RIFANDI
SULTAN IKHLASUL AMAL
Risiko yaitu kemungkinan penyimpangan dari hasil yang
diharapkan. Selain itu, ada pula yang mendefinisikan risiko
sebagai ketidakpastian akan sesuatu yang menghipnotis
kesejahteraan seseorang. Risiko sangat berkaitan erat dengan
return atau tingkat keuntungan, yaitu selisih antar harga jual dan
harga beli, ditambah kas lain menyerupai dividen. Dalam pasar
tepat dan efisien, akan berlaku aturan hubungan positif antara
return dan risiko. Semakin tinggi risiko, maka akan semakin tinggi
tingkat keuntungan yang diharapkan, begitu pula sebaliknya.
Dengan demikian, sanggup disimpulkan bahwa administrasi risiko
dalam perbankan syariah yaitu suatu upaya yang dilakukan oleh
bank syariah untuk mengatur dan mengawasi risiko dengan tujuan
meminimalisir risiko supaya hasil yang ditargetkan sanggup
tercapai dengan cara efektif dan efisien.
Risiko-Risiko yang Dihadapi Bank Syariah
4) Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko yang disebabkan oleh ketidakmampuan bank untuk
memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo. Hal ini kemungkinan disebabkan
oleh turunnya kepercayaan nasabah terhadap sistem perbankan syariah, turunnya
kepercayaan nasabah terhadap bank syariah bersangkutan, ketergantungan kepada
sekelompok deposan, penarikan dana nasabah tak terduga secara besarbesaran,
ketidakselarasan pendanaan jangka pendek dengan pembiayaan jangka panjang,
keterbatasan instrumen keuangan untuk solusi likuiditas, dan bagi hasil antar bank
yang kurang menarik.
B. RESIKO OPERASIONAL
Salah satu jenis resiko pengaturan adalah resiko operasional, didefinisikan
sebagai resiko kerugian yang berasal dari ketidakcukupan atau kegagalan
proses internal, berkaitan dengan masyarakat dan sistem atau dari resiko
internal. (Afriyeni & Susanto, 2017, hal. 6)
Risiko operasional adalah resiko yang antara lain disebabkan oleh
ketidakcukupan atau tidak berfungsinya proses internal,human error, kegagalan
sistem atau yang mempengaruhi operasional bank. (Fasa, 2016, hal. 41)
Risiko Operasional adalah Risiko kerugian yang diakibatkan oleh proses
internal yang kurang memadai, kegagalan proses internal, kesalahan manusia,
kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian-kejadian eksternal yang
mempengaruhi operasional Bank. (BTPN Syariah, hal. 7)
Dari beberapa penjelasan diatas, dapat disimpulkan risiko operasional adalah
risiko kerugian yang disebabkan oleh kegagalan proses internal, kegagalan
manusia, kegagalan sistem atau hal-hal yang mepengaruhi operasional suatu
bank yang akan menimbulkan risiko.
KATEGORI RESIKO OPERASIONAL
Adapun kategori resiko operasional adalah:
a. Resiko proses internal
Risiko proses internal terdiri dari:
Kelalaian pemasaran
Pencucian uang
Kesalahan transaksi.
b. Resiko manusia
Risiko manusia terdiri dari:
Pelatihan karyawan tidak berkualitas
Tingginya turn over (pergantian) karyawan
Praktik manajemen yang buruk.
c. Resiko eksternal
Risiko eksternal terdiri dari:
Bencana alam
Kebakaran
Fraud eksternal
PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO
Manajemen Risiko Pembiayaan
Dewan direksi harus menguraikan keseluruhan strategi
manajemen risiko pembiayaan dengan menunjukkan
kemauan bank untuk menyalurkan pembiayaan
diberbagai sektor usaha, lokasi geografis, jangka waktu,
dan tingkat profitabilitas tertentu. sejalan dengan hal
tersebut, juga harus memahami tujuan dari kualitas
pembiayaan, pendapatan, pertumbuhan, dan hubungan
timbal balik antara risiko dengan tingkat return dari
aktivitas yang dijalankan. Dan yang terpenting, strategi
manajemen risiko pembiayaan tersebut harus
dikomunikasikan pada seluruh bagian perusahaan.
Manajemen Risiko Suku Bunga
Dewan direksi harus menetapkan keseluruhan tujuan, strategi dan
kebijakan yang mengatur risiko suku bunga bank. Disamping itu,
direksi juga harus memastikan bahwa pihak manajemen telah
mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengukur,
memonitor, dan mengontrol risiko-risiko lain. Dewan direksi
harus diberikan informasi secara periodik dan mereview status
risiko suku bunga bank ini melalui laporan.