Anda di halaman 1dari 12

RESIKO-RESIKO DALAM MANAJEMEN ASET DAN

LIABILITAS PERBANKAN SYARI’AH (LANJUTAN)

RIFANDI
SULTAN IKHLASUL AMAL
Risiko yaitu kemungkinan penyimpangan dari hasil yang
diharapkan. Selain itu, ada pula yang mendefinisikan risiko
sebagai ketidakpastian akan sesuatu yang menghipnotis
kesejahteraan seseorang. Risiko sangat berkaitan erat dengan
return atau tingkat keuntungan, yaitu selisih antar harga jual dan
harga beli, ditambah kas lain menyerupai dividen. Dalam pasar
tepat dan efisien, akan berlaku aturan hubungan positif antara
return dan risiko. Semakin tinggi risiko, maka akan semakin tinggi
tingkat keuntungan yang diharapkan, begitu pula sebaliknya.
Dengan demikian, sanggup disimpulkan bahwa administrasi risiko
dalam perbankan syariah yaitu suatu upaya yang dilakukan oleh
bank syariah untuk mengatur dan mengawasi risiko dengan tujuan
meminimalisir risiko supaya hasil yang ditargetkan sanggup
tercapai dengan cara efektif dan efisien.
Risiko-Risiko yang Dihadapi Bank Syariah

Secara umum, risiko-risiko yang melekat


pada aktivitas bank syariah dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga jenis risiko,
yaitu risiko pembiayaan, risiko pasar dan
risiko operasional.
A. RESIKO PASAR

Risiko pasar merupakan risiko kerugian


yang terjadi pada portfolio yang dimiliki
oleh bank akibat adanya pergerakan variabel
pasar berupa suku bunga dan nilai tukar.
Risiko pasar mencakup risiko tingkat suku
bunga, risiko nilai tukar, risiko harga dan
risiko likuiditas.
1) Risiko Tingkat Suku Bunga
Risiko tingkat suku bunga merupakan risiko yang timbul sebagai akibat dari
fluktuasi tingkat bunga. Meskipun bank syariah tidak menetapkan tingkat bunga
baik pada aktivitas funding maupun financing, namun bank syariah tidak akan
dapat terlepas dari risiko tingkat bunga. Hal ini disebabkan pasar yang
dijangkau oleh bank syariah tidak hanya untuk nasabah-nasabah yang loyal
penuh terhadap syariah. Bila terjadi bagi hasil pendanaan syariah lebih kecil
dari tingkat suku bunga maka nasabah dapat pindah ke bank konvensional.
Sebaliknya pada sisi financing, bila marjin yang dikenakan lebih besar dari
tingkat bunga, maka nasabah dapat beralih ke bank konvensional.

2) Risiko Nilai Tukar


Risiko nilai tukar merupakan risiko yang timbul sehubungan dengan pergerakan
atau fluktuasi nilai tukar terhadap rugi laba bank. Walaupun bank syariah tidak
diperkenankan untuk melakukan transaksi spekulatif, namun bank syariah tetap
dihadapkan dengan risiko nilai tukar akibat mata uang asing yang disediakan
untuk kebutuhan transaksi dan berjaga-jaga.
3) Risiko Harga
Risiko harga adalah kemungkinan kerugian akibat perubahan harga
instrumeninstrumen keuangan. Untuk perbankan syariah, disamping risiko harga atas
instrumen keuangan syariah yang masih sangat terbatas, juga terkait risiko harga
komoditas baik dalam transaksi ijarah, murabahah, salam, istishna, maupun IMBT.
Risiko tersebut terjadi apabila harga barang yang dibeli/dipesan turun, sehingga
nasabah tidak berminat untuk membeli meskipun pada awalnya telah setuju untuk
membeli, dan begitupun sebaliknya. Selain itu, dengan dimungkinkannya bank
syariah untuk memiliki stock barang dagangan, maka sangat rentan terhadap risiko
naik turunnya harga.

4) Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko yang disebabkan oleh ketidakmampuan bank untuk
memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo. Hal ini kemungkinan disebabkan
oleh turunnya kepercayaan nasabah terhadap sistem perbankan syariah, turunnya
kepercayaan nasabah terhadap bank syariah bersangkutan, ketergantungan kepada
sekelompok deposan, penarikan dana nasabah tak terduga secara besarbesaran,
ketidakselarasan pendanaan jangka pendek dengan pembiayaan jangka panjang,
keterbatasan instrumen keuangan untuk solusi likuiditas, dan bagi hasil antar bank
yang kurang menarik.
B. RESIKO OPERASIONAL
Salah satu jenis resiko pengaturan adalah resiko operasional, didefinisikan
sebagai resiko kerugian yang berasal dari ketidakcukupan atau kegagalan
proses internal, berkaitan dengan masyarakat dan sistem atau dari resiko
internal. (Afriyeni & Susanto, 2017, hal. 6)
Risiko operasional adalah resiko yang antara lain disebabkan oleh
ketidakcukupan atau tidak berfungsinya proses internal,human error, kegagalan
sistem atau yang mempengaruhi operasional bank. (Fasa, 2016, hal. 41)
Risiko Operasional adalah Risiko kerugian yang diakibatkan oleh proses
internal yang kurang memadai, kegagalan proses internal, kesalahan manusia,
kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian-kejadian eksternal yang
mempengaruhi operasional Bank. (BTPN Syariah, hal. 7)
Dari beberapa penjelasan diatas, dapat disimpulkan risiko operasional adalah
risiko kerugian yang disebabkan oleh kegagalan proses internal, kegagalan
manusia, kegagalan sistem atau hal-hal yang mepengaruhi operasional suatu
bank yang akan menimbulkan risiko.
KATEGORI RESIKO OPERASIONAL
Adapun kategori resiko operasional adalah:
a. Resiko proses internal
Risiko proses internal terdiri dari:
Kelalaian pemasaran
Pencucian uang
Kesalahan transaksi.

b. Resiko manusia
Risiko manusia terdiri dari:
Pelatihan karyawan tidak berkualitas
Tingginya turn over (pergantian) karyawan
Praktik manajemen yang buruk.

c. Resiko eksternal
Risiko eksternal terdiri dari:
Bencana alam
Kebakaran
Fraud eksternal
PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO
Manajemen Risiko Pembiayaan
Dewan direksi harus menguraikan keseluruhan strategi
manajemen risiko pembiayaan dengan menunjukkan
kemauan bank untuk menyalurkan pembiayaan
diberbagai sektor usaha, lokasi geografis, jangka waktu,
dan tingkat profitabilitas tertentu. sejalan dengan hal
tersebut, juga harus memahami tujuan dari kualitas
pembiayaan, pendapatan, pertumbuhan, dan hubungan
timbal balik antara risiko dengan tingkat return dari
aktivitas yang dijalankan. Dan yang terpenting, strategi
manajemen risiko pembiayaan tersebut harus
dikomunikasikan pada seluruh bagian perusahaan.
 Manajemen Risiko Suku Bunga
Dewan direksi harus menetapkan keseluruhan tujuan, strategi dan
kebijakan yang mengatur risiko suku bunga bank. Disamping itu,
direksi juga harus memastikan bahwa pihak manajemen telah
mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengukur,
memonitor, dan mengontrol risiko-risiko lain. Dewan direksi
harus diberikan informasi secara periodik dan mereview status
risiko suku bunga bank ini melalui laporan.

 Manajemen Risiko Likuiditas


Bisnis perbankan berhubungan dengan dana seseorang yang
sewaktu-waktu dapat ditarik sehingga manajemen likuiditas
merupakan yang sangat penting bagi bank. Oleh karena itu,
senior manajemen dan dewan direksi harus meyakinkan bahwa
prioritas dan tujuan bank untuk keperluan manajemen likuiditas
telah jelas. senior manajemen harus memastikan bahwa risiko
likuiditas telah terkelola secara efektif dengan menentukan
Manajemen Risiko Operasional
Dewan direksi dan senior manajemen harus
mengembangkan keseluruhan kebijakan dan
strategi untuk mengelola risiko operasional.
sementara, risiko operasional bisa muncul akibat
kegagalan faktor manusia, proses dan teknologi,
manajemen atas risiko ini lebih kompleks.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai