: Anisa Anggraeni
Kelas
: Akuntansi S1/B
NPM
: 2402213046
Semester
: 3 (Tiga)
=X%
=X%+
=X%
4. Risk
=X%+
=X%
6. Spread/Mark Up
=X%+
7. BLR
=X%
= Rp 34.300.000
= Rp 427.500.000
Overhead cost
= Rp 17.617.000
= Rp 13.893.750
= Rp 2,106%
Rp 34.300.000
COLF =
= x 100%
= 8,023%
Rp. 427.500.000
2. OVERHEAD COST ( OHC )
Rp 17.617.000
OHC =
= x 100%
= 4,121%
Rp. 427.500.000
3. RISK
Rp 13.393.000
RISK =
= x 100%
Rp. 427.500.000
= 8,023%
= 4.121%
3. Cost of Money
= 12,144%
4. Risk
= 3,250% +
= 15,394%
= 8,023%
6. Spread/Mark UP
= 2,106% +
7. BLR
= 17,500%
eksternal antara lain factor lingkungan baik itu lingkungan kehidupan social,
lingkungan pekerjaan maupun lingkungan pergaulan.
Contoh: A adalah seorang pria dewasa yang telah menikah dan memiliki dua
orang anak. A seorang yang aktif dalam kegiatan beragama maka indikasi awal
yang dapat dilihat adalah bahwa A orang yang sholeh dan dapat dipercaya.
b.Capacity
Penilaian bank atas kemampuan calon debitur dalam bidang usahanya dan
atau kemampuan manajemen debitur, sehingga bank yakin bahwa usaha yang akan
dibiayai dengan kredit tersebut dikelola oleh orang-orang yang tepat/benar.
Beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam menilai capacity nasabah, antara
lain:
a)
(past performance.
b)
Pendekatan finansial, yaitu menilai kemampuan keuangan calon
debitur
c)
d)
e)
c.Capital
Adalah kondisi kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan yang dikelolanya.
Hal ini bisa dilihat dari neraca, laporan rugi-laba, struktur permodalan, ratio-ratio
keuntungan yang diperoleh seperti return on equity, return on investment. Dari
kondisi di atas bisa dinilai apakah layak calon pelanggan diberi pembiayaan, dan
beberapa besar plafon pembiayaan yang layak diberikan.
Secara umum bilamana modal sendiri besar, akan mendorong keseungguhan
nasabah untukmenjalankan usaha, dan menyelesaikan kewajibannya. Hal ini karena
nasabah ikut menanggung risiko apabila usahanya mengalami kegagalan. Kecukupan
modal bervariasi untuk masing-masing industri, misalnya industri berskala besar,
membutuhkan modal yang lebih besar.
d.Collateral
Adalah jaminan yang mungkin bisa disita apabila ternyata calon debitur
benar-benar tidak bisa memenuhi kewajibannya .Collateral diperhitungkan paling
akhir, artinya bilamana masih ada suatu kesangsian dalam pertimbanganpertimbangan yang lain, maka bisa menilai harta yang mungkin bisa dijadikan
jaminan. Pada hakikatnya bentuk collateral tidak hanya berbentuk kebendaan bisa
juga collateral tidak berwujud, seperti jaminan pribadi (bortogch), letter of guarantee,
rekomendasi. Penilaian terhadap collateral ini dapat ditinjau dari 2 (dua) segi yaitu :
a) Segi ekonomis yaitu nilai ekonomis dari barang-barang yang akan digunakan.
b) Segi yuridis apakah agunan tersebut memenuhi syarat-syarat yuridis untuk
dipakai sebagai agunan.
e.Condition Of Economy
yang diberikan juga perlu mempertimbangkan kondisi ekonomi yang
dikaitkan dengan prospek usaha calon debitur. Ada suatu usaha yang sangat
tergantung dari kondisi perekonomian, oleh karena itu perlu mengaitkan kondisi
ekonomi dengan usaha calon debitur.
Permasalahan mengenai Condition of economy erat kaitannya dengan faktor
politik, peraturan perundang-undangan negara dan perbankan pada saat itu serta
keadaan lain yang mempengaruhi pemasaran seperti Gempa bumi, tsunami, longsor,
banjir dsb.
Sebagai contoh beberapa saat yang lalu terjadi gejolak ekonomi yang bersifat
negatif dan membuat nilai tukar rupiah menjadi sangat rendah, hal ini menyebabkan
perbankan akan menolak setiap bentuk kredit invenstasi maupun konsumtif.
Beberapa hal yang dapat digunakan dalam melakukan analisa condition of economy,
antara lain:
a) Peraturan pemerintah pusat dan daerah
b)
Situasi politik dan perekonomian dunia dan domestic
c)
Kondisi lain yang mempengaruhi pemasaran.
3.Jelaskan jenis/model pembebanan suku bunga!
Jawab:
Bunga adalah biaya yang harus dibayar atas pinjaman yang diterima dan
imbalan atas investasinya. Pembebanan jenis suku bunga oleh bank adalah dengan
memperhatikan jenis kredit yang dibiayai, kemudian juga yang menjadi
pertimbangan oleh Bank dalam menentukan pembebanan suku bunga adalah tingkat
resiko dari masing-masinga jenis kredit. Tedapat 3 jenis model pembebanan suku
bunga yang sering dilakukan oleh Bank. Adapun jenis suku bunga yang dimaksud
adalah sebagai berikut:
a. Flate Rate
Flate Rate merupakan perhitungan suku bunga yang tetap setiap periode,
sehingga jumlah angsuran (cicilan) setiap periode pun tetap sampai pinjaman
tersebut lunas. Perhitungan jenis suku bunga model ini adalah dengan
mengalikan % bunga per periode dikali dengan pinjaman. Metode flat rate ini
sering digunakan oleh Bank Perkreditan Rakyat dan atau beberapa lembaga
pembiayaan.
Kelebihan dari metode pembebana bunga rate ini adalah cara perhitungan
angsuran perbulan sangat sederhana dan mudah di mengerti, sehingga nasabah
juga melakukan perhitungan sendiri.
b. Sliding Rate
c. Annuity (efektif)
angsuran yang kita bayar kepada pihak pemberi kredit tidak berubah selama
jangka waktu yang telah ditetapkan sebelumnya. Akan tetapi walaupun komposisi
besarnya angsuran pokok dengan angsuran bunga akan berbeda setiap bulannya.
Tetapi mengahasilkan jumlah total angsuran yang sama setiap bulannya, dimana
angsuran pokok akan semakin besar sedangkan angsuran bunga akan semakin
mengecil.
Rumus yang digunakan untuk mengetahui besarnya angsuran perbulan sbb :
Ket:
i = Suku bunga
m = Jumlah periode pembayaran
PT Marindo memperoleh fasilitas kredit dari BRI senilai Rp 18.000.000,jangka waktu kredit adalah 1 tahun (12 bulan), bunga kredit dikenakan sebesar
14% per tahun. Disamping itu PT Marindo juga dikenakan biaya administrasi
sebesar Rp 360.000,- dan biaya provisi dan komisi 1%.
1) Angsuran per bulan yang harus dibayar oleh PT.Marindo jika BRI
menggunakan metode Flate Rate.
2) Jika menggunakan metode Sliding Rate
Jawaban :
1) Menghitung jumlah suku bunga dengan metode flate rate maka terlebih
dahulu perlu dihitung jumlah pokok pinjaman yang harus dibayar oleh
PT.Marindo .
a) Pokok pinjaman = jumlah pinjaman : jumlah angsuran
= Rp 18.000.000 : 12
= Rp 1.500.000
b) Suku bunga
= % x pinjaman : tahun
= 14% x Rp 18.000.000 : 12
= Rp 210.000,
Jadi angsuran dengan metode flate rate adalah :
Pokok pinjaman
Rp 1.500.000,-
Suku bunga
Rp
210.000,-
Jumlah angsuran perbulan Rp 1.710.000,2) Dengan metode sliding rate pokok pinjaman (PP) tetap sama dan yang
berbeda adalah perhitungan suku bunganya sebagai berikut:
a) Pokok pinjaman = jumlah pinjaman : jumlah angsuran
Rp 18.000.000,- : 12 = Rp 1.500.000,b) Untuk suku bunga dihitung dengan menggunakan sisa pinjaman seperti
berikut ini :
Bulan ke-1
Bunga = 14% x Rp 18.000.000,- : 12 x 1 = Rp 210.000,Pokok pinjaman
= Rp 1.500.000,Jumlah angsuran bulan ke-1 adalah
= Rp 1.710.000,Bulan ke-2
Bunga = 14% x Rp 16.500.000,- : 12 x 1 = Rp 192.000,Pokok pinjaman
= Rp 1.500.000,Jumlah angsuran bulan ke-2 adalah
= Rp 1.692.000,Dan seterusnya sampai bulan ke-12 dengan menghitung sisa pinjaman
setelah diangsur.
Maka didapatkan besar angsuran yang harus dibayar setiap bulan Rp.
415.983,94
Analisa tabelnya sebagai berikut :