Anda di halaman 1dari 10

Nama : Sal Shabia Azura T

NIM : 041711433120

QUIZ TM 7

1. Jelaskan perbedaan cara perhitungan untuk funding di bank konvensional dan bank
syariah!
Bank konvensional :
Strategy pricing bank konvensional menggunakan pendekatan accrual basis, sehingga
deposan memperoleh pendapatan sesuai dengan kesepakatan awal (rate of return) walaupun
kinerja bank dalam kondisi baik atau buruk. Dalam perhitungan produk pendanaannya
menggunakan funding rate, BI rate, average bank rate dan free based income rate yang akan
digunakan untuk membentuk spread yang akan ditambahkan pada lending rate.
Bank syariah :
Strategy pricing bank menggunakan pendekatan cash basis, artinya besar kecilnya bagi hasil
bagi deposan sangat bergantung atau ditentukan oleh kinerja bank dalam mengelola dana-
dana investor sehingga tidak diperkenankan menetapkan pricing fixed di depan
(predetermined). Harga produk perbankan syariah pada sisi pendanaan terdiri atas nisbah
bagi hasil produk deposito dan tabungan mudharabah mutlaqah, bonus produk giro dan
tabungan wadi’ah, margin untuk produk murabahah serta fee produk deposito mudharabah
muqayadah.

2. Jelaskan perbedaan cara perhitungan untuk financing di bank konvensional dan bank
syariah!
Bank konvensional :
Pada bank konvensional istilah pricing pembiayaan adalah base lending rate dengan
menetapkan return / bagi hasil di depan (rate of return). Komponen penentu harga
pembiayaan bank konvensional antara lain :
a. Cost of fund : biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dana dan cadangan (RR)
didasarkan dana termahal dan terbaru atas bunga efektif deposito dan tingkat bunga di
pasar uang dan antar bank
b. Overhead cost : terdiri dari Direct Cost, Transaction Cost, Decpreciation of Fixed Asset.
OHC dipengaruhi oleh tingkat efisiensi dan economic of scale. Metode menghitungnya
dengan cara survey dibeberapa cabang untuk mengetahui berapa jumlah jam kerja, space
ruangan yang dipakai dan berbagai macam perlatan inventaris atau biaya operasi lainnya
untuk setiap produk.
c. Provision cost : penyisihan cadangan untuk mengantipasi terjadi kredit macet
d. Risk premium : didasarkan atas sektor pembiayaan
e. Spread/Profit Margin : dasar perhitungan profit margin adalah target spread yang ada
dalam budget. Memperhatikan tingkat persaingan, klasifikasi nasabah dan jenis sector
usaha yang dibiayai
f. Cost of capital : Biaya modal yang diperlukan
g. Pajak : berupa pajak penghasilan bank baik final maupun tidak final
Bank syariah :
Beberapa komponen seperti GWM, Cash in save, Provision, risk premium, OHC, COC tetap
dilakukan, yang membedakan dengan bank konvensional adalah representasi harga hasil
pricing. Untuk produk berbasis jual-beli representasi harganya berupa tingkat margin,
sementara untuk produk berbasis bagi hasil representasi harganya adalah nisbah bagi hasil.
Hal ini juga setelah pendapatan yang disesuaikan dengan benchmarking baik terhadap bank
konvensional maupun syariah

3. Apa yang dimaksud spread di dalam strategi dalam bank konvensional? Dan apa
persamaannya/padanan di bank syariah?
Selisih antara biaya dana (Borrowing Rate) dengn tingkat bunga kredit (Lending Rate) atau
pendapatan pokok bank yang menentukan berapa besarnya pendapatan bersih. Dalam bank
syariah padanan spread adalah marjin karena memiliki makna tingkat keuntungan yang
diinginkan, walaupun marjin sendiri memiliki arti yang lebih spesifik yaitu perbedaan
tingkat risiko antara kedua jenis suatu investasi atau surat berharga.

4. Diketahui Bunga deposito 5%, bunga tabungan 3%, bunga giro 1%. Ditentukan oleh
ALCO Cost of Fund sebesar 4%. Jika reserve requirement (GWM) : 5% Cash 3%,
OHC 3%, Provision 1%, Risk Premium 1%, Cost of Capital 1%, berapakah Cost of
Money dan berapakah Base Landing Rate jika spread adalah 5%?
Diketahui :
Cost of fund : 4%
GWM : 5%
Cash : 3%
OHC : 3%
Provision, Risk premium, Cost of capital : 1%
Spread : 5%
Jawab :
COF =4%

COLF (GWM 5% Cash 3%) = ( 100−8


1
X 4 ) X 100 = 4,35 %

OHC =3%
Provision =1%
Risk Premium =1%
Cost of capital =1%+
Cost of money = 10,35 %
Spread = 5 %+
Base Lending Rate = 15,35%

5. Berikut adalah data untuk menghitung:


a. Margin Pembiayaan 20%
b. GWM 5% Cash 3%
c. OHC 3%
d. Provision 1%, Risk Premium 1%, dan Cost of Capital 1%
e. Hitunglah Gross Profit Distribution jika Nisbah (Profit Sharing Ratio) 60%
Nasabah, dan 40% Bank! Serta hitunglah return bagi nasabah dan bank!

Diketahui :

Margin Pembiayaan : 20%


GWM : 5%

Cash : 3%

OHC : 3%

Provision : 1 %

Risk Premium : 1 %

Cost of Capital : 1%

Jawab :

Margin pembiayaan = 20%

Less of GWM 5% & Cash 3% ( ( 100 %−8 % ) X 20 % ) X 100 = 18,4 %

OHC =3%

Provision =1%

Risk Premium =1%

Cost of Capital = 1 %-

Gross Profit Distribution = 12,4 %

Return Nasabah = ( 60% x 12,4 %) = 7,44 %

Spread Bank = (40% x 12,4%) = 4,96 %

6. Tn. Faris bermaksud membeli rumah seharga 550 juta. Faris memiliki dana 250 juta.
Untuk kekurangannya Faris ke Bank Syariah menggunakan akad murabahah. Jika
Bank Syariah menetapkan Margin 5% pertahun, dan pembayaran dilakukan selama
10 tahun, hitunglah berapa cicilan perbulan yang dibayar Faris?
Diketahui :
HPM = Rp. 550.000.000
DP = Rp. 250.000.000
Margin bank = 5%
Jangka waktu cicilan = 10 tahun = 120 bulan
Jawab :
HPM = Rp. 550.000.000
DP = Rp. 250.000.000-
Dibayar bank = Rp. 300.000.000
Margin bank = 10 x 5% x Rp. 300.000.000 = Rp. 150.000.000
Harga Jual Bank = Rp. 300.000.000 + Rp. 150.000.000 = Rp. 450.000.000
Angsuran/ bulan = Rp. 450.000.000 : 120 = Rp. 3.750.000/bulan

7. Download laporan keuangan bank syariah dan analisa:


a. Hitung rasio kecukupan modal bank syariah tsb, apakah sudah aman atau tidak,
bandingkan dengan ketentuan BI!
b. Berapa rasio kredit (NPF)? Apakah aman dibandingkan dengan ketentuan BI
tentang hal tersebut?
c. Bagaimana analisa saudara dengan adanya isu COVID19 saat ini bagi perbankan
dalam waktu satu bulan kedepan?
a. Modal = modal inti + modal pelengkap + cadangan umum PPAP
Modal inti = modal disetor + cadangan umum + 50% laba tahun berjalan – rugi tahun
lalu

= 4.858.057 + 63.668 + 50% x 67.870 – 185.559

= Rp4.770.101

Modal pelengkap = Surat berharga

= Rp800.000

cadangan umum PPAP = (1,25% dari ATMR)

ATMR = ATMR risiko kredit + ATMR risiko pasar + ATMR risiko Operasional

= 19.619.346 + 27.762 + 3.364.984

= Rp23.012.092

Cadangan umum PPAP = 1,25% x Rp23.012.092 = Rp287.651


Modal = 4.770.101 + 800.000 + 287.651 = Rp5.857.752

CAR = Rp5.857.752 : Rp23.012.092 = 20,36%

*perhitungan diatas dalam juta

Analisis : BRIsyariah memiliki rasio kecukupan modal (CAR) yang positif sebesar yaitu
20,36%, rasio CAR saat ini terbilang cukup baik jauh melebihi ketentuan minimal dari
Bank Indonesia sebesar 8%. Hal ini membuktikan bahwa kemampuan perbankan
BRIsyariah baik dalam menghadapi kemungkinan risiko kerugian.

b. NPF = (Pembiayaan (kurang lancar, diragukan, macet) : total pembiayaan) x 100%

2019 = ((268 + 1.735 + 1.007 + 106.843 + 10.026 + 387.356) : ( 407.246 +


11.019.873)) x 100%

= (Rp507.235 : Rp11.427.119) x 100% = 4,44 %

*perhitungan diatas dalam juta

Analisis : BRIsyariah memiliki rasio Non Performing Financing (NPF) sebesar 4,44%,
rasio NPF saat ini terbilang sehat karena masih dibawah ketentuan maksimal dari Bank
Indonesia sebesar 5% (peringkat 2). Hal ini membuktikan bahwa kemampuan perbankan
BRIsyariah masih memiliki sistem perbankan yang sehat dan dapat dipercaya.
Diharapkan kedepannya perbaikan NPF bisa dilakukan sembari secara paralel terus
menguatkan ekspansi bisnis. Namun demikian, dalam konteks ekpansi perlu
dipertimbangkan prospek ekonomi ke depan yang sepertinya akan berat baik dari
perspektif nasional maupun internasional.

c. Kejadian pandemi Corona mengakibatkan sentiment negatif dalam pasar global.


Walaupun dalam jangka pendek diperkirakan tidak akan berdampak signifikan terhadap
penyaluran dan risiko kredit orientasi ekspor dan impor, namun dalam hal jangka
panjang akan membawa dampak kinerja bank sebagai intermediasi dan risiko kredit. Hal
ini dibuktikan dengan pemotongan suku bunga oleh The Fed, penurunan GWM oleh
Bank Indonesia yang semula 8% menjadi 4%. Penurunan suku bunga The Fed bertujuan
sebagai perlindungan yang diakibatkan perang perdagangan yang menyebabkan
perlambatan pertumbuhan ekonomi, manajemen risiko ancaman penurunan
perekonomian dan mengatur inflasi. Dengan penurunan GWM bank mampu membiayai
kegiatan ekspor impor sekaligus kompensasi eksportir dan importir dalam menghadapi
biaya impor. Upaya ini untuk meningkatkan likuiditas sekaligus mengurangi tekanan di
pasar valuta asing, karena eksportir dan importir utama Indonesia ialah China yang
paling terkena dampak pandemi Corona sehingga Indonesia dapat mempertahankan
stabilitas ekonomi, mendorong momentum pertumbuhan ekonomi, serta mempercepat
reformasi struktural. Untuk risiko kredit sendiri Corona membawa dampak penurunan
kualitas kredit dan meningkatnya kredit macet dikarenakan terhentinya atau
terhambatnya produktivitas produsen karena mulai kehabisan persediaan produksi. Hal
ini membuat perbankan untuk meningkatkan cadangan yang akan membawa dampak
penurunan CAR.

Lampiran laporan keuangan

Anda mungkin juga menyukai