Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

MANAJEMEN RESIKO KEUANGAN SYARIAH

JUDUL

RISIKO PASAR

Disusun Oleh:

Rivian Anda Sari : 212042017

Dosen Pengampu :

Dr. Nofrivul., SE., MM

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

BATUSANGKAR

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari risiko. Risiko akan
melekat dalam kehidupan kita, baik disadari maupun tidak. Oleh karena itu yang
perlu kita lakukan untuk mengantisipsasi risiko yang mungkin terjadi adalah
mengelolanya dengan cara yang tepat. Cakupan risiko sangat luas, sama luasnya
dengan proses bisnis yang dijalankan oleh suatu perusahaan. Pada dasarnya setiap
aktivitas bisnis melekat padanya risiko. Salah satu risiko yang dihadapi perusahaan
yaitu risiko pasar. Risiko pasar timbul akibat pergerakan harga pasar, seperti naik
turunnya rupiah terhadap valuta asing, harga saham dan sukuk, dan harga-harga
komoditas terhadap nilai ekonomi riil dari aset yang dimiliki.
Semua Resiko dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan melalui
manajemen resiko. Peran dari manajemen resiko diharapkan dapat mengantisipasi
terjadinya resiko yang sangat berlebihan yang dapat membuat perusahaan gulung
tikar, oleh sebab itu kita perlu melakukan ha-hal yang lebih terarah, salah satunya
dengan mengukur dimensi resiko yang akan terjadi pada diri sendiri pada
khususnya dan pada perusahaan pada umunya. Risiko pasar merupakan kondisi
yang dialami oleh suatu perusahaan yang disebabkan oleh perubahan kondisi dan
situasi pasar di luar dari kendali perusahaan.Risiko pasar sering disebut juga
sebagai risio yang menyeluruh, karena sifat umumnya adalah bersifat menyeluruh
dan di alami oleh seluruh perusahaan. Contohnya krisis ekonomi dunia tahun 1930-
an, krisis ekonomi Indonesia 1997 dan 1998, coupd’tat yang terjadi di Filipina pada
saat presiden Marcos di ambil alih oleh kekuatan People Power hingga Corazon
Aquino menjadi presiden, Amerika Serikat pada kasus Subrime Mortgage 2007,
Thailand pada saat Bank Sentral Thailand melakukan devaluasi Bath yang
menyebabkan terjadinya kegoncangan pada ekonomi Thailand secara keseluruhan,
perang Teluk yang menyebabkan beberapa Negara di kawasan Timur Tengah
seperti Irak dan Kuwait mengalami kegoncangan ekonomi, dan berbagai kasus
yang menyeluruh lainnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian manajemen risiko pasar, Risiko inhern pada
manajemen risiko pasar, Penerapan manajemen risiko pada manajemen
risiko pasar, Sistem pengendalian internal pada manajemen risiko pasar?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk menganalisis Pengertian manajemen risiko pasar, Risiko inhern
pada manajemen risiko pasar, Penerapan manajemen risiko pada
manajemen risiko pasar, Sistem pengendalian internal pada manajemen
risiko pasar.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Resiko Pasar


Risiko pasar adalah risiko yang timbul akibat adanya perubahan variabel
pasar, seperti suku bunga, nilai tukar, harga equity, dan harga komoditas
sehingga nialai portofolio/asset yang dimiliki bank menurun. (Sulhan, 2008, p.
154) Lebih Jelasnya risiko pasar muncul karena harga pasar bergerak dalam
arah yang merugikan organisasi. Misalnya, suatu perusahaan mempunyai
portofolio sekuritas saham yang dibeli dengan harga Rp 1 miliar. Misalkan
harga saham jatuh, sehingga nilai pasar saham tersebut turun menjadi Rp 800
juta.Perusahaan tersebut mengalami kerugian karena nilai portofolio sahamnya
turun sebesar Rp 200 juta. Kerugian tersebut disebabkan karena harga saham
bergerak kearah yang kurang menguntungkan (dalam hal ini turun).
Risiko pasar adalah risiko pada posisi neraca dari rekening administratif
termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan secara keseluruhan dari kondisi
pasar, termasuk risiko perubahan harga option. Risiko pasar meliputi antara
lain risiko suku bunga, risiko nilai tukar, risiko komoditas, dan risiko ekuitas.
(Indonesia, 2014, p. 208) Yang dimaksud dengan risiko pasar (Market Risk)
adalah risiko kerugian yang terjadi pada portofolio yang dimiliki oleh bank
akibat adanya pergerakan variabel pasar (Adverse Movement) berupa suku
bunga dan nilai tukar. Risiko pasar ini mencakup empat hal, yaitu risiko tingkat
suku bunga, risiko pertukaran mata uang, risiko harga, dan risiko likuiditas.
1. Risiko Tingkat Bunga (Interest Rate Risk)
Risiko tingkat bunga adalah risiko yang timbul sebagai akibat dari
fluktuasi tingkat bunga. Meskipun bank syariah tidak menetapkan tingkat
bunga, baik dari sisi pendanaan maupun sisi pembiayaan, tetapi bank
syariah tidak akan dapat terlepas dari risiko tingkat bunga. Hal ini
disebabkan pasar yang dijangkau oleh bank syariah tidak hanya untuk
nasabah-nasabah yang loyal penuh terhadap syariah. Oleh karena itu, bank
syariah menghadapi hal yang semacam tingkat bunga berupa pricing risk,
yaitu :
a. Direct Competitor Market Rate (DCMR) yaitu tingkat bagi hasil
dari bank-bank yang menjalankan usahanya dengan prinsip
syariah.
b. Indirect Competitor Market Rate (ICMR) yaitu tingkat bunga pada
bank-bank konvensional.
c. Expected Competitive Return For Investor, yaitu hasil investasi
yang kompetitif yang diharapkan oleh investor.
2. Risiko Pertukaran Mata Uang (Foreign Exchange Risk)
Risiko pertukaran mata uang adalah suatu konsekuensi sehubungan
dengan pergerakan atau fluktuasi nilai tukar terhadap rugi laba bank.
Meskipun aktivitas tresuri syariah tidak terpengaruh risiko kurs secara
langsung karena adanya syarat tidak boleh melakukan transaksi yang
bersifat spekulasi, tetapi bank syariah tidak akan dapat terlepas dari adanya
posisi dalam valuta asing.
3. Risiko Harga (Price Risk)
Risiko harga adalah kemungkinan kerugian akibat perubahan harga
instrumen keuangan. Untuk perbankan syariah, disamping risiko harga atas
instrumen keuangan yang masih sangat terbatas (Obligasi Syariah,
Reksadana Syariah dan Saham Syariah), juga terkait risiko harga komoditas,
baik dalam transaksi ijarah, murabahah, salam, isthisna’ maupun IMBT.
Risiko tersebut terjadi bila harga barang yang dibeli/dipesan turun, sehingga
nasabah tidak berminat untuk membeli, meskipun pada awalnya telah setuju
untuk membeli. Sebaliknya bila harga naik, maka secara tidak langsung
bank akan terkena risiko tingkat bunga.
4. Risiko Likuiditas (Liquidity Risk)
Risiko likuiditas adalah risiko yang antara lain disebabkan oleh
ketidakmampuan bank untuk memenuhi kewajibannya pasa saat jatuh
tempo. Bank syariah juga menghadapi risiko likuiditas seperti berikut;
a. Turunnya kepercayaan nasabah terhadap sistem perbankan,
khususnya perbankan syariah.
b. Turunnya kepercayaan nasabah pada bank syariah yang bersangkutan.
c. Ketergantungan pada sekelompok deposan.
d. Dalam mudharabah kontrak, memungkinkan nasabah untuk menarik
dananya kapan saja, tanpa pemberitahuan lebih dahulu.
e. Mismatching antara dana jangka pendek dengan pembiayaan jangka
panjang.
f. Keterbatasan instrumen keuangan untuk solusi likuiditas.
g. Bagi hasil antar bank kurang menarik, karena final settlement nya
harus menunggu selesainya perhitungan cash basis pendapatan yang
biasanya baru terlaksana pada akhir bulan. (Adiwarman, 2010, p. 272-
275)
B. Bentuk-Bentuk Resiko Pasar
Risiko pasar secara umum ada 2 (dua) bentuk yaitu :
1. General market risk (risiko pasar secara umum)
General market risk ini di alami oleh seluruh perusahaan yang
disebabkan oleh suatu kebijakan yang dilakukan oleh lembaga terkait
yang mana kebijakan tersebut mampu memberi pengaruh bagi seluruh
sektor bisnis.Contohnya pada saat bank sentral suatu Negara melakukan
kebijakan tight money policy (kebijakan uang ketat) dengan berbagai
instrumennya seperti menaikkan suku bunga BI rate. Dimana kebijakan
menaikkan BI rate ini akan membawa pengaruh secara menyeluruh pada
seluruh sektor bisnis yang berhubungan dengan interest rate related
instrument (berbagai instrument yang berhubungan dengan suku bunga).
Bahwa salah satu pihak yang saling urgen dianggap langsung
berhubungan dekat dengan interest rate related instrument adalah
perbankan.
Dengan begitu mereka mengambil kredit dan mendepositokan
sejumlah uangnya ke bank. Contoh pada saat BI rate dinaikkan maka suku
bunga kredit diperbankan akan mengikuti kondisi tersebut yaitu turut
menaikkan suku bunga kredit, terutama jika perbankan tersebut
menerapkan perhitungan bunga secara sliding rate. Perhitungan berupa
kredit secara sliding rate adalah hitungan pada pembebanan bunga
terhadap nilai pokok pinjaman akan mengalami penurunan dari setiap
bulan ke bulan berikutnya, yang mana ini disesuaikan dengan menurunnya
besar nilai dari pokok pinjaman sebagai efek dari adanya pembayaran
cicilan pokok pinjaman yang dilakukan oleh seorang debitur.

2. Specific market risk ( risiko pasar secara spesifik)


Specific market risk adalah suatu bentuk risiko yang hanya dialami
secara khusus pada satu sektor atau sebagian bisnis saja tanpa bersifat
menyeluruh. Contohnya :
a. Pengumuman yang dikeluarkan oleh suatu lembaga penilai dimana
lembaga penilai tersebut memiliki reputasi yang baik dan diakui oleh
publik. Bahwa mereka mengumumkan PT.XYZ memiliki kinerja
yang rendah dan memiliki utang yang besar serta laporan yang
dipublikasikan selama ini kepada publik tidak sesuai dengan
sebenarnya. Sehingga atas berita tersebut saham dan obligasi
perusahaan tersebut langsung jatuh. Dan jatuhnya saham serta
obligasi perusahaan tersebut tidak diikuti oleh perusahaan lain
b. Salah satu perusahaan dimana pihak manajemen atau komisaris
perusahaan terlibat tindak kriminal yang luar biasa dan diekspose oleh
berbagai media. Sehingga opini publik telah terbentuk bahwa
perusahaan tersebut tidak baik dan jelek.
c. Produk yang dijual oleh perusahaan tersebut dianggap mengandung
bahan yang berbahaya atau bersifat haram. Contoh suatu produk
makanan yang mengandung lemak babi. Secara islam makanan yang
mengandung lemak babi haram hukumnya. Ketika hal itu diekspose
oleh media massa baik cetak maupun elektronik akan menyebabkan
terjadinya penurunan drastis pada penjualan produk perusahaan yang
berpengaruh pada perusahaan laba perusahaan.
D. Kategori yang masuk General Market Risk
Ada beberapa sebab yang menimbulkan terjadinya general market
risk (risiko pasar secara umum) yaitu :
1. Foreign exchange risk

Sejarah awal terjadinya foreign exchange ini berangkat dan


diterapkannya sistem floating exchange rate system pada tahun 1970-
an. Sehingga sejak saat itu kondisi mata uang di dunia telah terintegrasi
dalam satu bentuk pasar dimana secara khusus kita dapat melihat bahwa
penerapan sistem tersebut memungkinkan banyak pihak bias ikut
terlibat bermain dalam pasar valas (valuta asing). Jual beli valas ini
memberikan keuntungan dengan konsep pada pero lehan angka selisih
pada saat harga beli dan harga jual.
Pada pasar valas ini kita dapat menggabungkan mata uang dalam
dua bentuk kategori yaitu :
a. Hard currencies
Hard currencies (mata uang keras) mencakup mata uang
yang berasal dari Negara-negara yang memiliki tingkat
kestabilan moneter tinggi atau biasanya berasal dari Negara
maju dan sering berbagai pihak menjadikan mata uang Negara
tersebut sebagai ukuran dalam mengkonversikan dengan mata
uang negaranya.Contohnya USD/JPY atau dollar Amerika
dengan Yen Jepang, USD/EUR atau dollar Amerika dengan
Euro, dan sebagainya.
b. Soft curriencies
Soft curriencies ( mata uang yang lembut) adalah jenis
mata uang yang diterbitkan oleh suatu Negara namun jarang
dipakai sebagai standar acuan dalam transaksi pasar bisnis
internasional, dengan alasan dianggap belum memiliki nilai
kelayakan.
c. Interest rate risk
Risiko suku bunga adalah risiko yang di alami akibat dari
perubahan suku bunga yang terjadi di pasaran yang mampu
memberi pengauh bagi pendapatan perusahaan. Untuk
pembahasan yang lebih dalam tentang interest rate risk ini dapat
dilihat pada bab khusus membahas tentang risiko suku bunga.
d. Commodity position risk
Commodity position risk (risiko perubahan nilai komoditi)
adalah suatu siuasi dan kondisi dimana terjadinya kerugian
akibat perubahan harga barang komoditi di pasar yang
disebabkan oleh faktor-faktor tertentu, dimana kondisi ini akan
semakin parah pada saat barang komoditi tersebut telah terikat
kontrak dalam suatu kontrak perjanjian (commodity contrack)
serta informasi tersebut telah sampai ke pasar.
Adapun pengertian commodity position risk dalam
perspektif perbankan Masyhud Ali mengatakan Commodity
position risk adalah risiko terjadinya potensial kerugian bagi
bank sebagai akibat dari perubahan yang memberi pengaruh
buruk dari commodity price terhadap posisi bank yang terkait
dengan kontrak komoditas. Lebih jauh Masyud Ali memberi
contoh pada perbankan adalah “dimana kerugian yang diderita
oleh investment bank yang melakukan trading atau commodity
derivative product sebagai akibat dari terjadinya volatility atas
harga dari suatu commodity tertentu.
e. Equity position risk
Equity position risk (risiko perubahan kekayaan) adalah
suatu kondisi dimana kekayaan perusahaan (stock and share)
mengalami perubahan dari biasanyan sehingga perubahan
tersebut memberi dampak pada keuntungan dan kerugian
karyawan.
f. Politic risk
Stabilitas politik adalah sesuatu sangat pening bagi suatu
Negara. Stabilitas politik menjanjikan terciptanya pembangunan
yang berkelanjutan, namun jika pemimpin dan pihak terkait di
suatu Negara tidak mampu menciptakan iklim kondusif dalam
bidang politik maka artinya seluruh pemimpin dan aparatur di
Negara tersebut tidak memiliki semangat kemimpinan. Jika
kondisi ini terus terjadi maka yang terjadi adalah krisis
kepemimpinan. Krisis kepemimpinan akan berakibat pada
pencarian kepemimpinan di luar lembaga resmi, yaitu
memungkinkan orang-orang yang berasal dari masyarakat atau
oposisi akan muncul sebagai pemimpin dan berusaha
mengambil alih kepemimpinan.
D. Contoh Kasus Manajemen Resiko Pasar
1. General Market Risk
Studi Kasus: Bank Syariah (Bank Indonesia Membekukan Kegiatan
Usaha PT. Bank Global)
SEJAK 14 Desember 2004, Bank Indonesia (BI) membekukan
kegiatan usaha (BKU) PT Bank Global Tbk. Sekitar 8.000 nasabah yang
tercatat di 13 kantor cabang terpaksa kerepotan mengurus dananya. Bukan
hanya itu, ratusan investor publik pemegang saham juga menjadi tidak jelas
investasinya. Belum lagi bank dan pihak lain yang memiliki tagihan. Nasib
ratusan karyawan pun menjadi tak menentu di tengah sulitnya lapangan
kerja. Apa jadinya kalau mereka di-PHK? Jelas, akan menambah deretan
panjang pengangguran. Semua itu tentu akan menambah beban pemerintah
dalam memulihkan roda perekonomian, terutama sektor real.
Empat alasan ditutupnya Bank Global
Pertama, terus memburuknya kondisi keuangan Bank Global.
Kedua, tidak menyetorkan tambahan modal yang diminta BI sejak bank
tersebut masuk pengawasan khusus (special surveillance unit) pada 27
Oktober hingga 13 Desember 2004.
Ketiga, direksi Bank Global tidak menunjukkan iktikad baik untuk patuh
pada aturan. Bahkan, dalam pengawasan BI dan kepolisian ada upaya secara
sengaja dari pihak bank tersebut untuk memusnahkan dan menghilangkan
barang bukti.
Keempat, direksi, pejabat eksekutif, dan beberapa karyawan bank publik itu
diduga telah melakukan tindak pidana perbankan dengan merusak dan
menghilangkan dokumen-dokumen penting bank.

Solusi :
Pertama, sebagai perusahaan terbuka, semestinya Bank Global transparan
dan menerapkan dengan seksama asas good corporate governance.
Kedua, seperti dilansir Investor Daily Online (14/12/2004), bahwa
kehancuran Bank Global sangat boleh jadi disebabkan oleh sebuah kolusi
antara pengelola Bank Global dengan Prudence Asset Management (PAM).
Ketiga, kasus Bank Global menarik diikuti karena kasus ini mencoreng citra
reksadana, sebuah instrumen pasar modal yang mengalami pertumbuhan
pesat selama dua tahun terakhir.
Keempat, kasus Bank Global mencerminkan lemahnya pengawasan BI dan
Bappepam.
Uraian/ Penjelasan
General market risk merupakan resiko yang disebabkan oleh suatu
kebijakan yang dilakukan oleh lembaga terkait yang mana kebijakan
tersebut mampu memberi pengaruh bagi seluruh sektor bisnis (Agus
Sucipto: Manajemen Risiko). Sehatnya sebuah bank tidak hanya berpatokan
pada aset (modal) semata, tetapi juga harus memperhitungkan faktor
manajemen risiko yang meliputi delapan faktor, yakni risiko kredit, risiko
pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko strategi,
risiko kepatuhan dan risiko reputasi. Tidak sedikit para bankir yang tidak
bisa mengelola manajemen risiko dengan baik, sehingga terjadi pelanggaran
prinsip kehati-hatian bank. Yang terpenting dari kasus-kasus pembekuan
bank adalah pembelajaran bagi pemilik maupun pengurus bank untuk
bercermin diri dalam pengelolaan keuangan dan manajemen perbankan agar
tidak menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang ada, serta diharuskan
menerapkan prudent banking. Lebih khusus lagi, bagi para nasabah agar
tidak gegabah dan senantiasa berhati-hati jika ingin menempatkan dananya
pada lembaga perbankan maupun lembaga keuangan lainnya.
2. Spesific Market Risk
Studi Kasus: PT GUDANG GARAM, Tbk
Salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia yaitu PT Gudang
Garam sempat menjadi perusahaan yang juga mendapat dampak dari
pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat yang melanda
Indonesia, seperti berita yang dilansir oleh liputan6.com berikut ini.
Dampak Pelemahan Rupiah Mulai Terasa ke Emiten
Pelemahan mata uang rupiah dalam beberapa hari terakhir
mempengaruhi laba-laba perusahaan yang sudah melantai di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah pada hari
ini, Rabu (21/8/2013) sudah menyentuh ke level Rp 10.963 per dolar
Amerika Serikat (AS). Pergerakan nilai tukar rupiah yang terjadi hari ini
sangat mempengaruhi emiten-emiten yang sudah melantai di bursa.
Kepala Strategi Riset dan Ekuitas Bahana Sekuritas me Harry Su
mengatakan, akibat dampak pergerakan pelemahan rupiah, banyak emiten
yang terkena dampak dari pelemahan rupiah tersebut."Jelaslah, pelemahan
rupiah itu sangat jelek untuk pasar.Tapi emiten yang mempunyai utang
berdasarkan mata uang dolar AS," ujar Harry ketika ditemui dalam acara
Halal bi Halal Bahana Group dan Market Update di Graha Cimb Niaga,
Jakarta, Rabu (21/8/2013).
Menurut Harry, selain faktor pelemahan rupiah yang mempengaruhi
laba bersih di setiap emiten, dan juga kenaikan suku bunga acuan Bank
Indonesia (BI Rate). Adapun saham yang sangat terpengaruh terhadap
pelemahan nilai tukar rupiah adalah, PT Indosat Tbk (ISAT). Saham
telekomunikasi tersebut terkena dampak 17,9% dari laba bersih, sedangkan
pengaruh BI Rate hampir sebesar 24% dari raihan laba bersih.
Selain ISAT, laba bersih perusahaan PT Gudang Garam Tbk
(GGRM) juga megalami penurunan hingga 0,9%. Laba PT Bakrie
Telekomunikasi Tbk (BTEL) juga mengalami penurunan hingga 5,9% dan
laba bersih PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) mengalami penurunan 5,9%.
Lanjut Harry, pelemahan rupiah juga menurunkan laba bersih
emiten, tapi juga memberikan dampak pada keuntungan emiten. PT Timah
Tbk (TINS) mengalami penurunan keuntungan hingga 5,2%, sedangkan PT
Astra Agro Lestari Tbk (AALI) mengalami penurunan laba bersih hingga
3,4%. "Pelemahan mata uang rupiah juga berdampak pada PT Sarana
Menara Nusantara Tbk (TOWR) mengalami penurunan laba bersih hingga
sebesar 3,9%," tegasnya. Ditambahkannya, pelemahan rupiah yang semakin
tajam, memang mempengaruhi kinerja emiten, khususnya yang
berpendapatan mata uang dolar AS. Berdasarkan berita diatas PT Gudang
Garam menjadi salah satu perusahaan yang mengalami penurunan laba
bersihnya sebesar 0,9% akibat melemahnya nilai rupiah.
Hal ini dialami oleh PT Gudang Garam karena perusahaan
membutuhkan bahan baku utama berupa tembakau dan cengkeh yang
berkualitas untuk produk mereka, sementara kualitas panen tembakau dan
cengkeh lokal yang menjadi bahan baku utama tersebut sangatlah
bergantung pada cuaca, faktor cuaca yang kini sering tidak menentu
mengakibatkan penurunan kualitas panen kedua bahan baku tersebut.
Sehingga perusahaan terpaksa harus mengimpor persediaan bahan baku
mereka dari luar negeri agar kualitas atas produk yang dihasilkan tetap
terjaga. Inilah yang menyebabkan menurunnya pendapatan dan laba bersih
perusahaan.
Selain itu penurunan pendapatan dan laba bersih Gudang Garam
dapat disebabkkan juga oleh aturan pemerintah, karena sebelumnya industri
rokok diberatkan dengan aturan pemerintah yaitu regulasi mengenai rokok,
PP Nomor 109 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif
berupa produk Tembakau bagi kesehatan yang dikeluarkan pemerintah
tahun 2012 kemarin yang mengacu pada Framework Convention on
Tobacco Control (FCTC) yang dicanangkan oleh WHO pada tahun 2003,
salah satu aturannya yang berupa kenaikan bea pita cukai yang secara terus
menerus dan juga kewajiban menampilkan gambar - gambar seram dari
bahayanya rokok pada kemasan dan iklan rokok.
Biaya pita cukai dan PPN Gudang Garam pada tahun 2013 mencapai
29 triliun, atau setara 67% dari total beban biaya pokok penjualan Gudang
Garam. Dan jika dibandingkan dengan pendapatan penjualan, biaya pita
cukai Gudang Garam tahun 2013 setara dengan 54% hasil pendapatan
penjualan perusahaan. Artinya, 54% dari total pendapatan penjualan
Gudang Garam tahun 2013 digunakan untuk membayar bea pita cukai dan
PPN. Dan jika dilihat dalam beberapa tahun belakang, kontribusi biaya pita
cukai dan PPN tersebut nilainya selalu diatas 50% dari total pendapatan
penjualan Gudang Garam. Bagaimana pun itu perusahaan harus tetap
mengeluarkan dana untuk membayar besarnya biaya pita cukai sesuai
aturan.
Serta kewajiban perusahaan menampilkan gambar-gambar dari
bahaya dan dampak negatif rokok pada kemasan serta iklan produk secara
tidak langsung akan mengurangi minat para konsumen untuk merokok, hal
ini tentu saja akan menurunkan penjualan rokok, termasuk rokok Gudang
Garam itu sendiri, dan dampak lainnya dari ketatnya aturan pemerintah
dalam industri rokok adalah Gudang Garam harus mengurangi dan
menghemat biaya perusahaan yang lainnya.
ANALISIS
Specific market risk merupakan risiko yang hanya dialami secara khusus
pada sektor atau sebagian bisnis saja tanpa bersifat menyeluruh (Agus
Sucipto: Manajemen Risiko). Kasus ini termasuk dalam kebijakan yang
diberlakukan pada sektor Industri, yaitu rokok. Sesuai dengan pembahasan
studi kasus diatas, PT Gudang Garam ikut merasakan dampak dari
penurunan nilai tukar rupiah yang berakibat menurunnya laba bersih
perusahaan yang akan berdampak pada membagian deviden kepada para
pemegang saham, serta peraturan pemerintah yang dapat menurunkan
penjualan produk serta pendapatan perusahaan. Salah satu cara yang
dilakukan oleh PT Gudang Garam untuk menanggulangi risiko tersebut
adalah dengan melakukan kebijakan penawaran pensiun dini kepada para
karyawannya terutama karyawan borongan sigaret kretek tangan (SKT) dan
operasional dengan alasan untuk mengantisipasi dampak buruk yang akan
terjadi pada perusahaan dimasa mendatang akibat bertambah ketatnya
peraturan industri rokok yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
E. Proses Identifikasi dan Pengukuran Risiko Pasar
Dalam melakukan penerapan manajemen risiko melalui proses
identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko, serat sistem
informasi manajemen risiko untuk risiko pasar, maka selain melaksanakan
proses sebagaimana bank perlu menambahkan penerapan beberapa hal dalam
tiap proses dimaksud, yaitu :
1. Identifikasi Risiko Pasar
Bank harus memiliki proses identifikasi risiko yang disesuaikan
dengan risiko pasar yang melekat pada aktivitas bisnis bank yang
meliputi risiko suku bunga, nilai tukar, ekuitas, dan komoditas. Khusus
untuk risiko suku bunga pada banking book (Interest Rate Risk in
Banking Book/IRRBB), proses identifikasi mencakup identifikasi
terhadap sumber risiko IRRBB seperti repricing risk, yield curve risk,
basis risk, maupun optionality risk yang dapat mempengaruhi
pendapatan bunga bank dan nilai ekonomis dari posisi keuangan bank,
serta modal bank. (Indonesia, 2015, p. 240-241)
Tujuan dilakukannya identifikasi risiko adalah untuk
mengidentifikasi seluruh jenis risiko yang melekat pada setiap aktivitas
fungsional yang berpotensi merugikan bank. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam menetapkan identifkasi risiko antara lain :
a. Bersifat proaktif dan bukan reaktif
b. Mencakup seluruh aktivitas fungsional (kegiatan operasional)
c. Menggabungkan dan menganalisis informasi risiko dari seluruh
sumber informasi yang tersedia
d. Menganalisis probabilitas timbulnya risiko serta konsekuensinya.
(Indonesia, 2014, p. 211)
2. Pengukuran Risiko Pasar
a. Bank wajib memiliki sistem atau medel pengukuran risiko pasar
untuk mengukur posisi dan sensitivitas yang terkait risiko pasar
baik pada kondisi normal maupun stress.
b. Sistem pengukuran risiko pasar antara lain :
1) Menyediakan informasi mengenai posisi out standing dan
potensi keuntungan atau kerugian secara harian, termasuk
informasi mengenai posisi setiap nasabah
2) Mencakup seluruh eksposur risiko pasar baik saat ini maupun
potensi dimasa depan, dan mampu melakukan marked to market
3) Dapat mengkomodasi peningkatan volume eksposur, perubahan
teknik penilaian nilai wajar, perubahan metodologi, dan produk
baru
4) Memperhitungkan sksposur risiko pasar yang dilakukan dengan
opsi, baik opsi yang eksplisit maupun opsi yang melekat
5) Memiliki asumsi dan parameter yang terdokumentasi dan
dievaluasi secara berkala
6) Didukung oleh sistem pengumpulan data yang memadai
7) Dilengkapi dengan analisis skenario dan stress testing
8) Terintegrasi dengan proses manajemen risiko secara rutin baik
dari aspek pengambilan keputusan, struktur pemerintah maupun
proses alokasi media internal.
c. Alat pengukuran harus dapat megukur eksposur risiko inheren
yang dapat dikuantifikasi. (Indonesia, 2015, p. 241)
B. Metode Mitigasi Risiko Pasar
Pelaksanaan proses pengendalian risiko harus digunakan bank untuk
mengelola risiko tertentu, terutama yang dapat membahayakan kelangsungan
usaha bank. Pengendalian risiko dapat dilakukan oleh bank , antara lain dengan
cara hedging, dan metode mitigasi risiko lainnya seperti penerbitan garansi,
sekuritisasi aset dan credit derivatives, serta penambahan modal bank untuk
menyerap potensi kerugian. (Indonesia, 2014, p. 214)
1. Manajemen harus mengambil langkah-langkah dalam rangka
pengendalian risiko termasuk pencegahan terjadinya kerugian risiko pasar
yang lebih besar
2. Bertanggung jawab dalam rangka pengendalian risiko pasar dalam unit
pelaksana antara lain meliputi :
a. Rekonsiliasi posisi yang dikelola dan dicatat dalam sistem informasi
manajemen
b. Pengendalian terhadap akurasi laba dan rugi dan kepatuhan pada
ketentuan termasuk standar akuntansi yang berlaku
3. Bank yang memiliki surat berharga dan obligasi wajib melakukan review
secara berkala terhadap kondisi, kredibilitas dan kemampuan membayar
kembali penerbit surat berharga dan obligasi. Review tersebut harus
didokumentasikan dan dilakukan paling kurang setiap 6 bulan
4. Dalam hal ini bank memiliki surat berharga dan obligasi yang terdaftar
atau diperdagangkan dipasar modal dan berdasarkan hasil review terdapat
kemungkinan peningkatan kegagalan penerbit, maka bank harus
melakukan pengendalian antara lain dengan memantau secara ketat credit
spread surat berharga dan obligasi tersebut serta mengambl tindakan yang
diperlukan untuk mengurangi kerugian, misalnya dengan membentuk
cadangan. (Indonesia, 2015, p. 247)
F. Penerapan Manajemen Risiko
Penerapan manajemen risiko akan memberi manfaat, baik kepada
perbankan maupun otoritas pengawasan bank. Bagi bank, penerapan manajemen
risiko dapat meningkatkan shareholder value, memberi gambaran kepada
pengelola bank mengenai kemungkinan kerugian bank dimasa datang,
meningkatkan metode dan proses pengambilan keputusan yang sistematis
didasarkan atas ketersediaan informasi, digunakan sebagai dasar pengukuran
yang lebih akurat mengenai kinerja bank, digunakan untuk menilai risiko yang
melekat pada kegiatan usaha bank yang relatif kompleks serta menciptakan
infrastruktur manajemen risiko yang kokoh dalam rangka meningkatkan daya
saing bank. Bagi otoritas pengawasan bank, penerapan manajemen risiko akan
mempermudah penilaian terhadap kemungkinan kerugian yang dihadapi bank
yang dapat memengaruhi permodalan bank dan sebagai salah satu dasar
penilaian dalam menetapkan strategi dan fokus pengawasan bank, serta
meminimalisir dampak dari kegagalan suatu bank terhadap sistem perbankan
secara keseluruhan. Bank Indonesia menyatakan bahwa esensi dari penerapan
manajemen risiko adalah kecukupan prosedur dan metodologi pengelolaan
risiko sehingga kegiatan usaha bank tetap dapat terkendali pada batas/limit yang
dapat diterima serta menguntungkan bank. (Indonesia, 2014, p. 206-207)
G. Sistem Pengendalian Internal
Sistem pengendalian internal adalah kewajiban pihak manajemen yang
penting. Dari mendasar tanggung jawab penyediaan informasi dari pihak
manajemen adalah untuk memberikan jaminan yang wajar bagi pemegang
saham bahwa perusahaan dikendalikan dengan baik. Sistem pengendalian
internal terdiri atas berbagai kebijakan, praktik, dan prosedur yang diterapkan
oleh perusahaan untuk mencapai empat tujuan umumnya :
1. Menjaga aktiva perusahaan
2. Memastikan akurasi dan keandalan catatan serta informasi akuntansi
3. Mendorong efisiensi dalam operasional perusahaan
4. Mengukur kesesuaian dengan kebijakan serta prosedur yang ditetapkan oleh
pihak manajemen. (Hall, 2007, p. 180-181)

Pentingnya pengendalian internal bagi manajemen dan auditor independen


telah diakui dalam literatur profesional selam beberapa tahun. Faktor-faktor
pentingnya pengendalian internal adalah :

1. Lingkup dan ukuran bisnis entitas telah menjadi sangat kompleks dan tersebar
luas sehngga manajemen harus bergantung pada sejumlah laporan dan anlisis
untuk mengendalikan operasi secara efektif.
2. Pengujian dan penelaahan yang melakat dalam sistem pengendalian internal
yang baik menyediakan perlindungan terhadap kelemahan manusia dan
mengurangi kemungkinan terjadinya kekeliruhan dan ketidakberesan
3. Tidak praktis bagi auditor untuk melakukan audit atas kebanyakan perusahaan
dengan pembatasan biaya ekonomi tanpa menggantungkan pada sistem
pengendalian internal klien.
Selama lima dekade terbitan ini muncul tingkat kepentingan yang lebih tinggi
telah diberikan pada pengendalian internal oleh manajemen , auditor independen, dan
semakin banyak pihak eksternal, seperti pembuat aturan.
Mengidentifikasi lima komponen yang saling berhubungan, yaitu :
1. Lingkungan pengendalian menetapkan suasana suatu organisasi, yang
mempengaruhi kesadaran akan pengendalian dari semua komponen
pengendalian internal lainnya, yang menyediakan disiplin dan struktur
2. Penilaian risiko merupakan pengidentifikasian dan analisis entitas mengenai
risiko yang relevan terhadap pencapaian tujuan entitas, yang membentuk suatu
dasar mengenai bagaimana risiko harus dikelola
3. Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yang membantu
meyakinkan bahwa perintah manajemen telah dilaksanaka
4. Informasi dan komunikasi merupakan pengidentifikasian, penangkapan, dan
penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan kerangka
waktu yang membuat orang mampu melaksanakan tanggung jawabnya
5. Pemantauan merupakan suatu proses yang menilai kualitas kinerja
pengendalian internal pada suatu waktu. (Susilo, 2018, p. 180-181)
BAB III
PENUTUP

Risiko pasar adalah risiko terjadinya penurunan harga pasar sehingga kita akan
mengalami kerugian. Pengukuran risiko pasar bisa dilakukan dengan deviasi
standar yang praktis dan merupakan cikal bakal teknik berikutnya yaitu VAR
(Value At Risk). VAR merupakan teknik pengukuran risiko pasar yang semakin
popular. Ada beberapa cara untuk menghitung VAR data historis, analitik, dan
simulasi. VAR mempunyai kelemahan karena tidak bisa melihat kondisi ekstrim.
Street-test bisa digunakan untuk melihat pengaruh situasi ekstrim terhadap
portofolio kita.
Bentuk resiko pasar terbagi menjadi dua, yaitu general market risk dan spesific
market risk yang masing masing mempunyai sifat dan ciri tersendiri, walaupun
seperti itu semuanya berpengaruh pada pangsa pasar. Maka dari itu setiap
perusahaan harus mampu menganalis resiko pasar yang akan terjadi, termasuk
kemungkinan kemungkinan yang akan terjadi di masa yang akan datang, sehingga
sebuah perusahaan dapat meminimalisir resiko pasar yang akan terjadi dan akan
lebih mudah dalam kebijakan perusahaan.
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Adiwarman, Karim. 2010. Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.
Hall, James A. 2007. Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
Ikatan Bankir Indonesia (IBI). 2014. Memahami Audit Intern Bank. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Ikatan Bankir Indonesia (IBI). 2015. Manajemen Risiko 1. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Sulhan, M & Ely Siswanto. 2008. Manajemen Bank Konvensional dan Syariah.
Malang: Anggota IKAPI.
Susilo, Leo J. 2018. Manajemen Risiko Berbasis ISO. Jakarta: PT Gramedia.
Kasidi, Manajemen Risiko, ( Bogor: Ghalia Indonesia, 2014) cet. Ke-2, hlm. 66
Hennie van Greuning dan Zamir Iqbal., Analisis Resiko Perbankan Syariah,
(Jakarta: salemba empat, 2011), hlm. 149
Link
http://nurus-sholihah.blogspot.co.id/2015/10/risiko-pasar-makalah-disusun-guna.html

http://resikopasar.blogspot.co.id/2012/06/resiko-pasar.html

http://nurizzahmaulidina.blogspot.co.id/2017/04/contoh-kasus-manajemen-risiko.html

http://abhymujahidmuda.blogspot.com/ diakses tanggal 10 Januari 2018 pukul 21.55 WIB

Anda mungkin juga menyukai