Anda di halaman 1dari 16

DESKRIPSI MATERI

PERTEMUAN KE- 5 : LIKUIDITAS BANK


Mata Kuliah : MANAJEMEN DANA BANK DAN AKUNTANSI
Dosen Pengampu: RUDY BODEWYN MANGASA TUA, SP. MM.

PENGANTAR:

Dalam perbankan likuiditas adalah salah satu hal yang sangat penting
dalam memelihara kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut. Likuiditas
pada bank ibarat aliran darah pada tubuh kita, bila darah berhenti mengalir
artinya tamatlah hidup demikian pula di perbankan, bila likuiditas tidak ada
maka tamatlah usaha bank. Likuiditas adalah kemampuan sebuah lembaga
keuangan untuk memenuhi seluruh komitmen pembayaran uang tunai yang
telah jatuh tempo serta merealisasi Kredit yang telah disetujui. Komitmen ini
dapat dipenuhi melalui pencairan cadangan kas , dengan memanfaatkan
aliran kas masuk, meminjam uang tunai dengan atau mengkonversi aktiva
likuid menjadi tunai. Untuk itu setiap bank yang beroperasi sangat menjaga
likuiditasnya agar pada posisi yang ideal. Dalam manajemen likuidtas bank
berusaha untuk mempertahankan status rasio likuiditas, memperkecil dana
yang menganggur guna meningkatkan pendapatan dengan resiko sekecil
mungkin, serta memenuhi kebutuhan cashflownya. Sesuai dengan UU No. 7
tahun 1992 sebagaimana telah diubah menjadi UU No. 10 tahun 1998, Bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit, guna
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Secara ringkas, kegiatan utama bank
terbagi menjadi tiga ; (a). Kegiatan penghimpunan dana, (b). Kegiatan
penggunaan dana atau penyediaan dana serta (c). Kegiatan pemberian jasa-
jasa perbankan. Berdasarkan hal tersebut diatas, pengelolaan likuiditas bank
merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kegiatan operasi bank. Bank
harus mampu mengontrol cash flow-nya agar likuiditas dapat terjaga. Sulitnya
pengelolaan likuiditas tersebut disebabkan oleh dana yang dikelola bank
sebagian besar berasal dari dana masyarakat yang sifatnya jangka pendek
dan dapat ditarik sewaktu-waktu (tabungan, giro dan deposito).
Sementara itu, guna memperoleh pendapatan bank yang maksimal dana
tersebut diberikan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Kredit
yang Diberikan (KYD) memiliki jangka waktu pengembalian serta memiliki
resiko tidak terbayar oleh debitur (kredit bermasalah). Oleh karena itu, bank
harus benar-benar memperhatikan kebutuhan likuiditas untuk suatu jangka
waktu tertentu. Perkiraan kebutuhan likuiditas tersebut sangat dipengaruhi oleh
perilaku penarikan nasabah, sifat dan jenis sumber dana yang dikelola bank.
Sumber dana bank (Tabungan, Giro, Deposito dan Sertifikat Deposito)
dialokasikan pada : (a). Cadangan Primer, untuk memenuhi ketentuan
likuiditas minimum dan keperluan operasional bank sehari-hari. Bentuknya
berupa uang kas, saldo rekening di bank sentral dan bank-bank lain serta
warkat-warkat lain dalam proses tertentu. (b). Cadangan Sekunder, untuk
memenuhi kebutuhan likuiditas yang jangka waktunya kurang dari satu tahun,
sekaligus untuk memperoleh margin keuntungan seperti penempatan pada
Sertifikat Bank Indonesia, Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), Sertifikat
Deposito. Manajemen Likuiditas Bank diibaratkan sebagai “torn tempat
menyimpan air”. Torn air tersebut, dengan bantuan pompa air akan
menampung air yang berasal dari sumbernya serta akan menyalurkannya
ketika kita membuka kran di suatu tempat.

TUJUAN PERKULIAHAN:

Setelah mempelajari materi perkuliahan, mahasiswa mampu:


 Memahami arti penting Likuiditas bagi Perbankan.
 Memahami Ketentuan Likuiditas bagi Bank Umum dan BPR

URAIAN MATERI: Likuiditas Bank

 Pengertian dan arti Likuiditas bagi bank


Likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban jangka
pendeknya, atau kemampuan bank untuk memenuhi segala bentuk kebutuhan
dana baik yang berasal dari penarikan simpanan (tabungan, giro, deposito,
dan sertifikat deposito) maupun kebutuhan dana dalam kaitan pemberian
kredit.
Beberapa penulis memberikan pengertian likuiditas dalam perspektif
perbankan sebagai berikut :
Joseph E. Burns
Likuiditas bank berkaitan dengan kemampuan suatu bank untuk
menghimpun sejumlah tertentu dana dengan biaya tertentu dan dalam jangka
waktu tertentu.

Oliver G. Wood, Jr

Likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi semua penarikan


dana oleh nasabah deposan, kewajiban yang telah jatuh tempo, dan
memenuhi permintaan kredit tanpa ada penundaan.

William M. Glavin

Likuiditas berarti memiliki sumber dana yang cukup tersedia untuk


memenuhi semua kewajiban.

Menurut Widyago, Likuiditas merupakan kemampuan suatu bank untuk


menghimpun sejumlah dana tertentu dengan biaya tertentu dalam jangka
waktu tertentu untuk memenuhi semua penarikan dana oleh nasabah deposan
dan semua kewajiban bank umum. Likuiditas diperlukan antara untuk
keperluan :

 Pemenuhan aturan reserve requirement atau cadangan wajib minimum


yang ditentukan bank sentral.
 Penarikan dana oleh deposan
 Penarikan dana oleh debitur
 Pembayaran kewajiban yang jatuh tempo

Suatu bank dianggap likuid apabila :

 Memiliki sejumlah likuiditas/ memegang sejumlah alat-alat likuid, cash


assets (uang kas, rekening pada bank sentral atau bank lainnyasama
dengan jumlah likuiditas yang diperkirakan.
 Memiliki likuiditas kurang dari kebutuhan, tetapi bank memiliki surat-
surat berharga yang segera dapat dialihkan menjadi kas tanpa
mengalami kerugian baik sebelum maupun sesudah jatuh tempo.
 Mempunyai kemampuan untuk memperoleh likuiditas dengan cara
menciptakan uang, misalnya penggunaan fasilitas diskonto, call money,
penjualan surat berharga dengan repurchase agreement (repo)

Sumber utama kebutuhan likuiditas bank berasal dari adanya kebutuhan


antara lain untuk memenuhi :
a. Ketentuan likuiditas wajib (reserve requirement) atau cash ratio
b. Saldo rekening minimum pada bank koresponden
c. Penarikan simpanan dalam operasional bank sehari-hari
d. Permintaan kredit dari masyarakat.

 Rasio-Rasio Likuiditas

1. Rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (Cash Ratio). Rasio ini
dapat dijadikan ukuran untuk menilai kemampuan bank dalam
memenuhi kebutuhan likuiditas akibat penarikan dana oleh pihak ketiga
dengan menggunakan alat-alat likuid bank yang tersedia (uang kas,
saldo giro pada bank sentral dan bank-bank koresponden).

2. Rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga. Rasio likuiditas ini
juga sering disebut dengan loan to deposit ratio atau LDR. Rasio ini
memberikan indikasi mengenai jumlah dana yang diterima bank
berbanding dengan dana yang disalurkan dalam bentuk kredit. Bila
rasio LDR tinggi, hal ini menggambarkan kurang baiknya posisi
likuiditas bank. Dana yang diterima bank meliputi : Kredit Likuiditas
Bank Indonesia, Giro, Deposito, dan Tabungan masyarakat; pinjaman
bukan dari bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan namun tidak
termasuk pinjaman subordinasi; deposito dan pinjaman dari bank lain
yang berjangka waktu lebih 3 bulan; surat berharga yang diterbitkan
bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan; modal lain; dan modal
pinjaman.

3. Rasio kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar, dalam


rupiah. Rasio ini menunjukkan besarnya call money bank terhadap total
aktiva lancar yang meliputi : kas, giro pada Bank Indonesia, Sertifikat
Bank Indonesia (SBI), dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU).

4. Rasio surat-surat berharga jangka pendek terhadap total portfolio


surat-surat berharga. Rasio ini memberikan informasi bahwa semakin
besar porsi penanaman dana dalam surat-surat berharga yang jatuh
temponya kurang dari satu tahun terhadap total portfolio surat-surat
berharga semakin baik pula posisi likuiditas bank.

5. Total kredit terhadap total aset. Rasio ini mengukur kemampuan


bank memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan aset bank.
Kenaikan rasio ini menunjukan rendahnya likuiditas bank.

 Ketentuan Likuiditas Bagi Bank

BANK UMUM

Sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 42 / POJK.03/2015


tentang Kewajiban Pemenuhan Rasio Kecukupan Likuiditas bagi Bank Umum,
beberapa hal yang harus diperhatikan bank umum :

1. Rasio Kecukupan Likuiditas atau Liquidity Coverage Ratio, yang


selanjutnya disingkat LCR, adalah perbandingan antara High Quality
Liquid Asset dengan total arus kas keluar bersih (net cash outflow)
selama 30 (tiga puluh) hari kedepan dalam skenario stres.

2. Aset Likuid Berkualitas Tinggi atau High Quality Liquid Asset, yang
selanjutnya disingkat HQLA, adalah kas dan/atau aset keuangan
yang dapat dengan mudah dikonversi menjadi kas dengan sedikit
atau tanpa pengurangan nilai untuk memenuhi kebutuhan likuiditas
Bank selama periode 30 (tiga puluh) hari kedepan dalam skenario
stres.

3. Total Arus Kas Keluar Bersih, yang selanjutnya disebut Net Cash
Outflow, adalah total estimasi arus kas keluar (cash outflow)
dikurangi dengan total estimasi arus kas masuk (cash inflow) yang
diperkirakan akan terjadi selama 30 (tiga puluh) hari kedepan dalam
skenario stres.

4. Pendanaan atau funding adalah penerimaan dana dari pihak ketiga


yang menimbulkan kewajiban bagi Bank dalam bentuk Simpanan, surat
utang, surat berharga yang diterbitkan, pinjaman yang diterima dan
bentuk- bentuk kewajiban lainnya yang dipersamakan dengan itu.

5. Bank wajib memelihara kecukupan likuiditas yang memadai,


Pemenuhan kecukupan likuiditas sebagaimana dimaksud dihitung
dengan menggunakan LCR. Perhitungan LCR sebagaimana dimaksud
dihitung dalam denominasi Rupiah. Pemenuhan LCR ditetapkan paling
rendah 100% (seratus persen) secara berkelanjutan.

6. Otoritas Jasa Keuangan berwenang menetapkan LCR yang lebih


tinggi dari kewajiban pemenuhan LCR sebagaimana dimaksud dalam
hal Otoritas Jasa Keuangan menilai suatu Bank membutuhkan likuiditas
yang lebih besar.

7. Bank wajib menginformasikan kepada Otoritas Jasa Keuangan


kondisi likuiditas Bank dalam hal: tidak mampu memenuhi LCR
sampai dengan 100% (seratus persen); atau berpotensi tidak mampu
memenuhi LCR sampai dengan 100% (seratus persen). Bank wajib
menganalisis kondisi likuiditas Bank yang meliputi : alasan atau faktor
yang berpotensi atau menyebabkan kegagalan Bank dalam memenuhi
persyaratan LCR; langkah-langkah yang telah dan akan dilakukan
untuk memperbaiki kondisi likuiditas; dan jangka waktu stres likuiditas
yang diperkirakan oleh Bank; menyampaikan laporan analisis atas
kondisi likuiditas Bank dan informasi lebih lanjut terkait kondisi
likuiditas Bank kepada Otoritas Jasa Keuangan; dan mengambil
langkah-langkah yang diperlukan untuk memperbaiki kondisi likuiditas
antara lain meliputi : pengurangan eksposur Bank terhadap risiko
likuiditas; penguatan kebijakan, proses, dan prosedur manajemen
risiko likuiditas Bank; dan/atau penyempurnaan rencana Pendanaan
darurat (contingency funding plan) Bank.
8. Bank dapat menggunakan HQLA yang menyebabkan LCR Bank
menjadi kurang dari 100% (seratus persen) dengan persetujuan
Otoritas Jasa Keuangan, dalam hal kondisi likuiditas Bank
berpotensi mengganggu kelangsungan usaha Bank. Bank wajib
memiliki HQLA dalam rangka pemenuhan LCR. Bank wajib memiliki
kebijakan mengenai HQLA paling kurang untuk : mengidentifikasi
entitas hukum, lokasi geografis, jenis mata uang dan/atau rekening
HQLA ditempatkan; dan mengecualikan asset tertentu dari HQLA
berdasarkan alasan operasional. Nilai HQLA yang diperhitungkan
dalam perhitungan LCR adalah nilai pasar dari HQLA.

9. Bank wajib memiliki HQLA dalam rangka pemenuhan LCR. Bank


wajib memiliki kebijakan mengenai HQLA paling kurang untuk :
mengidentifikasi entitas hukum, lokasi geografis, jenis mata uang
dan/atau rekening HQLA ditempatkan; dan mengecualikan
asset tertentu dari HQLA berdasarkan alasan operasional. Nilai HQLA
yang diperhitungkan dalam perhitungan LCR adalah nilai pasar dari
HQLA.

10. HQLA harus memenuhi :


 Persyaratan fundamental ; yaitu memiliki risiko yang rendah,
memiliki metode penilaian yang mudah dan pasti, memiliki
korelasi yang rendah dengan aset berisiko dan terdaftar di
bursa yang diakui.

 Persyaratan terkait dengan karakteristik pasar ; yaitu memiliki


pasar yang aktif dan memadai, memiliki volatilitas pasar yang
rendah dan secara historis merupakan aset yang diinginkan
oleh pelaku pasar apabila terjadi krisis (terjadi flight to
quality).

 Persyaratan operasional ; yaitu bebas dari segala klaim, kecuali


aset yang disimpan atau diperjanjikan dengan Bank Indonesia
namun belum digunakan untuk menghasilkan likuiditas, tidak
ditetapkan untuk tujuan menutup biaya operasional, dapat
digunakan secara legal dan kontraktual oleh Bank pada saat
terjadi kondisi stress, aset yang diterima sebagai agunan
dalam transaksi derivatif yang tidak dipisahkan (non
segregated collateral) yang secara hukum dapat diagunkan
kembali, dapat dimasukkan dalam kelompok HQLA jika Bank
memperhitungkan arus keluar (outflow) terkait aset yang
diagunkan kembali, tersedia dan dapat dicairkan dalam kondisi
stres serta terdapat prosedur dan sistem yang memadai, aset
keuangan berada dibawah pengendalian suatu fungsi khusus
yang bertanggung jawab mengelola likuiditas Bank, yang
memiliki kewenangan untuk mencairkan asset, secara berkala
dapat dicairkan sejumlah tertentu melalui repo maupun
penjualan dalam rangka menguji aksesibilitas ke pasar,
efektifitas dari proses pencairan aset, dan/atau ketersediaan
asset, Bank tidak dapat memasukkan aset dengan hak untuk
mengagunkan kembali kedalam kelompok HQLA apabila
pemilik asal aset memiliki hak kontraktual untuk menarik aset
selama 30 (tiga puluh) hari periode stress dan aset keuangan
perusahaan anak yang memenuhi kriteria HQLA yang
digunakan untuk memenuhi persyaratan likuiditas hanya
dapat diperhitungkan dalam LCR secara konsolidasi,
sepanjang risiko terkait yang tercermin dari Net Cash Outflow
dari perusahaan anak diperhitungkan dalam perhitungan LCR
konsolidasi.

 Persyaratan terdiversifikasi ; yaitu tersebar pada berbagai


jenis aset keuangan, penerbit, dan jenis mata uang dan
memiliki kebijakan dan limit terkait dengan jenis aset
keuangan, penerbit, dan jenis mata uang tertentu. Dikecualikan
dalam hal HQLA berbentuk kas, surat utang yang diterbitkan
oleh Pemerintah Pusat, surat berharga yang diterbitkan oleh
Bank Indonesia, dan penempatan pada Bank Indonesia.

Jumlah likuiditas yang wajib dipelihara oleh setiap bank harus ditempatkan
dalam rekening giro bank yang bersangkutan pada Bank Indonesia. Likuiditas
wajib ini disebut Giro Wajib Minimum. Menurut ketentuan, besarnya Giro Wajib
Minimum Rupiah adalah 5 % dari total dana pihak ketiga rupiah yang dihitung
rata-rata harian dalam satu minggu. Ketentuan Giro Wajib Minimum dapat
dibedakan dalam dua kategori perhitungan, yaitu : giro wajib dalam rupiah dan
giro wajib dalam valuta asing yang besarnya 3% dari dana pihak ketiga dalam
valas. Selanjutnya, ketentuan pelaporan likuiditas wajib dalam valuta asing
hanya berlaku bagi bank-bank yang telah memperoleh izin sebagai bank
devisa, untuk pelaporan likuiditas wajib dalam rupiah berlaku baik bagi bank-
bank devisa maupun bank-bank bukan devisa.

Sesuai PBI No. 17/11/PBI/2015, Rekening Giro adalah rekening pihak


ekstern tertentu di Bank Indonesia yang merupakan sarana bagi
penatausahaan transaksi dari simpanan yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat. Rekening Giro dalam Rupiah yang selanjutnya
disebut Rekening Giro Rupiah adalah Rekening Giro dalam mata uang
Rupiah yang penarikannya dapat dilakukan dengan menggunakan cek
Bank Indonesia, Bilyet Giro Bank Indonesia, atau sarana lainnya
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur
mengenai hubungan Rekening Giro antara Bank Indonesia dengan pihak
ekstern. Rekening Giro dalam valuta asing yang selanjutnya disebut
Rekening Giro Valas adalah Rekening Giro dalam valuta asing yang
penarikannya dapat dilakukan dengan cara pemindahbukuan atau sarana
lainnya sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang
mengatur mengenai hubungan Rekening Giro antara Bank Indonesia
dengan pihak ekstern. Giro Wajib Minimum yang selanjutnya disingkat
GWM adalah jumlah dana minimum yang wajib dipelihara oleh Bank yang
besarnya ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar persentase tertentu
dari DPK. GWM Primer adalah simpanan minimum dalam Rupiah yang
wajib dipelihara oleh Bank dalam bentuk saldo Rekening Giro pada Bank
Indonesia yang besarnya ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar
persentase tertentu dari DPK.
GWM Sekunder adalah cadangan minimum dalam Rupiah yang wajib
dipelihara oleh Bank berupa Sertifikat Bank Indonesia, Sertifikat Deposito
Bank Indonesia, Surat Berharga Negara, dan/atau Excess Reserve, yang
besarnya ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar persentase tertentu dari
DPK. Loan to Funding Ratio yang selanjutnya disingkat LFR adalah rasio
kredit yang diberikan kepada pihak ketiga dalam Rupiah dan valuta asing,
tidak termasuk kredit kepada bank lain, terhadap : dana pihak ketiga yang
mencakup giro, tabungan, dan deposito dalam Rupiah dan valuta asing,
tidak termasuk dana antar bank; dan surat-surat berharga dalam Rupiah
dan valuta asing yang memenuhi persyaratan tertentu yang diterbitkan
oleh Bank untuk memperoleh sumber pendanaan.

 LFR Target adalah kisaran LFR yang dibatasi oleh batas bawah dan
batas atas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dalam rangka
perhitungan GWM LFR. GWM LFR adalah simpanan minimum dalam
Rupiah yang wajib dipelihara oleh Bank dalam bentuk saldo
Rekening Giro pada Bank Indonesia sebesar persentase tertentu dari
DPK yang dihitung berdasarkan selisih antara LFR yang dimiliki
oleh Bank dengan LFR Target. Besaran dan parameter yang
digunakan dalam perhitungan GWM LFR ditetapkan sebagai berikut:

a. Batas bawah LFR Target sebesar 78% (tujuh puluh delapan


persen).
b. Batas atas LFR Target sebesar 92% (sembilan puluh dua
persen).
c. KPMM Insentif sebesar 14% (empat belas persen).
d. Parameter Disinsentif Bawah sebesar 0,1 (nol koma satu).
e. Parameter Disinsentif Atas sebesar 0,2 (nol koma dua).

 Batas atas LFR Target untuk Bank sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) ditetapkan sebesar 94% (sembilan puluh empat persen)
dalam hal Bank:
a. memenuhi Rasio Kredit UMKM lebih cepat dari target waktu
tahapan pencapaian Rasio Kredit UMKM sebagaimana
dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur
mengenai pemberian kredit atau pembiayaan oleh bank
umum dan bantuan teknis dalam rangka pengembangan
usaha mikro, kecil, dan menengah;
b. memenuhi Rasio NPL Total Kredit secara bruto (gross)
kurang dari 5% (lima persen); dan memenuhi Rasio NPL
Kredit UMKM secara bruto (gross) kurang dari 5% (lima
persen).
 Pemenuhan GWM bagi Bank yang melakukan merger atau
konsolidasi:
a. Perhitungan GWM dalam Rupiah dan valuta asing tetap
dilakukan secara terpisah sampai dengan 2 (dua) hari kerja
sebelum tanggal efektif pelaksanaan merger atau
konsolidasi.
b. Sejak 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal efektif
pelaksanaan merger atau konsolidasi, pemenuhan GWM
dalam Rupiah dan valuta asing hanya dihitung untuk bank
hasil merger atau konsolidasi.
 Perhitungan pemenuhan GWM dalam Rupiah dan valuta asing
untuk bank hasil merger atau konsolidasi sebagaimana
dimaksud dalam huruf b dilakukan dengan menggunakan
data gabungan Bank yang melakukan merger atau konsolidasi
sampai dengan data bank hasil merger atau konsolidasi tersedia.
Pemenuhan GWM bagi Bank yang melakukan perubahan kegiatan
usaha menjadi bank umum syariah dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Bank harus memenuhi GWM dalam Rupiah dan valuta asing
yang berlaku bagi Bank umum konvensional sampai dengan
1 (satu) hari kerja sebelum pelaksanaan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah.
b. Perhitungan GWM bagi Bank yang telah melaksanakan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dilakukan
dengan menggunakan data saat Bank belum melaksanakan
kegiatan usaha sebagai bank umum syariah sampai dengan
data bank setelah melaksanakan kegiatan usaha sebagai
bank umum syariah tersedia.
Perhitungan Giro Wajib Minimum dalam Rupiah

Perhitungan Giro Wajib Minimum suatu bank bagi analis luar dapat
menggunakan data keuangan yang bersumber dari Neraca dan Laba-Rugi
Bank yang dipublikasikan melalui media cetak.
Perhitungan Giro Wajib Minimum Rupiah dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus berikut :
Jumlah Saldo Giro pada Bank Indonesia x 100% = ≥ 5%
Jumlah Dana Pihak Ketiga

Komponen dana pihak Ketiga

Yang dimaksud ke dalam komponen dana pihak ketiga adalah kewajiban-


kewajiban yang tercatat dalam rupiah kepada pihak ketiga bukan bank, baik
kepada penduduk maupun bukan penduduk Indonesia yang terdiri dari :
1. Giro
2. Deposito Berjangka
3. Tabungan
4. Sertifikat Deposito
5. Kewajiban jangka pendek lainnya
Perhitungan Giro Wajib Minimum dalam rupiah dapat dilakukan dengan
menggunakan data Neraca PT. Bank XYZ per 31 Desember 1999, sehingga
Giro Wajib Minimum PT. Bank XYZ sebagai berikut : (dalam jutaan rupiah)
 Saldo Giro pada Bank Indonesia : Rp. 72.681
 Dana pihak ketiga :
 Giro : Rp. 135.784
 Deposito Berjangka : Rp. 674.543
 Sertifikat Deposito : Rp. 187.485
 Tabungan : Rp. 154.142
 Kewajiban segera lainnya : Rp. 278.238
Jumlah : Rp. 1.430.192

Sehingga Persentase Giro Wajib Minimum sebesar :

Jumlah Saldo Giro pada Bank Indonesia x 100% = Rp.72.681 x 100% = 5,08%
Jumlah Dana Pihak Ketiga Rp. 1.430.192

Kelebihan/Kekurangan Giro Wajib :

 Jumlah Giro pada Bank Indonesia : Rp. 72.681

 Giro Wajib pada bank Indonesia


5% x Rp. 1.430.192 : Rp. 71.510
Kelebihan : Rp. 1.171

NERACA
PT. BANK XYZ
Tanggal : 31 Desember 1999
(Dalam Jutaan Rupiah)

No. Pos-pos Jumlah


  AKTIVA  

1. Kas 9.280

2. Giro Pada Bank Indonesia 72.681


3. Giro Pada Bank Lain  

  a. Rupiah 1.056

  b. Valas 7.739
4. Penempatan Pada Bank Lain  

  a. Rupiah 55.000

  b. Valas 199.675

  Penyisihan Penghapusan Penempatan : -/- (1.273)


5. Surat-surat Berharga  

  a. Rupiah 21.142

  b. Valas 48.308

  Penyisihan/penurunan nilai surat-surat berharga -/- (347)


6. Kredit Yang Diberikan  
  a. Rupiah  

  - Pihak Terkait Dengan Bank 5.030


  - Pihak Lain
1.048.698
  b. Valas  

  - Pihak Terkait Dengan Bank -

  - Pihak Lain 220.829

  Penyisihan Penghapusan Kredit -/- (8.958)

7. Penyertaan 67.280

8. Pendapatan Yang Masih Akan Diterima 24.249

9. Biaya Dibayar Dimuka 14.449

10. Uang Muka Pajak 366

11. Aktiva Tetap 25.924

  Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap -/- (13.536)

12. Aktiva Sewa Guna Usaha 2.930

  Akumulasi Penyusutan Aktiva Sewa Guna Usaha -/- (1.843)

13. Aktiva Lain-lain 30.253

  JUMLAH 1.828.932

No. Pos-pos Jumlah


  KEWAJIBAN DAN EKUITAS  
1. Giro  
  a. Rupiah 135.784
  b. Valas 7.388
2. Kewajiban Segera Lainnya 278.238
3. Tabungan 154.142
4. Deposito Berjangka  
  a. Rupiah  
  - Pihak Terkait Dengan Bank 1.100
  - Pihak Lain 673.443
  b. Valas  
  - Pihak Terkait Dengan Bank 171
  - Pihak Lain 140.726
5. Sertifikat Deposito  
  a. Rupiah 187.485
  b. Valas -
6. Surat Berharga Yang Diterbitkan  
  a. Rupiah -
  b. Valas -
7. Pinjaman Yang Diterima  
  a. Rupiah  
  - Pihak Terkait Dengan Bank -
  - Pihak Lain 33.954
  b. Valas  
  - Pihak Terkait Dengan Bank -
  - Pihak Lain 82.071
8. Kewajiban Sewa Guna Usaha 476
9. Beban Yang Masih Harus Dibayar 2.308
10. Utang Pajak -
11. Kewajiban Lain-lain 10.131
12. Pinjaman Subordinasi  
  a) Pihak Terkait Dengan Bank -
  b) Pihak Lain -
13. Modal Pinjaman  
  a) Pihak Terkait Dengan Bank 25.000
  b) Pihak Lain -
14. Hak Minoritas -
15. Ekuitas  
  a) Modal Disetor 90.044
  b) Agio (disagio) -
  c) Modal Sumbangan -
  d) Selisih Penjabaran Laporan Keuangan -
  e) Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap -
  f) Laba Ditahan 6.471
  JUMLAH 1.828.932

BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

Likuiditas BPR berbeda dengan likuiditas Bank UMUM, pada BPR tidak ada
kewajiban GWM, likuiditas BPR hanya dinilai dari cash rasionya (CR) dan rasio
kredit yang diberikan berbanding jumlah sumber dana yang diterima (Loan to
Deposit Ratio).
Cara menghitung Cash Ratio = Alat likuid / Hutang Lancar x 100%. Alat likuid
terdiri dari Kas ditambah Antar bank aktiva Giro (dikurangi Antar bank pasiva
deposito yang berjangka waktu kurang dari 3 bulan). Sedangkan Hutang
Lancar terdiri Kewajiban bank yang segera harus dibayar (kewajiban yang
berjangka waktu kurang dari 3 bulan) ditambah tabungan ditambah deposito.
CR minimal sesuai ketentuan Bank Indonesia adalah 4%, apabila bank
memiliki CR kurang dari 4% bank akan dimasukan ke Bank Dalam
Pengawasan Khusus (DPK).
Cara menghitung Rasio LDR = total Kredit yang diberikan / jumlah sumber
dana yg diterima x 100%. Kredit yang diberikan adalah total outstanding kredit
pada neraca, sedangkan jumlah sumber dana yang diterima terdiri dari
tabungan, deposito, pinjaman yang diterima bank, modal inti bank, dan modal
pinjaman bank.

TUGAS

Setelah membaca materi tersebut diatas, Saudara diminta untuk membuat


Tulisan ilmiah tentang “ GWM sebagai Likuiditas wajib bagi bank umum di
Indonesia”.

Anda mungkin juga menyukai