Anda di halaman 1dari 12

Pendahuluan

Sektor perbankan mempunyai peran yang penting dalam menunjan perekonomian suatu
Negara.Bank mempunyai fungsi sebagai lembaga intermediasi yaitu lembaga yang
menghubungkan antara pihak yang kelebihan dana (unit surplus of funds) dengan pihak yang
membutuhkan dana (unit deficit of funds). Bank mempunyai tiga kegiatan utama yaitu,
kemampuan bank dalam menghimpun dana dari masyarakat, kemampuan bank dalam
menggunakan dana tersebut untuk disalurkan kembali kepada masyarakat dan jasa yang
diberikan oleh bank kepada masyarakat (Riyadi, Selamet: 2006). Pemberian kredit merupakan
kegiatan bank yang paling utama dalam mendapatkan keuntungan, namun kegiatan tersebut juga
menimbulkan risiko yang besar. Menurut Rivai et al. (2013), kredit bagi bank merupakan earning
assets sekaligus risk assets, yaitu aktiva yang menghasilkan sekaligus mengandung risiko. Untuk
meminimalisir dampak risiko yang ditimbulkan, strategi penetapan suku bunga dapat menunjang
proses pelaksanaan manajemen gap, likuiditas dan manajemen valuta asing untuk
memaksimalkan pendapatan bunga. Penentuan suku bunga kredit (base lending rate) merupakan
kebijakan yang strategis bagi bank dalam memenangkan persaingan.

Selama beberapa tahun terakhir setelah dilanda oleh krisis moneter. Indonesia perlahan-lahan
mulai bangkit dari keterpurukan dan mulai menata kembali perekonomiannya. Hal tersebut dapat
dilihat dari perkembangan pertumbuhan ekonomi selama 5 tahun terakhir yang menunjukkan
kecenderungan untuk meningkat. Keberadaan perbankan syariah di Indonesia merupakan refleksi
kebutuhan atas sistem perbankan yang dapat memberikan kontribusi stabilitas kepada sistem
keuangan nasional. Industri perbankan syariah yang mencerminkan permintaan masyarakat yang
membutuhkan suatu sistem perbankan alternatif yang menyediakan jasa perbankan yang
memenuhi prinsip-prinsip syariah. Sebagai negara yang mayoritas Muslim terbesar di dunia,
Indonesia memiliki prospek bagi pengembangan perbankan syariah di masa yang akan datang.
Hal ini didukung oleh keyakinan sebagian masyarakat kita akan adanya keberkahan rezeki yang
diberikan Allah SWT bila melakukan transaksi melalui perbankan syariah.

Dalam kondisi perekonomian yang terus berkembang, sektor perbankan memiliki potensi dan
peluang yang besar dalam peranannya sebagai sumber pembiayaan bagi masyarakat dan sektor
usaha. Masyarakat dan sektor usaha sebagai pihak pengguna jasa bank yang paling berperan,
pada umumnya selalu memiliki respon yang tanggap terhadap berbagai bentuk layanan yang
diberikan olehmasing masing bank untuk menarik simpati nasabahnya. Bank sebagai lembaga
yang sangat bergantung pada kepercayaan nasabah tentunya akan terus menyempurnakan
layanannya di tengah persaingan dengan banyaknya penyedia jasa keuangan lainnya.

Menurut Bastian, Indra Suhasdjono “Akuntansi Perbankan” (2006) Dalam pedoman Akuntansi
Perbankan Indonesia (PAPI) ditetapkan bahwa pengertian giro adalah simpanan pihak lain pada
bank yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran dan penarikannya dapat dilakukan setiap
data dengan menggunakan cek, katu ATM, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan
cara pemindahbukuan anatara lain bilyet giro. Transaksi Giro dicatat sebesar nominal. Saldo giro
disajikan sebesar saldo kewajiban bank kepada pemegang giro. Dalam hal bank memberikan jasa
giro kepada nasabah, maka jasa giro tersebut dicatat sebagai beban bunga yang dibayarkan.
Saldo debit rekening giro (overdraft) disajikan sebagai bahan dari rekening kredit yang
diberikan. Giro sebagai simpanan dari pihak ketika disajikan di neraca pada sisi kewajiban dan
ekuitas. Pembukuan bunga /jasa giro dibukukan (dikredit) pada akhir bulan ke 24 rekening giro
yang bersangkutan. Pajak atas bunga/jasa giro (tariff pajak kali bunga yang diterima) dipotong
(didebit) dari rekening giro yang bersangkutan. Atas rekening giro nasabah dibebani biaya
administrasi bulanan dan langsung didebit ke rekening giro nasabah yang bersangkutan

Rumusan masalah

1. Bagaimana pengaruh Giro Wajib Minimum terhadap Base Lending Rate?


2. Apa peranan Bank Indonesia dalam menetapkan Giro Wajib Minimum pada Perbankan
Syariah?
3. Apa yang dimaksud dengan rekening giro?

Tujuan dari penelitian

1. Suku bunga deposito merupakan suku bunga yang dibayarkan bank kepada deposan yang
telah menanamkan dana mereka dalam bentuk deposito dan dibayarkan berdasarkan
tenggat waktu yang telah ditentukan. Besarnya suku bunga yang ditawarkan, menarik
minat masyarakat untuk menanamkan dana mereka dalam bentuk deposito.
2. Untuk mengetahui peran Bank Indonesia dalam menetapkan Giro Wajib Minimum pada
Perbankan Syariah.
3. merupakan simpanan masyarakat pada bank yang penarikannya dapat dilakukan dengan
menggunakan cek, surat perintah bayar yang lain, bilyet giro, atau surat pemindahbukuan
yang lain.

Kajian teori

Pada posisi normal, giro akan bersaldo kredit. Namun demikian tidak menutup kemungkinan
terdapat giran yang melakukan transaksi bisnis yang menimbulkan penarikan cek atau bilyet
giro melebihi saldo giro yang dimilikinya. Bila hal ini terjadi maka akan terjadi saldo negatif
(saldo debet untuk giro). Saldo negatif ini (dalam arti cek/BG bisa dicairkan oleh
pemegangnya) karena bank memberikan talangan /cerukan terlebih dahulu. Dalam istilah
perbankan disebut overdraft. Overdraft ini diperlakukan sebagaimana pemberian kredit
kepada nasabah. Giran akan dikenakan biaya provisi, administrasi dan biaya lainnya.

Perlambatan ekonomi domestik dan global yang terjadi terhadap sistem keuangan pada
semester I 2013 yang diakibatkan oleh peningkatan inflasi domestik dan tapering off the fed,
sehingga menimbulkan indikasi adanya ekspektasi depresiasi rupiah beberapa bulan ke
depan. Kondisi tersebut menjadi salah satu alasan yang kuat untuk mendorong beberapa
nasabah bank untuk menyimpan dananya dalam bentuk valas dibanding dalam bentuk rupiah.
Sementara itu, DPK valas yang dihimpun oleh sebagian besar bank digunakan untuk
penyaluran kredit valas maupun penempatan pada bank lain di luar negeri dan juga SBN
valas (KSK Sep 2013). Dalam periode penelitian, terdapat penurunan pada pertumbuhan
DPK rupiah pada 2013 dan 2014 sebesar 12.92% dan 12,19%, bila dibandingkan dengan
2012 sebesar 19,54%. Hal tersebut mengakibatkan fungsi intermediasi perbankan menjadi
kurang optimal yang disebabkan oleh terbatasnya jumlah dana yang dapat disalurkan. Selain
itu, terdapat peningkatan GWM yang tidak disertai oleh peningkatan COLF dan BLR selama
periode tersebut. Hal tersebut disebabkan oleh bank yang mampu mengontrol kenaikan
GWM dan bank tidak mau kehilangan pendapatan dari penyaluran kredit. Berdasarkan
peristiwa di atas, maka peneliti melakukan mengenai pengaruh GMW, suku bunga deposito
berjangka, DPK dan COLF terhadap BLR.
Permodalan bagi bank sebagaimana perusahaan pada umumnya, selain berfungsi sebagai
sumber utama pembiayaan terhadap kegiatan operasionalnya juga berperan sebagai
penyangga terhadap kemungkinan terjadinya kerugian. Selain itu, modal juga berfungsi
untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan bank dalam menjalankan
fungsinya sebagai lembaga intermediasi. Untuk memastikan bahwa industry perbankan
memiliki permodalan yang cukup untuk mendukung kegiatan usahanya, otoritas pengawas
bertanggung jawab untuk menetapkan jumlah minimum permodalan yang harus dimiliki
bank dengan mengeluarkan ketentuan mengenai permodalan minimum (regulatory capital)
sebagai acuan bagi industry perbankan setempat. Pemenuhan regulatory capital tersebut
menjadi salah satu komponen penilaian dalam pengawasan bank yang tercermin dari
pemenuhan rasio kecukupan modal. Manajemen modal yang baik dan efektif dapat
mempertinggi keuntungan bank dan berfungsi untuk menjaga keamanan nasabah. hal mutasi
giro, dapat dijadikan indikasi bahwa giro tersebut tergolong aktif atau pasif. Giro dianggap
pasif bila selama enam bulan berturut-turut tidak mengalami mutasi dan bersaldo dibawah
saldo minimal. Giro pasif tetap akan dikenakan biaya administratif setiap bulan yang
dibebankan pada rekening giro hingga bersaldo nol dan kemudian ditutup secara sepihak oleh
bank.

Pemilik rekening giro disebut girant dan kepada setiap girant akan diberikan imbalan berupa
jasa giro yang besarnya tergantung bank yang mengeluarkannya. Bagi bank giro merupakan
dana murah karena imbalan yang diberikan kepada girant merupakan imbalan yang paling
rendah jika dibandingkan dengan imbalan simpanan lainnya seperti tabungan dan deposito.
24 Cek merupakan salah satu sarana yang digunakan untuk menarik atau mengambil uang di
rekening giro. Fungsi lain dari cek adalah sebagai alat untuk pembayaran. Pengertian cek
adalah surat perintah tanpa syarat dari nasabah kepada bank yang memelihara rekening giro
nasabah tersebut untuk membayar sejumlah uang kepada pihak yang disebutkan dalamnya
atau kepada pemegang cek tersebut. Artinya bank harus membayar kepada siapa saja yang
membawa cek ke bank yang memelihara rekening nasabah untuk di uangkan sesuai dengan
persyaratan yang telah ditetapkan, baik secara tunai maupun pemindahbukuan.
Manfaat Giro Menurut Ismail dalam “Manajemen Perbankan” (2010:0291)

1. Bagi Bank : a. Sumber dana murah

b. Sarana untuk mempromosikan produk lain

2. Bagi Nasabah : a. Memberikan rasa aman bagi kedua pihak baik pembeli maupun
penjual, karena pihak tidak harus membawa uang tunai dalam
melakukan pembayaran, akan tetapi cukup dengan menuliskan sejumlah
pembayaran di dalam cek atau bilyet giro.

b. Kemudahan dalam melakukan transaksi pembayaran

c. Untuk berjaga-jaga apabila terdapat pengeluaran mendadak.

Kerangka berpikir

GWM

SBDB
BLR

DPK

COLF
GWM : H1

SBDB : H2

DPK : H3

COLF : H4

H1: Giro Wajib Minimum (GWM) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Base Lending
Rate (BLR).

H2: Suku Bunga Deposito berpengaruh positif dan signifikan terhadap Base Lending Rate
(BLR).

H3: Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Base Lending Rate
(BLR).

H4: Cost of Loanable Funds (COLF) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Base Lending
Rate (BLR).

Metode Penelitian

variabel independen yang digunakan adalah Giro Wajib Minimum (GWM), suku bunga deposito
berjangka, dana pihak ketiga (DPK) dan cost of loanable funds (COLF), sedangkan variabel
dependen yang digunakan adalah base lending rate (BLR). Base Lending Rate (BLR) Base
lending rate atau tingkat suku bunga kredit merupakan formula yang digunakan untuk
menghitung besarnya bunga atau jasa pinjaman yang akan diberikan kepada para nasabah
(debitur) pada bank. Penentuan base lending rate menjadi hal yang penting dalam industri
perbankan yang kompetitif, dikarenakan bila suatu bank mampu menetapkan base lending rate
yang efisien maka bank tersebut dapat mendapatkan laba yang optimal.
Semakin rendah base lending rate yang ditetapkan, maka bank akan mampu bersaing secara
kompetitif dalam industri perbankan. Untuk menentukan base lending rate, Dendawijaya (2006)
merumuskan sebagai berikut:

BLR-COLF+OHC+FLISK+SPREED +TAX

Adapun populasi sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Swasta
Nasional dan Bank Persero yang ada di Indonesia periode tahun 2010 sampai 2014 sebanyak 83
(delapan puluh tiga) bank. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive
sampling. Kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini sebagai berikut: (1) Bank Swasta
Nasional dan Bank Persero yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014; (2) Melakukan publikasi
laporan keuangan secara konsisten dari tahun 2010-2014; (3) Memiliki data yang dibutuhkan
untuk variabel GWM, suku bunga deposito berjangka, DPK, COLF dan BLR dalam waktu lima
tahun (2010-2014). Berdasarkan kriteria pemilihan sampel diatas, maka diperoleh jumlah sampel
yang selanjutnya akan digunakan dalam penelitian adalah sebanyak 14 (empat belas) sampel.

Pembahasan

Dalam giro terdapat banyak peristiwa ekonomi yang terjadi, dan salah satunya yang terjadi pada
2012 dan 2013. Perlambatan ekonomi domestik dan global yang terjadi terhadap sistem
keuangan pada semester I 2013 yang diakibatkan oleh peningkatan inflasi domestik dan tapering
off the fed, sehingga menimbulkan indikasi adanya ekspektasi depresiasi rupiah beberapa bulan
ke depan. Kondisi tersebut menjadi salah satu alasan yang kuat untuk mendorong beberapa
nasabah bank untuk menyimpan dananya dalam bentuk valas dibanding dalam bentuk rupiah.
Sementara itu, DPK valas yang dihimpun oleh sebagian besar bank digunakan untuk penyaluran
kredit valas maupun penempatan pada bank lain di luar negeri dan juga SBN valas (KSK Sep
2013).
Mengenal dan memahami bisnis perbankan di Indonesia merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari mengenal dan memahami perekonomian Indonesia. Sangat erat kaitannya antara
kestabilan perbankan dengan kestabilan perekonomian, demikian pula sebaliknya. Dengan
demikian, peran yang diemban lembaga perbankan ini sedemikian besarnya sehingga sangat sulit
bagi kita untuk mengharapakan pertumbuhan ekonomi yang baik tanpa didukung penuh oleh
lembaga perbankan

Dalam menetapkan giro diperlukan syarat-syarat yang diperlukan maupunpertimbangan


memperlakukan seberapa wajib minimum yang harus dicadangkan.

Deskripsi Variabel Base lending rate pada periode penelitian memiliki nilai terendah sebesar
10,42% yang terjadi di tahun 2012 pada Bank Central Asia dan memiliki nilai tertinggi sebesar
21,86% yang terjadi di tahun 2014 pada Bank Tabungan Pensiunan Nasional. Rendahnya BLR
pada Bank Central Asia merupakan hasil dari pengontrolan terhadap biaya dana tersebut,
sedangkan tingginya BLR pada Bank Tabungan Pensiunan Nasional sebagai dampak dari
besarnya biaya dana yang diakibatkan oleh dana mahal yang dihimpun. Hal ini merupakan imbas
langsung dari konsekuensi dengan nilai rata-rata sebesar 15,15 dan tingkat sebaran data sebesar
2,71. GWM dalam periode penelitian, memiliki nilai tertinggi sebesar 10,64% pada Bank Rakyat
Indonesia tahun 2012, sedangkan GWM terendah sebesar memiliknilai terendah sebesar 8% pada
Bank Mandiri tahun 2010-2014. Hal ini merupakan dampak dari penerapan ketentuan baru (PBI
No.12/19/PBI/2010) yang mewajibkan GWM Primer sebesar 8%. Nilai rata-rata sebesar 8,34
dan standar deviasi (tingkat sebaran data) sebesar 0,52, menunjukkan bahwa data variabel GWM
terdistribusi dengan baik karena nilai standar deviasi lebih kecil daripada nilai rata-rata. Suku
bunga deposito berjangka dalam periode penelitian, memiliki nilai tertinggi sebesar 9,82% yang
terjadi di tahun 2014 pada Bank Tabungan Pensiunan Nasional, sedangkan suku bunga deposito
berjangka terendah dalam periode penelitian terjadi di tahun 2012 pada Bank Central Asia.
Tingginya suku bunga deposito berjangka yang terjadi pada tahun 2014 melebihi batasan suku
bunga dana yang ditetapkan oleh OJK yaitu sebesar 7,75% untuk tenor 3 bulan (M. D. Hadad,
2014). Hal ini sebagai imbas dari keterbatasan bank dalam mencari nasabah baru dan masih
rendahnya minat masyarakat untuk menabung di bank, sehingga bank tidak mempunyai pilihan
lain untuk mempertahankan nasabah lama mereka. Nilai rata-rata pada suku bunga deposito
berjangka sebesar 6,44% dengan nilai standar deviasi sebesar 1,26%, menunjukkan bahwa data
suku bunga deposito berjangka deposito terdistribusi secara baik. Dana pihak ketiga pada periode
penelitian memiliki nilai terendah sebesar Rp. 13,208 triliun, yang terjadi di tahun 2010 pada
Bank Ekonomi Raharja, sedangkan nilai tertinggi sebesar Rp. 480,129 triliun yang terjadi di
tahun 2014 pada Bank Mandiri. Tingginya DPK yang dihimpun oleh Bank Mandiri, guna
memperkuat perannya sebagai lembaga intermediasi yang baik dan dipercaya oleh masyarakat.
Nilai rata-rata DPK sebesar Rp. 149,454 triliun lebih besar dari tingkat sebaran data yang sebesar
Rp. 132,894 triliun, yang menunjukkan bahwa data DPK terdistribusi dengan baik. Cost of
loanable funds dalam periode penelitian, memiliki nilai tertinggi sebesar 9,58% yang terjadi di
tahun 2014 pada Bank Tabungan Pensiunan Nasional, sedangkan nilai terendah dalam periode
penelitian sebesar memiliki nilai terendah 2,04% di tahun 2013 pada Bank Central Asia. Hal ini
merupakan imbas dari tingginya suku bungadana yang diterapkan oleh bank, sehingga bank
harus menyesuaikan suku bunga kredit demi mengontrol kenaikan COLF. Nilai ratarata sebesar
5,13 dan tingkat sebaran data sebesar 1,59 menunjukkan bahwa data COLF terdistribusi dengan
baik.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil model regresi, terdapat dua hipotesis yang diterima yaitu H2 dan H4. H2
menunjukkan bahwa suku bunga deposito berjangka bepengaruh positif dan signifikan terhadap
BLR dan H4 menunjukkan bahwa COLF mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap BLR. Namun, H1 dan H3 tidak dapat diterima, dimana H1 menunjukkanbahwa GWM
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap BLR dan H3 menunjukkan bahwa DPK
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap BLR. Koefisien determinasi (R2) untuk hasil
regresi model sebesar 36,1% yang meunjukkan bahwa variabel BLR dapat dijelaskan oleh
GWM, suku bunga deposito, DPK dan COLF, sedangkan sisanya sebesar 63,9% dijelaskan oleh
faktor lain di luar model. Koefisien determinasi (R2) yang dapat menjelaskan variabel BLR
hanya sebesar 36,1%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa terdapat faktor-faktor lain yang
mempengaruhi variabel BLR yang tidak diikutsertakan dalam penellitian. Keterbatasan dalam
melengkapi data variabel penelitian, membuat jumlah sampel yang digunakan sedikit. Tingginya
suku bunga kredit indonesia, disebabkan oleh kinerja bank yang kurang efisien. Hal tersebut
tercermin dari tingginya cost of loanable funds. Untuk itu, bank harus mencari alternatif
pendanaan selain dari dana pihak ketiga, melakukan penyeimbangan terhadap porsi dana pihak

ketiga serta meningkatkan porsi pendapatan non bunga, sehingga rendahnya base lending rate
akan berpengaruh terhadap perekonomian dengan peningkatan permintaan kredit dari kalangan
sektor usaha. Bank Indonesia harus lebih responsif dan cermat dalam menangggapi peristiwa
yang menyebabkan ketidakstabilan ekonomi. Kebijakan moneter inkonvensional merupakan cara
yang tepat untuk merespon setiap peristiwa tersebut. Ketegasan Otoritas Jasa Keuangan dalam
pengawasan industri perbankan. Hal tersebut sangat diperlukan, mengingat masih tingginya suku
bunga kredit di Indonesia yang masih dipengaruhi oleh beberapa bank besar, sehingga
penyaluran kredit yang kurang maksimal. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan untuk
melakukan penelitian dalam rentan waktu yang lebih panjang. Selain itu, perluasan objek
penelitian yang tidak terbatas pada bank persero maupun bank swasta nasional dengan
menambah kategori bank pemerintah daerah dan bank asing, perluasan sampel suku bunga
deposito yang tidak hanya pada tenor 3 (tiga) bulan serta menambahkan variabel-variabel lain
seperti bank size, NPL, bank liquidity, operating cost, BI rate dan spread (Georgievska et al.
2011; Riyadi et al. 2012) yang dapat mempengaruhi base lending rate. Hal tersebut diharapkan
dapat membuat hasil penelitian selanjutnya, menjadi lebih akurat dan representatif. Bank
Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-
sasaran moneter dengan tujuan utama menjaga petumbuhan inflasi. Dalam pengendalian sasaran-
sasaran moneter tersebut Bank Indonesia menggunakan beberapa instrument seperti penetapan
suku bunga, penetapan cadangan wajib minimum, hingga menghimbau dan mengajak
Smasyarakat untuk menabungkan sejumlah dana atau kelebihan uang yang dimiliki. Bank
Indonesia melakukan penyempurnaan pengaturan Giro Wajib Minimum (GWM) untuk
meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter. Penyempurnaan merupakan langkah
lanjutan dari reformulasi kerangka operasional kebijakan moneter yang telah dicanangkan
sebelumnya pada tahun lalu. Penyempurnaan pengaturan tersebut dituangkan dalam Peraturan
Bank Indonesia (PBI) No.19/6/PBI/2017 tentang Perubahan Kelima Atas Peraturan Bank
Indonesia Nomor 15/15/PBI/2013 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Dalam Rupiah dan
Valuta Asing Bagi Bank Umum Konvensional. Dalam menetapkan giro wajib minimum suatu
bank syariah, diperlukan syarat-syarat maupun pertimbangan-pertimbangan dalam menentukan
seberapa besar wajib minimum yang harus dicadangkan suatu bank pada Bank Indonesia. Bank
wajib menyediakan modal minimum sesuai profil risiko, sehingga tidak hanya mampu menyerap
potensi kerugian dari risiko kredit, risiko pasar, danoperasional, melainkan juga risiko-risiko

lainnya seperti risiko likuiditas dan risiko lain yang material. Sistem Giro Wajib Minimum yang
sebelumnya bersifat tetap (fixed), dimana pemenuhan seluruh kewajiban giro wajib minimum
primer harus dilakukan setiap akhir hari, diubah menjadi pemenuhan sebagian giro wajib
minimum primer secara rata-rata pada akhir periode tertentu. Pada saat ini, dari total GWM
Rupiah bank umum syariah dan unit usaha syariah, dari total GWM Rupiah sebesar 5% dari
Dana Pihak Ketiga (DPK), porsi GWM rata-rata rupiah mulai diberlakukan sebesar 2% dari
DPK.

Saran

Setelah melakukan pembahasan dan merumuskan kesimpulan, maka penulis memberikan


beberapa saran yang berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan untuk dijadikan masukan
dan pertimbangan yang berguna bagi pihakpihak yang berkepentingan, antara lain:

1. Peningkatan Giro Wajib Minimum dari tahun ke tahun semakin baik, maka dari itu Giro
Wajib Minimum harus dikelola sedemikian rupa dengan pertimbangan Peraturan Bank
Indonesia disertai dengan kebijakan pemerintah lainnya.
2. Proses koordinasi Giro Wajib Minimum dengan pihak-pihak atau lembaga perbankan
terkait hendaknya telah disesuaikan dengan sistem yang telah disiapkan dengan matang,
dan rencana proses komunikasi

selaku pembentuk Undang-undang agar dapat membuat aturan hukum atau undang-undang
mengenai bilyet giro mengenai bagaimana pihak penerbit mendapatkan sejumlah pembayaran
jika terjadi non pembayaran serta bagaimana penyelesaiannya jika terjadi pihak penerima yang
dirugikan, karena tidak ada aturan yang tegas tentang bilyet giro sehingga diperlukan adanya
kepastian hukum yang mengikat.
Daftar pustaka

https://media.neliti.com/media/publications/133300-ID-pengaruh-giro-wajib-minimum-gwm-
suku-bun.pdf

http://repository.uinsu.ac.id/5103/1/GIRO%20WAJIB%20MINIMUM%20FIX.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/72691-ID-analisis-perkembangan-giro-tabungan-
dan.pdf

http://repository.upi.edu/4086/6/S_PEM_0700926_Chapter2.pdf

http://repo.iain-tulungagung.ac.id/3556/3/BAB%20II%2C%20III%2C%20IV.pdf

Anda mungkin juga menyukai