PEMBAHASAN
2.1. Definisi liquiditas dan manajemen liquiditas
2.1.1.
Definisi Liquiditas
Beberapa penulis memberikan pengertian likuiditas dalam perspektif perbankan
sebagai berikut.
a. Joseph E. Burns
Likuiditas bank berkaitan dengan kemampuan suatu bank untuk
menghimpun sejumlah tertentu dana dengan biaya tertentu dan dalam
jangka waktu tertentu.
b. Oliver G Wood, Jr
Likuiditas adalah kemampuan bank untuk memenuhi semua penarikan
dana oleh nasabah atau deposan, kewajiban yang telah jatuh tempo, dan
memenuhi permintaan kredit tanpa ada penundaan.
c. William M. Glavin
Likuiditas berarti memiliki sumber dana yang cukup tersedia untuk
memenuhi semua kewajiban.
Dari beberapa pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa liquiditas adalah
kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, dapat
membayar kembali semua deposanya, serta dapat memenuhi permintaan kredit
yang diajukan para debitur tanpa terjadi penangguhan.
2.1.2.
Manajemen Liquiditas
likuiditas
malibatkan
perkiraan
permintaan
dana
oleh
b. Oliver G. Wood
Manajemen likuiditas melibatkan perkiraann kebutuhan dan penyediaan kas
secara terus menerus baik kebutuhan jangka pendek atau musiman maupun
kebutuhan jangka panjang.
2.2.
Ketentuan BI: GWM Rupiah adalah 5% dari total DPK Rupiah yang
dihitung rata-rata harian dalam satu minggu dan harus dilaporkan ke BI
GWM dibedakan dalam 2 kategori: GWM rupiah (5%) dan GWM valas
(3%)
Komponen komponen alat likuid. Terdiri dari kas dan giro pada BI
2.2.
Laporan likuiditas
Likuiditas valuta asing
Komponen komponen alat likuid. Terdiri dari kas dan giro pada BI
2.3.
2.5.
Pengukuran likuiditas
Alat-Alat Pengukuran Likuiditas
Total Loans
3. Banking Ratio = -------------------Total Deposit
Banking Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan bank untuk membiayai
pemberian pinjaman dengan menggunakan dana yang dihimpun dari para
nasabah/pihak ketiga.
Liquidity Assets
4. Cash Ratio = ----------------------------Short term borrowing
Cash ratio adalah ratio yang menunjukkan kemampuan bank untui melunasi
kewajiban-kewajiban yang harus segera dibayar dengan alat-alat likuid yang
dimilikinya.
2.6.
likuiditas
dengan
cara
# Perhitungan GWM: Jumlah Saldo Giro pada BI / Jumlah DPK X 100% = >
5%
2.7.
1. Strategi Likuiditas
Dalam menjalankan aktifitasnya manajemen dapat melakukan beberpa strategi
agar likuiditas bank tetap berjalan dengan baik, strategi tersebut diantaranya:
Strategi Preventif
Strategi prefentif adalah bahwa likuiditas dikelola dengan menjauhi
unsur-unsur spekulatif sehingga masalah likuiditas dapat dijauhi. Untuk
itu, kaidah-kaidah dalam pengendalian likuiditas harian dan jangka
menengah perlu dipenuhi. Adapun prosesnya dapat dijelaskan dibawah
ini:
Pengendalian Harian
Strategi Represif
2. Strategi Profitabilitas
Profitabilitas perbankan adalah suatu kesanggupan atau kemampuan bank
dalam memperoleh laba. Masalah profitabilitas atau pendapatan bagi bank
merupakan masalah penting karena pendapatan bank ini menjadi sasaran
utama yang harus dicapai sebab bank didirikan untuk mendaptkan profit/laba.
laba diperoleh dari kegiatan perkreditan itu berupa selisih antara biaya dana
dengan pendapatan bunga yang diterima dari para debitur. Laba merupakan
tujuan utama dari suatu bank sehingga harus benar-benar diperhatikan dengan
serius.
Berikut 3 strategi untuk meningkatkan profitabilitas suatu bank:
2.8.
KONSEP LIKUIDITAS
Sejalan dengan pemenuhan kebutuhan likuiditas bank, maka suatu bank dianggap
likuid apabila :
Memiliki sejumlah likuiditas sama dengan jumlah kebutuhan likuiditasnya
Memiliki likuiditas kurang dari kebutuhan tetapi bank mempunyai surat-surat
berharga yang segera dapat dialihkan menjadi kas
Memiliki kemampuan untuk memperoleh likuiditas dengan cara menciptakan
uang.
Sumber-sumber kebutuhan liquiditas
2.9.
Sumber utama kebutuhan likuiditas bank berasal dari adanya kebutuhan antara
lain untuk memenuhi :
memenuhi
liabilitas
yang
telah
jatuh
tempo
atau
Secara umum resiko likuiditas mencakup dua hal yaitu kemampuan bank
dalam memenuhi liabilitas atau jumlah dana simpanan nasabah yang akan ditarik
kembali oleh para nasabah, kemudian hal yang kedua adalah kemampuan bank
dalam mendapatkan dana baru , dana baru yang dimaksud disini adalah akses
atau sumber pendanaan yang bisa segera bank islam dapatkan guna memenuhi
kebutuhan jangka pendek yang telah jatuh tempo.
Dengan demikian resiko likuiditas perbankan merupakan akibat dari
interaksi antara asset dan liabilitas yang bank islam miliki. Sehingga
permasalahan likuiditas pada bank islam dapat terjadi jika beberapa kejadian
berikut terjadi.
1.
Pada saat penarikan dana simpanan yang berjumlah besar. Ini bisa
menjadi penyebab bank mengalami permasalahan likuiditas, karena jika
pada saat nasabah melakukan penarikan dana dari bank dengan jumlah yang
besar, akan tetapi pada saat yang bersamaan pihak bank tidak memiliki
sumber yang mencukupi dan tidak bisa mencari sumber pendanaan lain
dengan cepat untuk bisa memenuhi kewajibanya tersebut. Maka akan
2.
ataupun jenis-jenis akad pembiayaan yang tidak bisa dicairkan dalam waktu
singkat.
4. Terjadi penurunan besar-besaran terhadap nilai asset yang bank miliki yang
memicu turunya pula tingkat kepercayaan nasabah terhadap bank tersebut.
Turunya tingkat kepercayaan nasabah terhadap bank akan memicu para
nasabah untuk menarik dana simpananya yang terdapat di bank tersebut, jika
tidak semua nasabah yang menarik investasinya dan pihak bank bisa
memenuhi kewajibanya itu maka kondisi bank akan baik-baik saja, akan
tetapi jika para nasabah melakukan penarikan dananya secara bersama-sama
tentu saja pihak bank tidak akan sanggup untuk memenuhi kewajibanya
tersebut. Dan akibatnya bank akan mengalami kebangkrutan.
5. Kondisi ekonomi dan moneter. Sebagai bagian dari system perekonomian,
kondisi perekonomian secara umum sangat mempengaruhi kondisi likuiditas
perbankan. Pada saat terjadi tingkat inflasi yang tinggi yang akan ditandai
dengan tingginya demand, maka otoritas moneter akan mengambil kebijakan
kontarksi moneter dengan memainkan instrument moneter seperti menaikan
tingkat suku bunga serifikat bank Indonesia.
2.12. Proses Manajemen Resiko Likuiditas
Likuiditas menjadi hal yang penting bagi bank untuk dikelola.
Pengelolaan resiko likuditas pada bank sedikit lebih rumit dibandingkan
dengan jenis resiko lainya, hal ini karena likuiditas memiliki dua sisi yang
bertolak belakang. Di satu sisi tingginya likuiditas pada suatu bank membuat
posisi bank relative aman dan stabil, tetapi di sisi lain likuiditas yang terlalau
banyak akan menyebabkan tingkat profitabilitas atau keuntungan suatu bank
menjadi menurun, ini dikarenakan asset-aset yang likuid biasanya tidak
menghasilkan atau memberikan profit bagi bank tersebut.
unit bisnis yang ada pada struktur orgaisasi bank islam untuk mengambil
resiko pada setiap transaksi yang dilakukan, setiap transaksi yang masih
dibawah risk limit akan tetap dilakukan namun apabila diatas risk limit
maka
transaksi
tersebut
sebaiknya
ditinggalkan
atau
minimal
identifikasi
resiko
merupakan
sebuah
proses
untuk
menentukan resiko apa yang dapat terjadi dan bagaimana resiko itu trjadi.
Proses identifikasi resiko harus dilakukan secara menyeluruh. Jenis resiko
yang melekat pada produk dan aktivitas bank dapat berbeda-beda, bagitu
pula dampak yang diakibatkan oleh resiko tersebut.
Terdapat beberapa tahapan dalam mengidentifikasi sebuah resiko :
1) Menyususn daftar resiko secara komperhensif, resiko yang mungkin
terjadi disusun berdasarkan dampak pada setiap elemen kegiatan,
factor-faktor penyebabnya, hingga diketahuai besarnya tingkat resiko
yang mungkin terjadi nantinya.
2) Menganalisis karakteristik resiko yang melekat pada bank baik pada
produk-produk maupun pada kegiata usaha bank.
3) Menggambarkan proses terjadinya resiko dengan menganalisis factorfaktor apa yang menjadi penyebab timbulnya sebuah resiko.
4) Menentukan pendekatan atau instrument yang tepat untuk identifikasi
resiko. Misalnya berdasarkan pengalaman, pencatatan atas resiko yang
pernah terjadi, dan sebagainya.
Dalam sebuah proses kegiatan tentu akan lebih baik lagi apabila
trdapat proses evaluasi atau review, begitupula pada proses manajemen
resiko juga terdapat tahapan peng-evaluasian setelah analisis serta proses
manajemen resiko yang telah dilakukan. Evaluasi resiko merupakan hal
yang sangat penting kareana akan menentukan langkah dan tindakan yang
dapat diambil manajemen untuk mengelola resiko tersebut.
Pada tahapan evaluasi dan review resiko, tingkat resiko actual yang
terjadi pada bank dimonitor dan dibandingkan dengan berbagai ketentuan
resiko yang telah ditetapkan sebalumnya. Selain itu evaluasi resiko juga
dapat digunakan untuk melihat apakah kebijakan-kebijakan yang diambil
dalam penanggulangan resiko sudah efektif atau belum, serta juga bisa
digunakan untuk menentukan kebijkan apa yang akan diambil untuk
langkah kedepanya.
2.13. Pengendalian Resiko Likuiditas
Resiko likuiditas muncul sebagai konsekuensi dari fungsi intermediasi
yang diambil oleh bank. Resiko ini akan senantiasa melekat pada bank
sepanjang proses bisnis yang dijalan kan oleh sebuah bank. Mulai dari bank
mengumpulkan dana dari masyarakat, hingga sampai bank menyalurkan
kembali dana tersebut kepada masyarakat. sehingga menajemen resiko
likuiditas sudah selayaknya dilekatkan pada setiap tahapan pada proses bisnis
sabuah bank, termasuk pada saat menciptakan suatu produk keuangan. Untuk
melakukan pengendalian dan mitigasi resiko likuiditas yterdapat beberapa hal
yang seharusnya dilakukan bank.
1. Sebiknya bank melakukan diversivikasi atas sumber pendanaan yang
digunakan untu mendanai berbagai pembiayaan yang disalurkan kepada
masyarakat. diversivikasi tersebut mencakup berbagai jenis produk
simpanan dana pihak ketiga dengan jangka waktu bervariasi (janka pendek,
menengah, maupun jangka panjang). Sebaliknya, konsentrasi pendanaan
yang hanya pada satu produk simpanan saja sebiaknya dihindari karena
justru akan meningkatkan resiko likuiditas abagi sebuah bank. Penyebab
harus dihindarinya konsentrasi pendanaan yang hanya pada satu produk
simpanan saja adalah, seumpamanya jika suatu bank memiliki produk
penyaluran dana yang banyak tetapi pada bank tersebut hanya memiliki
satu produk pendanaan kita ambil contohnya tabungan , ketika suatu saat
bank telah melakukan kontrak pembiayaan atau akan menyalurkan dan
kepada masyarakat dan pada kondisi yang bersamaan ada nasabah yang
akan melakukan penarikan dana tabungannya maka dapat dipastikan bank
tidak bisa menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat dikarenakan uang
yang ada di bank atau yang akan diberikan telah dikembalikan pada
pemiliknya, sehingga hal ini akan menyebabkan kekosongan kas pada bank
tersbut. Oleh karena itu dalam produk penghimpunan dana tidak boleh
hanya terkonsentrasi pada satu produk saja. Karena sifat tabungan yang
bisa ditarik kapan saja maka bank tidak bisa memprediksi jangka waktu
tabungan para nasabahnya, akan tetapi jika terdapat produk yang lainya
seperti produk deposito berjangka, mak pihak bank dapat memprediksi
kapan nasabah akan melakukan penarikan dan pihak bank juga bisa
menyalurkan dan kepada masyarakat tanpa harus khawati nasabah kan
melakukan penarikan dana secara tiba-tiba.
Diversifikasi pada sisi sumber pendanaan pun juga harus diimbangi dengan
diverifikasi pada penyaluran dananya. Bila pada sisi pendanaan melimpah
akan tetapi pada sisi penyaluran dananya hanya pada stu produk saja, maka
hal ini kan mengakibatkan dana yang sudah terkumpul akan mengendap di
bank saja, dan kondisi ini akan berpengaruh pada profitabilitas bank
tersebut.
2. Untuk memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek, pihak bank dapat
menggunakan beberapa skema pendanaan jangaka pendek. Misalnya
dengan kontarak skema mudharabah jangka pendek antar bank.
Kekurangan likuiditas dapat ditutupi dengan cara mencari dana likiuid dari
bank lainya. Dengan demikian pihak bank dapat segera menutupi
kekurangan likuiditas yang terjadi.