Anda di halaman 1dari 8

UNIVERSITAS MURIA KUDUS

FAKULTAS EKONOMI
KAMPUS GONDANG MANIS KUDUS

UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL TAHUN 2018/2019


MATA UJIAN : AKUNTANSI PERBANKKAN (Reguler F)
DOSEN : Dr DWI SOEGIARTO SE.MM.
PROGDI : AKUNTANSI

JAWAB :

1. Pengertian Overdraft

Dalam dunia keuangan, istilah cerukan juga kadang digunakan sebagai sinonim dari overdraft.
Cerukan atau overdraft digunakan untuk menyebut kondisi rekening yang negatif. Rekening
negatif terjadi karena penarikan dana yang lebih besar dari saldo rekening, khususnya jika jenis
akun yang digunakan giro. Sehingga secara otomatis selisih atau kelebihan nominal akan
berubah menjadi utang nasabah. Jika nasabah dalam posisi sudah memiliki utang, maka
nominal itu akan menjadi ekspansi kreditnya.
2.
Kliring adalah sarana yang digunakan oleh bank untuk menjalankan fungsinya, yaitu untuk
memudahkan penyelesaian transaksi antarbank. Bank dapat saling memperhitungkan hutang
piutang yang terjadi akibat transaksi bisnis yang dilakukan masing-masing nasabahnya.
Transaksi antara nasabah bank tersebut menggunakan alat bayar berupa cek, bilyet giro, dan
surat dagang lainnya yang lazim diterima oleh bank. Definisi Kliring bank adalah cara atau
sarana perhitungan hutang-piutang dalam bentuk surat-surat berharga atau surat dagang dari
suatu bank peserta yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia atau pihak lain yang ditunjuk.
Penyelesaian hutang-piutang bisa saja dilakukan diluar cara ini, tapi dengan kliring akan dapat
dilakukan secara cepat, aman, efektif, dan efisien. Dalam perkembangannya, kliring tidak hanya
dilakukan secara manual tapi juga secara otomatis maupun elektronik. Oleh karena itu, definisi
lain kliring adalah sebagai pertukaran warkat atau data keuangan elektronik antar bank atas nam
bank maupun nasabah yang hasil perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.

3. Nota Debit

Nota debit merupakan dokumen yang menjadi bukti terjadinya pengurangan utang usaha karena
adanya pengembalian barang dagangan atau penurunan harga yang dibuat pembeli. Secara
sederhana, nota debit digunakan untuk mendebit/mengurangi. Maka, jika dikaitkan dengan usaha
jual dan beli barang dan/atau jasa, berarti nota debit berguna untuk mengurangi utang usaha
pembeli yang harus dilunasi.

Lembar nota debit biasanya dibuat minimal dua rangkap. Lembar aslinya kemudian
dikirimkan pembeli kepada penjual bersamaan dengan pengembalian barang yang dibeli.
Sedangkan lembar lainnya disimpan pembeli sebagai bukti pencatatan.
4. Traveller cheque

Cek perjalanan atau cek jalan (bahasa Inggris Amerika: traveler's check; bahasa Inggris


Britania: traveller's cheque) adalah alat pembayaran semacam cek yang diciptakan
untuk orang bepergian dan dapat diuangkan pada kantor bank yang mengeluarkan atau
pada pihak yang ditunjuk. Cek perjalanan dapat dibayar oleh perusahaan yang
mengeluarkannya dan dijual dengan angka nominal tertentu dan dijamin dari kehilangan
atau pencurian. Cek tadi diterima sebagai pengganti uang tunai oleh para pedagang dan
dapat dicairkan di kantor-kantor tertentu .

5. CAR (Capital Adequacy Ratio)

 CAR (Capital Adequacy Ratio) merupakan rasio kecukupan modal yang menunjukkan
kemampuan perbankan dalam menyediakan dana yang digunakan untuk mengatasi
kemungkinan risiko kerugian. Rasio ini penting karena dengan menjaga CAR pada batas
aman (minimal 8%), berarti juga melindungi nasabah dan menjaga stabilitas sistem
keuangan secara keseluruhan. Semakin besar nilai CAR mencerminkan kemampuan
perbankan yang semakin baik dalam menghadapi kemungkinan risiko kerugian. CAR
dapat diperoleh dengan membagi total modal dengan aset tertimbang menurut risiko
(ATMR), seperti rumus di bawah:

 Non Performing Loan (NPL)

Salah satu resiko yang dihadapi oleh bank adalah resiko tidak terbayarnya
kredit yang telah diberikan kepada debitur atau disebut dengan resiko kredit.
Resiko kredit merupakan suatu resiko akibat kegagalan atau ketidakmKredit macet /
kredit Non Performing pada umumnya merupakan kredit
yang pembayaran angsuran pokok dan/atau bunganya telah lewat 90 (sembilan
puluh) hari atau lebih setelah jatuh tempo, atau kredit yang pembayarannya secara
tepat waktu sangat diragukan. Kredit Non Performing terdiri atas kredit yang
digolongkan sebagai kredit kurang lancar, diragukan, dan macet (PSAK No. 31
Tahun 2009 Tentang Akuntansi Perbankan). Kredit macet dapat dihitung dengan
menggunakan rumus Non Performing Loan (Raharja, 2006:196) sebagai berikut:

NPL = Kredit kurang lancer + kredit diragukan + kredit macet x 100%


Total kredit

 BOPO (Belanja Operasional terhadap Pendapatan Operasional)


BOPO (Belanja Operasional terhadap Pendapatan Operasional) merupakan rasio yang
menggambarkan efisiensi perbankan dalam melakukan kegiatannya. Belanja operasional
adalah biaya bunga yang diberikan pada nasabah sedangkan pendapatan operasional adalah
bunga yang didapatkan dari nasabah. Semakin kecil nilai BOPO artinya semakin efisien
perbankan dalam beroperasi. BOPO dihitung dengan rumus sebagai berikut:

6. Penempatan pada bank lain adalah penempatan/tagihan atau simpanan


milik bank pada bank lain untuk menunjang kelancaran aktivitas
operasional, dalam rangka memperoleh penghasilan, dan sebagai secondary
reserve.

B. Dasar Pengaturan
1. SAK ETAP.
2. PSAK No.101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah.

C. Penjelasan
1. Penempatan pada bank lain adalah penempatan dalam bentuk giro,
tabungan dan deposito pada bank syariah lain serta giro dan tabungan
pada bank konvensional.
2. Pada dasarnya Bank harus melakukan penempatan pada bank syariah
lain. Dalam hal terdapat penempatan pada bank konvensional, maka
pendapatan bunga dan jasa giro yang diterima dari bank konvensional,
diakui sebagai sumber dana kebajikan.
3. Bagi hasil dan bonus yang diterima dari bank syariah lain
dibagihasilkan kepada nasabah.

7. Perhatikan contoh berikut:


Bank ABCD pada tanggal 31 Desember 2019 memiliki saldo-saldo seperti tampak pada neraca
sederhana.
Misalnya kita ingin menentukan PPAP untuk kredit yang diberikan, maka kita harus melihat sisi
debet (saldo terakhir pelaporan) kredit yang diberikan. Dalam neraca sebesar Rp 11.242.000.000

PT Bank ABCD
Neraca
per 31 Desember 2019

A: Aset
Kas = Rp 400.000.000
Giro =  Rp 600.000.000
Bank-bank Lain = Rp 450.000.000
PPAP-RBL = – Rp 30.000.000
Sekuritas Jangka Pendek = Rp 1.500.000.000
PPAP – SJP = -Rp 100.000.000
Kredit Diberikan = Rp 11.242.000.000
PPA – Kredit Diberikan =  – Rp 545.000.000
Penyertaan Rp 4.000.000.000
PPAP – Penyertaan = -Rp 447.000.000
Aktiva Tetap = Rp 1.000.000.000
Akumulasi Penyusutan = -Rp 243.000.000
Total Aset = Rp 17.827.000.000

B: Kewajiban
Giro = Rp 700.000.000
SB Diterbitkan = Rp 450.000.000
Tabungan = Rp 2.000.500.000
Deposito = Rp 8.000.000.000
Pinjaman Diterima = Rp 4.000.000.000
Kewajiban Lainnya = Rp 500.000.000

C: Modal
Modal = Rp 2.176.500.000

Total Kewajiban dan Modal = Rp 17.827.000.000

Untuk dapat menentukan PPAP akhir tahun 2019, perlu diketahui kualitas kreditnya dan bobot
agunan yang digunakan dalam perhitungan.

Bila kita perhatikan saldo penyisihan penghapusan kredit yang diberikan yang telah dibentuk
tahun sebesar Rp 545.000.000.

Sedangkan pada akhir tahun 2019 PPAP yang harus dibentuk sebesar Rp 1.209.700.000.

Dengan demikian yang perlu ditambahkan sebesar:

= Rp 1.209.700.000 – Rp 545.000.000
= Rp 664.700.000
Dan pencatatan jurnal umum transaksi yang diperlukan pada saat pembentukan PPAP adalah:

Tanggal 31/12/2019:

[Debit] Biaya Penyisihan Penghapusan Rp 664.700.000


[Kredit] Penyisihan Penghapusan Rp 664.700.000

Dengan demikian saldo Penyisihan Penghapusan Kredit pada tanggal 31 Desember 2019 jika
ditampilkan dalam Laporan Keuangan Bank adalah sebesar Rp 1.209700.000

8. Estimasi kerugian komitmen dan kontinjensi adalah taksiran


kerugian akibat tidak dipenuhinya komitmen dan kontinjensi oleh
nasabah.

B. Dasar Pengaturan

01. PSAK 57 tentang Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontinjensi


dan Aset Kontinjensi.

C. Penjelasan

01. Bank terkadang mengadakan transaksi yang tidak berakibat


pada pengakuan aset dan liabilitas pada Laporan Posisi
Keuangan, tetapi berakibat pada timbulnya komitmen dan
kontinjensi. Transaksi seperti itu seringkali merupakan bagian
yang penting dari kegiatan usaha suatu Bank dan dapat
berdampak signifikan terhadap tingkat risiko yang dihadapi
Bank tersebut.
02. Pada umumnya komitmen dan kontinjensi yang mempunyai
risiko kredit digolongkan dalam kualitas lancar, dalam perhatian
khusus, kurang lancar, diragukan dan macet sesuai dengan
ketentuan Bank Indonesia.
03. Pada umumnya komitmen dan kontinjensi yang telah jatuh
tempo dan nasabah tidak dapat memenuhi kewajibannya
dialihkan menjadi pembiayaan. Selanjutnya perlakuan
akuntansi untuk komitmen dan kontinjensi yang telah dialihkan
tersebut mengikuti akuntansi untuk pembiayaan

9. Keuntungan kontinjensi (gain contingencies)


adalah klaim atau hak untuk menerima aktiva (atau memiliki kewajiban yang menurun) yang
keberadaannya tidak pasti tetapi pada akhirnya mungkin akan menjadi sah.
Jenis keuntungan Kontinjensi yang khas adalah :
1.Penerimaan yang mungkin atas uang dari hadiah, sumbangan, bonus, dan lain sebagainya.
2.Kemungkinan pengembalian dana dari pemerintah atas kelebihan pajak.
3.Penundaan kasus pengadilan yang hasilnya mungkin menguntungkan.
4.Kerugian pajak yang mungkin dikompensasi ke depan.

10. Pengungkapan
Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:
1. Penempatan pada bank lain dengan akad Wadiah:
a. Jenis produk penempatan dan akad yang digunakan;
b. Kualitas penempatan;
c. Pihak berelasi;
d. Jumlah dana penempatan yang diblokir dan alasannya; dan
e. Jumlah dana yang tidak dapat dicairkan pada bank bermasalah.
2. Penempatan pada bank konvensional:
a. Jenis penempatan;
b. Pihak berelasi; dan
c. Jumlah dana yang diblokir dan alasannya.

11.
Pengertian laporan keuangan bank sendiri, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan laporan
keuangan perusahaan komersial lainnya. Bank akan merilis laporan keuangan mereka pada setiap
jangka waktu tertentu, yakni:
1. Laporan Keuangan Bulanan Bank
Sesuai namanya, laporan yang satu ini disiapkan setiap akhir bulan selama satu tahun. Secara
individu, laporan keuangan bulanan bank adalah gugusan antara kantor pusat bank dengan
seluruh cabang atau perwakilan bank yang ada.

2. Laporan Keuangan Triwulanan


Laporan ini dilakukan per 3 bulan, dan wajib disediakan di akhir bulan Maret, Juni, September,
dan Desember. Laporan keuangan triwulanan harus disajikan sesuai dengan peraturan Otoritas
Jasa Keuangan dan biasanya dipublikasikan untuk menginformasikan hasil usaha, kinerja, dan
posisi keuangan bank tersebut. Cakupan pembuatan laporan didasarkan pada Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK), Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia, dan peraturan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia.

3. Laporan Keuangan Tahunan


Laporan ini dirilis setiap tahun untuk menginformasikan kondisi keuangan bank secara
menyeluruh. Dengan demikian, nasabah dan publik akan mendapatkan gambaran mengenai
kinerja dan performa bank (positif atau negatif) di tahun tersebut. Laporan ini juga diharapkan
dapat menumbuhkan transparansi dan memelihara keyakinan masyarakat kepada lembaga
perbankan.

Laporan ini tidak akan hanya disampaikan kepada Bank Indonesia dan pemegang saham, tetapi
juga lembaga lain yang terlibat dalam perkembangan usaha bank. Organisasi-organisasi tersebut
biasanya adalah Institut Bankir Indonesia, Asosiasi Perbankan, Yayasan Lembaga Konsumen
Indonesia (YLKI), beserta organisasi penelitian dan pemeringkat di bidang keuangan dan
ekonomi.

Dari uraian di atas, Anda sudah mendapatkan gambaran tetang pengertian laporan keuangan
bank, termasuk di antaranya informasi mengenai sumber pendapatan yang diperoleh bank dan
jenis-jenis laporan yang mereka keluarkan.
12.
Kliring (dari bahasa Inggris clearing), sebagai suatu istilah dalam
dunia perbankan dan keuangan, merujuk pada suatu aktivitas yang berjalan sejak saat terjadinya
kesepakatan untuk suatu transaksi hingga selesainya pelaksanaan kesepakatan tersebut. Kliring
sangat dibutuhkan sebab kecepatan dalam dunia perdagangan jauh lebih cepat daripada waktu
yang dibutuhkan guna melengkapi pelaksanaan aset transaksi.
Kliring melibatkan manajemen dari pascaperdagangan, pra-penyelesaian eksposur kredit,
guna memastikan bahwa transaksi dagang terselesaikan sesuai dengan aturan pasar, walaupun
pembeli maupun penjual menjadi tidak mampu melaksanakan penyelesaian kesepakatannya.
Proses kliring adalah termasuk pelaporan / pemantauan, marjin risiko, netting transaksi dagang
menjadi posisi tunggal, penanganan perpajakan dan penanganan kegagalan.

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) terbagi menjadi dua


Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/18/PBI/2005 menjelaskan penyelenggaraan Sistem Kliring
Nasional Bank Indonesia (SKNBI) terdiri atas:

 Kliring debet

 Kliring kredit

Kliring debet
Dalam SKNBI, kliring debet adalah kegiatan buat transfer debet. Transfer debet yang dimaksud
di sini berasal dari Warkat Debet atau Warkat Kliring, yang meliputi:

 Warkat Debet yang diterbitkan peserta yang terdaftar di wilayah Kliring tersebut.

 Warkat Debet berupa cek dan bilyet giro antarwilayah.

Kliring kredit
Dalam SKNBI, kliring kredit adalah kegiatan buat transfer kredit. Penyelenggaraan kliring kredit
dilakukan secara nasional dengan ketentuan:

 Transfer yang bisa dikliringkan adalah transfer kredit yang berasal dari peserta di suatu
Wilayah Kliring buat tujuan Peserta lainnya di seluruh wilayah Indonesia. 

 Transfer kredit sebagaimana dimaksud poin di atas dikliringkan dalam bentuk Data
Keuangan Elektronik (DKE) Kredit dalam mata uang rupiah. 
 Perhitungan kliring kredit dilakukan secara nasional oleh Penyelenggara Kliring Nasional
(PKN).

Anda mungkin juga menyukai