Anda di halaman 1dari 15

Menghitung dan Mengambil Keputusan Terkait Struktur Modal dan

Leverage

Dosen Pengampu: Dr. Risnaningsih , SE., MSA., (HumBis)

Kelompok 11:
1. Diana Susila Wati (2020110138)
2. Yuliana R. Nggaji (2020110129)
3. Angelina Goven Kilok (2020110136)
4. Gerardus Lige Maran (2017110084)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
A.
A. Pengertian Struktur Modal dan Leverage
Struktur Modal Adalah Perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal
sendiri yang digunakan perusahaan. Keputusan struktur modal akan memengaruhi nilai
saham dan earning per share perusahaan. Sedangkan Leverage merupakan alat untuk
mengukur seberapa besar perusahaan tergantung pada kreditur dalam membiayai aset
perusahaan. Perusahaan yang mempunyai tingkat leverage yang tinggi berarti sangat
tergantung pada pinjaman luar untuk membiayai asetnya.

B. Bagian-bagian Dalam Menghitung dan Mengambil Keputusan Terkait Struktur


Modal dan Leverage

1. Risiko Bisnis dan Keuangan

a) Risiko Bisnis
Risiko Bisnis merupakan risiko yang berkaitan dengan ketidakpastian dari
keputusan investasi suatu perusahaan dimasa mendatang dan diukur melali simpangan
baku dari laba sebelum bunga dan pajak atau disebut EBIT.

 Jenis-jenis Risiko Bisnis


1) Risiko Strategik
Risiko strategik adalah risiko atau ketidakpastian yang diakibatkan dari kurang
matangnya strategi dalam menjalankan bisnis.
Contohnya: bisnis Aqua yang dahulu sempat tidak diterima pasar karena bisnisnya
hanya menjual air putih yang ditempatkan dalam kemasan. Namun sekarang siapa
yang tak kenal perusahaan tersebut?
2) Risiko Kepatuhan
Risiko kepatuhan berarti risiko atau ketidakpastian yang disebabkan karena
ketidakpatuhan terhadap peraturan, regulasi atau hukum yang ditetapkan
pemerintah setempat secara tertulis maupun tidak tertulis.
Risiko kepatuhan dalam berbisnis contohnya di suatu daerah melarang kegiatan
bisnis yang bertema dengan permainan anak seperti playstation karena dapat
menyebabkan anak malas belajar.

3) Risiko Operasional
Risiko operasional lebih mengarah pada sebuah kegagalan yang sangat tidak
diharapkan dan biasanya terjadi dalam kegiatan sehari-hari dalam perusahaan.
Hal itu dapat terjadi karena beberapa kegagalan teknis, seperti server yang sudah
error, perseorangan (karyawan) maupun proses pada kegiatan operasional
perusahaan.
Dalam beberapa kasus, risiko operasional biasanya memiliki lebih dari satu
penyebab. Sebagai contoh, salah satu karyawan Anda yang menulis jumlah salah
dalam sebuah cek atau pembukuan keuangan perusahaan.
Angka yang ditulis seharusnya Rp10.000.000 (sepuluh juta rupiah). Akan tetapi,
tertulis sebesar Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

4) Risiko Financial
Risiko finansial biasanya adalah lebih mengacu secara khusus terhadap arus masuk
dan keluar uang dalam perputaran bisnis.
Sebagai contoh, ANN memiliki perusahaan yang sebagian besar pemasukan
perusahaan berasal dari sejumlah klien besar yang melakukan proses pembayaran
produk dengan sistem kredit jangka waktu yang cukup lama.
5) Risiko Reputasional
Reputasi dapat dibilang sebagai nama baik perusahaan. Jika nama baik perusahaan
hancur atau reputasinya buruk tentu hal tersebut akan menyebabkan risiko reputasi
dengan kerugian yaitu ketidak percayaan pelanggan terhadap bisnis.
Jika reputasi perusahaan rusak, maka akan melihat kerugian dalam waktu singkat,
seperti klien yang tentu akan mulai ragu berbisnis dengan kita.
Lalu pekerja yang bekerja di perusahaan akan menurun moralnya bahkan akan
memutuskan untuk pergi meninggalkan perusahaan.

b) Risiko Keuangan
Risiko keuangan adalah risiko yang dampak kerugiannya dapat dinilai atau diukur
dengan uang.
Berdasarkan jangka waktu, risiko keuangan dapat terbagi menjadi risiko jangka
pendek dan risiko jangka panjang.
Risiko jangka pendek alias kebutuhan-kebutuhan yang muncul secara tidak terduga
dalam jangka pendek. Selanjutnya adalah risiko jangka panjang yaitu keadaan tak
terduga yang menyebabkan kerugian finansial dalam jangka panjang.

Selain berdasarkan jangka waktu, risiko keuangan juga dapat diklasifikasikan


sebagai berikut:
1) Risiko murni dan spekulatif
Risiko murni adalah suatu risiko yang apabila terjadi akan menimbulkan kerugian
secara murni, contohnya jika kendaraan mogok atau rusak sehingga tidak dapat
digunakan untuk bekerja. Sementara risiko spekulatif adalah suatu risiko yang
berpotensi menimbulkan kerugian akibat kemungkinan terjadinya keuntungan yang
sangat kecil. Contohnya adalah seseorang yang berinvestasi hanya sekedar
mengikuti trend tanpa mengetahui karakteristik dan risiko produk investasi yang
dipilih.

2) Risiko khusus dan fundamental


Risiko khusus adalah suatu risiko yang terjadi hanya bersifat pribadi dan
dampaknya dirasakan secara lokal saja, contohnya adalah kebakaran pada rumah
hanya dirasakan oleh orang yang memiliki rumah dan lingkungan di sekitar rumah
yang terbakar tersebut. Sedangkan risiko fundamental adalah suatu risiko yang
apabila terjadi dampak kerugiannya bisa sangat luas atau bersifat katastropik,
contohnya adalah bencana alam yang melanda suatu wilayah. Dalam kedua contoh
tersebut salah satu instrumen yang dapat Sobat Sikapi gunakan untuk mengelola
risiko tersebut adalah memiliki asuransi properti.

3) Risiko statis dan dinamis


Risiko statis merupakan risiko yang tidak dipengaruhi oleh keadaan ekonomi,
seperti kemungkinan kehilangan harta benda karena kebakaran, dan pencurian.
Sebaliknya risiko dinamis adalah segala bentuk risiko kerugian akibat perubahan
dalam ekonomi, seperti fluktuasi pada nilai mata uang, nilai saham, maupun inflasi.
Berbeda dengan risiko lainnya yang dapat diasuransikan, risiko dinamis merupakan
jenis risiko yang tidak dapat diasuransikan. Hal yang dapat dilakukan untuk
mengantisipasi risiko dinamis adalah dengan melakukan diversifikasi aset dan
instrumen investasi, misalnya dengan mengombinasikan aset dalam bentuk
properti, emas, saham, obligasi, dan reksa dana.

c) Perbedaan antara Risiko Bisnis dan Risiko Keuangan


1) Ketidakpastian yang disebabkan karena laba yang tidak mencukupi dalam bisnis
karena perusahaan tidak mampu membayar biaya pada waktunya dikenal sebagai
resiko bisnis. Resiko keuangan adalah risiko yang berasal dari peggunaan dana
utang oleh entitas.
2) Risiko bisnis dapat dievaluasi oleh fluktuasi dalam penghasilan sebelum bunga dan
pajak. Risiko keungan dapat diperiksa dengan bantuan pengali levearge dan rasio
hutang terhadap aset.

2. Struktur Modal Yang Optimal


Struktur Modal yang optimal adalah kombinasi utang dan ekuitas yang akan
memaksimalkan harga saham. Struktur modal yang dapat memaksimalkan harga saham
adalah struktur modal yang dapat meminimalkan WACC. Dalam struktur modal Nilai
perusahaan dimaksimumkan (V) ketika biaya modal (ra) diminimumkan struktur modal
optimal.
V = [EBIT x (1 – T)]/ ra = NOPAT/ra

Dalam memilih struktur modal yang optimal Sasaran manager keuangan adalah
memaksimumkan kekayaan pemilik, bukan profit.
Kekayaan para pemilik sebagaimana tercermin dalam nilai saham yang diestimasi yang
akan menyajikan kreiteria untuk memilih struktur modal terbaik.
Tidak ada cara praktis untuk menghitung struk-tur modal optimal, beberapa analisis
kuantitatif struktur modal harus dikaitkan dengan pertimbangan-pertimbangan penting
lainnya.
Alternatif Dana dari luar dapat dilakukan dengan: utang (Debt Financing) meningkatnya
ketergantungan kepada pihak luar dan meningkatnya risiko keuangan mengeluarkan
saham baru (External Equity Financing) cost mahal (biaya modalnya mahal, karena harus
membayar deviden) Namun dalam kondisi bagaimanapun, jangan mempunyai jumlah
utang lebih besar dari modal sendiri.

 Teori Struktur Modal


1) Teori pendekatan Tradisional yang menyatakan nilai perusahaan tidak terpengaruh
oleh struktur modal. Kemudian tahun 1958 teori struktur modal modern dimulai
ketika prof. Modigliani dan Merton Miller yang menyatakan tidak ada hubungannya
antara nilai perusahaan dan biaya modal dengan struktur modal.
2) Hasilnya, struktur modal optimal teoritikal didasarkan pada keseimbangan manfaat
& biaya pembelanjaan utang. Manfaat pembelanjan uang: perlindungan pajak.
Biaya pembelanjaan utang dihasilkan dari:
a) Probabilitas kebangkrutan meningkat yang disebabkan oleh kewajiban2 utang.
b) Biaya agensi pihak yang meminjamkan, membatasi tindakan2 perusahaan.
c) Biaya-biaya yang berkaitan dengan para manager yang memiliki informasi lebih
tentang prospek perusahaan daripada para investor. Utang, Bunga, Pajak, ri =
rd x (1 – T).
Probabilitas kebangkrutan, karena ketidak-mampuan untuk memenuhi
kewajiban2 sesuai dengan level risiko bisnis & risiko keuangan.
 Penentuan Struktur Modal
Penentuan struktur modal akan melibatkan pertukaran antara risiko dan pengembalian
(return):
Menggunakan utang dalam jumlah yang lebih besar akan meningkatkan risiko yang
ditanggung pemegang saham. Namun di sisi lain, Menggunakan lebih banyak utang
pada umumnya akan meningkatkan perkiraan pengembalian (return) atas ekuitas.

 Jenis-jenis Modal
Aktiva, Hutang lancer, Hutang jangka panjang, Modal Pemegang saham.
Dalam modal pemegang saham dapat di bagi dalam tiga bagian yaitu:
1) Saham preferen
2) Saham biasa
3) Laba ditahan
4) Modal Pinjaman Sendiri

3. Tingkat Leverage
Leverage merupakan suatu kemampuan dari sebuah perusahaan dengan mengandalkan
aset atau dana. Aset atau dana itu, mempunyai beban dalam merealisasikan tujuan
perusahaan sehingga dapat membuat kekayaan dari pemilik perusahaan aatau pemegang
bertambah secara maksimal.
a) Jenis-jenis Tingkat Leverage
1) Leverage Operasi
Leverage Operasi penggunaan potensial atas biaya-biaya operasi tetap untuk
memperbesar efek perubahan-perubahan dalam penjualan atas EBIT perusahaan
Leverage operasi adalah pengaruh biaya tetap operasional terhadap kemampuan
perusahaan untuk menutup biaya tersebut.
Leverage Operasi sampai sejauh mana biaya tetap digunakan dalam operasi suatu
perusahaan.
Tingkat leverage operasi atau Degree of Operating Leverage (DOL) adalah
persentase perubahan dalam laba operasi (EBIT) yang di sebabkan perubahan
satu persen dalam output (penjualan)
DOL= prosentase perubahan EBIT prosentase perubahan Sales Revenues = % Δ
EBIT % Δ SR
Dimana:
EBIT = Earning Before Interest and Tax = Laba Bersih sebelum Bunga dan Pajak
SR = Sales Revenue = Pendapatan Penjualan
Leverage operasi: penggunaan potensial atas biaya2 operasi tetap untuk
memperbesar efek perubahan2 dalam penjualan atas EBIT perusahaan.
Indikator leverage operasi: DOL
1. DOL = ∆EBIT/ ∆SR
2. DOL pada level penjualan Q= [Q x (P – VC)]/ [Q x (P – VC) – FC].
Keterangan:
Q = Kuantitas yang terjual = Volume penjualan
P = Harga per unit
VC = Variabel Cost = Biaya Variabel per unit (untuk DOL kuantitas)
VC = Variabel Cost = Biaya Variabel Total (untuk DOL penjualan)
FC = Fixed Cost = Biaya tetap
S = Sales = Penjualan

2) Leverage Keuangan
Leverage keuangan: penggunaan potensial atas biaya2 keuangan tetap untuk
memper-besar efek2 perubahan2 dalam EBIT pada EPS perusahaan.
Biaya keuangan tetap: bunga atas utang & dividen saham preferen.
Indikator leverage keuangan (DFL):
1. DFL = ∆EPS/ ∆EBIT.
2. DFL pada level EBIT = EBIT/ {EBIT – I – [PD/(1-T)]}.

3) Leverage Total
Leverage total: penggunaan potensial atas biaya2 tetap, operasi & keuangan,
untuk memperbesar efek2 atas perubahan dalam penjualan pada EPS perusahaan.
Indikator leverage total (DTL):
1. DTL = ∆EPS/ ∆SR.
2. DTL pada level penjualan Q = [Q x (P – VC)/ {Q x (P – VC) – FC – I – [PD/(1
– T)]}.
3. DTL = DOL x DFL.
b) Tujuan dan manfaat Leverage
 Untuk menanggapi posisi perusahaan mengenai kewajiban kepada bagian
lainnya.
 Untuk menilai keselarasan antara nilai modal khususnya modal tetap dengan
dana.
 Untuk menilai seberapa besar modal perusahaan dibebankan oleh hutang.
 Untuk menilai seberapa besar dampak utang perusahaan mengenai manajemen
modal.

4. Analisis Likuiditas dan Arus Kas


a) Pengertian Analisis Likuiditas
Likuiditas adalah gambaran posisi uang kas dan kemampuan suatu
perusahaan untuk melunasi tau membayar kewajiban utang sesuai pada waktu jatuh
tempo yang telah disepakati. Analisis likuiditas ini merupakan hasil pembagian khas
dan aset lancar lainnya dengan pinjaman jangka pendek dan kewajiban lancar.

 jenis-jenis Likuiditas
1) Current Ration
Rasio ini untuk menilai kecukupan aktiva lancar perusahaan untuk melunasi
kewajiban jangka pendek atau utang lancarnya yang dipakai dalam perhitungan
akuntansi sesuai jenis jenis laporan keuangan. Jika perbandingan aktiva lancar
dengan utang lancar bernilai tinggi maka kemampuan perusahaan juga tinggi
untuk melunasi utang lancarnya. Jika rasio lancar (current rasio) menunjukkan
perbandingan 1:1 atau 100% berarti aktiva lancar bisa melunasi kewajiban jangka
pendek.
2) Quick Ration
Quick Ratio dipakai untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jangka pendek dengan memakai aktiva lancar, namun tanpa persediaan
karena persediaan butuh waktu lama untuk diubah menjadi uang dibandingkan
aset lainnya. Quick asset meliputi piutang dan surat-surat berharga. Semakin
besar nilai rasio maka kondisi perusahaan semakin baik. Jika rasio sebesar 1:1
atau 100% maka ini likuiditas perusahaan baik. jika terjadi masalah likuiditas
maka perusahaan akan mudah untuk mengubah aktiva menjadi uang untuk
membayar kewajiban (utang).

3) Cash Ratio
Cash Ratio digunakan untuk mengukur ketersediaan uang kas untuk melunasi
kewajiban (utang) jangka pendek. Uang kas bisa berbentuk rekening giro. Jika
rasio sebesar 1:1 atau 100% berarti perbandingan kas atau setara kas dengan
utang akan semakin baik sehingga perusahaan bisa melunasi utang sesuai jatuh
tempo atau sebelum jatuh tempo.

4) Ration Perputaran Cash


Rasio Perputaran Kas menampilkan perbandingan nilai penjualan bersih terhadap
modal kerja bersih. Modal kerja bersih berupa semua komponen aktiva lancar
dikurangi total utang lancar. Rasio ini juga untuk mengetahui seberapa besar
penjualan untuk modal kerja yang dimiliki perusahaan.

5) Working Capital to Total Asset Ratio


Rasio ini dipakai untuk menilai likuiditas dengan menghitung total aktiva dan
posisi modal kerja. Hakikat akuntansi sangat berpengaruh pada rasio jenis ini.
a) Arus kas
Arus Kas adalah laporan yang dikembangkan dengan berdasarkan pada prinsip
kas, dimana semua transaksi akan dicatat bila terdapat arus kas masuk dan keluar.
Laporan arus kas berdasarkan sumber dan pengguanaanya dikelompokan menjadi
3 yaitu:
1) aktivitas operasi (operating activities)
Aktivitas operasi adalah laporan arus kas yang terdiri dari kegiatan operasional
perusahaan dan dapat diperoleh dengan memasukkan nilai dari pengaruh
kas/bank pada transaksi yang dilibatkan dalam penentuan laba bersih.
2) Aktivitas investasi (investing activities)
Aktivitas investasi ini berkaitan dengan aktivitas arus kas yang dihasilkan dari
penjualan ataupun pembelian aktiva tetap.
Atau kegiatan memasukkan nilai dari transaksi yang mempengaruhi kas atau
bank untuk kegiatan investasi pada aset yang umurnya diperkirakan lebih dari
satu tahun.
3) Aktivitas pendanaan (financing activities)
aktivitas pendanaan merupakan aktivitas kas yang berasal dari penambahan
modal perusahaan.
Untuk menghitung aktivitas ini, Anda dapat memasukkan nilai penambahan atau
pengurangan kas yang berasal dari kewajiban jangka panjang dan ekuitas
pemilik.

 Sumber-sumber Arus Kas


1) Laba bersih
2) Penurunan dalam aset
3) Peningkatan dalam liabilitas
4) Penyusutan dan biaya non kas lainnya
5) Penjualan saham
Daftar Pustaka

https://slideplayer.info/slide/2799193_sttruktur_modal_dan_leverage

https://slideplayer.info/slide/2559129/Analisis_leverage

https://www.jurnal.id/id/blog/jenis-risiko-bisnis/

https://sikapuangmu.ojk.go.id/Front/LiterasiPerguruanTinggi/book/book4/reader.h
tml#bab1

https://kamus.tokopedia.com/a/analisis-likuiditas/

https://youtu.be/0UB06FVxBQE/menganalisis-arus-kas

http://indahfarah1.blogspot.com/2016/11/leverage-struktur-modal-kebijakan.htm|?
m=1

Anda mungkin juga menyukai