Anda di halaman 1dari 25

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bank merupakan lembaga keuangan perantara (intermediary) yang dapat

menghimpun dan mengalokasikan dana dari atau kepada masyarakat. Kinerja

individual bank maupun sistem perbankan secara keseluruhan sangat ditentukan

oleh perilaku bank dalam mengelola asset (penempatan dana) dan liabilitas

(penghimpunan dana). Pengelolaan asset dan liabilitas bertujuan memperoleh

keuntungan dan meningkatkan nilai perusahaan dalam batasan tertentu. Batasan

tersebut mencakup tingkat likuiditas yang mencukupi, risiko yang rendah, dan

modal yang mencukupi. Dengan demikian, pengelolaan asset dan liabilitas

memiliki keterkaitan yang erat dengan likuiditas bank. Berdasarkan Keynes

(1936), terdapat tiga motivasi dalam memegang kas atau likuiditas yaitu dalam

rangka transaksi, berjaga-jaga (precautionary), dan spekulasi. Selain itu,

berdasarkan pandangan Edgeworth (1888) dengan prinsip square root of law of

precautionary reserves, cadangan likuiditas bank akan meningkat setara dengan

akar dari jumlah transaksi.

Likuiditas bersifat rentan dan dapat secara tiba-tiba terkuras dari suatu bank.

Kesulitan likuiditas pada suatu bank dapat menjalar pada bank lain sehingga

menimbulkan risiko sistemik. Kejutan (shock) dapat mendorong terciptanya

spiral likuiditas yang menyebabkan hilangnya likuiditas dan terbentuknya krisis

keuangan. Belajar dari historis, krisis perbankan yang terjadi selama ini

terutama disebabkan oleh krisis likuiditas bank yang menyebabkan terjadinya

1
gagal bayar bank terhadap sebagian besar kewajibannya. Dalam kerangka jaring

pengaman sistem keuangan (JPSK), sebagaimana juga dicetuskan oleh Bagehot

(1873), bank sentral sebagai lender of the last resort (LLR) memberikan

pinjaman likuiditas sementara dengan persyaratan tertentu untuk menjaga

stabilitas sistem perbankan. Bantuan likuiditas diberikan terutama bila

kegagalan suatu bank diperkirakan dapat menyebabkan efek menular

(contagion effect) dan menimbulkan risiko sistemik. Goodhart (1987)

menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang jelas antara kondisi bank

yang tidak likuid dan bangkrut, dimana bank yang membutuhkan likuiditas

melalui LLR pada dasarnya dapat dicurigai dalam proses menjadi bangkrut.

Cadangan likuiditas suatu bank pada umumnya merupakan jaminan atau

tindakan berjaga-jaga atas kemungkinan terjadinya kewajiban membayar akibat

peningkatan penarikan dana maupun peningkatan giro wajib minimum (GWM).

Beberapa bank memilih melakukan strategi untuk memiliki likuiditas yang

berlebih sebagai sinyal kepada pasar bahwa bank tersebut memiliki likuiditas

yang kuat. Di lain sisi, kelebihan likuiditas dapat juga diinterpretasikan bahwa

bank memiliki pengelolaan likuiditas yang buruk sehingga tidak optimal dalam

mengelola portofolio asset dan liabilitas.

Kelebihan likuiditas dapat juga merupakan akibat dari lemahnya

infrastruktur dalam sistem pembayaran dan pasar uang antar bank. Di Giorgio

(1999) beranggapan bahwa perkembangan sistem keuangan dapat dicerminkan

oleh biaya partisipasi dalam sistem keuangan. Di negara maju, biaya untuk

memproses informasi, evaluasi proyek dan monitoring atas peminjam dana

2
relatif rendah. Perkembangan ini memudahkan bank dalam mengelola likuiditas

mereka sehingga tingkat cadangan likuiditas relatif rendah. Sebaliknya, negara

yang memiliki sistem pembayaran yang buruk, maupun infrastruktur pasar uang

antar bank yang terbatas cenderung mempersulit bank dalam mengelola

likuiditas, sehingga bank cenderung memegang likuiditas yang lebih tinggi dari

kebutuhannya.

1.2 Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah-masalah

sebagai berikut:

1. Apa pengertian dari Likuiditas?

2. Apakah definisi dari Manajemen Likuiditas Bank?

3. Apa fungsi dari Manajemen Likuiditas Bank?

4. Bagaimana studi kasus dari Likuiditas Bank?

1.3 Tujuan dan Manfaat

Berdasarkan perumusan diatas maka tujuan dari makalah ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui definis dari Likuiditas

2. Untuk mengetahui definisi dari Manajemen Likuiditas Bank.

3. Untuk mengetahui fungsi- fungsi dari manajemen Likuiditas Bank.

4. Untuk mengetahui kasus tentang Manajemen Likuiditas Bank

3
BAB ll

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Likuiditas

Dalam terminologi keuangan dan perbankan terdapat banyak pengertian

mengenai likuiditas, beberapa diantaranya dapat disebutkan sebagai berikut.

Likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi kemungkinan ditariknya

deposito/simpanan oleh deposan/nasabah. Dengan kata lain, menurut definisi

ini suatu bank dikatakan likuid apabila dapat memenuhi kewajiban penarikan

uang dari nasabah maupun dari para peminjam. Likuiditas merupakan

kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, dapat

membayar kembali semua deposannya, serta dapat memenuhi permintaan

kredit yang diajukan para debitur tanpa terjadi penangguhan.

Dari pengertian tersebut, bank dikatakan likuid apabila (Chairuddin, 2002):

1. Bank tersebut memiliki cash assets sebesar kebutuhan yang akan digunakan

untuk memenuhi likuiditasnya.

2. Bank tersebut memiliki cash assets yang lebih kecil dari kebutuhannya,

tetapi bank memiliki surat-surat berharga yang segera dapat dialihkan

menjadi kas.

3. Bank tersebut memiliki likuiditas dengan cara menciptakan uang, misalnya

penggunnaan fasilitas diskonto, call money, atau penjualan dengan repo

(repurchase agreement).

Likuiditas mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban jangka pendek yang harus segera dipenuhi. Selanjutnya berkaitan

4
dengan masalah likuiditas ini, perusahaan dikatakan mampu memenuhi

kewajiban keuangannya dengan tepat waktu berarti perusahaan dalam keadaan

liquid. Sebaliknya apabila perusahaan tidak segera memenuhi kewajiban

keuangannya pada saat jatuh tempo berarti perusahaan tersebut dalam keadaan

inliquid. (Kuntadi, 2011)

Pengelolaan likuiditas juga merupakan masalah yang sangat kompleks dalam

kegiatan operasional bank. Hal ini dikatakan kompleks karena likuiditas

menyangkut dana pihak ketiga (DPK) yang sebagian besar dari sifat dana

tersebut berupa jangka pendek dan tidak terduga. Oleh karenanya bank harus

memperhatikan pengelolaan seakurat mungkin kebutuhan likuiditas untuk

jangka waktu tertentu agar kebutuhan kewajiban perbankan dapat terpenuhi

dengan baik.

Dari sudut aktiva, likuiditas adalah kemampuan untuk mengubah seluruh

aset menjadi bentuk tunai (cash). Sedangkan dari sudut pasiva, likuiditas adalah

kemampuan bank memenuhi kebutuhan dana melalui peningkatan portofolio

reabilitas. Apabila bank tidak mampu memenuhi kebutuhan dana dengan segera

untuk memenuhi kebutuhan transaksi sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan

dana yang mendesak maka bank tersebut dapat memicu munculnya risiko

likuiditas.

Risiko likuiditas adalah risiko terjadinya kerugian yang merupakan akibat

dari adanya kesenjangan antara sumber pendanaan yang pada umumnya

berjangka pendek dan aktiva yang pada umumnya berjangka panjang. Besar

kecilnya risiko likuiditas ditentukan antara lain (Putra, 2010):

5
a. Kecermatan dalam perencanaan arus kas atau arus dana berdasarkan

prediksi pembiayaan dan prediksi pertumbuhan dana, termasuk

mencermati tingkat fluktuasi dana,

b. Ketepatan dalam mengatur struktur dana,

c. Ketersediaan aset yang siap dikonversikan menjadi kas, dan

d. Kemampuan menciptakan aset ke pasar bank atau sumber dana lainnya.

Apabila kesenjangan yang cukup besar terjadi, maka akan menurunkan

kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo. Untuk

mengantisipasi terjadinya risiko likuiditas, bank wajib menyediakan likuiditas

tersebut dengan cukup dan mengelolanya dengan baik, karena apabila likuiditas

tersebut terlalu kecil maka akan menggangu kegiatan operasional bank. Namun

demikian, likuiditas bank juga tidak boleh terlalu besar, karena apabila jumlah

likuiditas terlalu besar maka akan menurunkan efisiensi bank sehingga

berdampak pada rendahnya tingkat profitabilitas bank tersebut.

2.2 Pengertian Manajemen Likuiditas Bank

Beberapa penulis memberikan pengertian likuidias antara lain sebagai

berikut:

a. Menurut Joseph E. Burns, Likuiditas bank berkaitan dengan kemampuan

suatu bank untuk menghimpun sejumla tertentu dana dengan biaya

tertentu dan dalam jangka waktu tertentu.

b. Oliver G. Wood, Jr menyatakan bahwa Likuiditas adalah kemampuan

bank untuk memenuhi semua penarikan dana oleh nasabah deposan,

6
kewajiban yang telah jatuh tempo dan memenuhi permintaan kredit tanpa

penundaan.

c. Wiliam M. Glavin menyatakan bahwa Likuiditas berarti memiliki

sumber dana yang cukup tersedia untuk memenuhi semua kewajiban.

Setelah mengetahui definisi likuiditas, berikut ini adalah definisi mengenai

manajemen likuiditas menurut beberapa ahli:

a. Manajemen likuiditas melibatkan perkiraan permintaan dana oleh

masyarakat dan penyediaan cadangan untuk memenuhi semua kebutuhan

(Duane B. Graddy).

b. Manajemen likuiditas melibatkan perkiraan sumber dana dan penyediaan

kas secara terus menerus baik kebutuhan jangka pendek atau musiman

maupun kebutuhan jangka panjang. (Oliver G. Wood, Jr).

Secara umum, pengertian likuditas adalah kemampuan untuk memenuhi

kebutuhan dana (cash flow) dengan segera dan dengan biaya yang sesuai,

dimana fungsi dari likuditas secara umum untuk menjalankan transaksi

bisnisnya sehari-hari, mengatasi kebutuhan dana yang mendesak, dan

memuaskan permintaan nasabah akan pinjaman dan memberikan fleksibiltas

dalam meraih kesempatan investasi menarik yang menguntungkan.

Pengertian likuiditas bank adalah kemampuan bank untuk memenuhi

kewajibannya, terutama kewajiban dana jangka pendek. Dari sudut aktiva,

likuiditas adalah kemampuan untuk mengubah seluruh aset menjadi bentuk

tunai (cash), sedangkan dari sudut pasiva, likuiditas adalah kemampuan bank

memenuhi kebutuhan dana melalui peningkatan portofolio liabilitas.

7
Likuiditas bank menurut Josep E. Burns terdiri dari tiga unsur yaitu jumlah

dana, biaya dana, dan waktu yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan

likuiditas bank. Josep menambahkan, semakin besar jumlah dana yang dapat

diperoleh suatu bank dalam waktu tertentu, untuk memenuhi likuiditasnya, dan

dengan biaya yang telah ditetapkan, semakin likuid bank tersebut. Semakin

cepat bank memperoleh sebuah dana dengan biaya tertentu, semakin tingi pula

likuiditas bank yang bersangkutan. Selanjutnya, semakin rendah biaya dana

yang diperolehnya tersebut dalam suatu periode tertentu, semain likuid pula

bank yang bersangkutan.

Dalam kegiatan operasional bank sehari-hari manajemen likuiditas

merupakan masalah yang sangat penting. Seperti kita ketahui bahwa sebagian

dana yang dikelola bank bersumber dari dana pihak ketiga atau masyarakat yang

dititipkan pada bank bersangkutan baik dalam bentuk rekening giro, tabungan,

deposito dan dalam bentuk simpanan lainnya.

Simpanan tersebut harus dibayar jatuh tempo dan sebagian harus segera

dibayar pada saat ditagih. Masalahnya adalah bagaimana bank dapat memenuhi

kebutuhan penarikan dana oleh nasabah pada saat simpanannya jatuh tempo

atau pada saat diminta. Sementara pada waktu yang sama bank harus pula

menggunakan dana tersebut dengan mengalokasikannya ke dalam berbagai

bentuk invesasi untuk memperoleh laba guna membayar biaya-biaya dana

tersebut dan biaya operasional lainnya. Masalah ini akan tetap menjadi suatu

masalah klasik dalam pengelolaan aktiva-pasiva suatu bank yaitu konflik antar

likuiditas disuatu pihak dan profitabilitas di pihak lain.

8
2.3 Fungsi dan Tujuan Likuiditas Bank

Likuiditas bank sangat penting karena besar likuiditas wajib minimum

(LWM) atau giro wajib minimum (GWM) bank telah di tetapkan Bank

Indonesia selaku bank sentral.

Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan (2007:95), fungsi likuiditas wajib

minimum (LWM) atau giro wajib minimum (GWM) bank antara lain:

1. Untuk memenuhi ketetapan Bank Indonesia.

2. Untuk jaminan pembayaran pencairan tabungan masyarakat.

3. Untuk mempertahankan agar bank tetap dapat mengikuti kliring.

4. Untuk memperkuat daya tahan dalam menghadapi persaingan antar bank.

5. Untuk menentukan tingkat kesehatan bank.

6. Merupakan salah satu alat kebijaksanaan moneter pemerintah utnuk

mengatur jumlah uang beredar.

7. Sebagai salah satu alat otoritas moneter dalam menstabilkan nilai tukar

uang.

8. Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap bank.

Menurut Sinkey (2000:20), ada lima fungsi utama likuiditas bank yaitu :

1. Mampu memberikan rasa aman kepada para nasabah deposan, penabung,

girant, maupun kreditor lainnya. Fungsi utama likuiditas adalah jaminan

bahwa uang yang di simpan/di pinjamkan kepada bank dapat di bayar

kembali oleh bank pada saat jatuh tempo. Oleh karena itu, sepanjang bank

tersebut di nilai mempunyai likuiditas tinggi, pemilik dana tidak akan ragu-

ragu menempatkan/menyimpan uangnya di bank tersebut.

9
2. Menjamin tersedianya dana bagi setiap pemohon kredit yang telah di

setujui. Pada dasarnya bank melakukan bisnis dengan nasabah, jika bank

menolak untuk menyediakan dana atas permohonan kredit yang telah di

setujui, mungkin debitor akan lari ke bank lain.

3. Mencegah penjualan asset secara terpaksa, apabila dalam posisi likuid

cukup berat bank tersebut mungkin tidak dapat memperpanjang pinjaman

yang di terima dari bank lain. Salah satu cara untuk mengatasi masalah

tersebut adalah dengan terpaksa menjual surat berharga yang umum dengan

harga rendah.

4. Menghindarkan diri dari kewajiban membayar suku bunga yang tinggi atas

dana yang di peroleh di pasar uang. Pemilik dana akan menganggap bahwa

menempatkan dana pada bank beresiko tinggi.

5. Menghindarkan diri dari penggunaan fasilitas discount window secara

terpaksa. Semakin sering suatu bank menggunakan fasilitas discount

window, semakin tidak bebas manajemen bank tersebut menentukan dan

melaksanakan kebijakan usahanya.

Adapun tujuan dari likuiditas bank adalah:

· Menjaga posisi likuiditas bank agar selalu berada pada posisi yang

ditentukan bank sentral;

· Mengelola alat-alat likuid agar selalu dapat memenuhi semua kebutuhan

cash flow, termasuk kebutuhan yang tidak diperkirakan, misalnya penarikan

yang tiba-tiba terhadap sejumlah giro atau deposito berjangka yang belum

jatuh tempo;

10
· Sedapat mungkin memperkecil adanya idle funds.

2.4 Rasio Likuiditas Bank

Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk

memenuhi liabilitas jangka pendeknya. Rasio ini membandingkan liabilitas

jangka pendek dengan sumber daya jangka pendek (atau lancar) yang tersedia

untuk memenuhi liabilitas tersebut. Dari rasio ini banyak pandangan ke dalam

yang bisa didapatkan mengenai kompetnsi keuangan perusahaan saat ini dan

kemampuan perusahaan untuk tetap kompeten jika terjadi masalah.

Mengacu pada pendapat J. Fred Weston dan Thomas E. Copeland yang

diterjemahkan oleh Jaka Wasana Kirbrandoko (1999) mengemukakan bahwa :

”Rasio likuiditas adalah rasio yang mengu kur kemampuan perusahaan untuk

memenuhi kewajiban jangka pendeknya bila jatuh tempo.”Sedangkan mengacu

pada pendapat Bambang Riyanto (2001), mengemukakan bahwa : ”Rasio

likuiditas adalah rasio – rasio yang dima ksudkan untuk mengukur likuiditas

perusahaan.”

Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa rasio

likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui kemampuan

suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek nya yang akan

jatuh tempo. Dan untuk menilai tingkat likuiditas suatu perusahaan, ada

beberapa rasio yang dapat digunakan, seperti berikut ini :

11
1. Rasio Lancar

Rasio yang paling umum yang digunakan untuk menganalisa posisi

modal kerja suatu perusahaan adalah current ratio, yaitu perbandingan

antara jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar. Sedangkan menurut

James C. Van Horne dan John M. Wachowicz, jr. rasio lancar adalah

perbandingan antara aset lancar dengan liabilitas jangka pendek, dapat

dilihat dangan rumus sebagai berikut.

Rasio Lancar = Aset Lancar

Liabilitas jangka pendek

Faktor – faktor yang harus dipertimbangkan dalam menganalisis rasio

lancar menurut munawir (2004) adalah:

a. Distribusi atau proporsi daripada aktiva lancar

b. Data trenddaripada aktiva lancar dan hutang lancar, untuk jangka

waktu 5 tahun atau lebih dari waktu yang lalu.

c. Syarat yang diberikan oleh kreditor kepada perusahaan dalam

mengadakan pembelian maupun syarat kredit yang diberikan oleh

perusahaan dalam menjual barangnya,

d. Present value (nilai sesungguhnya) dari aktiva lancar, sebab ada

kemungkinan perusahaan mempunyai saldo piutang yang cukup

besar tetapi piutang tersebut sudah lama terjadi dan sulit ditagih

sehingga nilai realisasinya mungkin lebih kecil dibandingkan dengan

yang dilaporkan,

12
e. Kemungkinan perubahan nilai aktiva lancar, kalau nilai persediaan

semakin turun (deflasi) maka aktiva lancar yang besar (terutama

ditunjukkan dalam persediaan) maka tidak menjamin likuiditas

perusahaan

2. Rasio Cepat

Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajiban – kewajibannya dengan menggunakan aktiva

lancar tanpa memperhitungkan persediaan, Persediaan tidak

diperhitungkan karena persediaan memerlukan waktu yang relatif lama

untuk direalisir menjadi uang kas. Hal ini berarti aktiva lancar yang

dimaksud berupa kas dan piutang.

Rasio ini lebih mengukur kemampuan perusahaan yang sesungguhnya

untuk memenuhi hutang – hutang tepat pada saatnya. Rasio Cepat (Quick

Ratio) lebih tajam daripada current ratio, karena hanya membandingkan

aktiva yang sangat likuid (mudah dicairkan atau mudah diuangkan)

dengan hutang lancar. Jika current ratio tinggi tetapi quick ratio rendah,

menunjukkan adanya investasi yang sangat besar dalam persediaan.

Karena hal tersebut, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan

quick ratio sebagai rasio yang mengukur tingkat likuiditas perusahaan.

Quick Ratio yang dianggap baik adalah quick ratio diatas 100%,

karena setiap Rp.1 kewajiban lancarnya dapat dijamin dengan kas dan

piutang lebih dari Rp.1. Rumus untuk rasio cepat adalah:

Rumus untuk rasio cepat adalah:

13
Rasio Cepat = aktiva lancar – persedian

Kewajiban lancar

3. Cash Ratio

Cash ratio adalah rasio yang membandingkan antara kas dan aktiva

lancar yang bisa segera menjadi uang kas dengan hutang lancar. Aktiva

lancar yang bisa segera menjadi uang kas adalah efek atau surat berharga.

Dapat dilihat dengan rumus: Cash Rastio = kas + efek

Hutang lancar

2.5 Strategi Mengamankan Likuiditas

Dalam rangka menjaga posisi likuiditas dan proyeksi cashflow agar selalu

berada dalam posisi aman, terutama dalam kondisi tingkat bunga berfluktuasi,

beberapa strategi yang dapat dikembangkan oleh bank sbb (Raflus Rax, 1996):

· Memperpanjang jatuh tempo semua kewajiban bank, kecuali bila tingkat

bunga cenderung mengalami penurunan;

· Melakukan diversifikasi sumber dana bank;

· Menjaga keseimbangan jangka waktu aset dan kewajiban

· Memperbaiki posisi likuidias antara lain mengalihkan aset yang kurang

marketable menjadi lebih marketable.

Bank dianggap likuid apabila:

· Memiliki sejumlah likuiditas / memegang alat-alat likuid, cash assets (uang

kas, rekening pada bank sentral dan bank lainnya) sama dengan jumlah

kebutuhan likuiditas yang diperkirakan.

14
· Memiliki likuiditas kurang dari kebutuhan, tetapi bank memiliki surat-surat

berharga yang segera dapat dialihkan menjadi kas, tanpa mengalami

kerugian baik sebelum / sesudah jatuh tempo.

· Memiliki kemampuan untuk memperoleh likuiditas dengan cara

menciptakan uang, misalnya penggunaan fasilitas diskonto, call money,

penjualan surat berharga dengan repurchase agreement (repo).

15
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kasus Likuiditas Bank Century

Bank Century (sebelumnya dikenal dengan Bank CIC) didirikan pada Mei

1989 Pada 6 Desember 2004 Bank Pikko dan Bank Danpac menggabungkan

diri ke Bank CIC Pada 28 Desember 2004, Bank CIC berganti nama menjadi

Bank Century. Sejak 21 November 2008 diambil alih oleh Lembaga Penjamin

Simpanan (LPS) dan berubah nama menjadi PT Bank Mutiara Tbk.

Kasus:

Kasus Bank Century hingga kini masih menjadi pemberitaan hangat

disejumlah media massa, baik media massa yang berorientasi elektronik dan

cetak. Kasus Bank Century juga telah menyeret berbagai institusi hukum di

Indonesia, seperti halnya KPK, POLRI,dan DPR.

- 2003

Bank CIC diketahui didera masalah yang diindikasikan dengan adanya

surat-surat berharga valutas asing sekitar Rp2 triliun, yang tidak memiliki

peringkat, berjangka panjang, berbunga rendah, dan sulit di jual. BI

menyarankan merger untuk mengatasi ketidakberesan bank ini.

- 2004

Bank CIC merger bersama Bank Danpac dan bank Pikko yang kemudian

berganti nama menjadi Bank Century. Surat-surat berharga valas terus

bercokol di neraca bank hasil merger ini. BI menginstruksikan untuk di

16
jual, tapi tidak dilakukan pemegang saham. Pemegang saham membuat

perjanjian untuk menjadi surat-surat berharga ini dengan deposito di Bank

Dresdner, Swiss, yang belakangan ternyata sulit ditagih.

- 2005

BI mendeteksi surat-surat berharga valas di Ban Century sebesar US$210

juta.

- 30 Oktober dan 3 November 2008

Sebanyak US$56 juta surat-surat berharga valas jatuh tempo dan gagal

bayar. Bank Century kesulitan likuiditas. Posisi CAR Bank Century per 31

Oktober minus 3,53%.

- 13 November 2008

Bank Century gagal kliring karena gagal menyediakan dana (prefund)

- 17 November 2008

Antaboga Delta Sekuritas yang dimilik Robert Tantutar mulai default

membayar kewajiban atas produk discreationary fund yang di jual Bank

Century sejak akhir 2007.

- 20 November 2008

BI Mengirim surat kepada Menteri Keuangan yang menentapkan Bank

Century sebagai bank gagal yang berdampak sistemik dan mengusulkan

langkah penyelamatan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Di hari

yang sama, Komite Kebijakan Sektor Keuangan (KKSK) yang

beranggotakan BI, Menteri Keuangan, dan LPS, melakukan rapat.

17
- 21 November 2008

Bank Century diambil alih LPS berdasarkan keputusan KKSK dengan

surat Nomor 04.KKSK.03/2008. Robert Tantular, salah satu pemegang

saham Bank Century, bersama tujuh pengurus lainnya di cekal. Pemilik

lain, Rafat Ali Rizvi dan Hesham Al-Warraq menghinglang.

- 23 November 2008

LPS memutuskan memberikan dana talangan senilai Rp2,78 triliun untuk

mendongkrak CAR menjadi 10%.

- 5 Desember 2008

LPS menyuntikkan dana Rp2,2 triliun agar Bank Century memenuhi

tingkat kesehatan bank.

- 9 Desember 2008

Bank Century mulai menghadapi tuntutan ribuan investor Antaboga atas

penggelapan dana investasi senilai Rp1,38 triliun yang mengalir ke Robert

Tantular.

- 31 Desember 2008

Bank Century mencatat kerugian Rp7,8 triliun pada 2008. Aset-nya

tergerus menjadi Rp5,58 triliun dari Rp14,26 triliun pada 2007.

- 3 Februari 2009

LPS menyuntikkan dana Rp1,5 triliun.

- 11 Mei 2009

Bank Century keluar dari pengawasan khusus BI.

18
- 3 Juli 2009

Parlemen mulai menggugat karena biaya penyelamatan Bank Century

terlalu besar.

- 21 Juli 2009

LPS menyuntikkan dana Rp630 miliar.

- 18 Agustus 2009

Robert Tantular dituntut delapan tahun penjara dan denda Rp50 miliar

subsider lima bulan kurungan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Sebelumnya pada 15 Agustus, manajemen Bank Century menggugatnya

sebesar Rp2,2 triliun.

- 3 September 2009

Kepala Kepolisian Republik Indonesia menyampaikan kepada Dewan

Perwakilan Rakyat agar terus mengejar aset Robert Tantular sebesar

US$19,25 juta, serta Hesham Al-Warraq dan Rafat Ali Rizvi sebesar

US$1,64 miliar.

- 10 September 2009

Robert Tantular divonis 4 tahun penjara dan dengan Rp50 miliar.

Dengan adanya kasus Bank Century ini, maka beberapa saat yang lalu

masyarakat juga sempat dihebohkan kasus Bibit-Chandra yang disebut-sebut

terkait dengan kasus Bank Century itu sendiri.

Dalam sebuah pemberitaan yang diterbitkan oleh liputan6.com, maka Tif

pencari Fakta (TPF) kasus Bibit-Chandra menduga, upaya kriminalisasi

19
terhadap pimpinan KPK yang berujung pada penahanan Bibit dan Chandra,

terkait dengan kasus Bank Century.

Seperti diberitakan sebelumnya, upaya penyelamatan Bank Century diwarnai

dugaan korupsi dan suap yang melibatkan Kabareskrim Komjen Susno Duadji.

Susno diduga ikut menikmati aliran dana Rp 10 miliar dan tengah diselidiki

oleh KPK.

3.2 Penyelesaian Kasus Bank Century

Ada beberapa penyelesaian kasus dari bank century :

1. Pemerintah terus memburu asset Robert Tantular dan pemegang saham

lainnya di luar negeri dengan membentuk tim pemburu asset. Tim ini

beranggotakan staf Departemen Keuangan, Markas Besar Polri, Bank

Indonesia, Lembaga Penjamin simpanan, Pusat Pelaporan dan Analisa

Transaksi Keuangan, Departemen Luar Negeri, Kejaksaan Agung, serta

Departemen Hukum dan Hak Azasi manusia. Untuk di dalam negeri jumlah

asset yang disita polisis terkaitb kasus tindak pidana perbankan di Bank

Century sebesar Rp 1,191 miliar. Sementara di luar negeri, polisis berhasiul

menemukan dan memblokir asset milik Robert Tantular senilai 19,25 Juta

dolar AS atau setara Rp 192,5 Miliar. Uang sebesar itu antara lain terdapat

di USB AG Bank Hongkong senilai 1,8 juta dolar AS, PJK Jersey sejumlah

16,5 juta dolar AS, dan British Virgin Island (Inggris) sebesar 927 ribu dolar

AS. Selain itu polisisjuga menemukan dan memblokir aset Hesham Al

Warraq \talaat serta Rafat Ali Rizvi senilai Rp 11,64 triliun. Aset itu tersebar

di UBS AG Bank sejumlah 3,5 juta dolar AS, Standard Chartered Bank

20
senilai 650 ribu dolar AS dan sejumlah SGD 4.006, di ING Bank sebesar

388 ribu dolar AS.

2. Dalam proses hukum bank Century, pemilik bank century Robert tantular

beserta pejabat bank century telah ditetapkan sebagai terdakwa kasus

penggelapan dana nasabah. Bahkan manajemen Bank Century telah terlibat

dalam memasarkan produk reksadana PT Antaboga Sekuritas yang jelas-

jelas dalam pasal 10 UU Perbankan telah dilarang. Prinsip the five C’s of

credit analysis yang menjadi dasar pemberian dana talangan rupanya tidak

diterapkan oleh LPS. LPS harusnya meneliti Character (kejujuran pemilik

bank), collateral (jaminan utang bank), capital (modal), capacity

(kemampuan mengelola bank) dan condition of economy sebelum bailout

diberikan. Artinya dari segi the five C;s of credit analysis Bank Century

sebenarnya tidak layak sama sekali mendapatkan dana talangan dari LPS.

Ironisnya LPS justru mengucurkan dana sampai 6,7 triliun ke bank itu.

3. Solusi untuk mengatasi bank-bank bermasalah bukan dengan memberikan

penjaminan penuh ( blanket guarantee atau bailout ) seperti yang diberikan

ke Bank Century. Hal itu berdasar pengalaman krisis keuangan 1998 yang

akhirnya mengakibatkan munculnya bantuan likuiditas Bank Indonesia

(BLBI) hingga Rp 600 triliun.

21
3.3 Kesimpulan Dari Kasus Dan Penyelesaianya

Pemberian bailout atau dana talangan oleh pemerintah kepada bank century

yang membengkak hingga Rp 6,7 triliun dari semula 1,3 triliun harus menjadi

bahkan pembicaraan dan perdebatan seru. Bukan hanyua dimedia massa

dikalangan para ahli dan birokrasi pemerintah, tapi juga departemen karena hal

ini menyangkut dua aspek yaitu politik dan hukum.

Pemberian dana bailout century yang sekarang terus diperjualkan bisa

berakibat buruk terhadap bank tersebut. Dimana akan mengurangi rasa percaya

nasabah pada dunia perbankan.

Kasus Bank Century mencerminkan lemahnya pengawasan Bank Indonesia

( BI ) sebagai bank sentral terhadap bank umum. Bank-bank umumnya

hendaknya mendapat pengawasan ketat dari bank Central.

22
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Likuiditas merupakan suatu hal yang sangat penting bagi bank untuk dikelola

dengan baik karena akan berdampak kepada profiitabililitas serta business

sustainibility dan continuity. Hal itu juga tercermin dari peraturan bank

Indonesia yang menetapkan likuiditas sebagai salah satu dari delapan risiko

yang harus dikelola oleh bank.

Konsep likuiditas didalam dunia bisnis diartikan sebagai kemampuan

menjual asset dalam waktu singkat dengan kerugian yang paling minimal.

Tetapi pengertian likuiditas dalam dunia perbankan lebih kompleks dibanding

dengan dunia bisnis secara umum. Dari sudut aktiva, likuiditas adalah

kemampuan untuk mengubah seluruh aset menjadi bentuk tunai (cash),

sedangkan dari sudut pasiva, likuiditas adalah kemampuan bank memenuhi

kebutuhan dana melalui peningkatan portofolio liabilitas.

Secara garis besar manajemen likuiditas terdiri dari dua bagian, yaitu;

pertama, memperkirakan kebutuhan dana, yang berasal dari penghimpunan

dana (deposit inflow) dan untuk penyaluran dana (fund out flow) dan berbagai

komitmen pembiayaan (finance commitments).

Bagian kedua dari manajemen likuiditas adalah, bagaimana bank bisa

memenuhi kebutuhan likuiditasnya. Oleh karena itu bank harus mampu

mengidentifikasi karakteristik setiap produk bank baik disisi aktiva maupun

passiva serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

23
Kelebihan dan kekurangan likuiditas sama-sama memiliki dampak kepada

bank. Jika bank terlalu konservatif mengelola likuiditas dalam pengertian

terlalu besar memelihara likuiditas akan mengakibatkan profitabilitas bank

menjadi rendah walaupun dari sisi liquidity shortage risk akan aman.

Sebaliknya jika bank menganut pengelolaan likuiditas yang agresif maka

cenderung akan dekat dengan liquidity shortage risk akan tetapi memiliki

kesempatan untuk memperoleh profit yang tinggi. Shortage liquidity risk akan

menyebabkan dampak serius terhadap business contuinity dan business

sustainibility.

4.2 Saran

Ada pun saran yang dapat penulis berikan yakni untuk bagi para manajemen

bank yang bermasalah dalam likuiditasnya, sebaiknya lebih memberi perhatian

kepada banknya agar lebih memperhatikan risiko-risiko yang akan dihadapi

bank tersebut dalam hal likuiditasnya. Juga tentunya bank tersebut harus

memperbaiki manajemen likuiditasnya pada perusahaannya agar bank tersebut

dianggap sehat, sesuai dengan standar-standar kesehatan bank yang telah

ditetapkan dalam hal likuiditas. BI merupakan bank sentral yang menjadi lender

of the last resort yang merupakan sala- satu dasar utama didirikannya suatu bank

sentral yang sering juga disebut sebagai the bankers’ bank. Tentu saja ada

berbagai persyaratan dan ketentuan yang harus dipatuhi dalam bank sentral

menjalankan tugasnya sebagai sumber terakhir dari likuiditas terhadap bank-

bank ini.

24
DAFTAR PUSTAKA

http://makalahegi.blogspot.com/2013/01/manajemen-likuiditas-bank.html

http://digilib.unila.ac.id/8089/3/BAB%20II%20TINJAUAN%20PUSTAKA.pdf

https://www.bi.go.id/id/publikasi/jurnal-
ekonomi/Documents/Pengelolaan%20Dana%20dan%20Likuiditas%20Bank.pdf

http://rizalzulkarnain73.blogspot.com/2016/06/kasus-dan-penyelesaian-kasus-
bank-yang.html

https://fadlyknight.wordpress.com/2011/10/08/manajemen-likuiditas-bank/

http://mypdfdownload.info/files/Jurnal

https://www.academia.edu/10120635/makalah_likuiditas

25

Anda mungkin juga menyukai