Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Resiko adalah suatu ketidakpastian dimasa yang akan datang tentang kerugian.
Risiko ialah kewajiban memikul kerugian yang disebabkan karena suatu kejadian di
luar kesalahan salah satu pihak.Ada dua aspek yang perlu dipertimbangkan pleh
manajemen keuangan dalam pengambilan keputusan keuangan, yaitu tingkat
pengembalian (return) dan resiko (risk) keputusan keuangan tersebut. Tingkat
pengembalian adalah imbalan yang diharapkan diperoleh di masa mendatang,
sedangkan risiko diartikan sebagai ketidakpastian dari imbalan yang diharapkan.
Risiko adalah kemungkinan terjadinya penyimpangan dari rata-rata dari tingkat
pengembalian yang diharapkan yang dapat diukur dari standar deviasi dengan
menggunakan statistika. Suatu keputusan keuangan yang lebih beresiko tentu
diharapkan memberi imbalan yang lebih besar, yang dalam keuangan dikenal dengan
istilah “high risk high return”. Untuk mengukur risiko relatif digunakan koefisien
variasi, yang menggambarkan risiko perunit imbalan yang diharapkan yang
ditunjukkan oleh besarnya standar deviasi dibagi tingkat pengenbalian yang
diharapkan. Resiko bisnis berkaitan dengan ketidakpastian tingkat pengembalian atas
aktiva suatu perusahaan di masa mendatang, yang mengacu pada variabilitas
keuntungan yang diharapkan sebelum bunga dan pajak (EBIT). Risiko bisnis
merupakan akibat langsung dari keputusan investasi perusahaan, yang tercermin
dalam struktur aktivanya. yang dimaksud dengan risiko bisnis dalam hal ini adalah
tingkat risiko aktiva perusahaan jika perusahaan tidak menggunakan hutang. Jika
manajemen perusahaan dapat memanfaatkan dana yang berasal dari hutang untuk
memperoleh laba operasi yang lebih besar dari beban bunga, maka penggunaan
hutang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan dan akan meningkatkan return
bagi pemegang saham.  Sebaliknya, jika manajemen tidak dapat memanfaatkan dana
secara baik, perusahaan mengalami kerugian.

B. Latar belakang Masalah

1. Apakah yang dinamakan resiko itu?


2. Apa saja jenis resiko?
3. Apakah pengertian dari pengembalian?

c. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang investasi
serta hubungan antara risiko dan pengembalian yang bvertujuan untuk meningkatkan
pendapatan suatu perusahaan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Risiko

Kata risiko berasal dari bahasainggris “risk”, yang artinya berarti ketidakpastian dari pada
kerugian (uncertainly of loss).

Risiko dalamberbagai bentuk dan sumbernya merupakan komponen yang tak terpisahkan
darisetiap aktivitas. Hal ini dikarenakan masadepan merupakan sesuatu yang sangat sulit
diprediksi. Tidak ada seorang pundidunia ini yang tahu dengan pasti apa yang akan terjadi
dimasa depan, bahkanmungkin satu detik kedepan. Selalu ada elemen ketidak pastian yang
menimbulkanrisiko.

Ada dua istilah yang sering dicampuradukkan yaitu ketidakpastian dan risiko. Sebagian
orang menganggapnya sama.Sebagian lagi menganggapnya berbeda. Disini yang
membedakan kedua istilahtersebut karena pengelolaannya berbeda. Ketidakpastian mengacu
pada pengertianrisiko yang tidak diperkirakan (unexpected risk), sedangkan istilah risiko
itusendiri mengacu kepada risiko yang diperkirakan (expected risk).

• Menurut kamus ekonomi, risiko adalah kemungkinan mengalami kerugian atau kegagalan
karena tindakan atau peristiwa tertentu.

• Menurut Herman Darmawan (2006:1) risiko senantiasa ada karena mengenanya dengan
kemugkinan akan terjadi akibat buruk atau akibat yang merugi, seperti kemungkinan
kehilangan, cidera, kebakaran, dan lain sebagainya.

• Resiko menurut wikipedia indonesia adalah bahaya yang dapat terjadi akibat dari sebuah
proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang.

• Dalam bidang asuransi, risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan ketidak pastian,
dimana jika terjadi suatu keadaan yang tidak di kehendaki dapat menimbulkan kerugian.

• Definisi risiko yang tepat dilihat dari sudut pandang Bank adalah, exposure terhadap
ketidakpastian pendapatan. Sedangkan Philip Best menyatakan bahwa risiko adalah kerugian
secara finansial, baik secara langsung maupun tidak langsung. Risiko Bank adalah
keterbukaan terhadap kemungkinan rugi (exposure to the change of loss).
B. Faktor Sejarah Krisis Perbankan Nasional

Ada beberapa alasan mengapa Bank-bank banyak di luiqidasi pada tahun 1998

• Pembiayaan berlebihan pada sector ekonomi yang jenuh dan tidak produktif (Properti dan
industri lain yang unstable, yang tergantung pada bahan baku/jadi import)

• Banking risk exposure : Credit Risk : Akibat unproductive sector Market Risk, khususnya :
Forex Risk akibat:Depresiasi Rp. Thdp Dollar. Forex rate, rate of return risk akibat :repricing
gap Liquidity risk, akibat: long term investment.

• Pembiayaan pada group sendiriPelanggaran BMPK : Bank SUMA,BDNI,BUN,dsb Credit


Risk Exposure akibat tidak ada diversifikasi terhadap portofolio Credit Fraud dan
Incompetence dari factor manusia Total Kerugian I donesia : Rp. 600 Trilyun.

C. Alasan Adanya Resiko Pada Perbankan Syari’ah

Ada beberapa alasan mengapa manajemen resiko harus diterapkan di perbankan syariah,
dan mengapa begitu penting, jika kita teliti lagi lebih lanjut apalagi dengan penerapan Bassel
Accord II yang merupakan penyempurnaan dari Bassel Accord I, tidak terlepas dari resiko
global yang terjadi pada peristiwa Enron dimana telah terjadi kecerobahan atau manipulasi
data, oleh sebab itu muncullah dua tokoh fokal di parlemen Amerika yang bernama Sarbone
Oxley, sehingga setiap laopran keuangan harus cmply dengan peraturan SOX atau Sarbone
Oxle. Terilham dari hal itu maka berimbas kepada sektor perbankan untuk menerapkan
manajemen resiko, ditambah lagi dengan kondisi yang tidak menentu, menyebabkan
perbankan mau tidak mau menerapkan manajemen Resiko. Alasan Mengapa manajemen
resiko begitu penting:

• Bank adalah perusahaan jasa yang pendapatannya diperoleh dari interaksi dengan nasabah
sehingga resiko tidak mungkin tidak ada

• Dengan mengetahui resiko maka kita dapat mengantisipasi dan mengambil tindakan yang
diperlukan dalam menghadapi nasabah/permasalahan

• Dapat lebih menumbuhkan pemahaman pengawasan melekat, yang merupakan fungsi


sangat penting dalam aktivitas operasional.
D. Bagaimana Memperlakukan Resiko

• Dihindari, apabila resiko tersebut masih dalam pertimbangan untuk diambil, misalnya
karena tidak masuk kategori Resiko yang diinginkan Bank atau karena kemungkinan jauh
lebih besar dibandingkan keuntungan yang diharapkan

• Diterima dan dipertahankan, apabila resiko berada pada tingkat yang paling ekonomis

• Dinaikkan, diturunkan atau dihilangkan, apabila resiko yang ada dapat dikendalikan dengan
tata Kelola yang baik, atau melalui pengoperasian exit strategy

• Dikurangi, misalnya dengan mendiversifikasi portofolio yang ada, atau membagi (share)
resiko denganpihak lain.

• Dipagari (hedge), apabila resiko dapat dilindungi secara atificial, misalnya resiko
dinetralisir

sampai batas tertentu dengan instrumen derivatif.

E. Jenis-Jenis Risiko Bank Syariah

Bisnis perbankan baik itu bank konvensional ataupun bank syariah akan berhadapan
dengan berbagai jenis risiko. Risiko perbankan syariah diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Risiko Modal (capital risk)

Unsur laindari risiko yang berhubungan dengan perbankan adalah risiko modal
(capitalrisk) yang merefleksikan tingkat leverageyang dipakai oleh bank. Salah satu fungsi
modal adalah melindungi parapenyimpan dana terhadap kerugian yang terjadi pada bank.
Risiko modal berkaitan dengan kualitas aset. Bank yang menggunakan sebagian besar
dananya untuk mendanai aset yang berisiko perlu memiliki modal penyangga yang besar
untuk sandaran bila kinerja aset-aset itu tidak baik.

2. Risiko Likuiditas

Bank memiliki dua sumber utama bagi likuiditasnya, yaitu aset dan liabilitas. Risiko
likuiditas adalah risiko yang antara lain disebabkan oleh ketidakmampuan bank untuk
memenuhi kebutuhan dana dengan segera. Likuiditas penting bagi bank untuk menjalankan
transaksi bisnis, mengatasi kebutuhan dana yang mendesak dan memuaskan permintaan
nasabah terhadap pinjaman. Sebagaimana bank-bank pada umumnya, bank syariah juga
menghadapi risiko likuiditas seperti sebagai berikut:

• Turunnya kepercayaan nasabah terhadap sistem perbankan, khususnya bank syariah.

• Dalam mudharabah kontrak, kemungkinan nasabah untuk menarik dananya kapan saja,
tanpa pemberitahuan terlebihan dahulu.

• Keterbatasan instruemen lembaga keuangan untuk solusi likuiditas syariah

• Bank Islam berbeda dengan bank konvensional (tidak memiliki akses untuk meminjam atau
mengumpulkan dana karena bunga atas pinjaman dilarang dalam syariah)

3. Risiko Kredit/Pembiayaan

Risiko kredit atau pembiayaan adalah risiko dari kemungkinan terjadinya kerugian bank
sebagai akibat dari tidak dilunasinya kembali kredit/pembiayaan yang diberikan bank kepada
peminjam. Risiko kredit muncul jika bank tidak bisa memperoleh kembali cicilan pokok yang
sedang dilakukan. Penyebab utama terjadinya risiko kredit adalah terlalu mudahnya bank
memberikan pinjaman atau melakukan investasi karena terlalu dituntut untuk memanfaatkan
kelebihan likuiditas (penyediaan dana), sehingga penilaian kredit kurang cermat dalam
mengantisipasi berbagai kemungkinan risiko usaha yang dibiayainya. Resiko ini dapat
ditekan dengan cara memberikan batas wewenang keputusan kredit bagi setiap aparat
perkreditan, berdasarkan kapabilitasnya (authorize limit) dan batas jumlah pembiayaan yang
dapat diberikan pada usaha atau perusahaan tertentu (credit line limit).

Karakteristik instrumen finansial yang dipraktikan oleh bank Islam memiliki resiko kredit
khusus, yaitu:

• Dalam kasus transaksi murabahah, bank Islam terbuka terhadap resiko kredit ketika bank
tersebut menyerahkan aset kepada klien tapi tidak menerima pembayaran dari klien tepat
pada waktunya. Dalam kasus murabahah tidak mengikat, dimana klien memiliki hak untuk
menolak penyerahan produk yang dibeli bank, bank semakin terbuka terhadap resiko harga
dan pasar.
• Dalam kontrak akad/Bay’ al-salam atau istisna, bank dihadapkan kepada resiko kegagalan
untuk mensuplai tepat waktu atau sama sekali gagal mensuplainya. Kegagalan tersebut dapat
berakibat penundaan atau kegagalan bayar, atau penyerahan produk tersebut, dan dapat
menghadapkan bank Islam kepada kerugian finansial pemasukan secara kapital.

4. Risiko Pasar

Resiko pasar bagi institusi finansial timbul dalam bentuk pergerakan harga yang tidak
diharapkan seperti resiko tingkat pengembalian, resiko nilai bunga, resiko nilai tukar mata
uang,

• Risiko tingkat suku bunga (interest rate risk), Risiko tingkat suku bunga adalah risiko yang
timbul

sebagai akibat dari fluktuasi (naik turunya) tingkat bunga. Meskipun bank syariah tidak
menetapkan tingkat bunga, tetapi bank syariah tidak akan terlepas dari risiko tingkat suku
bunga. Hal ini disebabkan pasar yang dijangkau bank syariah tidak hanya nasabah yang loyal
penuh terhadap syariah.

• Risiko pertukaran mata uang (foreign exchange risk), Risiko pertukaran mata uang adalah
suatu konsekuensi sehubungan dengan pergerakan atau fluktuasi nilai tukar terhadap rugi
laba bank. Meskipun bank syariah tidak terpengaruh risiko kurs secara langsung hal ini
karena adanya syarat tidak boleh melakukan transaksi yang bersifat spekulasi, tetapi bank
syariah tidak dapat terlepas dari adanya posisi dalam valuta asing.

5. Risiko Operasional

Resiko operasional adalah resiko akibat kurangnya (deficiencies) sistem informasi atau
system pengawasan internal yang akan menghasilkan kerugian yang tidak diharapkan. Resiko
ini mencakup kesalahan manusia (human error), kegagalan sistem, dan ketidakcukupan
prosedur dan kontrol yang akan berpengaruh pada opersional bank.

• Kesalahan manusia : Hubungan antar pegawai (Discriminasi, pelecehan seksual), kesalahan


pegawai,

penyimpangan pegawai, tidak terpenuhinya jumlah pegawai


• Kegagalan Sistem : kegagalan hardware, kegagalan software, konfigurasi lemah (tanpa
perlindungan virus), komuniaski (saluran telpon tidak berfungsi, kapasitas jaringan tidak
mendukung).

• Problem Eksternal : Kejahatan eksternal (pencurian, penipuan, pemalsuan), Bencana faktor


alam (gempa Bumi, banjir, topan,sunami) Faktor manusia (perang, terorisme, perampokan),
penerobasan sistem teknologi (hacker, penembusan user id) Yang dapat mempengaruhi
operasional bank dan merugikan.

6. Risiko Hukum

Berhubungan dengan resiko tidak terlaksananya kontrak. Resiko hukum bisa datang dari
factor eksternal (seperti: regulasi yang mempengaruhi aktivitas bisnis tertentu) ataupun faktor
internal, yaitu terkait dengan manajemen atau pegawai bank (seperti: penyelewengan,
pelanggaran hukum).

7. Resiko Strategi

Resiko yang disebabkan Adanya penetapan strategi dan/atau pelaksanaan strategi bank
yang tidak tepat Pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat Kurangnya responsif bank
terhadap perubahan eksternal.

8. Resiko kepatuhan

Resiko yang disebabkan bank tidak memenuhi atau idak melaksanakan peraturan
perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku Pada prakteknya resiko yang terkait dengan
pertauran seperti Pajak.

9. Risiko Reputasi

Resiko reputasi adalah resiko yang timbul akibat adanya publikasi negatif yang terkait
dengan kegiatan usaha bank atau karena adanya persepsi negatif terhadap bank. Hal-hal yang
sangat berpengaruh pada reputasi bank antara lain adalah; manajemen, pelayanan, ketaatan
pada aturan dan sebagainya. Alasan kehilangan reputasi

• Kesalahan manajemen Tidak mematuhi hukum yang berlaku

• Skandal keuangan
• Ketiadaan kemampuan dalam mengelola, integritas kesehatan Bank

• Resiko ini sulit diukur apalagi terkait dengan persepsi nasabah

F. Dampak Dari Risiko Yang Dihadapi Bank Syariah

Sebagai dampak terjadinya risiko kerugian keuangan langsung, kerugian akibat risiko
(risk loss) pada suatu bank dapat berdampak pada pemangku kepentingan (stakeholders)
bank, yaitu pemegang saham, karyawan, dan nasabah, serta berdampak juga kepada
perekonomian secara umum. Pengaruh risk loss pada pemegang sahaman karyawan adalah
langsung, sementara pengaruh terhadap nasabah dan perekonomian tidak langsung. Berikut
akan diuraikan dampak potensial terhadap stakeholders dan ekonomi.

1. Dampak terhadap Pemegang Saham

Pengaruh risk loss terhadap pemegang saham antara lain:

• Penurunan nilai investasi, yang akn memberikan pengaruh terhadap penurunan harga
dan/atau penurunan keuntungan,turunnya harga saham menurunkan nilai perusahaan yang
berarti turunnya kesejahteraan pemegang saham;

• Hilangnya peluang memperoleh dividen yang seharusnya diterima sebagai akibat dari
turunnya keuntungan perusahaan;

• Kegagalan investasi yang telah dilakukan, hingga yang paling parah adlah kebangkrutan
perusahaan yang melenyapkan nilai semua moal disetor.

2. Dampak terhadap Karyawan

Karyawan suatu bank dapat terpengaruh oleh peristiwa risiko (risk event) yang menimbulkan
risk loss terkait dengan keterlibatan mereka. Pengaruh tersebut dapat berupa:

• Dikenakan sanksi indisipliner karena kelalaian yang menimbulkan kerugian;

• Pengurangan pendapatan seperti pengurangan bonus atau pemotongan gaji;

• Pemutusan hubungan kerja.


3. Dampak terhadap Nasabah

Kegagalan dalam pengelolaan risiko dapat berpengaruh terhadap nasabah. Dampak yang
terjadi dapat secara langsung maupun tiak langsung dan tidak seketika dapat
diidentifikasikan. Pengaruh risk event yang berlangsung secara berkelanjutan, pada
gilirannya akan menimbulkan risk loss terhadap kelangsungan usaha bank itu sendiri.
Konsekuensi risk loss yang berdampak terhadap nasabah bank, adalah:

• Merosotnya tingkat pelayanan;

• Berkurangnya jenis dan kualitas produk yang ditawarkan;

• Krisis likuiditas sehingga menyulitkan dalam pencairan dana;

• Perubahan peraturan.

4. Dampak terhadap Perekonomian

Sebagai institusi yang mengelola uang sebagai aktivitas utamanya, bank memiliki risiko yang
melekat (inherent) secara sistematis. Risk loss yang terjadi pada suatu bank akan
menimbulkan dampak tidak hanya terhadap bank yang bersangkutan, tetapi juga akan
berdampak terhadap nasabah dan perekonomian secara keseluruhan. Dampak yang
ditimbulkan tersebut dinamakan risiko sistemik (systemic risk).

G. Definisi Pengembalian/return

Pengembalian adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan, individu dan institusi dari
hasil kebijakan investasi yang dilakukan. Menurut R.J. Shook, pengembalian adalah laba
investasi, baik melalui bunga atau deviden. Beberapa pengertian pengembalian yang lain:

• Return on equity atau imbalan atas hasil equitas merupakan pendapatan bersih dibagi
equitas pemegang saham.
• Return of capital atau imbalan hasil atas modal merupakan pembayaran kas yang tidak kena
pajak pada pemegang saham yang mewakili imbalan hasil modal yang diinvestasikan dan
bukan didistribusi deviden. Investor mengurangi biaya investasi dengan jumlah pembayaran.

• Return on investment atau imbalan hasil atas investasi merupakan membagi pendapatan
sebelum pajak terhadap investasi untuk memperoleh angka yang mencerminkan hubungan
antara investasi dan laba.

• Retun on invested capital atau imbalan hasil atas modal investasi merupakan pendapatan
bersih dan pengeluaran bunga perusahaan dibagi total kapitalisasi perusahaan.

• Return realisasi merupakan return yang telah terjadi.

• Return on network atau imbalah hasil atas kekayaan bersih merupakan pemegang saham
yang dapat menentukan hasil imbalannya dengan membandingkan laba bersih setelah pajak
dengan kekayaan bersih.

• Return on sales atau imbalan hasil atas penjualan merupakan untuk menentukan efisiensi
operasi perusahaan, seseoarang dapat membandingkan presentase penjualan bersihnya yang
mencerminkan laba sebelum pajak terhadap variabel yang sama dari periode sebelumnya.

• Return ekspektasi merupakan return keseluruhan yang diharapkan akan diperoleh investor
dimasa mendatang.

• Total return merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu.

H. Hubungan antara Risiko dan Tingkat Pengembalian

Di dalam pasar uang di mana saham dan obligasi di jual, para pemakai uang, seperti
perusahaan yang melakukan investasi harus bersaing satu sama lain dalam mencari modal.
Untuk memperoleh pembiayaan atas proyek yang akan bermanfaat bagi pemegang saham
perusahaan, perusahaan harus menawarkan kepada investor, tingkat pengembalian yang
mampu bersaing dengan alternatif investasi lain yang tersedia bagi investor tersebut. Tingkat
pengembalian dari alternatif investasi terbaik berikutnya ini dikenal sebagai biaya
kesempatan dana (opportunity cost of fund). Dalam menjalankan sebuah bisnis, perusahaan
kecil lebih berisiko dalam tingkat pengembalian dari pada perusahaan besar. dikarenakan
pengalaman bisnis perusahaan kecil mengandung risiko operasi yang lebih besar , mereka
lebih sensitif terhadap kecenderungan bisnis yang menurun dan beberapa beroperasi dalam
pasar yang kecil dengan cepat muncul dan kemudian dengan cepat berlalu. Selain itu
perusahaan kecil mengandalkan pembiayaan melalui utang dibandingkan perusahaan yang
besar. Perbedaan ini menciptakan variabilitas yang lebih pada jumlah laba dan arus kas, yang
diartikan sebagai risiko yang lebih besar. Dengan memikirkan forgoing (kehilangan peluang
yang lebih baik), kita harus mengharapkan adanya tingkat pengembalian yang berbeda untuk
pemilik dari berbagai surat-surat berharga tersebut. Jika pasar menghargai investor atas risiko
yang ditanggungnya, maka tingkat pengembalian harus meningkat mengikuti peningkatan
risiko.

I. Konsep Tingkat Pengembalian yang Diinginkan

Tingkat pengembalian yang diinginkan investor dapat diartikan sebagai tingkat


pengembalian minimum yang diperlukan untuk menarik investor agar membeli atau
memegang surat-surat berharga tertentu. Definisi ini mempertimbangkan biaya kesempatan
investor dalam melakukan investasi yang artinya jika suatu investasi dilakukan maka investor
harus melepaskan pengembalian yang diperoleh dari investasi alternative terbaik berikutnya.
Pengembalian yang dilepas tersebut dinamakan biaya kesempatan dana dan sebagai
konsekuensinya merupakan tingkat pengembalian yang diinginkan investor. Dengan kata
lain, kita berinvestasi dengan harapan untuk mendapatkan tingkat pengembalian yang
memadai bagi investor. Investasi akan dilakukan hanya jika harga pembelian cukup rendah
bila dibandingkan dengan arus kas masa depan yang diinginkan sehingga dapat menyediakan
tingkat pengembalian yang lebih besar atau sama dengan tingkat pengembalian yang kita
inginkan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Risiko diartikan sebagai ketidakpastian dari imbalan yang diharapkan dan kemungkinan
terjadinya penyimpangan dari rata-rata dari tingkat pengembalian yang diharapkan sedangkan
Tingkat pengembalian adalah imbalan yang diharapkan diperoleh di masa mendatang.

Jenis-jenis resiko ada beberapa macam diantaranya resiko harga, resiko tingkat suku
bunga, resiko pasar, resiko likuiditas ,resiko pertukaran mata uang dan resiko kredit.

Anda mungkin juga menyukai