadar klorofil pada tanaman.
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari/ Tanggal : Senin, 07 Nopember 2016
Tempat : a. Pengambilan sampel berupa daun sepatu (Hibiscus
rosa-sinenis L.) di Kebun Tanaman Toga Fakultas
Pertanian UPN “Veteran” Surabaya Jawa Timur.
b. Pengujian kadar klorofil dilakukan di Laboratorium
Biologi Dasar dan Laboratorium Bioteknologi
Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Surabaya Jawa Timur.
74
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Fotosisntesis
Suatu sifat fisiologi yang hanya dimiliki oleh tumbuhan ialah kemampuannya
untuk menggunakan zat karbon dari udara untuk diubah menjadi bahan organik
serta diasimilasikan di dalam tubuh tanaman. Peristiwa ini hanya berlangsung jika
ada cukup cahaya, dan oleh karena itu maka asimilasi zat karbon disebut juga
fotosintesis. ( Dwidjoseputro, 1994 ) .
Fotosintesis adalah suatu proses yang hanya terjadi pada tumbuhan yang
berklorofil dan bakteri fotosintetik, dimana energi matahari ( dalam bentuk foton )
ditangkap dan diubah menjadi energi kimia ( ATP dan NADPH ). Energi kimia ini
akan digunakan untuk fotosintesa karbohidrat dari air dan karbon dioksida. Jadi,
seluruh molekul organik lainnya dari tanaman disintesa dari energi dan adanya
organisme hidup lainnya tergantung pada kemampuan tumbuhan atau bakteri
fotosintetik untuk berfotosintesis. ( Devlin, 1975 ) .
Fotosintesis adalah evolusi O2 yang digerakkan cahaya dari air dan
penyimpanan tenaga reduksi yang dihasilkan dalam berbagai komponen karbon
yang membentuk jasad hidup. Klorofil a dan pigmen-pigmen pelengkap, yang
menyerap kira-kira separuh dari radiasi matahari (λ ˂ 700 nm), membuat peka dua
buah perubahan energi primer di dalam dua fotosistem yang berlainan. Di dalam
masing-masing sistem banyak molekul pigmen yang ‘panen’ memberi makan
eksitasi mereka menjadi pusat perubahan fotokimia. Di dalam ini, energi foton
digunakan untuk menggerakkan elektron melawan gradian panas: di dalam sistem-
foto I dari sebuah agen dengan tenaga reduksi medium ke fotosistem dengan
tenaga reduksi yang kuat, yang secara termodinamis mampu mereduksi CO2 ; di
dalam fotosistem II dari air dengan pelepasan O2, ke sebuah agen dengan tenaga
pengoksidasi ringan. Kedua produk foto itu dari potensial menengah bereaksi
bersama. Lagipula, sebagian dari energi cahaya yang dipertahankan dalam keadaan
energi tinggi yang dapat menghasilkan ATP (Malcolm B. Wilkins,1989).
2.2. Klorofil
Klorofil adalah senyawa ester dan larut di dalam solvent organik.
Ekstraksinya dilakukan dengan menggunakan pelarut organik polar, khususnya
75
acetone dan alkohol. Kandungan klorofil bersifat tidak stabil dan lebih mudah rusak
bila terkena sinar, panas, asam dan basa. ( Abdul, 2008 ) .
Klorofil adalah pigmen hijau fotosintetis yang terdapat dalam tanaman, Algae
dan Cynobacteria.nama "chlorophyll" berasal dari bahasa Yunani kuno : choloros =
green ( hijau ), and phyllon = leaf ( daun ). Fungsi krolofil pada tanaman adalah
menyerap energi dari sinar matahari untuk digunakan dalam proses fotosintetis yaitu
suatu proses biokimia dimana tanaman mensintesis karbohidrat ( gula menjadi pati ),
dari gas karbon dioksida dan air dengan bantuan sinar matahari. ( Fransisco, 2000 )
. Klorofil pada tumbuhan ada dua macam yaitu klorofil a dan klorofil b.
Perbedaan kecil antara struktur kedua klorofil pada sel keduanya terikat pada
protein. Sedangkan perbedaan utama antar klorofil dan heme ialah karena adanya
atom magnesium ( sebagai pengganti besi ) di tengah cincin profirin, serta samping
hidrokarbon yang panjang, yaitu rantai fitol. ( Santoso, 2004 ) .
Kloroplas berasal dari proplastid kecil. Pada umumnya proplastid berasal
hanya dari sel telur yang tak terbuahi, sperma tak berperan disini. Proplastid
membelah pada saat embrio berkembang, dan berkembang menjadi kloroplas ketika
daun dan batang terbentuk. Kloroplas muda juga aktif membelah, khususnya bila
organ mengandung kloroplas terpanjang pada cahaya. Jadi, tiap sel daun dewasa
sering mengandung beberapa ratus kloroplas. Sebagian besar kloroplas mudah
dilihat dengan mikroskop cahaya, tapi struktur rincinya hanya bisa dilihat dengan
mikroskop elektron. ( Salisbury, 1995 ) .
Klorofil akan memperlihatkan fluoresensi, berwarna merah yang berarti
warna larutan tersebut tidak hijau pada cahaya yang diluruskan dan akan merah tua
pada cahaya yang dipantulkan. ( Noggle, 1979 ) .
Cahaya putih mengandung semua warna spektrum kasat mata dari merah-
violet, tetapi seluruh panjang gelombang unsurnya tidak diserap dengan baik secara
merata oleh klorofil. Mungkin untuk menentukan bagaimana efektifnya setiap
panjang gelombang diserap dengan menggunakan suatu larutan klorofil dengan
cahaya monokromatik ( cahaya berwarna satu ). ( Kimball, 2000 ) .
Makin pekat suatu larutan zat yang berwarna, makin banyak menyerap
cahaya, sehingga kelihatan makin gelap, adanya hubungan antara penyerapan
cahaya dengan konsentrasi larutan, merupakan prinsip dasar dari kegunaan
spektofotometer. Konsentrasi suatu larutan zat berwarna dapat pula diketahui
76
2.3 Spektrofotometer
Spektrofotometeradalah alat yang digunakan untuk
mengukurabsorbansidengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang
tertentu pada suatu obyek kaca ataukuarsayang disebut kuvet.Sebagian dari cahaya
tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan. Alat ini memiliki prinsip kerja
hasil penggabungan dari alat spektrometer dan fotometer. Spektrometer adalah alat
yang menghasilkan sinar dari spektrumdengan panjang gelombang tertentu.
Sedangkan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan
atau diabsorbsikan. Spektrometer memiliki alat pengurai seperti prisma yang dapat
menyeleksi panjang gelombang dari sinar putih. Pada fotometer terdapat filter dari
berbagai warna yang memiliki spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang
tertentu.
Spektrofotometer merupakan suatu alat/instrument yang dilengkapi dengan
sumber cahaya (gelombang elektromagnetik), baik cahaya UV (ultra-violet) atau pun
cahaya nampak (visible). Spektrofotometer mampu membaca/mengukur kepekatan
warna dari sampel tertentu dengan panjang gelombang tertentu pula. Alat ini
digunakan untuk mengukur konsentrasi beberapa molekul seperti DNA/ RNA (UV
light, 260 nm), protein (UV, 280 nm), kultur sel bakteri, ragi/ yeast (Vis light, 600 nm),
dan lain-lain. Sinar UV digunakan untuk mengukur bahan (larutan) yang terbaca
dengan panjang gelombang di bawah 400 nano meter (nm). Sedangkan visible light
bisa digunakan untuk mengukur bahan dengan panjang gelombang 400-700 nm.
77
Penyerapan sinar UV dan sinar tampak oleh molekul, melalui 3 proses yaitu
penyerapan oleh transisi elektron ikatan dan elektron anti ikatan, penyerapan oleh
transisi elektron d dan f dari molekul kompleks, dan penyerapan oleh perpindahan
muatan.
78
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Alat :
1. Timbangan Analitik
2. Mortar
3. Tabung reaksi
4. Centrifus
5. Spektrofotometer + Cuvet
3.2 Bahan :
1. Daun sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) dengan ketentuan:
a. berwarna hijau semua
b. berwana hijau dan putih (dominan hijau)
c. berwarna hijau dan putih (dominan putih)
d. berwarna putih semua
2. Aceton 80%
3.3. Prosedur Kerja :
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Mengambil daun sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) dengan warna hijau
semua sebanyak 5 gram, dengan warna daun dominan hijau sebanyak 4
gram, dengan warna dominan putih sebanyak 3 gr, dan dengan warna putih
sebanyak 2 gram.
3. Menghaluskan menggunakan mortar dengan menambahkan aseton
sebanyak 50 ml pada daun warna hijau, 40 ml pada daun warna dominan
hijau, 30 ml pada daun warna dominan putih, dan 20 ml pada daun warna
putih. (aseton dimasukkan setengah volume pada saat penggerusan daun
untuk membantu mempermudah penggerusan dan sisanya setelah daun
halus).
4. Memindahkan cairan klorofil ke dalam tabung reaksi dengan menyaring
cairan kemudian dimasukkan ke centrifus dan diputar dengan kecepatan 250
rpm selama 15 menit.
5. Mengambil supernatan ke dalam cuvet untuk diukur dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang 645 nm dan 663 nm.
79
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
645 nm 663
nm
1. Daun a.1,994 a. 1,853 0, 1820465 0, 3699942 55, 18412
Hibiscus b.1,994 b. 1,855
rosa- c.1,997 c. 1,860
sinensis L.
berwarna
hijau
2. Daun a.1,929 a. 1,791 0,175118123 0,35377813 52,870532
Hibiscus b.1,911 b. 1,798
rosa- c.1,888 c. 1,761
sinensis L.
berwarna
hijau dan
putih
(dominan
hijau)
3. Daun a.0,453 a. 0,601 0, 0677039 0, 0788982 14, 65547
Hibiscus b.0,495 b. 0,666
rosa-
sinensisL.
berwarna
hijau dan
putih
(dominan
81
putih)
4.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan menggunakan daun Hibiscus
rosa-sinensis L. Dengan warna daun yang berbeda-beda, yaitu berwarna hijau,
berwarna putih, berwarna hijau dan putih (dominan hijau), berwarna hijau dan putih
(dominan putih). Masing-masing dari daun terseut diekstrak. Selanjutnya dilakukan
penentuan kadar klorofil dengan menggunakan alat yang disebut dengan
spektrofotometer.
Untuk menggunakan alat tersebut pertama kali diisi dengan aceton pada
cuvet yang nantinya akan dijadikan sebagai blanko atau indikator. Penggunaan
aceton ini karena pada saat penghalusan menggunakan bantuan aceton, jika pada
penghalusan menggunakan akuades maka yang digunakan pada saat pertama kali
penggunaan spektrofotometer adalah akuades. Setelah itu, isi cuvet lainnya dengan
ekstrak daun Hibiscus rosa-sinensis L. Yang ada. Masukkan satu cuvet berisi
ekstrak daun Hibiscus rosa-sinensis L. ditempat cuvet yang berisi aceton diletakkan
sebelumnya. Sedangkan cuvet yang berisi aceton dipindahkan pada posisi di atas
cuvet berisi ekstrak daun Hibiscus rosa-sinensis L.. Selanjutnya spektrofotometer
84
L.berwarna hijau dan putih (dominan putih) memiliki total klorofil sebesar 14, 65547;
klorofil a sebesar 0, 0677039; klorofil b sebesar 0, 0788982. Dan pada daun
Hibiscus rosa-sinensis L.dengan semua bagiannya warna putih memiliki total klorofil
sebesar 4, 1266; klorofil a sebesar 0, 0275479; dan klorofil b sebesar 0, 013729.
Sehingga diperoleh data terbesar pada daun Hibiscus rosa-sinensis
L.dengan warna hijau, yaitu total klorofil sebesar 55, 18412 ; klorofil a sebesar 0,
1820465; dan klorofil b sebesar 0, 3699942. Sedangkan data terkecil pada daun
berwarna putih, yaitu total klorofil sebesar 4, 1266; klorofil a sebesar 0, 0275479;
dan klorofil b sebesar 0, 013729. Hal ini dikarenakan daun yang berwarna hijau
merupakan daun tua, sedangkan daun yang berwarna putih merupakan daun muda.
Pada hal ini, nutrisi yang jumlahya terbatas seringkali didistribusikan ke daun yang
lebih tua daripada ke daun yang lebih muda, sehingga kadar klorofil lebih tinggi pada
daun yang tua ( berwarna hijau) daripada yang muda (berwarna putih). Total klorofil
lebih banyak pada daun yang tua (berwarna hijau) karena kadar klorofil berdasarkan
tiap-tiap daun akan meningkat sejalan dengan bertambahnya umur daun.
Peningkatan tersebut sejalan dengan pertumbuhan dari daun muda menjadi
daun tua. Karena pada daun yang tua, tanaman masih melakukan biosintesis
klorofil. Berdasarkan struktur dan kandungan dari daun tua lebih banyak
membutuhkan nutrisi untuk keperluan hidup yakni sebagai sumber energi , maka
dapat dikatakan bahwa daun tua masih melakukan biosintesis klorofil, sedangkan
pada daun yang muda kandungan klorofilnya masih sedikit karena daun ini masih
belum banyak melakukan biosintesis klorofil. Dalam hal ini selain faktor internal,
perbedaan kandungan klorofi jugan dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal,
diantaranya yaitu intensitas cahaya; morfologi; dan luas permukaan daun. Besar
intensitas cahaya yang diterima atau diabsorpsi daun bergantung pada jumlah
klorofil yang dimiliki oleh daun tersebut.
86
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum tersebut, dapat disimpulkan bahwa:
a. Kadar klorofil merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
kecepatan fotosintesis pada tanaman sebab klorofil berfungsi sebagai
penangkap cahaya pada saat proses fotosintesis.
b. Kadar klorofil yang paling banyak terdapat pada daun yang berumur tua
(berwarna hijau) yaitu dengan total klorofil sebesar 55, 18412 ; klorofil a
sebesar 0, 1820465; dan klorofil b sebesar 0, 3699942. Sedangkan data
terkecil pada daun berwarna putih, yaitu total klorofil sebesar 4, 1266;
klorofil a sebesar 0, 0275479; dan klorofil b sebesar 0, 013729. Hal ini
dikarenakan pada daun yang tua penangkapan cahaya yang akan
diubah menjadi energi kimia lebih banyak bila dibandingkan dengan
penangkapan energi cahaya pada daun yang muda.
c. Faktor yang mempengaruhi kadar klorofil yaitu faktor internal berupa
umur; gen; hormon dan faktor eksternal berupa intensitas cahaya;
morfologi; dan luas permukaan daun.
d. Pada pengukuran kadar klorofil yang telah dilakukan menggunakan alat
spektrofotometer.
87
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
kriptopor. Setiap sel penutup mengandung inti yang jelas dan kloroplas yang secara
berkala menghasilkan pati. Dinding sel penutup dan sel penjaga sebagian berlapis
lignin (Arifin,2010).
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukannya pengamatan tentang
stomata pada daun tanaman.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum tentang Stomata
1. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana bentuk dari stomata yang
terbuka dan tertutup
2. Mahasiswa dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi membuka dan
menutup stomata.
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin,14 November 2016 pada pukul 10.50-
12.20 WIB di Laboratorium Biologi Fakultas Pertanian, Universitas Pembangunan
Nasional “VETERAN” Jawa Timur
90
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stomata
Stomata adalah bukaan pada epidermis yang sebagian besar terdapat pada
bawah daun dan meregulasi pertukaran gas. Stomata dibentuk oleh kedua sel
epidermis yang terspesialisasi yang disebut sebagai sel penjaga yang meregulasi
besarnya diameter stomata (Lestari, 2006).
Kekurangan air di dalam jaringan tanaman dapat disebabkan oleh
kehilangan air yang berlebihan pada saat transpirasi melalui stomata dan sel lain
seperti kutikula atau disebabkan oleh keduanya. Namun lebih dari 90% transpirasi
terjadi melalui stomata di daun. Selain berperan sebagai alat untuk penguapan,
stomata juga berperan sebagai alat untuk pertukaran CO2 dalam proses fisiologi
yang berhubungan dengan produksi. Stomata terdiri atas sel penjaga dan sel
penutup yang dikelilingi oleh beberapa sel tetangga. Mekanisme menutup dan
membuka-nya stomata tergantung dari tekanan turgor sel tanaman, atau karena
perubahan konsentrasi karbondioksida, berkurangnya cahaya dan hormon asam
absisat. Stomata berperan penting sebagai alat untuk adaptasi tanaman terhadap
cekaman kekeringan. Pada kondisi cekaman kekeringan maka stomata akan
menutup sebagai upaya untuk menahan laju transpirasi. Senyawa yang banyak
berperan dalam membuka dan menutupnya stomata adalah asam absisat (ABA).
ABA merupakan senyawa yang berperan sebagai sinyal adanya cekaman
kekeringan sehingga stomata segera menutup. Mekanisme membuka dan menutup
stomata pada tanaman yang toleran terhadap cekaman kekeringan sangat efektif
sehingga jaringan tanaman dapat menghindari kehilangan air melalui
penguapan atau transpirasi (Lestari, 2006).
Intensitas cahaya yang optimal akan mempengaruhi aktivitas stomata untuk
menyerap CO2, makin tinggi intensitas cahaya matahari yang diterima oleh
permukaan daun tanaman, maka jumlah absorpsi CO2, relatif makin tinggi pada
kondisi jumlah curah hujan cukup, tetapi pada intensitas cahaya matahari diatas
50% absorpsi CO2mulai konstan. (Nasaruddin, 2002).
Kepadatan stomata dapat ditunjukkan dengan kondisi perubahan konsentrasi
karbondioksida. Karbondioksida dan intensitas cahaya merupakan adalah satu-
91
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum tentang stomata ini yaitu :
Mikroskop
Pinset
Isolasi
Gunting
Kaca preparat
Kamera
3.2 Bahan
Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu :
Kuteks
Daun Jagung(Monokotil)
Daun Nangka(Dikotil)
3.3 Prosedur Kerja
Adapun proses kerja dalam praktikum ini yaitu,
1. Mengambil daun ( masing-masing dari kelas Monokotil dan Dikotil )
2. Mengolesi kuteks kuku pada permukaan bawah daun dan biarkan sampai
kering.
3. Mempelkan isolasi di permukaan daun yang telah di lapisi kuteks
4. Melepaskan isolasi secara hati-hati menggunakan pinset
5. Menempelkan isolasi pada preparat
6. Mengamati stomata dibawah mikroskop dan hitung jumlahnya
7. Mendokumentasikan gambar stomata dengan kamera
93
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
Dalam praktikum kali ini kami mengamati stomata pada daun nangka dari
kelas dikotil dan stomata pada daun jagung dari kelas monokotil, bagian stomata
yang diambil yaitu bagian atas daun dan bagian bawah daun.
Berdasarkan hasil pengamatan stomata pada bagian bawah,lebih banyak
yang tertutup hal ini dikarenakan oleh dua factor yakni ketersediaan air serta
94
intensitas cahaya yang ditangkap oleh daun, daun bagian atas akan lebih banyak
mendapatkan suplai sinar matahari dibandingkan dengan daun bagian bawah
permukaan daun.
Stomata dapat membuka dan menutup berdasarkan pada ketentuan tertentu
untuk berlangsungnya aktifitas tersebut. Hal ini di pengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah adanya faktor turgiditas. Turgiditas ini merupakan kandungan air
yang dapat mempengaruhi kerja stomata. Stomata akan terbuka apabila terdapat
kandungan air yang sangat melimpah (Tjitrosoepomo, 2007).
Stomata tumbuhan pada umunnya membuka pada saat matahari terbit dan
menutup pada sat hari geklap hingga memungkinkan masuknya CO2 yang
diperlukan untuk fotosintesis pada siang hari. Umumnya proses pembukaan
memerlukan waktu satu jam dan penutupan berlangsung secara bertahap sepanjang
sore. Stomata menutup lebih cepat jika tumbuhan akan ditempatkan dalam gelap
secara tiba – tiba. Terbukanya stomata pada siang hari tidak terhambat jika
tumbuhan itu berada dalam udara tanpa karbondioksida yaitu keadaan fotosintesios
tidak dapat terlaksana (Tjitrosoepomo, 2007).
a. Daun Nangka
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Urticales
Famili : Moraceae (suku nangka-nangkaan)
Genus : Artocarpus
Spesies : Artocarpus heterophyllus Lam
Nangka merupakan tanaman yang berdaun tunggal, tersebar, bertangkai
1-4 cm, helai daun agak tebal seperti kulit, kaku, bertepi rata, bulat telur terbalik
sampai jorong (memanjang), 3,5-12 × 5-25 cm, dengan pangkal menyempit sedikit
demi sedikit, dan ujung pendek runcing atau agak runcing. Daun penumpu bulat
95
telur lancip, panjang sampai 8 cm, mudah rontok dan meninggalkan bekas serupa
cincin.
Dari hasil pengamatan stomata yang terdapat pada bagian bawah daun
nangka ,stomata yang tertutup lebih banyak dari stomata yang terbuka. Hal ini
dikarenakan cahaya yang mengenai bagian bawah daun kurang sempurna.
b. Daun Jagung
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
Pada daun jagung (Zea mays) yang merupakan tumbuhan monokotil yang
hidup di daratan memiliki bentuk stomata yang memanjang dengan bagian ujung
membesar, berdinding tipis, dan berbentuk kecil dibagian tengah yang membuktikan
bahwa pada daun jagung terdapat modifikasi epidermis berupa stomata yang
berbentuk halter (memanjang). Selain itu daun jagung memiliki tipe stomata yang sel
penjaga sejajar dan stomatanya tersusun berderet sejajar dengan permukaan
epidermis.
Pada pengamatan bagian bawah daun jagung dengan menggunakan
mikroskop terlihat bahwa stomata menutup,bentuk stomata bulat memanjang dan
stomata tersusun rapi atau tidak menyebar.
96
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, stomata pada daun dapat membuka jika
suplai air pada daun mencukupi serta intensitas cahaya matahari yang ditangkap
oleh daun tanaman mencukupi dan stomata pada daun dapat tertutup jika tanaman
tidak mendapat suplai air yang cukup serta tidak mendapatkan energi sinar matahari
atau cahaya yang cukup.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi mekanisme membuka dan
menutupnya stomata yaitu air dan cahaya.
97
DAFTAR PUSTAKA
Lestari, E.G. 2006. Hubungan antara kerapatan stomata dengan ketahanan kekeringan
pada Somaklon Padi Gajahmungkur, Towuti, dan IR 64. Jurnal Biodiversitas 7(1):
44-48.
Nasaruddin. 2002. Aktivitas beberapa proses fisiologis tanaman kakao muda di lapang
pada berbagai naungan buatan. Jurnal Agrisistem.
Salisbury, F.B, dan C.W. Ross. 1995. Plant Physiology (Fisiologi Tumbuhan, alih
bahasa: D.R. Lukman dan Sumaryono). ITB, Bandung.
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Alat
1) Tabung reaksi
2) Sekrup
3.2 Bahan
1. Biji kacang tanah
2.Fenol red
3.Kapas
4.Yeast
5.Gula
3.3 Prosedur Kerja
Menyiapkan alat dan bahan
1) Memasukkan sekrup ke dalam tabung reaksi
2) Memasukkan fenol red ke dalam tabung reaksi (jangan sampai
melebihi tinggi sekrup)
3) Mencelupkan kertas hisap ke dalam larutan gula dan yeast
4) Memasukkan kertas hisap tersebut ke dalam tabung reaksi
5) Meletakkan nya di atas sekrup (jangan sampai terkena fenol red)
6) Memasukkan 3 buah biji kacang tanah ke dalam tabung reaksi (di atas
kertas hisap)
7) Menutup tabung reaksi secara rapat dengan kapas
8) Menunggu selama 30 menit
9) Mendokumentasikan hasil
10)Mencatat hasil pengamatan
104
. BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan fenol
red sebagai indicator, kita dapat mengetahui respiran pada tumbuhan. Hal ini
dapat kita ketahui dengan perubahan warna pada fenol red. Pada praktikum
tersebut menggunakan tabung reaksi yang diisi dengan sekrup dan fenol red.
Kemudian, dimasukkan kertas hisap. Selanjutnya dimasukkan 3 biji kacang tanah
dan ditutup dengan kapas dengan rapat. Setelah itu, dibiarkan selama 30 menit.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa pada
perlakuan control tidak terjadi perubahan warna ada fenol red (tetap berwarna
merah). Sedangkan pada perlakuan larutan yeast+gula (dipanaskan) dan 3 biji
kacang tanah, teradi perubahan pada fenol red yaitu merah menjadi kuning pada
endapannya. Hal ini membuktikan bahwa biji kacang tanah melakukan respirasi.
Adanya perubahan warna fenol red dikarenakan dalam pengujian zat sisa
CO2 dalam respirasi yaitu CO2 hasil respirasi yang ditambahkan dengan air dan
fenol red maka akan bereaksi membentuk HCO3- dan menghasilkan warna
orange muda. Berikut reaksinya :
CO2 + H2O + Phenol Red -> HCO3- + Kompleks Warna Orange
Selain itu, fungsi dari kertas hisap yang dibasahi dengan larutan yeast
dan gula adalah sebagai media tumbuhnya mikroorganisme yang akan
melakukan respirasi.
Biji kacang tanah mengalami respirasi, dikarenakan sebagai proses
metabolism dan persiapan untuk proses perkecambahan. Sesuai dengan
(Suyitno,2009) yang menjelaaskan bahwa proses respirasi dapat terjadi pada
setiap makhluk hidup tidak terkecuali pada mikroorganisme. Namun, proses
respirasi tidak dapat terjadi pada makhluk hidup yang sudah mati.
I. Diskusi
1) Apa fungsi fenol red?
Jawab :
Sebagai indikasi/indikator apakah terjadi respirasi atau tidak.
105
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
a) Setiap makhluk hidup melakukan respirasi
b) Respirasi menghasilkan CO2 dan air serta membutuhkan O2
c) Fenol red merupakan indikator untuk pengujian respirasi
106
DAFTAR PUSTAKA