Anda di halaman 1dari 106

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembahasan mengenai asal-usul kehidupan mempersoalkan darimana
makhluk hidup itu berasal, dimana terbentuknya, kapan kejadian itu berlangsung
dan bagaimana proses pembentukannya. Asal-usul menurut pandangan
pengetahuan belum sepenihnya terkuak, ada hal-hal yang masih menjadi
menjadi misteri. Selain itu, ada dua pandangan terpisah mengenai asal-usul
kehidupan. Pandangan kreasionis yang sangat terinspirasi oleh teks asli kitab
kejadian, menyatakan bahwa bumi tak lebih dari 10.000 tahun usianya.
Kreasionisme saintifik, permodelan ulang pandangan tersebut oleh sejumlah ahli
geologi dan insinyur konservatif memicu sejumlah pertempuran global oleh para
fundamentalis.
Dari beberapa teori diatas maka lahirlah teori asal-usul tentang kehidupan
yang dicetuskan oleh para ilmuan terdahulu. Dimana telah melahirkan teori
abiogenesis (Aristoteles, Anaximander, Jan Babsista Vant Kelmont dan Antinie
Van Leuwenhoek), Teori Abiogenesis (Fransisco Redi, Lazarro Spallanzani dan
Louis Pasteur). Teori biogenesis modern (A. I. Oparin, Herold Urey dan Standlay
Miller), teori ciptaan, teori kozmozoa, teori evolusi kimia, teori biokimia dan teori
keadaan bumi.
1.2 Tujuan Praktikum
Memperkenalkan konsep-konsep penting tentang asal-usul kehidupan
melalui percobaan Lazzaro Spallanzani
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai
berikut :
Hari/tanggal : Senin/19 September 2016
Pukul : 10.40-12.30 WIB
Tempat : Laboratorium Biologi Dasar Lantai 2 Fakultas Pertanian
Universitas Pembangunan Nasinal “Veteran” Jawa Timur
Surabaya
2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Anonim (2011), Berbagai teori asal-usul kehidupan telah disusun


oleh pakar, tetapi belum ada satupun teori yang diterima secara memuaskan
oleh semua pihak. Teori yang pernah disusun oleh pakar diantaranya:
1. Kehidupan diciptakan oleh zat supranatural (gaib) pada saat istimewa.
2. Kehidupan muncul dari benda tak hidup pada berbagai kesempatan
3. Kehidupan tak berasal-usul
4. Kehidupan datang di planet ini dari mana saja
5. Kehidupan muncul berdasarkan hukum fisika-kimia.
Menurut Pratiwi (2006: 70) dalam biologi berikut:
1. Teori Abiogenesis
Pada zaman Aristoteles (384-322) seorang ahli filsafat dan ilmu
pengetahuan yunani kuno lebih dari 2000 tahun yang lalu, mengemukakan
konsep bahwa kehidupan berasal dari benda mati. Teori kita kenal dengan nama
Generatio Spontae atau teori Abiogenesis. Dari hasil penelitian Aristoteles
tentang hewan-hewan yang hidup di air, ternyata ikan-ikan tertentu melakukan
perkawinan kemudian bertelur. Dari telur-telur tersebut lahirlah ikan-ikan yang
sama dengan induknya. Tetapi ia juga percaya bahwa ikan-ikan tertentu terjadi
dari lumpur. Contoh orang yang percaya abiogenesis adalah Nedham ilmuan
inggris pada tahun (1700). Nedham melakukan penelitian dengan merebus kaldu
dalam wadah selama beberapa menit lalu memasukkannya dalam botol dan
ditutup dengan gabus. Setelah beberapa hari ternyata tumbuh bakteri dalam
kaldu tersebut. Oleh karena itu Nedham menyatakan bahwa bakteri berasal dari
kaldu. Namun, teori Nedham ini lalu dipatahkan oleh Lazaro Spalanzani.
Pada abad ke-17, Antonie Van Leuweonhoek berhasil membuat mikroskop.
Dengan menggunakan mikroskop ia menemukan adanya benda-benda aneh
yang sangat kecil dalam setets air rendaman jemari. Penemuan Leuwenhoek ini
merangsang kembali para peneliti lainnya untuk membuktikan kebenaran dari
teori generatio spontae, bahwa makhluk hidup berasal dari benda-benda mati
begitu saja.
3

2. Teori Biogenesis
Teori ini muncul sebagai sanggahan terhadap teori abiogenesis. Teori ini
menyatakan bahwa kehidupan ada karena adanya kehidupan sebelumnya. Teori
ini dikemukakan oleh Fransisco Redi, Lazarro spalanzani dan Loui Pasteur.
a. Fransisco Redi
Fransisco Redi (1626-1698), seorang fisikawan italia merupakan orang
pertama yang melakukan penelitian untuk membantah teori generatio spontanea.
Dia melakukan serangkaian penelitian menggunakan daging segar. Redi
memperhatikan bahwa ulat akan menjadi lalat dan lalat selalu terdapat tidak jauh
dari sisa daging. Pada penelitiannya, Redi menggunakan 2 kerat daging segar
yang diletakkan dalam 2 wadah (tabung).
Wadah pertama diisi sekerat daging segar dan dibiarkan terbuka. Wadah
kedua diisi sekerat daging segar lalu ditutup dengan kain kasa yang berlubang-
lubang. Ketika daging membusuk, datanglah lalat disekitar wadah. Beberapa hari
kemudian pada daging wadah pertama terlihat belatung yang sama terdapat di
permukaan kain kasa wadah kedua. Dari percobaan Redi tersebut membuktikan
bahwa belatung tidak terbentuk dari daging yang membusu, melainkan berasal
dari telur-telur lalat yang ditinggalkan ketika lalat mengerumuni daging
membusuk dan permukaan kain kasa.
b. Lazaro Spalanzani (1729-1799)
Spalanzani menyaksikan kebenaran paham abiogenesis. Oleh karena itu, dia
mengadakan percobaan yang ada pada prisipnya sama dengan percobaan
Framsisco Redi, tetapi kehidupan sebelumnya. Mikroorganisme yang terdapat
dalam kaldu percobannya timbul karena adanya mikroorganisme yang lebih dulu
tersebar sebelumnya di udara (Anonim, 2011).
c. Louis Pasteur
Louis Pasteur merupakan ilmuan dari Prancis yang melakukan eksperimen
dengan menggunakan alat dari botol kaca berbentuk labu dengan leher
memanjang berlekuk dan ujungnya menyempit, sehingga bentuknya menyerupai
huruf S atau leher angsa. Sebagai pembanding Pasteur menggunakan labu yang
berleher lurus. Ke dua labu tersebut dimasukkan kaldu dan dipanaskan hingga
mendidih. Setelah beberapa hari ternyata kaldu pada labu berleher angsa tetap
jernih dan kaldu pada leher lurus berkeruh (ada organisme). Dati hasil percobaan
tersebut muncullah teori biogenesis dengan semboyang “omne vivum ex ovo,
omne ovum ex vivo, yang berarti setiap makhluk hidup berasal dari telur, dan
4

setiap telur berasal dari makhluk hidup” atau omne vivum ex vivo,” artinya setiap
makhluk berasal dari makhluk hidup sebelumnya (Kuncoro, 2007: 112).
3. Teori evolusi kimia
Para ahli biologi beranggapan bahwa pada mulanya suhu di bumi ini sangat
tinggi. Tetapi pada suatu ketika bumi mengalami pendinginan. Pada proses
tersebut pemanasan dan pendinginan tersebut banyak terbentuk bahan-bahan
kimia. Bahan-bahan yang berat akan masuk ke dalam permukaan bumi, karena
adanya gaya gravitasi sedangkan bahan-bahan yang ringan berada di bagian
luar bumi yang disebut atmosfer (Pratiwi, 2006: 104).
a. A. I. Oparin
Ahli biologi berkebangsaan Rusia (1894) A.I. Oparin adalah orang yang
pertama mengemukakan bahwa evolusi zat-zat kimia telah terjadi lama sebelum
kehidupan terjadi bersama dengan evolusi terbentuknya bumi serta atmosfer
(Anonim, 2011).
Oparin berpendapat bahwa di atmosfer terkandung uap air (H2O), metana
(CH4), amonia (NH3), hidrogen (H2), nitrogen (N3) dan sianogen (CNO). Uap air
di atmosfer lama kelamaan mengembun dan mengumpul di atmosfer sehingga
menjadi berat dan jatuh ke bumi sebagai hujan lebat yang disertai halilintar. Pada
waktu hujan lebat, senyawa-senyawa gas yang ada di atmosfer banyak yang
larut dan bereaksi di dalam air hujan membentuk senyawa organik sederhana
(penyusun kehidupan) yang ikut jatuh ke bumi (Pratiwi, 2006: 105).
b. Harold Urey
Harold Urey pada tahun 1893 mengemukakan bahwa bahan organik
merupakan bahan dasar organisme hidup, yang pada mulanya dibentuk sebagai
gas yang ada di alam dengan bantuan energi (Pratiwi, 2006: 105).
c. Eksperimen Stanley Miller
Pada tahun 1953, Stanley Miller berhasil membuktikan teori gurunya (Kuncoro,
2008: 113).
5

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat :
1. Panci
2. Kompor
3. Beker glass
4. 2 tabung reaksi
5. Corong
3.2 Bahan :
1. Air kaldu
2. Kapas
3.3 Prosedur Kerja :
1) Masukkan air kaldu ke dalam panic lalu panaskan di atas kompor
hingga mendidih
2) Tuangkan air kaldu ke dalam beker glass
3) Kemudian tuangkan air kaldu ke dalam 2 tabung reaksi dengan
menggunakan corong
4) Tabung I ditutup rapat dengan menggunakan kapas dan tabung II
dibiarkan terbuka
5) Letakkan tabung reaksi di tempat aman dan teduh
6) Amati tabung reaksi selama 1 minggu, catat dan dokumentasikan
dengan kamera semua perubahan yang terjadi
6

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan :


HARI 1 :

HARI 2 :

HARI 3 :

HARI 4 :
7

HARI 5 :

HARI 8 :

HARI/TANGGAL TABUNG TETUTUP TABUNG TERBUKA


Hari 1 Warna : Jernih Warna : Jernih
Senin 19/9/2016 Bau : Tidak berbau Bau : Tidak berbau
Endapan : Tidak ada Endapan : Tidak ada
endapan endapan
HARI 2 Warna : Jernih Warna : Jernih
Selasa 20/9/2016 Bau : Tidak berbau Bau : Tidak berbau
Endapan : Tidak ada Endapan : Tidak ada
endapan endapan
HARI 3 Warna : Jernih Warna : Jernih
Rabu 21/9/2016 Bau : Tidak berbau Bau : Tidak berbau
Endapan : Endapan di Endapan : Endapan di
permukaan permukaan
HARI 4 Warna : Jernih Warna : Jernih
Kamis 22/9/2016 Bau : Tidak berbau Bau : Tidak berbau
Endapan : Endapan di Endapan : Endapan di
permukaan permukaan
HARI 5 Warna : Jernih Warna : Jernih
8

Jumat 23/9/2016 Bau : Berbau Bau : Berbau


Endapan : Endapan Endapan : Endapan
semakin banyak semakin banyak
HARI 8 Warna : Jernih Warna : Jernih
Senin 26/9/2016 Bau : Berbau busuk Bau : Berbau
Endapan : Endapan Endapan : Endapan
banyak banyak

4.2 Pembahasan :
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat diperoleh hasil :
 Tabung I (Tertutup)
Tabung yang pertama, air kaldu yang telah dipanaskan, dimasukkan
ke dalam tabung reaksi lalu ditutup rapat dengan kapas. Pengamatan
dari hari 1 hingga hari ke 4 belum ada perubahan yang signifikan dari
segi warna dan bau, yang mulai mengalami perubahan yaitu jumlah
endapan yang terdapat pada tabung reaksi semakin hari semakin
bertambah. Setelah pengamatan hari ke 5 hingga hari ke 8 terjadi
perubahan dari segi bau dan endapan, mulai dari bau busuk yang
muali tercium dan semakin hari semakin pekat serta endapan yang
semakin banyak. Hal ini dikarenakan tabung yang tertutup tidak
memungkinkan adanya organisme dari luar yang masuk ke dalam
tabung reaksi sehingga tidak memicu mikroorganisme untuk bereaksi
dan beraktivitas. Jadi percobaan Lazarro Spalanzani tidak terbuktikan
karena di dalam kaldu percobaan yang tertutup tidak terdapat
organisme.
 Tabung II (Terbuka)
Tabung yang kedua, air kaldu yang telah dipanaskan, dimasukkan ke
dalam tabung reaksi dan dibiarkan dalam keadaan terbuka.
Pengamatan hari 1 hingga hari ke 4 belum ada perubahan yang
signifikan dari segi warna dan bau, yang mengalami perubahan yaitu
jumlah endapan yang terdapat pada tabung reaksi semakin hari
semakin bertambah. Setelah pengamatan hari ke 5 hingga hari ke 8
terjadi perubahan dari segi warna, bau dan endapan. Mulai dari warna
yang semakin mengeruh, bau busuk yang mulai tercium dan endapan
yang semakin banyak. Hal ini terjadi karena keadaan tabung ini yang
terbuka memungkinkan masuknya organisme dari luar, sehingga
memicu mikroorganisme untuk mulai bereaksi dan melakukan
9

aktivitas. Jadi percobaan Lazarro Spallanzani terbukti dengan adanya


mikroorganisme di dalam kaldu yang terbuka, yang membenarkan
teori tentang timbulnya suatu kehidupan hanya terjadi jika
sebelumnya telah ada kehidupan (Biogenesis).
10

BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Percobaan Lazzaro Spallanzani membuktikan bahwa timbulnya suatu
kehidupan makhluk hidup hanya terjadi jika sebelumnya telah ada kehidupan.
Mikroorganisme yang terdapat dalam kaldu percobaan timbul karena adanya
mikroorganisme yang sebelumnya telah tersebar di udara
11

DAFTAR PUSTAKA

George. Biologi Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga, 2002.

Iwan, Wahyu. Biologi. Bogor CV Regina, 2006.

Kuncoro, Putra. Dasar Biologi. Jakarta: Erlangga, 2007.

Pratiwi. Biologi. Solo: Rineka cipta, 2006.


12

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sel sangat mendasar bagi ilmu biologi sebgaimana atau bagi ilmu kimia:
Seluruh organisme terdiri atas sel. Dalam hirarki organisasi biologis, sel
merupakan kumpulan materi sederhan yang dapat hidup. Selain itu terdapat
beragam bentuk kehidupan yang berwujud sebagai organisme bersel tunggal.
Organisme yang lebih kompleks, termasuk tumbuhan dan hewan bersifat
multiseluler, tubuhnya merupakan kerjasama dari berbagai jenis sel
terspesialisasi yang tidak akan bertahan lama jika masing masing berdiri sendiri.
Namun demikian, ketika sel ini disusun menjadi tingkat organisasi yang lebih
tinggi, seperti jaringan dan organ. Sel dapat dipisahkan menjadi unit dasar dari
struktur dan fungsi organisme. Setiap makhluk hidup tersusun atas satu sel
(uniseluler). Ada juga yang tersusun atas banyak sel (multiseluler) kehidupan
pada tingkat seluler muncul dari keteraturan struktural, yang memperkuat tema
tentang sifat-sifat baru dan korelasi antara struktur dan fungsi sel, terdapat ribuan
jenis sel didalam tubuh yang secara mikroskop dapat dibedakan, namun
semuanya memiliki ciri struktur yang sama. Sel dibagi dalam dua kompartemen
utama, nukleus dan sitoplasma disekitarnya, yang mudah dibedakan
berdasarkan bentuk dan ciri pulasannya (Fawcett, 2002).
Adapun yang melatarbelakangi pengenalan sel dilaksanakan agar kita
semua dapat mempelajari dan mengenali struktur sel, ukuran sel, dan bentuk.
Serta dapat membedakan antara sel hewan dan sel tumbuhan.
1.2. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum sel adalah sebagai berikut :
1.Agar praktikum dapat menerapkan penggunaan mikroskop dengan baik dan
tepat.
2.Praktikan dapat memahami ciri ciri dan sekaligus juga membedakan sel
tumbuhan dan sel hewan melalui pengamatan secara langsung.
1.3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan Praktikum Biologi Umum Pengamatan Sel dilaksanakan pada hari
senin tanggal 05 september 2016, pukul 10.40–12.30 WIB. Bertempat di
Laboratorium Bioteknologi jurusan agroteknologi Fakulatas pertanian Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Surabaya.
13

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Sel
Pada tahun 1655 sel ditemukan oleh Robert Hooke. Hooke mengambil
sebagian dari jamur yang ada dibotol yang kemudian ditelitinya, kemudian dia
melihat bentuk seperti kamar. Bentuk inilah yang kemudian diberi nama sel.
Dalam tubuh kita terdapat hampir 200 jenis sel. Pada umumnya, sel memiliki
struktur tubuh yang sama tetapi bentuknya bisa berbeda-beda. Perbedaan
bentuk sel terkait dengan perbedaan kerja yang dilakukannya dan tempat dimana
mereka berada (Sema, 2007).

2.2. Dasar Struktur Sel


Sel adalah unit kehidupan terksecil, yang berarti sel ini menjalani
matabolisme, homeostatis, pertumbuhan dan reproduksi. Bagian dalam sel
eukariota terbagi menjadi berbagai kompartemen fungsional termasuk nukleus.
Sel prokariotik biasanya lebih kecil dan lebih sederhana, tidak memiliki nukleus.
Sel berbeda dalam hal ukuran, bentuk, dan aktivitas. Menurut Prasaja (2009),
semua sel sel mirip dalam tiga aspek yaitu :
1. Membran plasma adalah membran terluar sel. Membran ini
memisahkan aktivitas metabolisme dari peristiwa di luar sel, tetapi tidak
mengisolasi bagian dalam sel. Air, karbon dioksida, dan oksigen dapat
menembus membran ini. Zat lain dapat menembus dengan bantuan protein
membran.
2. Semua sel eukariota memulai kehidupan dengan sebuah nukleus.
Bentuk yang memiliki membran ganda ini mengandung DNA sel eukariota DNA
sel prokariota terpusat dibagian sitoplasma yang disebut nukleoid.
3. Sitoplasma merupakan campuran semu fluida dan air, gula ion, dan
protein yang berada diantara membran plasma dan daerah DNA. Berbagai
komponen sel berada di dalam sitoplasma. Contohnya ribosom, struktur tempat
pembentukan protein, terdapat di sitoplasma.
Hubungan fisik, perbandingan antara permukaan dan volume memengaruhi
ukuran dan bentuk sel. Dengan perbandingan ini, volume objek meningkat dalam
pangkat diameternya sedangkan luas permukaan meningkat dalam kuadran
(Prasaja, 2009).
14

2.3. Sel Prokariotik dan Eukariotik


Kata prokariotik berarti sebelum nukleus, yang mengingatkan bahwa
prokariota ada sebelum eukariota pertama, prokariota ada sebelum eukariota
pertama. Prokariota memiliki satu sel, kelompok sel-sel ini merupakan bentuk
kehidupan yang terkecil dan memiliki metabolisme paling berpariasi. Prokarita
hampir menempati semua lingkungan di bumi, meliputi tempat yang sangat tidak
ramah. Domain bakteri dan Archea meliputi semua prokariota. Sel dari dua
domain ini sama dalam penampilan dan ukuran tetapi berbeda dalam detail
struktur dan metabolisme. Kebanyakan sel prokariotik tidak lebih lebar dari satu
mikrometer. Spesies berbentuk batang hanya beberapa mikrometer. Tidak
satupun yang mempunyai rangka internal, tetapi filamen protrin di bagian bawah
membran plasma memberi bentuk sel. Filamen ini juga berfungsi sebagai rangka
struktur internal (Prasaja, 2009).
Semua sel eukariota memulai kehidupannya dengan nukleus. Eu berarti
benar, karyon berarti karnel (nukleus). Nukleus adalah organel. Organel adalah
struktur yang menjalankan fungsi tertentu dalam sel. Banyak organel terutama
dalam sel eukariota, dibungkus membran. Seperti semua membran sel,
membran yang mengelilingi organel mengontrol jenis dan jumlah zat yang
membungkusnya. Kontrol ini memelihara kondisi lingkungan internal yang
mendukung organel sel untuk menjalankan fungsinya. Suatu organel mungkin
berfungsi untuk mengisolasi toksin atau zat yang sensitif terhadap organel
lainnya, mentransfer beberapa zat melalui sitoplasma, memelihara
keseimbangan cairan, atau menyediakan lingkungan yang memungkinkan
terjadinya reaksi yang tidak dapat terjadi disitoplasma (Prasaja, 2009).
Interaksi antar sistem organ mempertahankan kondisi tubuh hewan, interaski
antar sistem organel memperthankan kondisi sel. Zat dipindahkan dari organel
yang satu ke yang lain dan keluar-masuk membbran plasma (Prasaja, 2009).
2.4. Sel Hewan dan Sel Tumbuhan
Sel-sel eukariotik terdapat pada semua hewan dan tumbuhan, tetapi ada
sejumlah perbedaan penting antara sel-sel dari organisme-organisme dalam
kedua kingdom tersebut. Sel-sel tumbuhan hampir selalu mengandung dinding
sel ekstraseluler, yang terbuat dari selulosa. Sel-sel hewan umumnya tidak
mempunyai dinding sel. Dinding sel ditemukan pula pada fungi dan bakteri, tetapi
bukan terbuat dari selulosa. Plastid adalah ciri dari kebanyakan sel tumbuhan,
tetapi tidak ditemukan pada sel hewan. Vakuola merupakan ciri yang cukup
15

menonjol pada sel-sel tumbuhan, tetapi jauh lebih tidak penting atau bahkan
tidak ada sama sekali pada sel-sel hewan. Sentriol biasanya tidak ditemukan
pada sel tumbuhan, sedangkan sel hewan selalu memiliki sepasang sentriol yang
terletak tepat di luar nukleus. Tumbuhan sangat berbeda dari hewan dalam hal
detil-detil spesifik dari pembelahan sel (mitosis), walaupun ciri-ciri umum dari
fungsi reproduktif tersebut mirip dengan kedua kelompok organisme tersebut
(Fried, 2005).

2.5. Sel hidup dan Sel tak hidup


Perbedaan sel hidup dengan sel mati adalah pada struktur dan aktifitas dari
masing-masing sel tersebut. Sel hidup adalah sel yang masih memiliki peranan
penting dalam metabolisme kehidupan dari makhluk hidup, hal itu di tandai
dengan adanya bagian-bagian protoplas dalam sel atau dengan adanya hasil
metabolisme yang berupa bahan ergastik. Sedangkan sel mati adalah sel yang
sudah tidak memiliki peranan dalam proses kelangsungan kehidupan dan hanya
berupa dinding sel (Campbell, 2000).

2.6. Berbagai Metoda dalam Pengkajian Sel


Sel selain berukuran kecil juga rumit dalam organisasinya, sehingga
berbagai kesulitan dihadapi para peneliti. Sebuah sel sulit diamati strukturnya,
sulit diungkapkan komposisi molekulnya dan lebih sulit lagi masih harus
menjelaskan fungsi berbagai komponennya. Begitu beranekaragamnya teknik-
teknik percobaan yang telah dikembangkan untuk mengkaji sel. Sebagian besar
kemajuan dalam biologi sel termasuk hal yang menarik dalam masa-massa
mutakhir ini telah meloncat ke pengenalan pengenalan pemakaian metode-
metode baru, untuk dapat benar-benar memahami biologi sel orang harus dapat
mengerti sesuatu dari teknik-teknik percobaan (Subowo, 1995).
Sel hewan berasal dari hewan, pada umumnya berukuran diameter 10-20m,
atau kira-kira seperlima kecil dari partikel yang terkecil yang masih dapat dilihat
oleh mata telanjang kita. Tindakan mengherankan ketika pada awal ditemukan
mikroskop cahaya, jaringan hewan atau tumbuhan-tumbuhan ditemukan sebagai
kelompok sel-sel. Sel hewan bukan hanya kecil tetapi juga tidak berwarna dan
jernih. Akibatnya pengungkapan detil struktur halus dan organela sel dimungkin-
kan hanya dengan pengembangan berbagai teknik penawaran yang dapat mem-
berikan kontras pada struktur komponen sel agar dapat dilihat (Subowo, 1995).
16

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Alat
1) mikroskop cahaya dan,
3) pinset
4) gelas obyek
5) silet
6) gelas penutup
7) jarum

3.2 Bahan
1) spora paku pakuan dan kapuk randu
2) irisan gabus
3) umbi bawang merah
4) tepung kentang dan ketela pohon
5) paramecium dan mucor

3.3 Prosedur Kerja


3.3.1 spora paku pakuan dan kapuk randu
Spora paku pakuan di dapatkan dari “sporofit”tumbuhan paku. Spora
dan kapuk di ambil dengan jarum, kemudian di taruh di atas gelas obyek dan di
tetesi dengan tetes air, sebelum di tutup dengan gelas penutup kemudian di
amati di bawah mikroskop dengan pembesarannya 100x dan 400x.
3.3.2 Pengamatan gabus dan kulit umbi bawang merah
Gabus diiris denagn silet setipis-tipisnya, sedengkan kulit umbi bawang
merah di dapatkan dari penyayatan dengan piset. Hasil irisan serta sayatan
kemudian direntangkan di atas gelas obyek.dan selanjutnya ditetesi dengan 1-2
tetes airsebelum ditutup dengan gelas penutup. Amati dibawah mikroskop
dengan pembesaran 100x dan 400x
3.3.3 pengamatan sel tepung kentang dan ketela pohonGabus.
Kedua macam tepung ini diambil dengan menggunakan jarum. Kemudian
ditebarkan pada gelas obyek, dan ditetesi dengan larutan Y-KY, sebelum ditutupi
dengan penutup dan diamati dengan pembesaran 400x.
17

3.3.4 Pengamatan sel mucor(jamur tempe)


Mucor dapat diambil dari roti tawar yang dibiarkan beberapa hari di udara
terbuka.jamur yang berwarna kelabu ambil, kemudian ditaruh di atas gelas obyek
dan di tetesi dengan 2-3 tetes alcohol 90%, sebelum di tutup dengan gelas
penutup.
3.3.5 pengamatan sel paramecium
Di ambil dari kultur air jerami atau air sungai/parit dengan pipet.
Kemudian di teteskan pada gelas obyek dan di tutup dengan gelas penutup.
Amati gerakannya dan apabila ingin difiksasikan teteskan cairan lugol melalui
tepian gelas penutp. Amati dengan pembesaran 100x dan 400x.
18

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan


Tabel 4.1.1 Hasil Pengamatan Sel
No Nama Gambar ( perbesaran 100x dan Keterangan
400x )
1 Gossypiom 1.torsy
sp 2.lumen (ruang antar sel )
(kapukrandu) 3. ruang udara

2 Bawang 1. Sitoplasma
merah 2. Dinding Sel
3. ruang antar sel.
4. pigmen sel.
5.nukleus.

3 Gabus ketela 1. Dinding sel


pohon 2. Sitopalsma
3. membran sel.
19

4 Tepung 1. hillus
kentang 2. lamella
3.amylum kentang.

5 Mucor (jamur 1. spora


tempe) 2. hifa

6 Paramecium 1. Selabung inti


(eokariotik)

7 Sterofoam 1. dinding sel


2. sel gabus

4.2. Pembahasan
Dari praktikum pengamatan sel yang telah dilakukan dengan
menggunakan beberapa objek atau bahan yaitu, kapuk randu, bawang merah,
20

gabus ketela pohon, kentang, mucor, sterofoam dan paramecium didapat hasil
sebagai berikut:
Pada bawang merah (Allium cepa) yang merupakan sel tumbuhan dan sel
epidermisnya termasuk sel hidup, karena sel bawang merah mempunyai inti sel
dan mempunyai cairan didalamnya dan aktivitas yang terjadi di dalamny seperti
pertukaran cairan yang ada didalam sel epidermis bawang merah disebut
mukleoplasma cairan tersebut berfungsi untuk melindungi vakuola. Bentuk sel
bawang mereh seperti balok yang disusun miring. Bawang merah memiliki
struktur yang jauh lengkap dari pada sel mati, yaitu memiliki, inti sel,dinding
sel,kloroplas,membran sel, dan sitoplasma. Sel pada bawang merah berwarna
merah muda, hal ini di sebabkan karena bawang merah mengandung plastid
yang menghasilkan kloroplas. Adapun epitel pada bawang merah mempunyai
tiga bagian yaitu membran plasma, inti sel, dan sitoplasma. Sel pada bawang
merah dan epitel mempunyai peran yang cukup penting bagi kelangsungan
hidup.
Pada sel gabus bentuknya adalah seperti segi enam. Sel gabus termasuk
sel mati karena sel gabus tidak memiliki isi, tidak memiliki inti sel dan tidak
memiliki aktivitas yang terjadi seperti pada bawang merah. Pada gabus hanya
terdapat dinding sel dan vakuola saja sementara bagian yang lain kosong, sel
mati ini juga tidak berperan bagi kehidupan.
Mucor merupakan jamur yang sangat kecil dan hanya dapat di lihat dengan
bantuan mikroskop. Tubuh jamur mikroskopis hanya terdiri atas satu
sel(uniseluler). Jamur bentuk tubuh yang sangat bervariasi. Jamur tempe( mucor)
merupakan contoh jamur yang berbentuk unataian benang. Mucor mempunnyai
sel memanjang yang berupa benang yang disebut hifa.hifa jamur bercabang
cabang dan berjalan membentuk niselium. Niseum generatif membenbentuk alat
reproduksi yang menghasilkan spora.
Dari hasil ekstraksi kentang, yang terlihat dalam mikroskop adalah gumpalan
gumpalan air dan pati. Butir butir pati terdiri atas lapisan lapisan yang
mengelilingi suatu titik. Lamela merupakan pelapis pada butir pati. Hillus pada
umbi kentang terletak di tepi butiran atau di pinggir sehingga di sebut tipe tepung
eksentris. Lamlanya berbentuk mengerucut yang berpusat pada hillus. Amilum
pada umbi kentang berfungsi sebagai cadangan makanan.
Paramecium merupakan salah satu protista mirip hewan. Bentuk sel pada
paramecium seperti sandal(alas kaki). Bergrak dengan kecepatan 1500m/s atau
21

lebih paramecium memiliki selabung inti(eukariot), memiliki dua inti dalam satu
sel. Yaitu inti kecil( mikronukleus) dan inti besar (makronuklues).
Sterofoam termasuk sel mati karna tidak memiliki isi tidak memiliki inti sel dan
tidak ada aktivits.pada sel mati hanya terdapat dinding sel sementara, serta tidak
berperan bagi kehidupan.
Gossypiom spDalam kehidupan sehari hari bisa di kenal dengan kapuk
randu. Sel kapuk randu ini berbentuk serabut seperti rambut. Pada gossypiom sp
terdapat luman serta ruang antar selnya.
Berdasarkan praktikum yang dilakukan ada dua sel yaitu sel mati dan sel
hidup.Sel yang dimaksud sel hidup yaitu sel yang mempunyai dinding sel dan inti
sel dan sedangkan sel mati yaitu sel yang tidak mempunyai dinding sel dan inti
sel. pengamatan sel bawang merah termasuk sel hidup dan sel mati nya sel
kapas karena tidak mempunyai dinding sel dan inti sel (Deroberits,1975).
Sitoplasma ini terdiri dari medium semi cair yang di buat oleh sitosol, yang di
dalamnya itu terdapat dengan prganel-organel yang mempunyai bentuk sebagi
dalam sel perokariotik, sesuai dengan yang kami lakukan waktu praktikum itu
terdiri dari bawang merahatau Allium cepa yang terdapat dengan memberan
pelasma, inti sel dan terdapat dengan dinding sel yang berbentuk bulat dan
berwarna merah (Campbell, 2000).
Memberan plasma adalah perluasan yang memberan yang di dalam sel
tersebut. Dengan mikroskop elekteron, pada yang sudah nampak dengan sel
tersebut dengan berpasang pasangan dan memberan ini mempunyai struktur
yang terdapat lipid dan protein dan memberan plasma, dan di dalam prktikum
yang kami lakukan dan yang kami amati itu terdapat dalam gabus terdapat
dengan dinding sel dan vakuela dan sedangkan pada kapas itu terdapat dengan
dinding sel,lumut dan senterosol yang di dalamnya yan g ke tiga tersebut
termasuk dengan di dalam struktur sel (Campbell, 2000).
Dalam dan bentuk dan struktur sel itu terdapat yang namanya memberan sel
adalah suatu batasan antara sel dengan lingkungan yang terdapat dalam
memberan sel. Memberan sel juga dapat berpungsi untuk interfase antara mesin-
mesin yang bagian dalam sel dan cairan yang membasahi di dalam sel.
Memberan sel yang sangat tipis sehingga hanya dapat di lihat dengan
mikroskop elekteron (Campbell, 2000).
Di dalam sel itu biasanya terdapat dengan nukleus dan mitokanderia itu yang
terdapat dalam struktur yang sangat banyak dalam sel dari mulai sel hewan
22

sampai sel tumbuhan, nukleus merupakan pusat pengandalian sel, sebagai


contoh sel yang terdapat dalam nukleus contohnya amoeba, yang sedangkan
mitokanderia itu terdapat juga dalam struktur sel yang berbentuk tongkat dan
berukuran 0,2 um (Campbell, 2000).
Di dalam sel juga mempunyai ciri-ciri penting yang sama dalam sel itu
terdapat dalam peroses kimia sel, itu terdapat ratusan reaksi kimia yang
berlangsung dengan terjadinya sel yang telah di temukan. Beberapa reaksi kimia
yang telah di tentukan dengan menghasilkan energi bebas yan g terdapat dalam
sel yang pertama itu pembakaran bahan bakar kayu, yang telah terdapat dalam
persamaan yang sama dengan mempercepat reaksi dengan menaikan suhu
yang terdapat dengan reaksi kimia dala sel baik itu sel hewan maupun yang
terdapat dalam sel tumbuhan (Campbell, 2000).
23

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dapat disimpulkan dari hasil kegiatan praktikum diatas ialah sebagai berikut :
1. Perbedaan sel tumbuhan dan sel hewan yaitu
a) Sel tumbuhan lebih besar dari sel hewan
b) Sel tumbuhan memiliki lisosom, sel hewan memiliki lisosom
c) Sel tumbuhan tidak memiliki sentrosom, sel hewan memiliki sentrosom
d) Sel tumbuhan memiliki dinding sel, sel hewan tidak memiliki dinding sel
e) Sel tumbuhan mempunyai bentuk tetap, sel hewan bentuknya tidak tetap.
2. Pada sel bawang merah terdapat, inti sel, dinding sel, dan sitoplasma, pada
sel kapas terdapat, sitoplasma dan dinding sel, pada sel gabus terdapat,
sitoplasma dan dinding sel.
24

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Nail A. 2000. Biologi. Jakarta:Erlangga

Fawcett, Don W. 2002. Buku ajar Histologi. Jakarta : EGC

George, H Friedd. 2011. Biologi. Jakarta : Erlangga

Gul, Sema. 2007. DNA dan sel. Jakarta : Yudihstira

Psasaja, Yenny. 2009. Biologi. Jakarta: Salemba Teknika.

rahmahawaliyah.blogspot.com/2015/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html.

w.w.w.scribd.com/doc/pengamatan sel
25

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan sayuran umbi yang
multiguna, dapat digunakan sebagai bumbu masakan, sayuran, penyedap
masakan, di samping sebagai obat tradisional karena efek antiseptik senyawa
anilin dan alisin yang dikandungnya (Rukmana, 1994). Bahan aktif minyak atsiri
bawang merah terdiri dari sikloaliin, metilaliin, kaemferol, kuersetin, dan
floroglusin (Muhlizah dan Hening-S, 2000). Bawang merah termasuk dalam divisi
Spermatophyta, sub divisi Angiospermae, kelas Monocotyledonae, ordo Liliales,
familia Liliaceae, genus Allium, spesies Allium ascalonicum L., sinonim Allium
cepa var. ascalonicum. Tanaman ini dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik
di dataran rendah sampai dataran tinggi, hingga ketinggian + 1.100 m dpl.
Namun produksi terbaik dihasilkan di dataran rendah (0-500 m dpl), bersuhu 25-
32°C, pH tanah antara 5,5-6,5, dan mendapat sinar matahari + 70% (Rukmana,
1994; Wibowo, 1991).
Pembelahan mitosis merupakan pembelahan inti yang berhubungan
dengan pembelahan sel somatik, dimana terdapat beberapa tahap di dalamnya,
yaitu interfase, profase, metafase, anafase, dan telofase (Sastrosumarjo, 2006).
Sel-sel yang sedang melakukan mitosis ditemukan pada bagian tanaman yang
aktif mengalami pertumbuhan (meristematis), paling mudah ditemukan pada
bagian ujung akar (Loveless, 1983). Akar mudah tumbuh dan seragam,sel akar
tidak berklorofil serta mudah dipulas oleh pewarna (Fukui,1996). Ujung akar
beberapa spesies dari genus Allium diantaranya adalah bawang putih (Allium
sativum), bawang bombay (A. cepa) dan bawang prei (A. fistulosum) merupakan
bahan yang baik untuk diproses menjadi preparat mitosis karena kromosom
ketiga spesies tersebut termasuk bertipe besar serta memiliki jumlah autosom
sedikit yaitu 16 kromosom sehingga kromosom mudah diamati (Fukui, 1996).
Selain itu, tanaman tersebut mudah didapat dan murah.
Metode yang umum digunakan dalam membuat preparat mitosis yaitu
dengan squash. Metode squash yaitu suatu metode untuk mendapatkan suatu
preparat dengan cara meremas suatu potongan jaringan atau suatu organisme
secara keseluruhan, sehingga didapatkan suatu sediaan yang tipis yang dapat
diamati di bawah mikroskop (Suntoro, 1983). Secara umum tahapan dalam
26

pembuatan preparat mitosi dengan metode squash yaitu diawali dengan


pemilihan bahan, kemudian memfiksasi, hidrolisis, pemulasan, dan yang terakhir
pembuatan preparat dengan meremas (squashing) (Jones dan Rickards, 1990).
Untuk membuat preparat dengan fase-fase lengkap mitosis di dalamnya,
maka yang sangat perlu diperhatikan pada saat proses awal pembuatan adalah
waktu pemotongan akar. Hal ini merupakan faktor kritis dalam menentukan hasil
akhir preparat. Waktu pembelahan sel tiap tanaman berbeda-beda dan tidak
konstan sepanjang hari. Waktu pemotongan ini terkait dengan durasi mitosis dan
indeks mitosis. Perbedaan durasi mitosis pada setiap spesies bergantung pada
kondisi lingkungan. Temperatur dan nutrisi, merupakan faktor utama dalam
durasi mitosis (Yadav, 2007).
Pada praktikum ini menggunakan akar umbi bawang merah (Aluminium
cepa) yang dipotong ujungnya.

1.2. Tujuan

Untuk mengamati dan mengetahui tahapan yang terjadi dalam siklus sel
organisme eulariotik dan mampu membuat tahapan penyediaan squash ujung
akar dengan acetocarmine untuk memperlihatkan proses mitosis.

1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai
berikut :
Hari/tanggal : Senin/3 Oktober 2016
Pukul : 10.40-12.30 WIB
Tempat : Laboratorium Biologi Dasar Lantai 2 Fakultas Pertanian
Universitas Pembangunan Nasinal “Veteran” Jawa Timur
Surabaya
27

BAB II
Tinjauan Pustaka

2.1. Pembelahan Sel


Proses pembelahan sel merupakan bagian integral dari siklus sel (cell
cycle), kehidupan sel yang dimulai dari saat pertama kali ia terbentuk dari sel
induk yang membelah hingga pembelahannya sendiri menjadi dua sel.
Meneruskan materi genetic yang identik ke sel anakan merupakan fungsi krusial
pembelahan sel (Campbell, 2008).
Sebagian besar sel bereproduksi secara aseksual, yaitu tanpa terjadinya
pertukaran atau pemerolehan informasi hereditas baru. Sebagian besar sel yang
membentuk tubuh organisme eukarriota multiseluler juga bereproduksi secara
aseksual dalam suatu proses yang dikenal sebagai mitosis. Selama pembelahan
mitosis, sel akan tumbuh, menduplikasi genomnya, memisahkan kromosom yang
telah berduplikasi ke kutub-kutub sel yang berlawanan, dan membagi sitoplasma
sehingga terbentuklah sel anakan (William D. Stanfield dkk,2003).

2.2. Mitosis
Mitosis adalah pembelahan sel yang terjadi secara tidak langsung. Hal ini
dikarenakan pada pembelahan sel secara mitosis terdapat adanya tahapan-
tahapan tertentu. Tahapan-tahapan (fase-fase) yang terdapat pada pembelahan
mitosis ini meliputi: profase, metafase, anafase, dan telofase. P sel paling banyak
dijumpai pada bagian akar yaitu ujung akar. Pada mitosis, bahan inti sel terbagi
sedemikian rupa sehingga dari satu sel dihasilkan dua buah sel anakan. Mitosis
merupakan alat untuk duplikasi teratur (dalam fase S) dan pemisahan (pada
anafase) kromosom. Biasanya, mitosis diikuti dengan pembelahan sel yang
disebut dengan sitokenesis dimana sel akan terpisah menjadi dua (Kimball,
1999).
Mitosis terjadi di dalam sel somatik yang bersifat meristematik, yaitu sel-
sel yang hidup terutama sel-sel yang sedang tumbuh (ujung akar dan ujung
batang). Proses pembelahan secara mitosis menghasilkan dua sel anak yang
identik dan bertujuan untuk mempertahankan pasangan kromosom yang sama
melalui pembelahan inti secara berturut-turut. Mitosis pada tumbuhan terjadi
selama mulai dari 30 menit sampai beberapa jam dan merupakan bagian dari
suatu proses yang berputar dan terus-menerus. Pada praktikum kali ini
28

digunakan akar bawang merah (Allium cepa) karena jaringan akar bawang
merah (Allium cepa) merupaskan jaringan yang mudah ditelaah untuk
pengamatan mitosis (Ali, 2010).
Mitosis terdiri dari empat fase berurutan, profase, metaphase, anaphase,
dan telofase. Selama profase, tiap kromosom akan memendek dan menebal
melalui supercoiling secara berulang-ulang. Membrane nucleus menghilang dan
terbentuk gelendong mikrotubulus dari satu kutub sel ke kutub lainnya. Selama
metaphase, kromosom akan berjajar di bagian tengah gelendong miktotubulus.
Saat anaphase, dau kromatid dari masing-masing kromosom yang telah
direplikasi akan ditarik e kutub-kutub sel yang berbeda akibat adanya
depolimerisasi mikrotubulus pada apparatus gelendong yang menempel di
sentromer. Kromatid-kromatid saudara ini, akan menjadi kromosom-kromosom
baru (William, 2006).

2.3. Fase-Fase Mitosis


Pada tahap profase, serat-serta kromatin menjadi tekumpar lebih rapat,
terkondensasi menjadi kromosom diskrit yang dapat diamati dengan mikroskop
cahaya. Nukleus lenyap. Lalu setiap kromosom terduplikasi tampak sebagai dua
kromatid saudara identik yang tersambung pada sentromernya dan sepanjang
lengannya oleh kohesin (kohesi kromatid saudara). Gelendong mitotik (diberi
nama demikian karena bentuknya) mulai terbentuk. Gelendong ini terdiri atas
sentrosom dan mikrotubulus yang menjulur dari sentrosom. Susunan radial
mikrotubulus-mikrotubulus yang lebih pendek dan menjulur dari sentrosom
disebut aster (bintang). Sentosom-sentrosom bergerak saling menjauhi,
tampaknya didorong oleh mikrotubulus yang memanjang di antaranya (Campbell,
2008)
Interfase adalah fase dimana inti sel nampak keruh dan nampak benang-
benang kromatin yang halus, kromosom yang diduplikasi pada fase S belum
terlihat secara individual karena belum terkondensas (Campbell, 2010:248).
Profase adalah fase dimana benang- benang kromatin memendek dan
menebal, terbentuklah kromosom. Gelendong mitosis mulai terbentuk, setiap
kromosom terduplikasi tampak sebagai kromatid identik yang tersambung pada
sentromernya dan sepanjang lengannya oleh kohesin (kohesi kromatid saudara)
(Campbell,2010: 248).
29

Proses terjadinya fase profase ditandai dengan hilangnya nucleus dan


diganti dengan mulai tampaknya pilinan-pilinan kromosom yang terlihat
tebal(http://biologi.unnes.ac.id/web_bio).
Metaphase merupakan tahap mitosis yang paling lama. Kromosom
kromosom menempatkan diri di bidang tengah dari sel. Ciri utama fase ini adalah
terbentuknya gelendong pembelahan, gelendong pembelahan ini dibentuk oleh
mikrotubula. Gelendong ini membentuk kutub-kutb pembelahan tempat
sentromer mikrotubula bertumpu (http://biologi.unnes.ac.id/web_bio).
Anafase merupakan tahap pembelahan yang paling singkat
terjadi.Sentromer membelah dan kedua kromatid memisahkan diri dan bergerak
menuju kutub dari sel yang berlawanan. Tiap kromatid hasil pembelahan itu
memiliki sifat yang sama dengan sel induknya, sejak saat itu kromatid-kromatid
tersebut menjadi kromosom baru.Pada fase ini kromosom yang mengumpul di
tengah sel terpisah dan mengumpul pada masing-masing kutub, sehingga telihat
adal dua kumpulan kromosom (http://biologi.unnes.ac.id/web_bio).
Telofase merupakan tahap terakhir saat nukleus-nukleus anakan
terbentuk dan sitokinesis telah dimulai. Dengan ciri dimana di tiap kutub sel
terbentuk stel kromosom yang identik. Selaput gelendong inti lenyap dan dinding
inti terbentuk lagi. Kemudian plasma sel terbagi lagi menjadi dua bagian, proses
tersebut dikenal sebagai sitokinesis. Pada sel tumbuhan sitokinesis ditandai
dengan terbentuknya dinding pemisah di tengah-tengah
sel (Campbell.2010: 249).
Telofase ada dua tahap yaitu telofase awal dan telofase akhir. Pada
telofase awal terlihat mulai ada sekat yang memisahkan antara sel-sel anak.
Sedang pada telofase akhir terlihat sel-sel anak sudah benar-benar terpisah
(http://biologi.unnes.ac.id/web_bio).
30

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Alat :
a. gelas preparat.
b. mikroskop cahaya atau binokuler.
3.2 Bahan :
a. Akar bawang merah.
b. Larutan Acetocarmin 2%.
c. Asam asetat 1M.

3.3. Prosedur Kerja :


1. Menumbuhkan akar bawang merah selama 3-4 hari diatas cawan
yang berisi air.
2. Potong ujing akar sepanjang 3-5 mm,lalu diletakkan pada kaca
preparat dan ditetesi dengan larutan asam asetat 1M.Biarkan selama
30 menit lalu asam asetat dibersihkan dengan menyerapnya
menggunakan kertas penghisap/tissue.
3. Teteskan larutan asetokarin 2% diatas ujung akar kemudian
panaskan diatas api spirtus sampai mencapai suhu kira-kira 60%
(jaga jangan sampai mendidih)
4. Pindahkan ujung akar di kaca preparat yang baru di tetesi
asetokarmin lagi kemudian tutup kaca penutup.
5. Balik kaca preparat kemudian tekan kaca dengan ibu jari sambil
sedikit didorong (squash) sampai preparat akar menjadi tipis dan
pipih.
6. Lihat sel akar dibawah mikroskop pada pembesaran lemah (10x10)
dan (10x63).
7. Dokumentasikan kegiatan praktikum dan preparat dengan kamera.
31

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar Gambar Hasil Praktikum

Ini adalah gambar fase profase Ini adalah gambar hasil praktkum
(menggunakan preparat jadi) kami tidak terlihat fase apapun

Kami membandingkan dengan gambar yang kita cari di sumber lain

PROFASE METAFASE

ANAFASE TELOFASE
32

4.1. Hasil Pengamatan


Analisis Data
Dari hasil pengamatan fase-fase mitosis pada akar bawang merah (Allium
cepa) ini tidak diperoleh fase satupun karena terjadi beberapa kesalahan dalam
proses praktikum ini. Namun,kami mengetahui telah fase profase dengan
menggunakan preparat jadi.

Fase profase :
Profase adalah fase dimana benang- benang kromatin memendek dan
menebal. Fase profase ditandai dengan hilangnya nucleus dan diganti dengan
mulai tampaknya pilinan-pilinan kromosom yang terlihat tebal. Secara singkat
terjadinya fase profase yaitu nukleus lenyap. Lalu setiap kromosom terduplikasi
tampak sebagai dua kromatid saudara identik yang tersambung pada
sentromernya.

4.2. Pembahasan
Mitosis adalah pembelahan sel yang terjadi secara tidak langsung. Hal ini
dikarenakan pada pembelahan sel secara mitosis terdapat adanya tahapan-
tahapan tertentu. Tahapan-tahapan (fase-fase) yang terdapat pada pembelahan
mitosis ini meliputi: profase, metafase, anafase, dan telofase.Mitosis terjadi di
dalam sel somatik yang bersifat meristematik, yaitu sel-sel yang hidup terutama
sel-sel yang sedang tumbuh (ujung akar dan ujung batang). Proses pembelahan
secara mitosis menghasilkan dua sel anak yang identik dan bertujuan untuk
mempertahankan pasangan kromosom yang sama melalui pembelahan inti
secara berturut-turut. Mitosis pada tumbuhan terjadi selama mulai dari 30 menit
sampai beberapa jam dan merupakan bagian dari suatu proses yang berputar
dan terus-menerus (Ali,2010).
Menurut Hartati (2010), proses mitosis dibagi dalam empat stadium
secara berturut-turut yaitu profase, metaphase, anaphase, dan telofase.
1. Tahap profase terjadi kondensasi kromosom menjadi lebih pendek dan tebal.
Nucleolus mulai tidak tampak, membrane inti menghilang. Tiap kromosom
membelah memanjang, anakan kromosom ini disebut kromatid.
2. Tahap metaphase, kromosom menempatkan diri di bidang equatorial
(tengah) sel.
33

3. Pada tahap anaphase kedua buah kromatid memisahkan diri dan ditarik
benag gelendong ke tiap kutub sel yang berlawanan.
4. Pada tahap telofase di setiap kutub sel terbentuk set kromosom yang
serupa. Benang-benang gelendong lenyap dan membrane inti terbentuk
kembali. Plasma sel terbagi menjadi menjadi dua bagian. Terbentuk dinding
pemisah di tengah-tengah sel.
Dalam mengamati proses mitosis digunakan sel akar bawang merah
karena sel bawang merah merupakan sel yang bersifat meristematis yakni sel
yang aktif membelah maka dari itu akan terlihat proses mitosis pada bagian ini.
Sebelum mengamati sel yang mengalami pembelahan mitosis, ada
beberapa perlakuan yang dilakukan pada akar bawang merah. Pertama akar
bawang merah di rendam dalam asam asetat selama 30 menit, hal ini bertujuan
untuk menghentikan aktivitas seluler dan mengawetkan proses yang terjadi
ketika ujung akar tersebut dipotong. Dengan demikian proses mitosis yang
mungkin terjadi pada waktu pemotongan dapat dijebak dalam keadaan terfiksatif
sehingga pada saat pengamatan di bawah mikroskop akan dapat menunjukkan
aktivitas sel-sel meristem ujung akar. Perendaman dengan asam asetat juga
berfungsi untuk melunakkan dinding sel agar mempermudah masuknya zat
pewarna dan memperamudah saat pemotongan. Selain itu pemberian asam
asetat juga dapat memperjelas batas tudung akar dengan sel-sel
diatasnya. Tudung akar akan terlihat lebih putih dibandingkan bagian lain dari
akar bawang merah.
Perlakuan berikutnya pemberian acetocarmin, acetocarmin adalah
pewarna yang fungsinya untuk memberi pigmen kepada sel-sel akar bawang
sehingga mudah untuk diamati dan kemudian di lanjutkan dengan pembakaran
hingga suhu yang ditentukan (60oC).
Dalam pengamatan kami tidak menemukan proses mitosis seperti
profase, metafase, anafase, dan telofase pada salah satu sel. Kami pun
menduga adanya beberapa faktor yang menyebabkan percobaan ini tidak dapat
menemukan secara jelas proses mitosis. Adapun faktor-faktor tersebut, yaitu
faktor pertama adalah kesalahan pada saat pembakaran, pembakaran yang kami
lakukan terlalu lama dan terlalu dekat dengan api sehingga menyebabkan
timbulnya asap dan acetocarmin mendidih. Sementara untuk hasil yang baik
seperti yang telah di tetapkan pada langkah kerja pembakaran dilakukan hingga
suhu 60o C, namun karena pada saat pembakaran, kami tidak menggunakan
34

termometer sehingga kami mengalami kesulitan untuk memperkirakan suhu yang


ditetapkan.
Faktor kedua menurut kami yang sangat berpengaruh terhadap hasil
percobaan adalah pada teknik squash. Untuk dapat menghasilkan percobaan
yang baik memang diperlukan teknik squash yang tepat yakni harus ditekan
hingga sangat tipis namun tidak diperbolehkan juga terlalu keras karena dapat
menyebabkan sel mengalami kerusakan. Karena kurangnya pengetahuan kami
mengenai teknik squash yang baik, kami mendapatkan hasil yang kurang
memuaskan
35

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, maka dapat disimpulkan bahwa kami
tidak mendapatkan proses pembelahan mitosis yaitu dengan 4 tahap-tahap
proses pembelahannya. Dimana Proses pembelahan mitosis itu terdidri dari
profase, metaphase, anaphase, dan telofase. Factor-faktor yang mempengaruhi
kegagalan dalam praktikum ini yaitu dari pembakaran yang melebihi batas suhu,
teknik squash yang kurang baik, dan penggunaan mikroskop cahaya yang
membuat hasil pengamatan terbatas. Fase yang kami amati umumnya berada
dalam fase profase.
36

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Iqbal. 2010. Fase Mitosis Akar Bawang (Allium cepa). http : // www . fase
mitosis- akar bawang-(allium cepa ) iqbali.com.htm. Di akses pada tanggal
8 Desember 2010.

Anonimb, 2010. Mitosis Pada Akar Bawang merah (Allium cepa). http:// www.
Mitosis pada akar bawang_merah. ATPJ. Com. Htm.Di akses pada tanggal
8 Desember 2010.

Anonima, 2010. Pembelahan Sel Mitosis. http:// www. Pembelahan_mitosis_sel .


com.Htm. Di akses pada tanggal 8 Desember 2010.

Suryo. 1990. Genetika Manusia. Bandung : Gadjah Mada University Press.

Watson, james. 1988. DNA Rekombinan Suatu Pelajarn Singkat. Jakarta :


Erlangga.

William. 2006. Biologi Molekuler Dan Sel. Jakarta : Erlangga.


37

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita temukan tumbuhan di sekeliling
kita, ada beberapa tumbuhan yang kita ketahui nama daerah maupun nama
ilmiahnya namun tidak sedikit pula tumbuhan yang tidak kita ketahui namanya.
Setiap tumbuhan memiliki nama yang berbeda-beda walaupun dalam satu
genus, memiliki bentuk dan warna yang sama. Hal ini dikarenakan oleh
perbedaan spesies pada suatu tumbuhan tersebut.
Tumbuhan dapat dibedakan berdasarkan akar, batang, daun, bunga
maupun biji yang dimiliki oleh masing-masing tumbuhan. Perbedaan ini dapat
digunakan sebagai acuan dalam menentukan jenis tumbuhan dan nama
tumbuhan yang kita temui. Untuk menentukan jenis, golongan dan nama suatu
tumbuhan dapat dilakukan dengan cara identifikasi tumbuhan. Langkah awal
yang dapat dilakukan adalah mengenal tumbuhan yang kita temui kemudian
membandingkan tumbuhan tersebut dengan tumbuhan lain. Perbandingan
dilakukan pada akar, batang, daun, bunga bahkan biji. Pada umumnya suatu
species diidentifikasi dengan menggunakan kunci determinasi. Kunci ini terdiri
atas serangkaian petunjuk yang merupakan ciri-ciri morfologi suatu makhluk
hidup, dengan ciri setiap petunjuk terdiri atas dua pernyataan yang berlawanan
dan pernyataan-pernyataan ini membawa kita pada petunjuk selanjutnya. Jika
salah satu ada yang cocok, maka pernyataan yang lain gugur, demikian
seterusnya sampai akhirnya nama jenisnya diketahui.
Kunci determinasi merupakan suatu cara menentukan jenis, golongan
dan nama suatu tumbuhan berdasarkan pengamatan terhadap morfologi
tumbuhan. Determinasi yaitu membandingkan suatu tumbuhan dengan satu
tumbuhan lain yang sudah dikenal sebelumnya (dicocokkan atau dipersamakan).
Karena di dunia ini tidak ada dua benda yang identik atau persis sama, maka
istilah determinasi digunakan. Suku suatu tumbuhan dideterminasi berdasarkan
persamaan morfologi tumbuhan seperti bentuk tumbuhan, batang, daun, bunga
dan buah. Marga dan jenis tumbuhan dideterminasi berdasarkan morfologi
tumbuhan secara spesifik seperti bentuk tumbuhan, batang, daun, bunga dan
buah. Selain itu juga dapat dilakukan pengelompokan berdasarkan daerah
penyebaran, sifat tumbuhan dan kegunaan menurut adat kebiasaan setempat.
38

Penggunaan kunci determinasi pertama kali diperkenalkan oleh Carolus


Linnaeus. Namun, sebenarnya Lammarck (1778) juga pernah menggunakan
kunci modern untuk identifikasi. Salah satu kunci identifikasi ada yang disusun
dengan menggunakan ciri-ciri taksonomi yang saling berlawanan. Tiap langkah
dalam kunci tersebut terdiri atas dua alternatif (dua ciri yang saling berlawanan)
sehingga disebut kunci dikotomi.
1.2 Manfaat dan Tujuan
Manfaat dan Tujuan dari praktikum determinasi dan pencandraan koleksi
tumbuhan di fakultas pertanian Universitas Pembangunan Nasional "Veteran"
Jawa Timur ini adalah agar mahasiswa mampu:
1.Menggunakan kunci buatan determinasi dan penyandraan tumbuhan,
2.Melakukan pencandraan jenis-jenis tumbuhan,
3.Menentukan ciri-ciri familia, genus dan spesies tumbuhan,
4.Menentukan nama ilmiah suatu tumbuhan.
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum determinasi dan pencandraan tumbuhan dilaksanakan di Laboratorium
Dasar Biologi Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional "Veteran"
Jawa Timur pada:
Hari, tanggal : Senin, 6 Oktober 2016
Pukul : 10.40-12.30 WIB
39

BAB II
TINJAUAN PUTAKA

Determinasi merupakan pengklasifikasian makhluk hidup berdasarkan


ciri-ciri baik morfologi maupun anatominya (Steenis, 2008). Kunci determinasi
digunakan untuk mencari nama tumbuhan atau hewan yang belum diketahui.
Kunci determinasi yang baik adalah kunci yang dapat digunakan dengan mudah,
cepat, serta hasil yang diperoleh tepat. Pada umumnya kunci disusun secara
menggarpu (dikotom), memuat ciri-ciri yang bertentangan satu sama lain.
Artinya, apabila suatu makhluk hidup memiliki cir-ciri yang satu, berarti ciri yang
lain pasti gugur. Dikenal 2 macam kunci determinasi, yaitu kunci determinasi
bertakik (idented key) dan kunci determinasi paralel (bracketed key).
Berdasarkan cara penyusunan sifat-sifat yang harus dipilih maka dikenal
tiga macam kunci determinasi, yaitu kunci perbandingan, kunci analisis dan
sinopsis. Kunci determinaasi yang digunakan pada praktikum ini adalah kunci
analisis. Kunci analisis merupakan kunci yang paling umum digunakan dalam
pustaka. Kunci ini sering juga disebut kunci dikotomi sebab terdiri atas sederetan
bait atau kuplet. Setiap bait terdiri atas dua (atau adakalanya beberapa) baris
yang disebut penuntun dan berisi ciri-ciri yang bertentangan satu sama lain.
Untuk memudahkan pemakaian dan pengacuan, maka setiap bait diberi
bernomor, sedangkan penuntunnya ditandai dengan huruf(Anonim, 2007)
Pemakai kunci analisis harus mengikuti bait-bait secara bertahap sesuai
dengan yang ditentukan oleh penuntun. Dengan mempertentangkan ciri-ciri yang
tercantum dalam penuntun-penuntun itu akhirnya hanya akan tinggal satu
kemungkinan dan kita dituntun langsung pada nama takson yang dicari. Kunci
analisis dibedakan menjadi dua macam berdasarkan cara penempatan bait-
baitnya yaitu kunci bertakik (kunci indent) dan kunci parallel. Pada kunci bertakik
maka penuntun-penuntun yang sebait ditakikkan pada tempat tertentu dari
pinggir (menjarak pada jarak tertentu dari pinggir), tapi letaknya berjauhan. Di
antara kedua penuntun itu ditempatkan bait-bait takson tumbuhan, dengan
ditakikkan lebih ke tengah lagi dari pinggir yang memenuhi ciri penuntun
pertama, juga dengan penuntun-penuntun yang dipisah berjauhan. Dengan
demikian maka unsure-unsur takson yang mempunyai ciri yang sama jadi
bersatu sehingga bisa terlihat sekaligus(Anonim, 2007).
40

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

2.1 Alat :
1.Pensil
2.Pulpen
3.Penggaris
4.Buku kunci determinasi buatan dan pencandraan tumbuhan

2.2 Bahan :
1. Tumbuhan dari lahan pertanian fakultas pertanian Universitas Pembangunan
Nasional "Veteran" Jawa Timur. Dengan tanaman sebagai berikut :
1. Tanaman bunga mawar
2. Tanaman bunga melati
3. Tanaman bunga lavender
4. Tanaman bunga sepatu
2. Buku kunci determinasi

2.3 Prosedur Kerja :


1. Ambil masing-masing sampel tanaman untuk di dokumentasi dengan kamera
bagian daun, batang, dan bunga.
2. Mulailah dengan melakukan pencandraan atau identifikasi dengan
menggunakan kunci determinasi.
3. Bacalah dengan teliti kunci determinasi mulai dari permulaan, yaitu nomor 1a.
4. cocokkan ciri-ciri tersebut pada kunci determinasi dengan ciri yang terdapat
pada makhluk hidup yang diamati.
5. Jika ciri-ciri pada kunci tidak sesuai dengan ciri makhluk hidup yang di amati,
maka harus beralih ke pertanyaan di bawahnya dengan nomor sesuai.
6. Jika ciri-ciri terdapat pada kunci determinasi sesuai dengan ciri yang dimiliki
tumbuhan yang diamati, catatlah nomornya. lanjutkan pembacaan kunci pada
nomor yang sesuai dengan nomor yang tertulis dibelakang setiap pernyataan
pada kunci.
7. Jika salah satu pernyataan ada yang cocok atau sesuai dengan makhluk hidup
yang diamati, alternatif lainnya akan gugur.
41

8. Begitu seterusnya hingga diperoleh nama famili, ordo, kelas, dan divisio atau
filum dari makhluk hidup yang di amati.
9. Catat nama spesies, genus, famili, ordo, kelas, dan divisio atau filum. Sertakan
gambar tanaman yang sudah teridentifikasi tersebut.
42

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan

Nama Kunci Determinasi Nama Ilmiah


Tanaman
Tanaman 1b,2b,3b,4b,6b,7b,9a,41b,42b,43b, Rubus rosaceae
Bunga Mawar 54a,55b, →57
Famili → Rosaceae
Genus → Rubus
Tanaman 1b,2b,3b,4b,6b,7b,9a,41b,42b,43a, Jasminum multiflorum
Bunga Melati 44b,45b,49b,50b,51b,53b →103
Famili →Oeaceae
Genus → Jasnimun
Tanaman 1b,2b,3b,4b,6b,7b,9a,41b,42b,43b, Capsicum annum
Bunga 54b,59b,61b,62b,63b,65b,66a→111
Lavender Famili →Solanaceae
Genus →Capsicum
Tanaman 1b,2b,3b,4b,6b,7b,9a,41b,42b,43a, Hibiscus rosa-sinensis
Bunga 44b,45b,48b,49a,109b,119b,120b, L.
Sepatu 128b,129b,135b,136b,139b,140b,
142b,143a,144a→75
Famili →Malvaceae
Genus →Hibiscus

3.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, yaitu identifikasi kunci
determinasi dan pencandraan tanaman dengan cara pengamatan, perbandingan
dan pencocokan morfologi tumbuhan dengan buku kunci buatan determinasi dan
pencandraan oleh Steenis Van C. G. G. J didapatkan hasil berupa kunci
deterninasi dan nama tumbuhan.
Pada praktikum ini kami mengidentifikasi tumbuhan yaitu tanaman bunga
mawar, tanaman bunga melati, tanaman bunga lavender, dan tanaman bunga
43

sepatu. Kami melakukn pengmatan dan identifikasi pada tumbhan yang sudah
ditentukan tersebut. Pengamatan dilakukan pada daun, batang, dan bunga
tumbuhan tersebut. Pengamatan yang pertama yaitu :
1. Tanaman bunga mawar (Rubus rosaceae )merupakan salah satu jenis
tanamanhias yang sangat popular. Tanaman ini merupakan tanaman
setengah perdu yang sedikit atau banyak memanjat, kerap kali dikelilingi
oleh tunas akar yang banyak, tinggi antara 1,5 sampai 2,5 meter,serta
meliliki berbagai warna bunga(putih,ungu,merah,merah muda). Bunga
mawar juga bermanfaat dalam bidang kesehatan. Minyak bunga mawar
yang dihasilkan dari proses ekstraksi sudah sejak lama digunakan sebagai
bahan baku untuk produk pewangi, sabun,pelembab kulit.
2. Tanaman bunga melati dengan nama famili Oieceae dan genus Jaminum
termasuk jenis perdu yang memanjat atau menggantung, tinggi 0,3 sampai 10
meter. Tangkai daun pendek kurang lebih di tengahnya beruas, berambut.
Tangkai dari pasangan daun yang sama di hubungkan dengan tonjolan
melintang. Daun menyirip, helaian daun lebar bulat telur sampai memanjang
bertepi dengan rata-rata 2,5 sampai 13 kali1,5 sampi 6 cm, bertulang
menyirip. Bunga bertangkai putik tidak sama, berbau harum, dalam anak
payung berbunga 3 sampai 15 di ujung atau di ketiak, lebat tabung kelopak
tinggi 2 sampai 4 mm, taju 5 sampai 8 berbantuk garis, mahkota berbentuk
terompet tabung bulat, dengan panjang 2 sampai 2,5 cm sering berwarna
kekuningan taju 6 sampai 9 berwarna putih bening memenjang bentuk lanset
runcing panjang 1 sampai 2 cm. Tangkai putik dalam bunga sangat pendek.
Buah buni yang masak hitam mengkilat dengan panjang kurang lebih 1 cm,
berlekuk dan berbiji dua, atu dalam kegagalan berbiji satu dan tidak berlekuk.
Dalam hutan dan ditanam jenis melati utan, Ind, Panca suda, Ind, E.Melati
leung, S, Tumbung kanjut, S. Gambir utan.
3. Tanaman bunga lavender termasuk jenis herba tegak dengan famili
Solanaceae genus Capsicum. Tanaman ini termasuk herba tegak satu tahun
atau menahun, berbatang lebar dengan tinggi 1 sampai 2,5 meter, bagian
batang yang muda berambut halus. Daun tersebar 2 sampai 3 bersama-sama
dan kemudian berbeda dalam besarnya. Panjang tangkai antara 0,5 sampai 2,5
cm, helaian daun bulat telur memanjang atau berbentuk elips, bentuk lamset,
dengan pangkal meruncing dan ujung runcing.
44

4. Tanamanbunga sepatu yang termasuk ke dalam famili malvaceae dengan


genus hibiscus termasuk kedalam jenis tanaman perdu dengan tinggi tanaman
1 sampai 4 meter. Daun bertangkai, bulat telur, meruncing kebanyakan tidak
berlekuk, bergerigi kasar,denga ujung runcing dan pangkal bertulang daun
menjari, 4 sampai 15 kali 2,5 sampai 10 cm. Daun penumpu bentuk garis,
tangkai bunga beruas, bunga berdiri sendiri di ketiak, tidak atau sedikit
menggantung. Daun kelopak tambahan 6 sampai 9, bentuk lanset garis dan
hampir selalu lebih pendek daripada kelopak. Kelopak berbentuk tabung
sampai setengahnya bercangap 5. Daun mahkota bulat telur terbalik bentuk baji
dengan panjang 5,5 sampai 8,5 cm, merah dengan noda tua pada pangkal,
berwarna menyerupai daging, oranye atau kuning. Tabung benang sari kurang
lebih sama panjang dengan mahkota. Bakal buah beruang 5. Perdu hias,
mungkin dari China. Kembang sepatu, Ind, Kembang wera, S, Wora war,J,
Wora-wari, J, Bungo reghang, Md.
45

BAB V
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum determinasi dan pencandraan tumbuhan yang


telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Kunci determinasi merupakan suatu cara untuk mengetahui jenis,
golongan, family dan nama ilmiah suatu tumbuhan.
2. Identifikasi tumbuhan dapat dilakukan dengan mencocokkan morfologi
tumbuhan berupa akar, batang, daun, bunga dan buah dengan kunci
determinasi yang terdapat dalam buku kunci buatan dterminasi dan
pencandraan tumbuhan.
3. Hasil dari identifikasi berupa kunci determinasi menggunakan buku kunci
buatan determinasi dan pencandraan tumbuhan kemudian dapat dijadikan
acuan untuk mengelompokkan tumbuhan berdasarkan kesamaan ciri dan
morfologi menjadi satu jenis atau satu golongan.
46

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2007. “Taksonomi Tumbuhan”. http://e-


course.usu.ac.id/content/biologi/taksonomi/textbook.pdf. diakses tanggal 07
Oktober 2016

Anonim. 2014. Mengidentifikasi dengan Kunci Determinasi Sederhana.


http://www.materisma.com/2014/10/mengidentifikasi-dengan-kunci.html, diakses
pada senin, 06 Oktober 2016

Nimoel Anaam. 2013. Penjelasan Mengenai Kuci Determinasi.


http://cupilupa.blogspot.com/2011/09/kunci-determinasi.html, diakses pada senin, 06
Oktober 2016

Steenis, Van C. G. G. J. 2002. Buku Kunci Buatan Determinasi dan Penyandraan


47

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, yang terdiri dari beberapa
jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan
bersama tersebut terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama individu
penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga
merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis. Vegetasi (dari
bahasa Inggris: vegetation) dalam ekologi adalah istilah untuk keseluruhan
komunitas tetumbuhan. Vegetasi merupakan bagian hidup yang tersusun dari
berbagai jenis tumbuhan yang menempati suatu ekosistem. Beraneka tipe hutan,
kebun, padang rumput, dan tundra merupakan contoh-contoh vegetasi.
Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan
bentuk (struktur) vegetasi atau tumbuh-tumbuhan. Suatu ekosistem alamiah maupun
binaan selalu terdiri dari dua komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik.
Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang
menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-
lain. Metode analisis vegetasi sesungguhnya sangat beragam tergantung kepada
keadaan vegetasi itu sendiri dan tujuannya. Vegetasi menggambarkan perpaduan
berbagai jenis tumbuhan di suatu wilayah atau daerah. Suatu tipe vegetasi
menggambarkan suatu daerah dari segi penyebaran tumbuhan yang ada baik
secara ruang dan waktu. Rawa-rawa, padang rumput dan hutan merupakan suatu
contoh vegetasi.
1.2 Tujuan
1. Menerapkan teknik sampling metode kuadrat.
2. Mempelajari struktur, komposisi, dan distribusi populasi spesies vegetasi
semak, herbal, dan rumput.
3. Menentukan jenis spesies vegetasi yang sering muncul dan yang
mendominasi pada suatu luasan area tertentu.
48

1.3 Waktu dan Tempat Pelakasaan

Waktu pukul 10,40 - 12,20 WIB ( 24 Oktober 2016 )


Tempat : Halaman belakang fakultas pertanianUPN “ VETERAN “ JATIM
49

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan ( komponen ) dan bentuk


( struktur ) vegetasi atau komunitas tumbuh - tumbuhan . Unsur struktur vegetasi
terdiri dari tiga komponen :
- struktur vegetasi berupa vegetasi secara vertikal yang merupakan diagram
yang melukiskan lapisan pohon, tiang, semai dan herbal penyusun
vegetasi .
- sebaran , horisontal jenis - jenis penyusun yang menggambarkan letak dari
suatu individu terhadap individu lain.
- kelimpahan ( abundace ) setiap jenis dalam suatu komunitas.
( menurut kershaw , 1997)
Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data jenis tanaman , jumlah
tanaman dalam satu plot ( Densitas / kerapatan , densitas relatif tiap
spesies, frekuensi/kekerapan, frekuensi relatif tiap spesies,nilai penting ) . Dengan
analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif struktur dan komposisi suatu
komunitas tumbuhan (Michael,1994).
Analisis vegetasi merupakan cara mempelajari susunan (komposisi jenis)
dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. . Dari segi
floristis ekologis pengambilan sampling dengan cara “random sampling” hanya
mungkin digunakan apabila lapangan dan vegetasinya homogen, misalnya padang
rumput dan hutan tanaman. Pada umumnya untuk keperluan penelitian ekologi
hutan lebih tepat dipakai “systematic sampling”, bahkan “purposive sampling” pun
boleh digunakan pada keadaan tertentu. Luas daerah contoh vegetasi yang akan
diambil datanya sangat bervariasi untuk setiap bentuk vegetasi mulai dari 1 dm2
sampai 100 m2. Suatu syarat untuk daerah pengambilan Contoh
haruslahrepresentatif bagi seluruh vegetasi yang dianalisis. Keadaan ini dapat
dikembalikan kepada sifat umum suatu vegetasi yaitu vegetasi berupa komunitas
jenis tumbuhan sangat penting. Sifat komunitas akan ditentukan oleh keadaan
individu-individu tadi, dengan demikian untuk melihat suatu komunitas sama dengan
memperhatikan individu-individu atau populasinya dari seluruh jenis.tumbuhan yang
ada secara keseluruhan.
50

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat :
A . Alat tulis dan alas untuk menulis
B . Frame ukuran 1x1m
C . Buku kunci determinasi
3.2 Bahan :
Tanaman pada suatu lingkungan
3.2 Prosedur Kerja :
A . Ambil frame ukuran 1x1 m
B. Kemudian letakkan frame ukuran 1x1 m di halaman belakang fakultas
pertanian( penanaman toga ) UPN “ VETERAN “ JATIM
C . Catat jumlah tanaman yang berada di dalam plot atau frame
D . Setelah dokumentasikan
E . Cari nama spesies , nama daerah dan jumlah tanaman dalam buku kunci
determinasi
F . Praktikum ini hanya dilakukan di tempat terang
51

BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan Tabel data kelas


52
53

No Nama Spesies Nama Lokal Jumlah Spesies Jum Keterangan


Pada Plot Ke....... -lah
1 2 3 4 Tota
-l
1 Ocimum basilium Selasih 1 4 5 Tidak
dominan
2 Curama longa Kunyit 4 1 5 Tidak
dominan
3 Psidium guajava Jambu biji 2 2 Tidak
dominan
4 Hedyotis colymbosa- Rumput 10 5 15 Dominan
L mutiara
5 Cyperus rotundus L Rumput teki 7 10 17 Dominan
6 Gynandropsis Kumis kucing 2 2 Tidak
speciosa dominan
7 Sansiviera trifasciata Lidah buaya 1 1 Tidak
dominan
8 S.grandi plora Turi 1 1 Tidak
dominan
9 I.pomoe aquatica Kangkung 2 2 Tidak
dominan
10 Talinum triangulare Kolesom 3 1 4 Tidak
dominan
11 Bachiaria mutica Malela 2 2 Tidak
dominan
12 Phyllanthus urinaria Meniran 2 20 22 Dominan
L
13 Lopatherum gracille Rumput 30 30 Dominan
blogn bambu
14 Alternathera sessilis Kremah 5 5 Tidak
54

dominan
15 Averrhoa carambola Blimbing 1 1 Tidak
dominan
JUMLAH 144

4.2 Tabel Perhitungan


No Nama Spesies Jumlah Frekuens Frekuensi Densitas Nilai
Individu i Tiap Relatif Relatif Penting
Spesies
(%) (%) (%) (%)
1 Ocimum basilium 5 50 9,52 4,39 13,76
2 Curama longa 5 50 9,52 4,39 13,76
3 Psidium guajava 2 25 4,76 1,75 6,53
4 Hedyotis colymbosa- 15 50 9,52 13,16 22,79
L
5 Cyperus rotundus L 17 50 9,52 14,91 24,56
6 Gynandropsis 2 25 4,76 1,75 6,53
speciosa
7 Sansiviera trifasciata 1 25 4,76 0,88 5,64
8 S.grandi plora 1 25 4,76 0,88 5,64
9 I.pomoe aquatica 2 25 4,76 1,75 6,53
10 Talinum triangulare 3 50 9,52 2,63 12,17
11 Bachiaria mutica 2 25 4,76 1,75 6,53
12 Phyllanthus urinaria L 22 50 9,52 19,29 28,99
13 Lopatherum gracille 30 25 4,76 26,32 36,07
blogn
14 Alternathera sessilis 5 25 4,76 4,39 9
15 Averrhoa carambola 1 25 4,76 0,88 5,64
JUMLAH 144 525 99,67 99,42 204,14
55

4.3 Cara Menghitung Tabel


No Densitas Relatif = total cacah Frekuensi Spesies A = jumlah plot
individu A / jumlah total cacah terdapat spesies A / jumlah seluruh plot
individu seluruh spesies × 100 % yang diteliti × 100 %
1 5 / 114 × 100 % = 4,39 % 2/4× 100 % = 50 %
2 5 / 114 × 100 % = 4,39 % 2/4× 100 % = 50 %
3 2 / 144 × 100 % = 1,75 % 1/4× 100 % = 25 %
4 15 / 144 × 100 % = 13,16 % 2/4× 100 % = 50 %
5 17 / 144 × 100 % = 14,91% 2/4× 100 % = 50 %
6 2 / 144 × 100 % = 1,75 % 1/4× 100 % = 25 %
7 1 / 144 × 100 % = 0,88 % 1/4× 100 % = 25 %
8 1 / 144 × 100 % = 0,88 % 1/4× 100 % = 25 %
9 2 / 144 × 100 % = 1,75 % 1/4× 100 % = 25 %
10 4 / 144 × 100 % = 2,63 % 2/4× 100 % = 50 %
11 2 / 144 × 100 % = 1,75 % 1/4× 100 % = 25 %
12 22 / 144 × 100 % = 19,29 % 2/4× 100 % = 50 %
13 30 / 144 × 100 % = 26,32 % 1/4× 100 % = 25 %
14 5 / 144 × 100 % = 4,39 % 1/4× 100 % = 25 %
15 1 / 144 × 100 % = 0,88 % 1/4× 100 % = 25 %
56

No Frekuensi relatif spesies A = total Nilai penting tiap spesies = densitas


frekuensi A / jumlah total frekuensi relatif tiap spesies - frekuensi relatif tiap
spesies A × 100 % spesies
1 50/525 × 100 % = 9,52 % 4,24 + 9,52 = 13,76%
2 50/525 × 100 % = 9,52 % 4,24 + 9,52 = 13,76%
3 25/525 × 100 % = 4,76 % 1,77 + 4,76 = 6,53%
4 50/525 × 100 % = 9,52 % 13,24+9,52 = 22,79%
5 50/525 × 100 % = 9,52 % 15,04+9,52 = 24,56%
6 25/525 × 100 % = 4,76 % 1,77+4,76 = 6,53%
7 25/525 × 100 % = 4,76 % 0,88+4,76 = 5,64%
8 25/525 × 100 % = 4,76 % 0,88+4,76 = 5,64%
9 25/525 × 100 % = 4,76 % 1,77+4,76 = 6,53%
10 50/525 × 100 % = 9,52 % 2,65+9,52 = 12,17%
11 25/525 × 100 % = 4,76 % 1,77+4,76 = 6,53%
12 50/525 × 100 % = 9,52 % 19,47+9,52 = 28,99%
13 25/525 × 100 % = 4,76 % 26,55+9,52 = 36,07%
14 25/525 × 100 % = 4,76 % 4,25+4,76 = 9%
15 25/525 × 100 % = 4,76 % 0,88+4,76 = 5,64%

4.4 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan untuk menentukan jenis
spesies vegetasi yang sering muncul mendominasi pada suatu luasan area tertentu,
diperoleh data dari daerah tanaman toga fakultas pertanian UPN “VETERAN”JATIM
dengan ukuran 1x1m dengan 4 plot yang sama.
Dari percobaan tersebut , dilakukan analisis vegetasi berdasarkan densitas
relatif, frekuensi spesies dan nilai penting tiap spesies. Frekuensi adalah nilai
besaran yang menyatakan derajat penyebaran jenis didalam komunitasnya. Angka
ini diperoleh dengan melihat perbandingan jumlah dari petak-petak yang diduduki
57

suatu jenis , terhadap keseluruhan petak yang diambil sebagai petak , contoh
didalam melakukan analisis vegetasi, frekuensi relatif adalah frekuensi satu spesies
sebagai presentase frekuensi total pertumbuhan . densitas ( kerapatan ) adalah
jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam suatu luasan tertentu.
Dari percobaan didapatkan hasil untuk densitas relatif di peroleh Ocinum
basilium 4,39% , curama longa 4,39% , psidium guajava 1,75% , hedyotis colymbosa
L 13,16% , cyperus rotundus L 14,91% , gynamdropsis speciosa 1,75% , sansiviera
trifasciata 0,88% , S.grandi plora 0,88% , l.pomoe aquatica 1,75% , talinum
triangulare 2,63% , bachiaria mutica 1,75% , phyllanthus urinaria L 19,29% ,
lopatherum gracille blogn 26,32% , althernathera sessilis 4,39% , averrhoa
carambola 99,42%. frekuensi tiap spesies di peroleh Ocinum basilium 50% , curama
longa 50% , psidium guajava 25% , hedyotis colymbosa L 50% , cyperus rotundus L
50% , gynamdropsis speciosa 25% , sansiviera trifasciata 25% , S.grandi plora 25%
, l.pomoe aquatica 25% , talinum triangulare 50% , bachiaria mutica 25% ,
phyllanthus urinaria L 50% , lopatherum gracille blogn 25% , althernathera sessilis
25% , averrhoa carambola 25%. Frekuensi relatif di peroleh Ocinum basilium 9,52%
, curama longa 9,52% , psidium guajava 4,76% , hedyotis colymbosa L 9,52% ,
cyperus rotundus L 9,52% , gynamdropsis speciosa 4,76% , sansiviera trifasciata
4,76% , S.grandi plora 4,76% , l.pomoe aquatica 4,76% , talinum triangulare 9,52% ,
bachiaria mutica 4,76% , phyllanthus urinaria L 9,52% , lopatherum gracille blogn
4,76% , althernathera sessilis 4,76% , averrhoa carambola 4,76%. Nilai penting hasil
praktikum diatas di peroleh Ocinum basilium 13,76% , curama longa 13,76% ,
psidium guajava 6,53% , hedyotis colymbosa L 22,79% , cyperus rotundus L 24,56%
, gynamdropsis speciosa 6,53% , sansiviera trifasciata 5,64% , S.grandi plora 5,64%
, l.pomoe aquatica 6,53% , talinum triangulare 12,17% , bachiaria mutica 6,53% ,
phyllanthus urinaria L 28,99% , lopatherum gracille blogn 36,07% , althernathera
sessilis 9% , averrhoa carambola 5,64%.
Tanaman yang mendominasi andalah Lopatherum gracuatu blogn karena
nilai pentingnya paling tinggi yakni 36,07% . Pada penggunaan plot 1x1m
menunjukkan teori bahwa luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak
yang dianggap repsentatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu habitat tertentu
yang dipelajari. Luas plot mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman jenis
58

yang terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi keanekaragaman jenis yang
terdapat pada areal tersebut, maka makin luas plot yang digunakan ( sugianto,1994)
59

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan , maka semakin besar nilai
pentingnya maka semakin penting juga peranan jenis spesies tersebut terhadap
komunitasnya atau lokasi penelitian. Setiap tumbuhan memiliki frekuensi dan nilai
penting serta dominasi dalam lingkungannya. Sehingga dari pengamatan yang telah
dilakukan di peroleh bahwa vegetasi dominasi dari data kelas adalah Lopatherum
gracille blogn . terdapat banyak jenis vegetasi dalam suatu area , hal ini
membuktikan bahawa tanaman tidak bisa hidup sendiri .
60

DAFTAR PUSTAKA

analisis + vegetasi+ adalah

Rahardjo,S.1980.Ekologi Tumbuhan.Surakarta:Tiga Serangkai

Syafei,Eden Surasana.1998.Pengantar Ekologi Tumbuhan . Bandung : ITB


61

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu ciri hidup yang hanya dimiliki khusus oleh tumbuhan hijau adalah
kemampuandalam menggunakan zat karbon dari udara untuk diubah menjadi bahan
organik serta diasimilasi dalam tubuh tumbuhan. Proses ini disebut fotosintesis.
Fotosintesis atau asimilasi karbon adalah proses pengubahan zat-zat anorganik H2O
dan CO2 oleh klorofil menjadi zat organik karbohidrat dengan bantuan cahaya.
Proses fotosintesis hanya bisa dilakukan oleh tumbuhan yangmempunyai pigmen
fotosintetik yang mampu melakukan fotosintesis, karena pigmen itulah yang mampu
menangkap energi dari cahaya. Jika fotosintesis adalah suatu proses penyusunan
(anabolisme atau asimilasi) di mana energi diperoleh dari sumber cahaya dan
disimpan sebagai zat kimia,maka proses respirasi adalah suatu proses
pembongkaran (katabolisme atau disasimilasi) di mana energi yang tersimpan
dibongkar kembali untuk menyelenggarakan proses – proses kehidupan.
1.2 Tujuan
Mengetahui pengaruh cahaya, klorofil dan stomata terhadap aktivitas
fotosintesa.
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Tempat Praktikum : Laboratorium Biologi UPN “Veteran” Jawa Timur
Hari dan tanggal : Senin, 01 Oktober 2016
Pukul : 10.40 – 12.30 WIB
62

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Fotosintesis berasal dari kata foton yang berarti cahaya dan sintesis yang
berarti penyusunan. Fotosintesis merupakan aktifitas fisiologis yang khusus
dilakukan oleh organism fotosintetik, terutama kelompok tumbuhan. Fotosintesis
dapat diartikan suatu proses penyusunan zat karbohidrat dengan cahaya sebagai
energinya. Hanya organisme yang mempunyai pigmen fotosintetik yang mampu
melakukan fotosintesis, karena pigmen itulah yang mampu menangkap energi dari
cahaya. Zat organik yang disusun dalam fotosintesis ini adalah karbohidrat
(Cn(H2O)n) yang berasal dari molekul CO2 dan H2O. Sebagai hasil sampingan
adalah molekul O2. Proses fotosintesis dapat dirumuskan dalam persamaan sebagai
berikut :
6H2O + 6O2  C6H12O6 + 6CO2
Cahaya yang dapat dipergunakan dalam fotosintesis ini mempunyai syarat
kualitas (jenis gelombang) dan kuantitas (intensitas cahaya) tertentu. Dalam
kondisinormal, cahaya matahari memenuhi semua syarat itu, sehingga secara alami,
cahaya matahari merupakan sumber energi bagi fotosintesis. Pigmen
fotosintetik,sebagai penangkap energi cahaya matahari, berupa klorofil dan atau
karotenoid. CO2 dan H2O sebagai substrat fotosintesis dapat berasal dari sisa
oksidasi dalam jaringan fotosintetik. Selain itu, CO2 dapat pula diambil dari atmosfir
melalui proses difusi melalui stomata, sedangkan H2O diambil dari lingkungan
melalui proses absorbsi di akar atau bagian penyerapan lainnya (Suyitno Al, 2003).
Glukosa sebagai hasil utama fotosintesis segera ditranslokasikan ke bagian tubuh
tumbuhan yang lain atau ditranslokasikan ke dalam jeringan penimbun dan diubah
menjadi 40 amilum. Bila laju fotosintesis tinggi, sebagian dari karbohidrat yang
terbentuk dalam fotosintesis ini diendapkan dalam kloroplas sebagai amilum.
Oksigen sebagai hasil sampingan fotosintesis, dilepaskan ke atmosfer sebagai gas
atau sebagian dimanfaatkan pada respirasi dalam sel di mana fotosintesis itu terjadi
(Suyitno Al, 2003).
Proses fotosintesis begitu komplek karena banyak faktor (internal maupun
eksternal)berpengaruh. Misalnya struktur daun, struktur perakaran, kondisi
63

cahaya,kondisi airtanah (untuk tumbuhan yang hidup dengan medium tanah),


kondisi atmosfer,dan sebagainya.
Tumbuhan terutama tumbuhan tingkat tinggi, untuk memperoleh makanan
sebagai kebutuhan pokoknya harus melakukan suatu proses yang dinamakan
proses sintesis karbohidrat yang terjadi di bagian daun satu tumbuhan yang
memiliki klorofil, dengan menggunakan cahaya matahari. Cahaya matahari
merupakan sumber energi yang diperlukan tumbuhan untuk proses tersebut. Tanpa
adanya cahaya matahari tumbuhan tidak akan mampu melakukan proses
fotosintesis, hal ini disebabkan kloropil yang berada didalam daun tidak dapat
menggunakan cahaya matahari karena klorofil hanya akan berfungsi bila ada
cahaya matahari (Dwidjoseputro, 1986).
Karbohidrat merupakan senyawa karbon yang terdapat di alam sebagai molekul
yang kompleks dan besar. Karbohidrat sangat beraneka ragam contohnya seperti
sukrosa, monosakarida,danpolisakarida.Monosakarida adalah karbohidrat yang
paling sederhana.
Pada tahun 1860, Sach membuktikan bahwa fotosintesis menghasilkan amilum.
Dalam percobaannya tersebut ia mengguanakan daun segar yang sebagian
dibungkus dengan kertas timah kemudian daun tersebut direbus, dimasukkan
kedalam alkohol dan ditetesi dengan iodium. Ia menyimpulkan bahwa warna biru
kehitaman pada daun yang tidak ditutupi kertas timah menandakan adanya amilum
(Malcome, 1990).
Pada uji Sachs ini bertujuan melakukan uji apakah tanpa cahaya daun tidak
berfotosintesis.Percobaan ini berdasar pada ciri hidup yang hanya dimiliki oleh
tumbuhan hijau yaitu kemampuan dalam menggunakan karbon dioksida dari udara
untuk diubah menjadi bahan organik serta direspirasikan/desimilasi bahan organik
dalam tubuhnya sehingga zat organik itu bisa digunakan untuk aktivitas makhluk
hidup (Malcome, 1990).
64

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah sbb:
- Gunting
- Kompor listrik
- Beaker glass
- Cawan petri
- Pipet
- Pinset
- Isolasi
- Panci
3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain sbb:
- Tanaman ketela pohong (singkong)
- Alkohol
- Larutan yodium
- Kertas Timah
- Tisu
3.3 Prosedur Kerja
1. Cari tanaman yang sedang aktif melakukan fotosintesis dan tentukan 4
daun yang akan dibuat percobaan.
2. Daun pertama bagian permukaan bawah ditutup dengan kertas
aluminium foil dan tandai dengan satu sobekan.
3. Daun kedua bagian permukaan atas dittutup dengan kertas aluminium
foil dan tandai dengan dua sobekan.
4. Daun ketiga tutup dengan kertas aluminium secara keseluruhan, tandai
dengan tiga sobekan.
5. Daun keempat tanpa diberi perlakuan, tidak usah ditandai sobekan.
6. Tanaman tersebut taruh ditempat yang terkena sinar matahari selama
kurang lebih 3-4 hari.
65

7. Setelah itu petik daun tersebut, lalu lepaskan kertas aluminium yang
menutup daun.
8. Masukkan keempat daun tersebut pada air mendidih sampai layu.
9. Kemudian pindahkan kedalam beaker glass yang berisi alkohol dan
didihkan secara perlahan-lahan.
10. Setelah sepuluh menit, ambil daun kemudian masukkan dalam air dingin
selama beberapa menit.
11. Daun tersebut masukkan dalam cawan petri, lalu rendam dengan larutan
yodium selama satu menit.
12. Bilas daun tersebut dalam air mengalir, lalu rentangkan diatas kertas
putih dan bandingkan perbedaan pewarnaannya.
13. Dokumentasikan hasil praktikum dengan kamera.
66

BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Kedaan daun yang


Kedaan daun yang ditutup bagian bawah
ditutup bagian atas
G.b 1.2
G.b 1.1

Kedaan daun yang ditutup Kedaan daun yang tidak


bagian atas& bawah ditutup kertas timah

G.b 1.3 G.b 1.4

KETERANGAN
NO. PERLAKUAN
DITUTUP TIDAK DITUTUP
Penutupan dengan aluminium Berwarna hijau Berwarna hijau
1.
foil muda tua
Direndam dalam air mendidih Berwarna hijau Berwarna hijau
2.
sampai layu muda layu tua layu
Direndam dalam alkohol Berwarna hijau Berwarna hijau
3.
mendidih (10menit) muda kekuningan tua kekuningan
4. Direndam dalam larutan yodium Berwarna pucat Berwarna sedikit
67

(1 menit) kehitaman

WARNA DAUN DI TETESI


NO. PERLAKUAN PADA DAUN YANG DITUTUP LARUTAN
KERTAS TIMAH YODIUM
1. Ditutup bagian atas Hijau muda Biru muda
2. Biru tua (bagian
Ditutup bagian bawah Hijau tua bawah berwarna
putih)
3. Ditutup bagian atas & bawah Hijau muda Pucat
4. Tidak ditutup - Biru kehitaman

4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini berjudul fotosintesis. Fotosintesis berasal dari kata foton
yang berarti cahaya dan sintesis yang berarti penyusunan. Jadi fotosintesis adalah
proses penyusunan dari zat organik H2O dan CO2 menjadi senyawa organik yang
kompleks yang memerlukan cahaya. Fotosintesis hanya dapat terjadi pada
tumbuhan yang mempunyai klorofil, yaitu pigmen yang berfungsi sebagai penangkap
energi cahaya matahari. (Kimball, 2002). Di dalam praktikum fotosintesis ini terdapat
kegiatan yaitu uji Amilum pada daun singkong.
Pada uji amilum ini bertujuan melakukan uji apakah tanpa cahaya daun tidak
berfotosintesis. Adapun alat dan bahan yang digunakan diantaranya adalah beker
gelas, pinset, kompor listrik, alkohol, larutan yodium, tanaman (daun singkong), dan
kertas tima, isolasi. Pada pagi hari sebelum praktikum kurang lebih 4 hari, sebagian
daun tanaman yang sehat ditutup dengan kertas timah,yaitu pada bagian bawah
daun, atas daun, keseluruhan, dan tidak ditutup kertas timah sama sekali. Lalu di
solasi agar kertas timah menutup daun dengan sempurna. Setelah terkena cahaya
matahari selama 4 hari, daun itu kemudian dipetik. Kemudian daun dipanaskan
dalam air mendidih sampai layu, hal ini bertujuan untuk mematikan sel-sel pada
daun. Setelah diangkat dari air mendidih ternyata daun yang ditutup dengan kertas
timah berwarna hijau muda layu, sedangkan yang tidak dibungkus berwarna hijau
68

tua layu. Selanjutnya daun tersebut dimasukkan pada beker gelas yang berisi
larutan alkohol yang dipanaskan dalam panci berisi air mendidih selama 10 menit.
Daun dimasukkan dalam alcohol agar klorofil larut sehingga daun menjadi pucat.
Data percobaan menggunakan data kelas, karena hanya ada satu kelompok yang
berhasil dalam percobaan ini. Daun yang digunakan kelompok tersebut adalah daun
tanaman daun singkong. Setelah beberapa menit, daun tersebut ditiriskan dan dicuci
pada air mengalir, lalu ditempatkan pada sebuah cawan. Daun tersebut lalu ditetesi
dengan larutan yodium selama 1 menit sehingga terjadi perubahan warna.
Pada percobaan digunakan larutan yodium yang bertujuan untuk mengetahui
ada tidaknya amilum pada daun tersebut. Jika terdapat amilum maka pada bagian
daun yang ditetesi larutan yodium atau lugol akan berubah warna menjadi
kehitaman. Pada saat daun ditetesi dengan yodium bagian yang sebelumnya
tertutup oleh kertas timah tetap hijau pucat, sedangkan yang tidak tertutup warnanya
menjadi hijau kehitaman. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada bagian daun yang
tidak ditutupi kertas timah terdapat amilum, sedangkan pada bagian daun yang
ditutupi kertas timah tidak terdapat amilum.
Amilum merupakan salah satu hasil dari proses fotosintesis, yang berarti
pada bagian daun yang terkena cahaya matahari terjadi proses fotosintesis,
sedangkan pada daun yang tidak terkena cahaya matahari tidak terjadi proses
fotosintesis. Hal ini sesuai dengan percobaan yang dilakukan oleh Sachs pada
tahun 1860. Sachs membuktikan bahwa fotosintesis menghasilkan amilum. Dalam
percobaannya tersebut ia menggunakan daun segar yang sebagian dibungkus
dengan kertas timah kemudian daun tersebut direbus, lalu dimasukkan kedalam
alkohol dan ditetesi dengan larutan yodium. Ia menyimpulkan bahwa warna biru
kehitaman pada daun yang tidak ditutupi kertas timah menandakan adanya amilum
(Malcome, 1990).
Fotosintesis adalah proses sintesis untuk menghasilkan makanan yang
dilakukan oleh tumbuhan hijau dengan bantuan cahaya matahari. Dari percobaan ini
juga dibuktikan bahwa hanya pada daun yang berklorofil dan terkena cahaya yang
dapat melakukan fotosintesis. Hal ini sesuai dengan literatur tentang fotosintesis
oleh Dwidjoseputro(1986) : bahwa tumbuhan terutama tumbuhan tingkat tinggi,
untuk memperoleh makanan sebagai kebutuhan pokoknya agar tetap bertahan
hidup, tumbuhan tersebut harus melakukan suatu proses yang dinamakan proses
69

sintesis karbohidrat yang terjadi di bagian daun satu tumbuhan yang memiliki klorofil,
dengan menggunakan cahaya matahari. Cahaya matahari merupakan sumber
energi yang diperlukan tumbuhan untuk proses tersebut. Tanpa adanya cahaya
matahari tumbuhan tidak akan mampu melakukan proses fotosintesis, hal ini
disebabkan klorofil yang berada didalam daun tidak dapat menggunakan cahaya
matahari karena klorofil hanya akan berfungsi bila ada cahaya matahari.
(Dwidjoseputro, 1986)
Adapun variabel pada percobaan ini antara lain
Variabel bebas : Perlakuan daun singkong yang terkena cahaya matahari
dengan tidak terkena cahaya matahari /ditutup kertas
timah.
Variabel terikat : Hasilnya yaitu Amilum
1. Uji yodium yaitupengujian untuk mengetahui ada atau tidak amilum dalam
daun. Caranya yaitu dengan menetesi permukaan daun dengan larutan yodium
sampai merata atau dengan merendam daun dalam larutan yodium selama 1
menit. Perlakuan ini membuat daun menjadi berwarna kehitaman yang
menunjukkan adanya amilum dalam jaringan daun.

2. Aktivitas fotosintesis paling tinggi terjadi pada daun tanpa sobekan atau daun
tanpa diberi perlakuan apapun. Sedangkan aktivitas fotosintesis paling rendah
terjadi pada daun dengan tiga sobekan atau yang ditutup secara keseluruhan
dengan kertas timah. Proses fotosintesis menghasilkan amilum diketahui
ketika permukaan daun yang terkena sinar matahari ditetesi larutan yodium
warnanya berubah menjadi kehitaman. Bagian yang tidak terkena cahaya tidak
melakukan aktivitas fotosintesis. Nah, aktivitas fotosintesis paling tinggi terjadi
pada bagian daun yang mengandung amilum terbanyak.
70

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pada praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa proses fotosintesis
pada tumbuhan hijau menghasilkan zat amilum atau karbohidrat. Dalam proses
tersebut membutuhkan cahaya matahari sebagai sumber energi. Adapun
persamaan reaksi fotosintesis yaitu:
6H2O + 6O2  C6H12O6 + 6CO2
Alkohol berfungsi sebagai pelarut, agar melarutkan dan meluruhkan klorofil
daun. Larutan yodium berfungsi memberikan warna pada daun.
Hasil percobaan terlihat bagian yang tidak ditutup kertas timah berwarna kehitaman,
ini menunjukkan bahwa bagian tersebut menghasilkan amilum, karena mengalami
proses fotosintesis. Sedangkan bagian yang ditutupi kertas timah (bagian tengah)
berwarna pucat tidak menghasilkan amilum, karena tidak berfotosintesis. Berhasil
atau tidak percobaan ini antara lain karena beberapa faktor yaitu rapat tidaknya
penutupan daun dengan kertas timah, tingkat ketebalan daun, semakin tebal daun
maka makin susah melihat perbedaan antara hasil yang ditutup dengan yang tidak
ditutup, faktor yang lainnya yaitu usia daun. Usia daun yang terlalu tua tidak
dianjurkan, lebih baik menggunakan daun yang masih muda.
71

DAFTAR PUSTAKA

Dr.MM.Sri Setyati Harjadi.1979.Pengantar Agronomi.Gramedia:Jakarta

Prof.DR.D.Dwijo Seputro.1982.Pengantar fisiologi Tumbuhan.Gramedia:Jakarta.

www. Scribd.com/doc/ fotosintesis dan uji fotosintesis. Diakses senin, 21 Nopember


2016 pukul 14.32 WIB
.
72

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tumbuhan yang ada di dunai ini sangat beraneka ragam. Mulai dari tingkat
sel, jaringan, organ, maupun sistem organ hingga spesiesnya. Perbedaan tersebut
meliputi bentuk, ukuran maupun warna. Perbedaan bentuk maupun ukuran dapat
diamati secara keseluruhan satu tanaman, sedangkan untuk perbedaan warna
tampak jelas pada warna bunga atau pada warna daunnya.
Warna pada organ tanaman berbeda-beda disebabkan oleh kandungan
pigmennya. Tumbuhan menangkap cahaya menggunakan pigmen yang disebut
klorofil. Pigmen inilah yang memberi warna hijau pada tumbuhan. Klorofil terdapat
dalam organel yang disebut kloroplas. Klorofil menyerap cahaya yang akan
digunakan dalam fotosintesis. Kadar klorofil setiap jenis tumbuhan berbeda-beda.
Bahkan dalam tumbuhan satu spesies pun memiliki kadar klorofil yang berbeda.
Perbedaan kadar klorofil ini salah satunya dipengaruhi oleh umur daun suatu jenis
spesies. Kadar klorofil yang optimal dalam daun suatu tumbuhan sangat baik untuk
memperlancar kelangsungan proses fotosintesis. Spektrofotometer merupakan alat
yang memiliki harga yang sangat mahal dan dalam penggunaannya harus dilakukan
secara hati-hati. Spektrofotometer digunakan untuk penentuan kadar klorofil, yaitu
dapat ditentukan klorofil a dan b, serta klorofil total pada daun sepatu ( Hibiscus
rosa-sinensis L. ) yang usianya berbeda-beda untuk penentuan kadar klorofilnya
dengan bantuan alat spektrofotometer.
Klorofil adalah zat hijau daun yang terdapat pada tanaman, terutama
tanaman tingkat tinggi. Klorofil ada 2 macam yaitu klorofil a dan klorofil b yang terdiri
dari molekul polfirin, hemoglobin, moglobin dan enzim sitokrom. Seperti halnya
manusia dan hewan tumbuhan mengalami pembentukan klorofil yang di bawah oleh
suatu gen tertentu di dalam kromosom. Jika gen yang ada di dalam kromosom ini
tidak ada maka tanaman akan tampak putih atau berwarna kuning. Tanaman juga
memerlukan unsur-unsur seperti Mn, Cu, Zn untuk dapat menghasilkan klorofil yang
tahan terhadap radiasi sinar matahari.
Klorofil sering di manfaatkan atau digunakan oleh tumbuhan untuk
melakukan proses fotosintesis, dari hasil proses fotosintesis inilah zat hijau daun
73

atau klorofil pada tanaman di ubah menjadi glukosa. Manfaat klorofil lainnya adalah
sebagai penyerap cahaya matahari yakni radiasi elektromagnetik, tanpa klorofil
tanaman tidak bisa melakukan proses fotosintesis.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kadar klorofil maka diadakan suatu
praktikum dengan menggunakan daun sepatu ( Hibiscus rosa-sinensis L. ) yang
usianya berbeda-beda.
1.2. Tujuan Praktikum
a. Untuk mengetahui cara penentuan kadar klorofil.
b. Untuk menentukan kadar korofil a, b dan klorofil total daun sepatu ( Hibiscus
rosa-sinensis L. )
c. Untuk mengetahui perbedaan kadar klorofil dari satu jenis tanaman yaitu
daun sepatu ( Hibiscus rosa-sinensis L. ) dengan umur yang berbeda-beda.
d. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kadar klorofil pada tanaman.
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari/ Tanggal : Senin, 07 Nopember 2016
Tempat : a. Pengambilan sampel berupa daun sepatu (Hibiscus
rosa-sinenis L.) di Kebun Tanaman Toga Fakultas
Pertanian UPN “Veteran” Surabaya Jawa Timur.
b. Pengujian kadar klorofil dilakukan di Laboratorium
Biologi Dasar dan Laboratorium Bioteknologi
Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Surabaya Jawa Timur.
74

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Fotosisntesis
Suatu sifat fisiologi yang hanya dimiliki oleh tumbuhan ialah kemampuannya
untuk menggunakan zat karbon dari udara untuk diubah menjadi bahan organik
serta diasimilasikan di dalam tubuh tanaman. Peristiwa ini hanya berlangsung jika
ada cukup cahaya, dan oleh karena itu maka asimilasi zat karbon disebut juga
fotosintesis. ( Dwidjoseputro, 1994 ) .
Fotosintesis adalah suatu proses yang hanya terjadi pada tumbuhan yang
berklorofil dan bakteri fotosintetik, dimana energi matahari ( dalam bentuk foton )
ditangkap dan diubah menjadi energi kimia ( ATP dan NADPH ). Energi kimia ini
akan digunakan untuk fotosintesa karbohidrat dari air dan karbon dioksida. Jadi,
seluruh molekul organik lainnya dari tanaman disintesa dari energi dan adanya
organisme hidup lainnya tergantung pada kemampuan tumbuhan atau bakteri
fotosintetik untuk berfotosintesis. ( Devlin, 1975 ) .
Fotosintesis adalah evolusi O2 yang digerakkan cahaya dari air dan
penyimpanan tenaga reduksi yang dihasilkan dalam berbagai komponen karbon
yang membentuk jasad hidup. Klorofil a dan pigmen-pigmen pelengkap, yang
menyerap kira-kira separuh dari radiasi matahari (λ ˂ 700 nm), membuat peka dua
buah perubahan energi primer di dalam dua fotosistem yang berlainan. Di dalam
masing-masing sistem banyak molekul pigmen yang ‘panen’ memberi makan
eksitasi mereka menjadi pusat perubahan fotokimia. Di dalam ini, energi foton
digunakan untuk menggerakkan elektron melawan gradian panas: di dalam sistem-
foto I dari sebuah agen dengan tenaga reduksi medium ke fotosistem dengan
tenaga reduksi yang kuat, yang secara termodinamis mampu mereduksi CO2 ; di
dalam fotosistem II dari air dengan pelepasan O2, ke sebuah agen dengan tenaga
pengoksidasi ringan. Kedua produk foto itu dari potensial menengah bereaksi
bersama. Lagipula, sebagian dari energi cahaya yang dipertahankan dalam keadaan
energi tinggi yang dapat menghasilkan ATP (Malcolm B. Wilkins,1989).

2.2. Klorofil
Klorofil adalah senyawa ester dan larut di dalam solvent organik.
Ekstraksinya dilakukan dengan menggunakan pelarut organik polar, khususnya
75

acetone dan alkohol. Kandungan klorofil bersifat tidak stabil dan lebih mudah rusak
bila terkena sinar, panas, asam dan basa. ( Abdul, 2008 ) .
Klorofil adalah pigmen hijau fotosintetis yang terdapat dalam tanaman, Algae
dan Cynobacteria.nama "chlorophyll" berasal dari bahasa Yunani kuno : choloros =
green ( hijau ), and phyllon = leaf ( daun ). Fungsi krolofil pada tanaman adalah
menyerap energi dari sinar matahari untuk digunakan dalam proses fotosintetis yaitu
suatu proses biokimia dimana tanaman mensintesis karbohidrat ( gula menjadi pati ),
dari gas karbon dioksida dan air dengan bantuan sinar matahari. ( Fransisco, 2000 )
. Klorofil pada tumbuhan ada dua macam yaitu klorofil a dan klorofil b.
Perbedaan kecil antara struktur kedua klorofil pada sel keduanya terikat pada
protein. Sedangkan perbedaan utama antar klorofil dan heme ialah karena adanya
atom magnesium ( sebagai pengganti besi ) di tengah cincin profirin, serta samping
hidrokarbon yang panjang, yaitu rantai fitol. ( Santoso, 2004 ) .
Kloroplas berasal dari proplastid kecil. Pada umumnya proplastid berasal
hanya dari sel telur yang tak terbuahi, sperma tak berperan disini. Proplastid
membelah pada saat embrio berkembang, dan berkembang menjadi kloroplas ketika
daun dan batang terbentuk. Kloroplas muda juga aktif membelah, khususnya bila
organ mengandung kloroplas terpanjang pada cahaya. Jadi, tiap sel daun dewasa
sering mengandung beberapa ratus kloroplas. Sebagian besar kloroplas mudah
dilihat dengan mikroskop cahaya, tapi struktur rincinya hanya bisa dilihat dengan
mikroskop elektron. ( Salisbury, 1995 ) .
Klorofil akan memperlihatkan fluoresensi, berwarna merah yang berarti
warna larutan tersebut tidak hijau pada cahaya yang diluruskan dan akan merah tua
pada cahaya yang dipantulkan. ( Noggle, 1979 ) .
Cahaya putih mengandung semua warna spektrum kasat mata dari merah-
violet, tetapi seluruh panjang gelombang unsurnya tidak diserap dengan baik secara
merata oleh klorofil. Mungkin untuk menentukan bagaimana efektifnya setiap
panjang gelombang diserap dengan menggunakan suatu larutan klorofil dengan
cahaya monokromatik ( cahaya berwarna satu ). ( Kimball, 2000 ) .
Makin pekat suatu larutan zat yang berwarna, makin banyak menyerap
cahaya, sehingga kelihatan makin gelap, adanya hubungan antara penyerapan
cahaya dengan konsentrasi larutan, merupakan prinsip dasar dari kegunaan
spektofotometer. Konsentrasi suatu larutan zat berwarna dapat pula diketahui
76

dengan mudah, berdasarkan harga absorbansinya ( OD = Optical Density ), karena


konsentrasi berhubungan secara linear dengan OD. Selain itu, dengan
menggunakan spektrofotometer spektronik 21 D dapat pula terbaca langsung
konsentrasi suatu larutan yang diukur. ( Ismail, 2011 ) .
Panjang gelombang cahaya matahari yang sampai di permukaan bumi
meliputi 310 hingga 2300 nm. Panjang gelombang 225 nm ( ultraviolet ) juga
diradiasi oleh matahari, tetapi λ ini adalah foton yang sangat tinggi energinya yang
berbahaya bagi banyak kehidupan, terhalang oleh selapis ozon di atmosfer paling
atas. Sinar lebih panjang dari 2500 nm ( 2,5 µ ) terutama dihilangkan oleh uap air
dan CO2 di atmosfir. Cahaya tampak merupakan sebagian kecil dari cahaya yang
sampai ke bumi. ( Sasmitamihardja, 1990 ) .

2.3 Spektrofotometer
Spektrofotometeradalah alat yang digunakan untuk
mengukurabsorbansidengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang
tertentu pada suatu obyek kaca ataukuarsayang disebut kuvet.Sebagian dari cahaya
tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan. Alat ini memiliki prinsip kerja
hasil penggabungan dari alat spektrometer dan fotometer. Spektrometer adalah alat
yang menghasilkan sinar dari spektrumdengan panjang gelombang tertentu.
Sedangkan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan
atau diabsorbsikan. Spektrometer memiliki alat pengurai seperti prisma yang dapat
menyeleksi panjang gelombang dari sinar putih. Pada fotometer terdapat filter dari
berbagai warna yang memiliki spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang
tertentu.
Spektrofotometer merupakan suatu alat/instrument yang dilengkapi dengan
sumber cahaya (gelombang elektromagnetik), baik cahaya UV (ultra-violet) atau pun
cahaya nampak (visible). Spektrofotometer mampu membaca/mengukur kepekatan
warna dari sampel tertentu dengan panjang gelombang tertentu pula. Alat ini
digunakan untuk mengukur konsentrasi beberapa molekul seperti DNA/ RNA (UV
light, 260 nm), protein (UV, 280 nm), kultur sel bakteri, ragi/ yeast (Vis light, 600 nm),
dan lain-lain. Sinar UV digunakan untuk mengukur bahan (larutan) yang terbaca
dengan panjang gelombang di bawah 400 nano meter (nm). Sedangkan visible light
bisa digunakan untuk mengukur bahan dengan panjang gelombang 400-700 nm.
77

Penyerapan sinar UV dan sinar tampak oleh molekul, melalui 3 proses yaitu
penyerapan oleh transisi elektron ikatan dan elektron anti ikatan, penyerapan oleh
transisi elektron d dan f dari molekul kompleks, dan penyerapan oleh perpindahan
muatan.
78

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Alat :
1. Timbangan Analitik
2. Mortar
3. Tabung reaksi
4. Centrifus
5. Spektrofotometer + Cuvet
3.2 Bahan :
1. Daun sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) dengan ketentuan:
a. berwarna hijau semua
b. berwana hijau dan putih (dominan hijau)
c. berwarna hijau dan putih (dominan putih)
d. berwarna putih semua
2. Aceton 80%
3.3. Prosedur Kerja :
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Mengambil daun sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) dengan warna hijau
semua sebanyak 5 gram, dengan warna daun dominan hijau sebanyak 4
gram, dengan warna dominan putih sebanyak 3 gr, dan dengan warna putih
sebanyak 2 gram.
3. Menghaluskan menggunakan mortar dengan menambahkan aseton
sebanyak 50 ml pada daun warna hijau, 40 ml pada daun warna dominan
hijau, 30 ml pada daun warna dominan putih, dan 20 ml pada daun warna
putih. (aseton dimasukkan setengah volume pada saat penggerusan daun
untuk membantu mempermudah penggerusan dan sisanya setelah daun
halus).
4. Memindahkan cairan klorofil ke dalam tabung reaksi dengan menyaring
cairan kemudian dimasukkan ke centrifus dan diputar dengan kecepatan 250
rpm selama 15 menit.
5. Mengambil supernatan ke dalam cuvet untuk diukur dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang 645 nm dan 663 nm.
79

6. Mendokumentasikan dengan kamera.


7. Mengamati hasil dari percobaan dan mencatatnya.
80

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

No. Sampel Absorbansi Klorofil a Klorofil b Total


klorofil

645 nm 663
nm
1. Daun a.1,994 a. 1,853 0, 1820465 0, 3699942 55, 18412
Hibiscus b.1,994 b. 1,855
rosa- c.1,997 c. 1,860
sinensis L.
berwarna
hijau
2. Daun a.1,929 a. 1,791 0,175118123 0,35377813 52,870532
Hibiscus b.1,911 b. 1,798
rosa- c.1,888 c. 1,761
sinensis L.
berwarna
hijau dan
putih
(dominan
hijau)
3. Daun a.0,453 a. 0,601 0, 0677039 0, 0788982 14, 65547
Hibiscus b.0,495 b. 0,666
rosa-
sinensisL.
berwarna
hijau dan
putih
(dominan
81

putih)

4. Daun a.0,111 a. 0,242 0, 0275479 0, 013729 4, 1266


Hibiscus b.0,107 b. 0,238
rosa-
sinensis L.
berwarna
putih

4.1.1 Analisis Data


1. * Rata-rata D645 = (1,994 + 1, 994 + 1, 997 ) ÷ 3
= 1, 995
*Rata-rata D663 = (1, 853 + 1, 855 + 1, 860) ÷ 3
= 1, 856
a.Klorofil a = (12, 7 × D663 – 2, 69 × D645) × (50 ÷ 5000) mg/g
= (12, 7 × 1, 856 – 2, 69 × 1, 995) × (50 ÷ 5000) mg/g
= (23, 5712 – 5, 36655) × 0, 01
= 18, 20465 × 0, 01
= 0, 1820465
b.Klorofil b = (22, 9 × D645 – 4, 68 × D663) × (50 ÷ 5000) mg/g
= (22, 9 × 1, 995 – 4, 68 × 1, 856) × (50 ÷ 5000)
= (45, 6855 – 8, 68608) × 0, 01
= 36, 99942 × 0, 01
= 0, 3699942
c.Total klorofil = klorofil a + klorofil b
= (20, 2 × D645) + (8, 02 × D663)
= (20, 2 × 1, 995) + (8, 02 × 1, 856)
= 55, 18412
2. *Rata-rata D645 = (1, 929 + 1, 911 + 1, 888) ÷3
= 1, 90933
*Rata-rata D663 = (1, 791 + 1, 798 + 1, 761) ÷ 3
= 1, 7833
82

a.Klorofil a = (12, 7 × D663 – 2, 69 × D645) × (40 ÷ 4000) mg/g


= (12, 7 × 1, 7833 – 2, 69 × 1, 90933) × (40 ÷ 4000)
= (22, 64791 – 5, 1360977) × 0, 01
= 0, 175118123
b.Klorofil b = (22, 9 × D645 – 4, 68 × D663) × (40 ÷ 4000) mg/g
= (22, 9 × 1, 90933 – 4, 68 × 1,7833) × (40 ÷ 4000)
= (43, 723657 – 8, 345844) × 0, 01
= 35, 377813 × 0, 01
= 0, 35377813
c.Total klorofil = klorofil a + klorofil b
= (20, 2 × D645) + (8, 02 × D663)
= (20, 2 × 1, 90933) + (8, 02 × 1, 7833)
= 38, 568466 + 14, 302066
= 52, 870532
3. *Rata-rata D645 = (0, 453 + 0, 492) ÷ 2
= 0, 474
*Rata-rata D663 = (0, 601 + 0, 666) ÷ 2
= 0, 6335
a.Klorofil a= (12,7 × D663 – 2,69 × D645) × (30 ÷ 3000) mg/g
= (12, 7 × 0, 6335 – 2, 69 × 0, 474) × (30 ÷ 3000)
= (8, 04545 – 1, 27506) × 0, 01
= 0, 677039
b.Klorofil b= (22,9 × D645 – 4,68 × D663) × (30 ÷ 3000) mg/g
= (22, 9 × 0, 474 – 4, 68 × 0, 6335) × (30 ÷ 3000)
= (10, 8546 – 2, 96478) × 0, 01
= 0, 0788982
c.Total klorofil = klorofil a + klorofil b
= (20, 2 × D645) + (8, 02 × D663)
= (20, 2 × 0, 474) + (8, 02 × 0, 6335)
= 9, 5748 + 5, 08067
= 14, 65547
4. *Rata-rata D645 = (0, 111 + 0, 107) ÷ 2
= 0, 109
83

*Rata-rata D663 = (0, 242 + 0, 238) ÷ 2


= 0, 24
a. Klorofil a = (12,7 × D663 – 2,69 × D645) × (20 ÷ 2000) mg/g
= (12,7 × 0, 24 – 2,69 × 0, 109) × (20 ÷ 2000) mg/g
= (3, 048 – 0, 29321) × 0,01
= 0, 0275479
b. Klorofil b = (22,9 × D645 – 4,68 × D663) × (20 ÷ 2000) mg/g
= (22,9 × 0, 109– 4,68 × 0, 24) × (20 ÷ 2000) mg/g
= (2, 4961 – 1, 1232) × 0, 01
= 0, 013729
c. Total klorofil = klorofil a + klorofil b
= (20, 2 × D645) + (8, 02 × D663)
= (20, 2 × 0, 109) + (8, 02 × 0, 24)
= 2, 2018 + 1, 9248
= 4, 1266

4.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan menggunakan daun Hibiscus
rosa-sinensis L. Dengan warna daun yang berbeda-beda, yaitu berwarna hijau,
berwarna putih, berwarna hijau dan putih (dominan hijau), berwarna hijau dan putih
(dominan putih). Masing-masing dari daun terseut diekstrak. Selanjutnya dilakukan
penentuan kadar klorofil dengan menggunakan alat yang disebut dengan
spektrofotometer.
Untuk menggunakan alat tersebut pertama kali diisi dengan aceton pada
cuvet yang nantinya akan dijadikan sebagai blanko atau indikator. Penggunaan
aceton ini karena pada saat penghalusan menggunakan bantuan aceton, jika pada
penghalusan menggunakan akuades maka yang digunakan pada saat pertama kali
penggunaan spektrofotometer adalah akuades. Setelah itu, isi cuvet lainnya dengan
ekstrak daun Hibiscus rosa-sinensis L. Yang ada. Masukkan satu cuvet berisi
ekstrak daun Hibiscus rosa-sinensis L. ditempat cuvet yang berisi aceton diletakkan
sebelumnya. Sedangkan cuvet yang berisi aceton dipindahkan pada posisi di atas
cuvet berisi ekstrak daun Hibiscus rosa-sinensis L.. Selanjutnya spektrofotometer
84

kembali dikolaborsikan lagi. Setelah pengkolaborasian selesai, maka dipilih panjang


gelombang yang diinginkan yang tertera pada monitor spektrofotometer. Klorofil
yang terkandung dalam ekstrak daun Hibiscus rosa-sinensis L. selanjutnya akan
diukur sesuai dengan panjang gelombang yang telah dipilih dan hasilnya akan
terlihat pada monitor.
Larutan ekstraksi dari klorofil ini memiliki warna hijau yang berasal dari
klorofil tumbuhan. Perkembangan kadar klorofil menyebabkan perbedaan warna
tersebut. Larutan berwarna dapat menyerap panjang gelombang tertentu (Suyitno,
2006). Setiap larutan akan menyerap panjang gelombang tertentu secara maksimal.
Angka serapan terbesar untuk panjang gelombang tertentu menggambarkan
panjang gelombang yang paling sesuai untuk larutan tersebut. Angka ini akan
tergantung dari jenis zat yang terlarut dan pelarutnya. Semakin banyak zat terlarut
akan menyerap panjang gelombang tertentu lebih besar. Namun larutan yang
berwarna hijau ini tidak efektif menyerap cahaya warna hijau sebab memiliki
pantulan cahaya yang sama dan memberikan efek yang berlawanan. Hal ini
didukung oleh (Lakitan, 2007) bahwa daun dari kebanyakan spesies menyerap lebih
dari 90% cahaya ungu dan biru, demikian pula untuk cahaya jingga dan merah.
Klorofil berwarna hijau merupakan bukti bahwa pigmen ini tidak efektif untuk
menyerap cahaya hijau. Cahaya hijau oleh klorofl dipantulkan atau diteruskan.
Penyerapan relatif untuk setiap panjang gelombang oleh pigmen dapat diukur
dengan spektrofotometer.
Pada setiap sampel daun, klorofil b memiliki kadar kadar yang lebih tinggi
dibandingkan dengan klorofil a, kecuali pada data ke-4 yaitu klorofil a lebih tinggi
dibandingkan dengan klorofil b. Semua tanaman hijau, sebagian besar klorofil
berada dalam dua bentuk, yaitu klorofil a dan klorofil b dengan perbandingan 3:1.
Klorofil a bersifat kurang polar dan berwarna biru-hijau, sedangkan klorofil b lebih
polar dan berwarna kuning-hijau (Suyitno, 2006).
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan , hasil menunjukkan
bahwa daun Hibiscus rosa-sinensis L. dengan warna hijau semuanya memiliki total
klorofil sebesar 55, 18412 ; klorofil a sebesar 0, 1820465; dan klorofil b sebesar 0,
3699942. Data dari daun Hibiscus rosa-sinensis L.berwarna hijau dan putih
(dominan hijau) memiliki total klorofil sebesar 52, 870532; klorofil a sebesar 0,
175118123; dan klorofil b sebesar 0, 35377813. Pada daun Hibiscus rosa-sinensis
85

L.berwarna hijau dan putih (dominan putih) memiliki total klorofil sebesar 14, 65547;
klorofil a sebesar 0, 0677039; klorofil b sebesar 0, 0788982. Dan pada daun
Hibiscus rosa-sinensis L.dengan semua bagiannya warna putih memiliki total klorofil
sebesar 4, 1266; klorofil a sebesar 0, 0275479; dan klorofil b sebesar 0, 013729.
Sehingga diperoleh data terbesar pada daun Hibiscus rosa-sinensis
L.dengan warna hijau, yaitu total klorofil sebesar 55, 18412 ; klorofil a sebesar 0,
1820465; dan klorofil b sebesar 0, 3699942. Sedangkan data terkecil pada daun
berwarna putih, yaitu total klorofil sebesar 4, 1266; klorofil a sebesar 0, 0275479;
dan klorofil b sebesar 0, 013729. Hal ini dikarenakan daun yang berwarna hijau
merupakan daun tua, sedangkan daun yang berwarna putih merupakan daun muda.
Pada hal ini, nutrisi yang jumlahya terbatas seringkali didistribusikan ke daun yang
lebih tua daripada ke daun yang lebih muda, sehingga kadar klorofil lebih tinggi pada
daun yang tua ( berwarna hijau) daripada yang muda (berwarna putih). Total klorofil
lebih banyak pada daun yang tua (berwarna hijau) karena kadar klorofil berdasarkan
tiap-tiap daun akan meningkat sejalan dengan bertambahnya umur daun.
Peningkatan tersebut sejalan dengan pertumbuhan dari daun muda menjadi
daun tua. Karena pada daun yang tua, tanaman masih melakukan biosintesis
klorofil. Berdasarkan struktur dan kandungan dari daun tua lebih banyak
membutuhkan nutrisi untuk keperluan hidup yakni sebagai sumber energi , maka
dapat dikatakan bahwa daun tua masih melakukan biosintesis klorofil, sedangkan
pada daun yang muda kandungan klorofilnya masih sedikit karena daun ini masih
belum banyak melakukan biosintesis klorofil. Dalam hal ini selain faktor internal,
perbedaan kandungan klorofi jugan dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal,
diantaranya yaitu intensitas cahaya; morfologi; dan luas permukaan daun. Besar
intensitas cahaya yang diterima atau diabsorpsi daun bergantung pada jumlah
klorofil yang dimiliki oleh daun tersebut.
86

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum tersebut, dapat disimpulkan bahwa:
a. Kadar klorofil merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
kecepatan fotosintesis pada tanaman sebab klorofil berfungsi sebagai
penangkap cahaya pada saat proses fotosintesis.
b. Kadar klorofil yang paling banyak terdapat pada daun yang berumur tua
(berwarna hijau) yaitu dengan total klorofil sebesar 55, 18412 ; klorofil a
sebesar 0, 1820465; dan klorofil b sebesar 0, 3699942. Sedangkan data
terkecil pada daun berwarna putih, yaitu total klorofil sebesar 4, 1266;
klorofil a sebesar 0, 0275479; dan klorofil b sebesar 0, 013729. Hal ini
dikarenakan pada daun yang tua penangkapan cahaya yang akan
diubah menjadi energi kimia lebih banyak bila dibandingkan dengan
penangkapan energi cahaya pada daun yang muda.
c. Faktor yang mempengaruhi kadar klorofil yaitu faktor internal berupa
umur; gen; hormon dan faktor eksternal berupa intensitas cahaya;
morfologi; dan luas permukaan daun.
d. Pada pengukuran kadar klorofil yang telah dilakukan menggunakan alat
spektrofotometer.
87

DAFTAR PUSTAKA

Lakitan. 2007. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.

Risfi Pratiwi Sutrisno. 2013. Laporan Praktikum Anatomi Fisiologi Tumbuhan.


http://risfipratiwisutrisno.blogspot.co.id/2013/07/laporan-praktikum-
anatomi.html?m=1. Diakses pada Minggu, 13 Nopember 2016 pukul 22. 48
WIB.

Suyitno. 2006. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan Lanjut. Yogyakarta. UNY.


88

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jaringan epidermis merupakan jaringan terluar pada setiap organ tumbuhan,
jaringan ini tersusun dari sel-sel yang merupakan modifikasi dari sel parenkim.
Jaringan epidermis menutupi seluruh tubuh tumbuhan mulai dari akar, batang, dan
daun. Biasanya epidermis hanya terdiri dari selapis sel yang berbentuk pipih dan
rapat. Fungsi jaringan epidermis adalah sebagai pelindung jaringan di dalamnya
serta sebagai tempat pertukaran zat. Jaringan epidermis daun terdapat di
permukaan atas dan permukaan bawah daun. Jaringan epidermis daun tidak
mempunyai kloroplas kecuali pada bagian sel penutup stomata (Arifin,2010)..
Stomata ini berfungsi sebagai jalan masuknya CO2 dari udara pada proses
fotosintesis, sebagai jalan penguapan (transpirasi), dan sebagai jalan pernapasan
(respirasi). Stomata sangat penting bagi kehidupan tumbuhan karena pori stomata
merupakan tempat terjadinya pertukaran gas dan air antara atmosfer dengan system
ruang antar sel yang berada pada jaringan mesofil di bawah epidermis. Hal ini
sangat menyebabkan stomata sangat berperan dalam proses transpirasi dan
fotosintesis (Arifin,2010)..
Stomata pada sebagian besar tumbuhan lebih terkonsentrasi pada
permukaan bagian bawah daun, yang dapat mengurangi transpirasi atau penguapan
karena permukaan bagian bawah menerima lebih sedikit cahaya matahari
dibandingkan dengan permukaan atas (Lestari, 2006)..
Stomata terdiri atas sel penjaga dan sel penutup yang dikelilingi oleh
beberapa sel tetangga. Mekanisme menutup dan membuka-nya stomata tergantung
dari tekanan turgor sel tanaman, atau karena perubahan konsentrasi
karbondioksida, berkurangnya cahaya dan hormon asam absisat (Lestari, 2006)..
Sel yang mengelilingi stomata atau biasa disebut dengan sel tetangga
berperan dalam perubahan osmotik yang menyebabkan gerakan sel penutup. Sel
penutup letaknya dapat sama tinggi, lebih tinggi atau lebih rendah dari sel epidermis
lainnya. Bila sama tinggi dengan permukaan epidermis maka yang lainnya disebut
faneropor, sedangkan jika menonjol atau tenggelam di bawah permukaan disebut
89

kriptopor. Setiap sel penutup mengandung inti yang jelas dan kloroplas yang secara
berkala menghasilkan pati. Dinding sel penutup dan sel penjaga sebagian berlapis
lignin (Arifin,2010).
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukannya pengamatan tentang
stomata pada daun tanaman.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum tentang Stomata
1. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana bentuk dari stomata yang
terbuka dan tertutup
2. Mahasiswa dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi membuka dan
menutup stomata.
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin,14 November 2016 pada pukul 10.50-
12.20 WIB di Laboratorium Biologi Fakultas Pertanian, Universitas Pembangunan
Nasional “VETERAN” Jawa Timur
90

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stomata
Stomata adalah bukaan pada epidermis yang sebagian besar terdapat pada
bawah daun dan meregulasi pertukaran gas. Stomata dibentuk oleh kedua sel
epidermis yang terspesialisasi yang disebut sebagai sel penjaga yang meregulasi
besarnya diameter stomata (Lestari, 2006).
Kekurangan air di dalam jaringan tanaman dapat disebabkan oleh
kehilangan air yang berlebihan pada saat transpirasi melalui stomata dan sel lain
seperti kutikula atau disebabkan oleh keduanya. Namun lebih dari 90% transpirasi
terjadi melalui stomata di daun. Selain berperan sebagai alat untuk penguapan,
stomata juga berperan sebagai alat untuk pertukaran CO2 dalam proses fisiologi
yang berhubungan dengan produksi. Stomata terdiri atas sel penjaga dan sel
penutup yang dikelilingi oleh beberapa sel tetangga. Mekanisme menutup dan
membuka-nya stomata tergantung dari tekanan turgor sel tanaman, atau karena
perubahan konsentrasi karbondioksida, berkurangnya cahaya dan hormon asam
absisat. Stomata berperan penting sebagai alat untuk adaptasi tanaman terhadap
cekaman kekeringan. Pada kondisi cekaman kekeringan maka stomata akan
menutup sebagai upaya untuk menahan laju transpirasi. Senyawa yang banyak
berperan dalam membuka dan menutupnya stomata adalah asam absisat (ABA).
ABA merupakan senyawa yang berperan sebagai sinyal adanya cekaman
kekeringan sehingga stomata segera menutup. Mekanisme membuka dan menutup
stomata pada tanaman yang toleran terhadap cekaman kekeringan sangat efektif
sehingga jaringan tanaman dapat menghindari kehilangan air melalui
penguapan atau transpirasi (Lestari, 2006).
Intensitas cahaya yang optimal akan mempengaruhi aktivitas stomata untuk
menyerap CO2, makin tinggi intensitas cahaya matahari yang diterima oleh
permukaan daun tanaman, maka jumlah absorpsi CO2, relatif makin tinggi pada
kondisi jumlah curah hujan cukup, tetapi pada intensitas cahaya matahari diatas
50% absorpsi CO2mulai konstan. (Nasaruddin, 2002).
Kepadatan stomata dapat ditunjukkan dengan kondisi perubahan konsentrasi
karbondioksida. Karbondioksida dan intensitas cahaya merupakan adalah satu-
91

satunya faktor yang diketahui dapat digunakan untuk mengendalikan perkembangan


stomata dari sel epidermis. Efek dari karbondioksida, pada pertumbuhan daun dapat
diketahui dengan mengukur indeks stomata (IS), yang menggambarkan rasio antara
banyaknya stomata dengan jumlas sel pada permukaan daun (Johnson et.al., 2002).
Aktivitas stomata terjadi karena hubungan air dari sel-sel penutup dan sel-sel
pembantu. Bila sel-sel penutup menjadi turgid dinding sel yang tipis menggembung
dan dinding sel yang tebal yang mengelilingi lobang (tidak dapat menggembung
cukup besar) menjadi sangat cekung, karenanya membuka lobang. Oleh karena itu
membuka dan menutupnya stomata tergantung pada perubahan-perubahan
turgiditas dari sel-sel penutup, yaitu kalau sel-sel penutup turgid lobang membuka
dan sel-sel mengendor pori/lobang menutup (Halim, 2009)
2.2 Mekanisme Membuka dan Menutup Stomata
Stomata membuka karena meningkatnya pencahayaan (dalam batas
tertentu) dan peningkatan cahaya menaikkan suhu daun sehingga air menguap lebih
cepat naiknya suhu membuat udara mampu membawa lebih banyak kelembaban
sehingga transpirasi meningkat dan akan mempengaruhi bukaan stomata. (Salisbury
dan Ross, 1995).
Stomata akan membuka jika kedua sel penjaga meningkat. Peningkatan
tekanan turgor sel penjaga disebabkan oleh masuknya air kedalam sel penjaga
tersebut. Pergerakan air dari satu sel ke sel lainnya akan selalu dari sel yang
mempunyai potensi air lebih tinggi ke sel ke potensi air lebih rendah. Tinggi
rendahnya potensi air sel akan tergantung pada jumlah bahan yang terlarut (solute)
didalam cairan sel tersebut. Semakin banyak bahan yang terlarut maka potensi
osmotic sel akan semakin rendah. Dengan demikian, jika tekanan turgor sel tersebut
tetap, maka secara keseluruhan potensi air sel akan menurun. Untuk memacu agar
air masuk ke sel penjaga, maka jumlah bahan yang terlarut di dalam sel tersebut
harus ditingkatkan (Lakitan, 1993).
92

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum tentang stomata ini yaitu :
 Mikroskop
 Pinset
 Isolasi
 Gunting
 Kaca preparat
 Kamera
3.2 Bahan
Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu :
 Kuteks
 Daun Jagung(Monokotil)
 Daun Nangka(Dikotil)
3.3 Prosedur Kerja
Adapun proses kerja dalam praktikum ini yaitu,
1. Mengambil daun ( masing-masing dari kelas Monokotil dan Dikotil )
2. Mengolesi kuteks kuku pada permukaan bawah daun dan biarkan sampai
kering.
3. Mempelkan isolasi di permukaan daun yang telah di lapisi kuteks
4. Melepaskan isolasi secara hati-hati menggunakan pinset
5. Menempelkan isolasi pada preparat
6. Mengamati stomata dibawah mikroskop dan hitung jumlahnya
7. Mendokumentasikan gambar stomata dengan kamera
93

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


1. Stomata Daun Nangka

Daun nangka bagian bawah

2. Stomata Daun Jagung

Stomata jagung bagian bawah

4.2 Pembahasan
Dalam praktikum kali ini kami mengamati stomata pada daun nangka dari
kelas dikotil dan stomata pada daun jagung dari kelas monokotil, bagian stomata
yang diambil yaitu bagian atas daun dan bagian bawah daun.
Berdasarkan hasil pengamatan stomata pada bagian bawah,lebih banyak
yang tertutup hal ini dikarenakan oleh dua factor yakni ketersediaan air serta
94

intensitas cahaya yang ditangkap oleh daun, daun bagian atas akan lebih banyak
mendapatkan suplai sinar matahari dibandingkan dengan daun bagian bawah
permukaan daun.
Stomata dapat membuka dan menutup berdasarkan pada ketentuan tertentu
untuk berlangsungnya aktifitas tersebut. Hal ini di pengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah adanya faktor turgiditas. Turgiditas ini merupakan kandungan air
yang dapat mempengaruhi kerja stomata. Stomata akan terbuka apabila terdapat
kandungan air yang sangat melimpah (Tjitrosoepomo, 2007).
Stomata tumbuhan pada umunnya membuka pada saat matahari terbit dan
menutup pada sat hari geklap hingga memungkinkan masuknya CO2 yang
diperlukan untuk fotosintesis pada siang hari. Umumnya proses pembukaan
memerlukan waktu satu jam dan penutupan berlangsung secara bertahap sepanjang
sore. Stomata menutup lebih cepat jika tumbuhan akan ditempatkan dalam gelap
secara tiba – tiba. Terbukanya stomata pada siang hari tidak terhambat jika
tumbuhan itu berada dalam udara tanpa karbondioksida yaitu keadaan fotosintesios
tidak dapat terlaksana (Tjitrosoepomo, 2007).

a. Daun Nangka
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Urticales
Famili : Moraceae (suku nangka-nangkaan)
Genus : Artocarpus
Spesies : Artocarpus heterophyllus Lam
Nangka merupakan tanaman yang berdaun tunggal, tersebar, bertangkai
1-4 cm, helai daun agak tebal seperti kulit, kaku, bertepi rata, bulat telur terbalik
sampai jorong (memanjang), 3,5-12 × 5-25 cm, dengan pangkal menyempit sedikit
demi sedikit, dan ujung pendek runcing atau agak runcing. Daun penumpu bulat
95

telur lancip, panjang sampai 8 cm, mudah rontok dan meninggalkan bekas serupa
cincin.
Dari hasil pengamatan stomata yang terdapat pada bagian bawah daun
nangka ,stomata yang tertutup lebih banyak dari stomata yang terbuka. Hal ini
dikarenakan cahaya yang mengenai bagian bawah daun kurang sempurna.

b. Daun Jagung
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
Pada daun jagung (Zea mays) yang merupakan tumbuhan monokotil yang
hidup di daratan memiliki bentuk stomata yang memanjang dengan bagian ujung
membesar, berdinding tipis, dan berbentuk kecil dibagian tengah yang membuktikan
bahwa pada daun jagung terdapat modifikasi epidermis berupa stomata yang
berbentuk halter (memanjang). Selain itu daun jagung memiliki tipe stomata yang sel
penjaga sejajar dan stomatanya tersusun berderet sejajar dengan permukaan
epidermis.
Pada pengamatan bagian bawah daun jagung dengan menggunakan
mikroskop terlihat bahwa stomata menutup,bentuk stomata bulat memanjang dan
stomata tersusun rapi atau tidak menyebar.
96

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, stomata pada daun dapat membuka jika
suplai air pada daun mencukupi serta intensitas cahaya matahari yang ditangkap
oleh daun tanaman mencukupi dan stomata pada daun dapat tertutup jika tanaman
tidak mendapat suplai air yang cukup serta tidak mendapatkan energi sinar matahari
atau cahaya yang cukup.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi mekanisme membuka dan
menutupnya stomata yaitu air dan cahaya.
97

DAFTAR PUSTAKA

Arifin. 2010. STOMATA.http://iman56.blogspot.com/2010/10/perbedaan-tanaman-c3-


c4-dan-cam.html Diakses tanggal 28 November 2016.

Gardner, Franklin. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta : UI Press.

Halim, A. 2009. Mekanisme Kerja, Biosintesis, dan Peranan Stomata Dalam


Metabolisme. <http://agushalim.blogspot.com/>. Diakses tanggal 28 November
2016

Jati, Wijaya. 2007. Biologi Interaktif. Jakarta : Ganeca Exact.

Lestari, E.G. 2006. Hubungan antara kerapatan stomata dengan ketahanan kekeringan
pada Somaklon Padi Gajahmungkur, Towuti, dan IR 64. Jurnal Biodiversitas 7(1):
44-48.

Nasaruddin. 2002. Aktivitas beberapa proses fisiologis tanaman kakao muda di lapang
pada berbagai naungan buatan. Jurnal Agrisistem.

Salisbury, F.B, dan C.W. Ross. 1995. Plant Physiology (Fisiologi Tumbuhan, alih
bahasa: D.R. Lukman dan Sumaryono). ITB, Bandung.

Salisburry, Frank B. 1998. Photosynthesis 6 thEdition. Cambridge University


Press.London.

Tjitrosoepomo, Gembong. 2007. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada


University Press.
98

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suatu sel mengorganisasi molekul organik kecil menjadi polimer. Sel
memompa bahan melintasi membrane, banyak sel berpindah dan menubah
bentuknya. Sel tumbuh dan berproduksi. Dalam memenuhi kehidupannya
tersebut tumubuhan melakukan respirasi (rachmadiarti,F,dkk:2007). Proses
mendapatkan energi melalui respirasi dilakukan dengan katabolisme
(pemecahan molekul besar menjadi molekul yang lebih sederhana), misalnya
karbohidrat menjadi molekul yang lebih kecil, yaitu karbondioksida dan uap air.
Sehingga reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
C 6 H1206 + 6H20 6CO 2 + 6H 2 O + Energi
Dari reaksi di atas, dapat di lihat bahwa karbondioksida dan uap air
merupakan produk dari proses respiras. Proses ini berawal dari glukosa yang di
pecah dari suatu rangkaian reaksi enzimatis, sehingga beberapa beberapa
energi di bebaskan dan di ubah menjadi bentuk ikatan phospat bertenaga tinggi
(ATP) dan sebagian lagi hilang sebagai panas. Reaksi enzimatis dalam repirasi
berlangsung dalam suhu rendah dan pemecahan molekul senyawa organic
berlangsung bertahap. Semakin besar CO2 yang di hasilkan maka dapat di
pastikan bahwa kecepatan respirasinya semakin besar pula. Respirasi
merupakan rangkaian dari 50 atau lebih reaksi komponen, masing masing
dikatalis oleh enzim yang berbeda. (Rachmadiati,F,dkk:2007 ) kecepatan respirsi
ini di pengaruhi oleh faktor faktor yang berhubungan dengan enzim enzim karena
respirasi merupakan rangkaian reaksi enzimatis. Serta di pengaruhi oleh faktor
faktor lain, yaitu faktor dalam dan faktor luar. Yang termasuk faktor dalam adalah
umur tanaman dan kosentrasi substrat respirasi yang tersedia, sedangkan yang
termasuk faktor luar adalah suhu (temperature), cahaya, konsentrasi ogsigen
diudara, konsentrasi karbon dioksida, tersedianya air serta adanya luka pada
tumbuhan.
1.2 Tujuan Praktikum
Membuktikan bahwa proses respirasi memerlukan O2 dan di hasilkan
CO2.
99

1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Kegiatan Praktikum Biologi Umum Pengamatan Sel dilaksanakan pada hari
senin tanggal 05 september 2016, pukul 10.40–12.30 WIB. Bertempat di
Laboratorium Bioteknologi jurusan agroteknologi Fakulatas pertanian Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Surabaya.
100

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Respirasi


Respirasi dapat diartikan sebagai proses yang di lakukan oleh organisme
untuk menghasilkan energi dari hasil metabolisme. Ada dua ,macam respirasi
yaitu respirasi eksternal (luar) dan respirasi internal (dalam). Respirasi luar
(bernafas) meliputi proses pengambilan O2 dan pengeluaran CO2 dan uap air
antara organisme dengan lingkungan. Respiarasi internal di sebut juga
pernapasan seluler karena pernapasan ini terjadi di dalam sitoplasma dan
mitokondria. Respirasi seluler melalui tiga tahap, yaitu glikolisis, siklus krebs dan
transfer elektron (pratiwi, 2004).
Respirasi adalah proses katabolisme yang merupakan mekanisme
oksidasi zat organik yang di lakukan sel hidup untuk menghasilkan energi. Energi
yang dihasilkan di pergunakan untuk berbagi aktifitas hidup, seperti transpor aktif
melalui membran sel, sintesis zat organik, aktifitas syaraf dan gerak (john
H,2004) katabolisme adalah penguraian atau pemecahan senyawa kompleks
menjadi senyawa yang lebih sederhana untuk menghasilakan energi. Proses
katabolisme yang terjadi pada makhluk hidup antara lain respirasi aerob
(desimilasi) dan fermentasi atau respirasi anaerob (pernapasan intra molekul).
Tahapan respirasi terdiri atas glikolisis, siklus krebs, dan rantai transpor elektron.
Glikolisis terjadi di luar mitokondria, yaitu pada matrik sitoplasma (sitosol).
Adapun siklus krebs dan rantai transpor elektron terjadi di dalam mitokondria
(karmana,2007).
2.2 Respirasi aerob dan anaerob
2.2.1 Respirasi aerob
Respirasi aerob adalah penguraian bahan makanan dengan
menggunakan oksigen bebas untuk menghasilkan energi. Tahapan respirasi
aerob terdiri dari glikolisis, siklus krebs, dan rantai tranpor elektron. Respirasi
aerob yang membutuhkan oksigen dan udara, sebagai berikut:
C6H1206 + 602 = 6CO2 +6H20 + 675 kal (john H, 1992)
Glikolisis merupakan proses pengubahan molekul sumber energi. Dalam
hal ini, memiliki 3 atom C. Proses glikolisis berlangsung dalam sitoplasma secara
anaerob. Secara ringkas pada proses glikolisis terjadi reaksi sebagai berikut:
Glukosa asam piruvat + energi (karmana, 2007)
101

2.2.1.1 Siklus krebs


Siklus krebs atau daur krebs merupakan siklus yang terjadi setelah
glikolisis. Pada siklus krebs , asam piruvat hasil glikolisis akan memasuki
mitokondria. Di dalam mitokondria. Terjadi rangkaian reaksi seperti pada bagan
berikut:
1. Asam piruvat yang berasal dari proses glikolisis masuk ke siklus krebs
bereaksi dengan NAD+ dan koenzim A atau KoA. Selanjutnya terbentuk
senyawa asetil-KoA. Pada peristiwa ini CO2 dan NADH di bebaskan
sehingga terjadi perubahan jumlah atom C yaitu dari 3c (asam piruvat)
menjadi 2c (asetil KoA).
2. Kemudian, terjadi reaksi antara asetil-KoA (2c) dan oksaloasetat (4c)
sehingga terbentuk asam sitrat (6c). Pada peristiwa ini, KoA di bebaskan
kembali.
3. Setelah terjadi dua kali reaksi hidrolisis, terbentuk asam isositrat. Reaksi
antara asam sitrat(6c) dan NAD+ menghasilkan asam alfa
ketoglutarat(5c) dan membebaskan CO2
4. Peristiwa berikutnya adalah pembentukan asam suksinat (4c) yang di
hasilkan setelah bereaksi dengan NAD+ dan membebaskan NADH serta
CO2. Setelah itu, dihasilkan pula ATP setelah terjadi reaksi dengan ADP
dan asam fosfat anorganik.
5. Asam suksinat yang terbentuk kemudian bereaksi dengan FAD sehingga
terbentuk asam fumarat (4c) dan membebaskan FADH2. Asam fumarat
kemudian mengalami reaksi hidrolisis menjadi asam malat.
6. Asam malat kemudian bereaksi dengan NAD+ sehingga terbentuk asam
oksaloasetat (4c) dan membebaskan NADH. Setelah asam oksaloasetat
akan kembali bereaksi dengan asetil –KoA. (karmana, 2007)
2.2.1.2 Rantai transpor elektron
Rantai transpor elektron terjadi dalam ruang intermembran mitokondria.
Sistem ini berperan membentuk energi selama oksidasi dari enzim pereduksi.
Rantai transpor elektron merupakan sistem yang kompleks dan melibatkan
NADH,FD dan molekul-molekul lainnya. Berikut penguraian sistemnya.
1. Enzim dehidrogenase mengambil hidrogen dari NADH yang merupakan
substrat dan hidrogen mengalami ionisasi. NADH dari matriks mitokondria
masuk ke dalam sistem rantai transpor elektron.
102

2. NADH dioksidasi menjadi NAD+ dengan memindahkan ion hidrogen


kepada flora protein (FP) atau flarin mononukleotida (FMN) atau FAD
yang bertindak sebagai pembawa ion hidrogen. Dari flora protein atau
FAD, setiap proton atau hidrogen di keluarkan ke matriks sitoplasma
untuk membentuk H2O.
2.2.2 Respirasi Anaerob
Merupakan pemecahan molekul kompleks/ senyawa organic menjadi
senyawa sederhana tanpa menggunaka oksigen. Merupakan respirasi yang tidak
menggunakan oksigen. Merupakan respirasi yang tidak menggunakan oksigen
sebagai peneriama ion hidrogen. Berdasarkan hasil akhir, fermentasi di bedakan
menjadi:
2.2.2.1 Fermentasi Alkohol
Piruvat diubah menjadi etanol (etil alkohol) dalam dua langkah. Langkah
pertama melepaskan karbondioksida dari piruvat, yang diubah menjadi senyawa
asetaldehida karbon dua. Dalam langkah ke dua, asetildehida direduksi oleh
NADH menjadi etanol. Ini meregenerasi pasokan NAD+ yang di butuhkan untuk
glikolisis. Fermentasi alkohol oleh ragi, suatu jamur (fungus), di gunakan dalam
pembuatan bir dan anggur. Banyak bakteri yang melakukan fermentasi alkohol
dalam kondisi anaerobik (campbell, 1999)
2.2.2.2 Fermentasi Asam Laktat
Piruvat direduksi langsung oleh NADH untuk membentuk laktat sebagai
produk limbahnya tanpa melepas CO2(laktat merupakan bentuk terionisasi dari
asam laktat). Fermentasi asam laktat oleh fungi dan bakteri tertentu di gunakan
dalam industri susu untuk membuat keju, yoghurt. Aseton dan methanol (methil
alkohol) merupakan beberapa produk samping fermentasi mikroba jenis lain yang
penting secara komersial (campbell, 1999).
103

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat
1) Tabung reaksi
2) Sekrup
3.2 Bahan
1. Biji kacang tanah
2.Fenol red
3.Kapas
4.Yeast
5.Gula
3.3 Prosedur Kerja
Menyiapkan alat dan bahan
1) Memasukkan sekrup ke dalam tabung reaksi
2) Memasukkan fenol red ke dalam tabung reaksi (jangan sampai
melebihi tinggi sekrup)
3) Mencelupkan kertas hisap ke dalam larutan gula dan yeast
4) Memasukkan kertas hisap tersebut ke dalam tabung reaksi
5) Meletakkan nya di atas sekrup (jangan sampai terkena fenol red)
6) Memasukkan 3 buah biji kacang tanah ke dalam tabung reaksi (di atas
kertas hisap)
7) Menutup tabung reaksi secara rapat dengan kapas
8) Menunggu selama 30 menit
9) Mendokumentasikan hasil
10)Mencatat hasil pengamatan
104

. BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Warna fenol red Perubahan warna
No Sampel
(awal) fenol red
1 Perlakuan kontrol Merah Merah
Larutan yeast dan gula
Endapan berwarna
(tanpa dipanaskan)
2 Merah kuning (orange
dengan biji kacang
muda)
tanah

4.2 Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan fenol
red sebagai indicator, kita dapat mengetahui respiran pada tumbuhan. Hal ini
dapat kita ketahui dengan perubahan warna pada fenol red. Pada praktikum
tersebut menggunakan tabung reaksi yang diisi dengan sekrup dan fenol red.
Kemudian, dimasukkan kertas hisap. Selanjutnya dimasukkan 3 biji kacang tanah
dan ditutup dengan kapas dengan rapat. Setelah itu, dibiarkan selama 30 menit.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa pada
perlakuan control tidak terjadi perubahan warna ada fenol red (tetap berwarna
merah). Sedangkan pada perlakuan larutan yeast+gula (dipanaskan) dan 3 biji
kacang tanah, teradi perubahan pada fenol red yaitu merah menjadi kuning pada
endapannya. Hal ini membuktikan bahwa biji kacang tanah melakukan respirasi.
Adanya perubahan warna fenol red dikarenakan dalam pengujian zat sisa
CO2 dalam respirasi yaitu CO2 hasil respirasi yang ditambahkan dengan air dan
fenol red maka akan bereaksi membentuk HCO3- dan menghasilkan warna
orange muda. Berikut reaksinya :
CO2 + H2O + Phenol Red -> HCO3- + Kompleks Warna Orange
Selain itu, fungsi dari kertas hisap yang dibasahi dengan larutan yeast
dan gula adalah sebagai media tumbuhnya mikroorganisme yang akan
melakukan respirasi.
Biji kacang tanah mengalami respirasi, dikarenakan sebagai proses
metabolism dan persiapan untuk proses perkecambahan. Sesuai dengan
(Suyitno,2009) yang menjelaaskan bahwa proses respirasi dapat terjadi pada
setiap makhluk hidup tidak terkecuali pada mikroorganisme. Namun, proses
respirasi tidak dapat terjadi pada makhluk hidup yang sudah mati.
I. Diskusi
1) Apa fungsi fenol red?
Jawab :
Sebagai indikasi/indikator apakah terjadi respirasi atau tidak.
105

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
a) Setiap makhluk hidup melakukan respirasi
b) Respirasi menghasilkan CO2 dan air serta membutuhkan O2
c) Fenol red merupakan indikator untuk pengujian respirasi
106

DAFTAR PUSTAKA

Vanila Chyntia Maharani 2015, Pengamatan Jaringan Hewan


http : //vanilachintiamaharani.blogspot.co.id/2015/06/respirasi-dan-
fotosintesis.html.

Anda mungkin juga menyukai