Anda di halaman 1dari 20

MANAJEMEN LIKUIDITAS

Kelompok 2:
1. Fauzi Muhammad Hanif 12010121420178
2. Puji Astuti 12010121420147
3. Umi Rahmawati 12010121420170
“ Likuiditas adalah kemampuan manajemen
bank dalam menyediakan dana yang cukup
untuk memenuhi kewajibannya setiap saat


Keberhasilan bank dalam manajemen likuiditas bisa
diketahui dari:

1 2 3
Kemampuan dalam Kemampuan untuk memenuhi Kemampuan memperoleh
memprediksi kebutuhan dana permintaan akan cash dengan cash secara mudah dengan
di waktu yang akan datang menukarkan harta lancarnya biaya yang sedikit

4 5
Kemampuan pendataan Kemampuan untuk memenuhi
pergerakan cash in dan cash kewajibannya tanpa harus mencairkan
out dana (cash flow) aktiva tetap apa pun ke dalam cash
Bank memenuhi syarat sebagai likuid apabila memenuhi kategori
sebagai berikut:

Memegang dari jumlah alat likuid


sebagaimana disebut pada angka 1, Memiliki kemampuan untuk
Memegang sejumlah alat likuid,
akan tetapi bank tersebut memiliki memperoleh alat-alat likuid melalui
cash assets, yang terdiri dari uang
surat-surat berharga berkualitas tinggi penciptaan uang, misalnya
kas, rekening pada bank sentral dan
yang dapat segera ditukar atau menggunakan fasilitas diskonto, call
rekening pada bank-bank lainnya
dialihkan menjadi uang tanpa money, penjualan surat-surat
sama dengan jumlah kebutuhan
mengalami kerugian baik sebelum berharga dengan repurchase
likuiditas yang diperkirakan.
jatuh tempo pada waktu setelah jatuh agreement.
tempo.
Fungsi Manajemen Likuiditas
menurut Rogers & Sinkey

Untuk menunjukan bank Memungkinkan bank Untuk menghindari


sebagai tempat yang aman untuk memenuhi penjualan aktiva yang tidak
untuk menyimpan uang. komitmen kreditnya menguntungkan

Untuk menghindari diri dari


Memperkecil penilaian risiko
penyalahgunaan kemudahan dari otoritas
ketidak mampuan membayar
pengawas moneter karena meminjam
kewajiban penarikan dananya
dana likuiditas dari bank sentral
Tujuan manajemen likuiditas
menurut Leon dan Ericson

1) Menjaga posisi likuiditas bank agar selalu berada pada posisi yang ditentukan
oleh otoritas moneter yaitu Bank Indonesia.
2) Mengelola alat alat likuid agar selalu memenuhi semua kebutuhan arus kas
termasuk kebutuhan yang tidak diperkirakan, misalnya penarikan yang tiba-tiba
terhadap sejumlah giro atau deposito berjangka yang belum jatuh tempo.
3) Meminimalkan idle fund (dana yang menganggur).
4) Menjaga posisi likuiditas dan proyeksi arus kas agar selalu dalam posisi aman
terutama dalam tingkat bunga berfluktuatif.
Perhitungan Likuiditas

Pengukuran Likuiditas Pengukuran Likuiditas


Jangka Pendek Jangka Panjang

Statutory reserve requirement Likuidity Index


(GWM)
Cash Ratio (CR) Leon to Deposit Rasio (LDR)

Basic
Surplus
STUDI KASUS
Tabel Data Keuangan
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Tahun 2022
(ribuan Rp)
1. Statutory reserve requirement (GWM)
Rasio ini menunjukan kemampuan bank memenuhi kewajiban segeranya, tetapi
untuk kepentingan pengaturan likuiditas tentunya bank tidak terikat kepada besarnya
cash ratio sebesar 5% (minimal), tetapi akan tergantung kepada berapa besarnya dana
(likuiditas) yang benar-benar dibutuhkan bank.

Analisis:
Berdasarkan hasil perhitungan di atas mendapatkan hasil 11,54% yang artinya
BRI mempunyai kemampuan menyalurkan kredit sebesar 11,54%. BRI juga telah
memenuhi ketentuan Bank Indonesia yang menetapkan GWM mulai 1 September
sebesar 9%.
2. Cash Ratio (CR)

• Cash Ratio (CR) adalah alat likuid terhadap hutang lancar.


• Alat likuid yaitu kas dan penanaman pada bank lain dalam bentuk giro dan tabungan
dikurangi dengan tabungan bank lain pada bank.
• Sedangkan untuk hutang lancar yaitu meliputi kewajiban segera, tabungan dan deposito.
• Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank untuk membayar kembali
simpanan nasabah pada saat ditarik dengan menggunakan alat likuid yang dimiliki.
• Semakin tinggi rasio ini, berarti semakin tinggi kemampuan likuiditas bank, dan di sisi
lain akan mempengaruhi kemampuan bank dalam menyalurkan kredit yang akhirnya akan
berdampak pada profitabilitas.
2. Cash Ratio (CR)

Komponen Nilai Kriteria


4,05% Sehat
Cash Ratio 3,30% - 4,05% Cukup sehat
(CR) 2,55% - 3,30% Kurang sehat
0 – 2,55% Tidak sehat

Analisis:
Artinya, bank BRI mampu memenuhi kewajibannya dengan menggunakan alat
likuid yang dimiliki oleh bank dengan CR sebesar 51,33%. Hal ini menunjukkan
bahwa cash ratio pada bank BRI tahun 2022 dapat dikatakan sehat karena 4,05%.
3. Basic Surplus

• Basic Surplus merupakan selisih aktiva lancar dengan passiva lancar.


• Metode ini digunakan untuk memprediksi dan mengukur keadaan likuiditas bank di
saat tertentu.

Kriteria Basic Surplus :


• Basic Surplus (+) berarti menunjukkan bahwa penempatan pada aktiva jangka pendek dibiayai
oleh sumber dana jangka panjang, sehingga bank memiliki likuiditas ekstra.
• Basic Surplus (-) berarti menunjukkan bahwa aktiva kurang lancar dibiayai oleh sumber dana
jangka pendek sehingga bank memiliki likuiditas yang ketat.
• Basic Surplus (0) berarti dapat dikatakan terjadi matched funding dalam arti penempatan
aktiva jangka pendek dibiayai juga dengan sumber dana jangka pendek sehingga likuiditas
dalam keadaan optimal.
3. Basic Surplus

Analisis:
Dari perhitungan Basic Surplus menghasilkan nilai - 653.231.627 yang artinya
BS pada BRI bernilai (-) berarti menunjukkan bahwa aktiva kurang lancar dibiayai oleh
sumber dana jangka pendek sehingga bank memiliki likuiditas yang ketat.
1. Likuidity Index

Rasio ini digunakan untuk mengukur keadaan likuiditas dangan jangka waktu
yang lebih panjang pada suatu saat tertentu.

Kriteria Liquidity Index :


 Indeks < 1 maka menunjukkan bank secara keseluruhan membiayai aktivanya
dengan sumber dan berjangka waktu lebih pendek (struktur likuiditas agresif).
 Indeks > 1 maka secara keseluruhan aktiva dibiayai dengan sumber dana berjangka
waktu lebih panjang (struktur likuiditasnya konservatif).
 Likuiditas dikatakan optimal bila indeks = 1 atau disebut Roughtly Matched Book
1. Likuidity Index

Analisis:
Likuiditas index BRI menunjukkan nilai 1,94 > 1, maka secara keseluruhan aktiva
dibiayai dengan sumber dana berjangka waktu lebih panjang (struktur likuiditasnya
konservatif). Yaitu sebuah prinsip di mana laporan keuangan dibuat dengan hati-hati dan
tidak terburu-buru.
2. Loan to Deposit Ratio

• merupakan rasio antara jumlah seluruh kredit yang diberikan dengan dana yang diterima
oleh bank
• Kredit yang dimaksud dalam hal ini yaitu kredit yang diterima oleh masyarakat,
penanaman pada bank lain dalam bentuk kredit yang diberikan dengan jangka waktu lebih
dari 3 bulan untuk dana yang diterima oleh bank meliputi tabungan dan deposito
berjangka, pinjaman bukan dari bank lain dengan jangka waktu lebih dari 3 (tiga) bulan
modal inti dan laba
• LDR ini menyatakan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang
dilakukan deposan dengan mengendalikan kredit yang diberikan sebagai sumber
likuiditas, atau dengan kata lain seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah dapat
mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang hendak
menarik kembali dananya yang telah disalurkan oleh bank berupa kredit.
2. Loan to Deposit Ratio

Komponen Nilai Kriteria


Kurang dari 94,75% Sehat
Loan to Deposit 93,75% - 97,50% Cukup sehat
Ratio (CR) 97,50% - 101,25% Kurang sehat
Lebih dari 101,25% Tidak sehat

Analisis:
Artinya, bank BRI mampu dalam membayar kembali penarikan dana yang
dilakukan oleh nasabah dengan menggunakan kredit yang diberikan bank dengan dana
yang diterima oleh bank adalah sebesar 78,55%. Hal ini menunjukan bahwa bank BRI
tahun 2022 dikatakan lancar atau sehat, karena berada pada batasan < 94,75 %.
Risiko Likuiditas
menurut Basel III
Liquidity Corverage Ratio
(LCR)
HQLA
𝐿𝐶𝑅= ×100 %
𝑛𝑒𝑡 𝑐𝑎𝑠h 𝑜𝑢𝑡 𝑓𝑙𝑜𝑤
• Yaitu Rasio asset likuid terhadap arus kas keluar bersih dalam periode 30 hari. Rasio ini
harus lebih dari 100%.
• Peraturan LCR mengharuskan bank memiliki instrument likuiditas yang berkualitas dalam
kurun waktu 30 hari, dalam mengantisipasi kebutuhan arus kas keluar bersih.

Hasil perhitungan atas nilai Liquidity Coverage Ratio (LCR) seperti yang dapat
dilihat perhitungan diatas, nilai LCR BRI berada pada posisi 199,72% (lebih dari 100%).
Dengan rasio tersebut, maka BRI dapat dikatakan telah memenuhi ketentuan regulator
yaitu pemenuhan rasio LCR minimum 100% yang artinya BRI dapat bertahan dalam
skenario kondisi krisis yang signifikan dalam periode 30 hari kalender.
Risiko Likuiditas
menurut Basel III
Net Stable Funding Ratio (NSFR)

• Merupakan Rasio pendanaan stabil terhadap pendanaan stabil yang dibutuhkan. Rasio ini
harus lebih besar dari 100%.
• Peraturan terkait NSFR ini mewajibkan setiap bank untuk menyediakan pendanaan yang
stabil dalam bentuk kewajiban dan ekuitas, untuk mendanai aktivitas aktiva serta akun yang
dikelola.
• Dengan kata lain, bank diminta untuk membuat jangka waktu pembayaran dana beserta
jangka waktu sumber dananya. Jika bank berencana menghimpun dana jangka Panjang,
sebaiknya juga menggunakan dana jangka Panjang.

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai . Dengan


resiko tersebut maka bank BRI bisa memelihara dana
stabil yang disesuaikan dengan komposisi aset dan
aktifitas rekening administratif bank.

Anda mungkin juga menyukai