Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TEORI BIAYA PRODUKSI

Dosen Pengampu : SAMSUL, M.Pd

OLEH :

KELOMPOK 2

1. AJENG RENGGANIS

2. SHINTA WAHDANIYYATI

PROGRAM STUDI SEMESTER IV


UNIVERSITAS ISLAM AN NUR (UNISAN) LAMPUNG
TAHUN 2023

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga
makalah tentang “Manajemen Likuiditas ” ini dapat terselesaikan . Makalah ini di ajukan
guna memenuhi tugas Mata Kuliah “ Perbankan Syariah ” Saya mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan
sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan kita semua.

Sidomulyo, 05 Maret 2023

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1.LATAR BELAKANG ............................................................................... 1


1.2.RUMUSAN MASALAH ........................................................................... 1
1.3.TUJUAN ................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 2

2.1. PENGERTIAN LIKUIDITAS .................................................................. 2


2.2. CIRI -CIRI BANK SYARIAH YANG MEMILIKI LIKUIDITAS
SEHAT ...................................................................................................... 3
2.3.TUJUAN MANAJEMEN LIKUIDITAS ................................................... 4
2.4.PENGELOLAAN LIKUIDITAS DALAM BANK SYARIAH ................. 4
2.5.STRATEGI PENGELOLAAN LIKUIDITAS ........................................... 5
2.6.INSTRUMEN MANAJEMEN LIKUIDITAS BANK SYARI’AH............ 6
2.7.MASALAH MANAJEMEN LIKUIDITAS BANK SYARIAH ................ 7
2.8.

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 9

3.1.KESIMPULAN ......................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Secara umum tugas utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan. Kemudian dana yang telah terkumpul tersebut disalurkan
kembali kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman (kredit), serta memberikan
jasa-jasa bank lainnya. Untuk bisa menghimpun dana dari masyarakat, maka bank
memiliki keharusan untuk meyakinkan nasabah bahwa uang yang mereka titipkan
dijamin keamanannya.
Dari sudut aktiva, likuiditas adalah kemampuan untuk mengubah seluruh
aset menjadi bentuk tunai (cash), sedangkan dari sudut pasiva, likuiditas adalah
kemampuan bank memenuhi kebutuhan dana melalui peningkatan portofolio
liabilitas. (Siamat Dahlan, 2003: 102) Pentingnya penilaian atas likuiditas suatu
bank, merupakan salah satu cara untuk bisa menentukan apakah bank tersebut
dalam kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat. Salah satu
penyebab kebangkrutan suatu bank adalah karena ketidakmampuannya dalam
memenuhi kebutuhan likuiditasnya.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian pengertian likuiditas?

2. Apa tujuan manajemen likuiditas?

3. Bagaimana pengelolaan likuiditas dalam bank syariah?

4. Bagaimana strategi pengelolaan likuiditas?

1.3.TUJUAN
Adapun tujuan ditulisnya makalah ini antara lain guna menjawab segala rumusan
masalah yang ada. Diharapkan makalah ini dapat membantu pemahaman mengenai
Definisi Manajemen Likuiditas.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN LIKUIDITAS


Dalam terminologi keuangan dan perbankan terdapat banyak pengertian
mengenai likuiditas, beberapa diantaranya dapat disebutkan sebagai berikut adalah
kemampuan bank untuk memenuhi kemungkinan ditariknya deposito/simpanan oleh
deposan/ definisi ini, suatu bank dikatakan likuid apabila dapat memenuhi kewajiban
penarikan uang dari pada penitip dana maupun dari para peminjam /debitur bank untuk
memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar kembali semua deposannya,
serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan para debitur.
Pengertian likuiditas bank adalah kemampuan bank untuk memenuhi
kewajibannya, terutama kewajiban dana jangka pendek. Dari sudut aktiva, likuiditas
adalah kemampuan untuk mengubah seluruh aset menjadi bentuk tunai (cash),
sedangkan dari sudut pasiva, likuiditas adalah kemampuan bank memenuhi kebutuhan
dana melalui peningkatan portofolio liabilitas.
Manajemen Likuiditas Bank adalah suatu proses pengendalian dari alat-alat
likuid yang mudah ditunaikan guna memenuhi semua kewajiban bank yang segera
harus dibayar.2 Manajemen likuiditas adalah menegelola bagaimana bank dapat
memenuhi baik kewajiban yang sekarang maupun kewajiban yang akan datang bila
terjadi penarikan atau pelunasan asset liability yang sesuai dengan perjanjian atau yang
belum diperjanjikan.
Suatu bank syari’ah dikatakan likuid apabila:

1. Dapat memelihara GWM di Bank Indonesia sesuai dengan ketentuan yang


berlaku.

2. Dapat memelihara Giro di Bank Koresponden. Giro di Bank Koresponden


adalah rekening yang dipelihara di Bank Koresponden yang besarnya
ditetapkan berdasarkan Saldo Minimum.
3. Dapat memelihara sejumlah kas secukupnya untuk memenuhi
pengambilan uang tunai

2
2.2. CIRI -CIRI BANK SYARIAH YANG MEMILIKI LIKUIDITAS SEHAT

Dengan melakukan manajemen likuiditas maka Bank akan dapat memelihara likuiditas
yang dianggap sehat dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Memiliki sejumlah alat likuid, cash asset (uang kas, rekening pada bank sentral
dan bank lainnya) setara dengan kebutuhan likuiditas yang diperkirakan,

2. Memiliki likuiditas kurang dari kebutuhan, tetapi memiliki surat-surat berharga


yang segera dapat dialihkan menjadi kas, tanpa harus mengalami kerugian baik
sebelum atau sesudah jatuh tempo,

3. Memiliki kemampuan untuk memperoleh likuiditas dengan cara menciptakan


uang, misalnya dengan menjual surat berharga dengan repurchase agreement.

4. Memenuhi ratio pengukuran likuiditas yang sehat yaitu :

a. Rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga:

1) Merupakan ukuran untuk menilai kemampuan bank dalam memenuhi


kebutuhan likuiditas akibat penarikan dana oleh pihak ketiga dengan
menggunakan alat likuid bank yang tersedia,
2) Alat likuid bank terdiri atas uang kas, saldo giro pada bank sentral dan
bank koresponden
3) Semakin besar rasio ini semakin besar kemampuan bank memenuhi
kewajiban jangka pendeknya, tetapi disisi lain mengidentifikasikan
semakin besarnya idle money.
b. Rasio pembiayaan terhadap total dana pihak ketiga (FDR)

1) Finance to deposit ratio (FDR), yang menggambarkan perbandingan


pembiayaan yang disalurkan dengan jumlah DPK yang disalurkan,
2) Ratio ini harus dipelihara pada posisi tertentu yaitu 75-100%. Jika ratio di
bawah 75% maka bank dalam kondisi kelebihan likuididitas, dan jika
ratio diatas 100% maka bank dalam kondisi kurang likuid,
3) Menurut kriteria Bank Indonesia, ratio sebesar 115% keatas nilai
kesehatan likuiditas bank adalah nol

3
2.3.TUJUAN MANAJEMEN LIKUIDITAS

1. Mencapai cadangan yang dibutuhkan yang telah ditetapkan oleh bank sentral
karena kalu tidak dipenuihi akan kena pinalti dari Bank sentral.
2. Memperkecil dana yang menganggur karena kalau banyak dana yang
menganggur akan mengurangi profitabilitas bank.
3. Mencapai likuiditas yang aman untuk menjaga proyeksi cashflow dalam kondisi
yang sangat mendesak misalnya penarikan dana oleh nasabah, pengambilan
pinjaman.
Sedangkan menurut Leon dan Ericson tujuan manajemen likuiditas adalah:

1. Menjaga posisi likuiditas bank agar selalu berada pada posisi yang ditentukan
oleh otoritas moneter yaitu Bank Indonesia.
2. Mengelola alat alat likuid agar selalu memenuhi semua kebutuhan arus kas
termasuk kebutuhan yang tidak diperkirakan, misalnya penarikan yang tiba-tiba
terhadap sejumlah giro atau deposito berjangka yang belum jatuh tempo.
3. Meminimalkan idle fund (dana yang menganggur).

4. Menjaga posisi likuiditas dan proyeksi arus kas agar selalu dalam posisi aman
terutama dalam tingkat bunga berfluktuatif.

2.4. PENGELOLAAN LIKUIDITAS DALAM BANK SYARIAH


Baik bank konvensional maupun bank syariah wajib mengelola
likuiditasnya, karena pengelolaan likuditas tersebut diperlukan untuk memenuhi
kewajiban bank terutama kewajiban jangka pendek. Namun demikian terdapat
beberapa kendala dalam pengelolaan likuiditas dalam Bank dengan berbasis Syariah
(bank Islam) apabila dibandingkan dengan bank konvensional, mengingat bank
dengan berbasis syariah, produk-produknya masih dibilang baru, seiring dengan usia
berkembangnya bank syariah. Adapun kendala-kendala tersebut antara lain yaitu:

a. Kurangnya akses untuk memperoleh pendanaan jangka pendek.

b. Kurangnya akses ke pasar uang sehingga bank syariah hanya dapat memelihara
likuiditas dalam bentuk kas.
c. Kendala operasional, kesulitan dalam mengendalikan likuiditasnya secara
efisien, sebagai contoh tidak tersedianya kesempatan investasi segera atas dana-

4
dana yang diterimanya, kesulitan mencairkan dana investasi yang sedang
berjalan sehingga berakibat bank-bank Islam menahan alat likuidnya dalam
jumlah besar dibandingkan dengan rata-rata perbankan konvensional.
Untuk mengantisipasi masalah tersebut, ada beberapa pilihan yang kebanyakan
dilakukan oleh pengelola bank-bank Islam yang bersifat darurat yaitu:

a. Mengupayakan dana di pasar uang antar bank berdasarkan prinsip syariah


dengan menggunakan berbagai instrumen pasar uang yang tersedia di pasar
uang tersebut.
b. Mengambil bunga dan menggunakannya untuk tujuan sosial berdasarkan
fatwa.
c. Menginvestasikan dalam bentuk emas dan atau logam mulia lainnya secara
tunai dengan kontrak berjangka.
d. Menyimpan dananya di bank konvensional tanpa menerima bunga
sebagai imbangan dari servis yang diperolehnya.

2.5. STRATEGI PENGELOLAAN LIKUIDITAS


Didalam memelihara likuiditas maka faktor ekstern harus diperhatikan dan
diantisipasi. Harus disadari bahwa perbankan syariah adalah industri yang masih
dalam tahap permulaan sehingga belum mampu menjadi pemimpin dalam industri
perbankan khususnya di Indonesia. Berdasarkan kenyataan tersebut maka di dalam
issue likuiditas ini, disamping bersaing dengan sesama bank syariah, persaingan
juga terjadi dengan bank konvensional yang sudah mapan. Untuk mengantisipasi
dan mengatasi masalah likuiditas dikaitkan dengan upaya pengembangan bank
syariah, tuntutan deposan, profesionalitas, tingkat profitabilitas dan kepatuhan
terhadap sistem syariah, bank syariah harus melakukan hal-hal berikut ini:

a. Menggiatkan pendidikan dan sosialisasi bank Islam khususnya menjelaskan


tentang aspek-aspek ekonomi dan sistem nilai keislaman kepada masyarakat.
b. Terus memperbaiki dan meningkatkan kinerja bank Islam. Mengintensifkan dan
fokus pada equity based financing dari pada debt based financing akan
menyebabkan meningkatnya profit jangka pendek dan panjang. Saat ini terbuka
kesempatan untuk menyalurkan equity based financing seperti joint financing
untuk membiayai proyek-proyek pemerintah dan swasta, membeli sukuk
pemerintah atau corporate,dll.

5
c. Memperkuat koordinasi, komunikasi dan pengertian dengan deposan/investor
dan patner bisnis.

d. Mengidentifikasi berapa banyak deposan rational yang dimiliki bank. Salah satu
cara untuk mengidentifikasi rational deposan adalah dengan mengamati berapa
banyak dari mereka yang menarik dananya dan memindahkan ke Bank
Konvensional ketika tingkat suku bunga dari bank konvensional lebih tinggi dari
return yang dihasilkan oleh bank Islam
e. Membentuk satuan tugas atau team khusus untuk memonitor, mengevaluasi dan
mendeteksi kemungkinan terjadinya kesulitan likuiditas yang akan menimpa
bank.
f. Menyiapkan kas dan cadangan likuiditas untuk kondisi tertentu. Bank
membutuhkan likuiditas untuk transaksi reguler maupun irreguler. Transaksi
reguler adalah operasional sehari-hari, sementara transaksi irreguler terdiri dari 2
hal;
1) Irreguler tetapi dapat diprediksi,

2) Irreguler dan tidak dapat diprediksi. Kebutuhan likuiditas irreguler yang dapat
diprediksi diantaranya adalah kewajiban menyediakan dana untuk
kebutuhan keuangan untuk operasional pemerintah yang biasanya sangat
besar.

2.6. INSTRUMEN MANAJEMEN LIKUIDITAS BANK SYARI’AH


Ada instrumen-instrumen likuiditas yang dapat dijalankan bank syari’ah dalam
rangka memenuhi kewajiban likuiditas, yaitu : Giro Wajib Minimum (GWM),
Kliring dan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), penjelasan ketiga hal ini
sebagai berikut:

1. Giro Wajib Minimum (GWM). Giro Wajib Minimum adalah simpanan


minimum bank umum dalam giro pada Bank Indonesia yang besarnya
ditetapkan olah BI berdasarkan persentase tertentu dari Dana Pihak Ketiga
(DPK). Perhitungan ini berlaku baik untuk GWM dalam rupiah maupun valuta
asing.

6
2. Kliring, adalah sarana perhitungan utang-piutang antar bank dengan cara saling
menyerahkan surat-surat berharga dan surat-surat dagang guna memperlancar
lalu lintas pembayaran yang terdiri dari pengiriman uang, inkaso, dan
pembukaan letter of credit.
3. BLBI. Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) adalah skema bantuan
(pinjaman) yang diberikan Bank Indonesia kepada bank-bank yang mengalami
masalah likuiditas pada saat terjadinya krisis moneter 1998 di Indonesia. Skema
ini dilakukan berdasarkan perjanjian Indonesia dengan IMF dalam mengatasi
masalah krisis. Dalam hal ini Bank Indonesia menegaskan pada bank-bank
Syariah “carikan dana sejumlah sekian untuk jangka waktu sekian lama bila
berhasil maka akan aku beri imbalan atas keberhasilan itu”.

2.7.MASALAH MANAJEMEN LIKUIDITAS BANK SYARIAH


Kendala operasional yang dihadapi oleh perbankan syariah adalah kesulitan
dalam mengendalikan likuiditasnya secara efisien, hal itu terlihat pada beberapa
gejala, antara lain:

1. Tidak tersedianya kesempatan investasi segera atas dana dana yang diterimanya.
Dana dana tersebut terakumulasi dan menganggur untuk beberapa hari sehingga
mengurangi rata rata pendapatan mereka.

2. Kesulitan mencairkan dana investasi yang sedang berjalan, pada saat ada
penarikan dana dalam situasi kritis. Akibatnya bank bank syariah menahan alat
likuidnya dalam jumlah yang lebih besar daripada rata rata perbankan
konvensional.

Pada umumnya bank syariah mengalami dua macam kendala bila


dibandingkan dengan bank konvensional, yaitu: kurangnya akses untuk
memperoleh pendanaan jangka pendek, khususnya dari BI sebagai bank sentral,
dan kurangnya akses ke pasar uang sehingga bank syariah hanya dapat
memelihara likuiditas dalam bentuk kas. Melakukan analisis perencanaan likuiditas
bank syari’ah adalah mengidentifikasi kebutuhan utama terhadap likuiditas
kemudian membandingkan kebutuhan tersebut dengan jumlah aktiva lancar yang
dimiliki bank pada saat itu. Analisis ini dilakukan dengan 3 tahap sebagai berikut:

7
1. Tahap pertama : Klasifikasikan sumber-sumber dana utama bank
berdasarkan tingkat kecepatan berputarnya. Kelompokkan dana yang sifatnya
stabil atau tetap dan dana yang berfluktuasi. Estimasikan persentase pada
masing-masing kelompok pada dana tersebut dilihat dari waktu penarikannya,
maka terdapat dua jenis dana yaitu dana yang dapat ditarik sewaktu-waktu
meliputi tabungan dan giro wadiah serta dana yang ditarik pada saat jatuh
tempo meliputi investasi mudharabah. Untuk memperkirakan jumlah
penarikan pada tabungan dan giro wadiah, bank syariah harus menganalisis dari
pengalaman penarikan dana harian pada masamasa sebelumnya (historical data)
2. Tahap kedua : Kelompokkan jenis aktiva yang likuid maupun yang tidak
likuid. Pengelompokkan ini dimaksudkan untuk mengukur kemampuan bank
dalam memenuhi kebutuhan likuiditasnya dari aktiva lancar yang dimilikinya.
3. Tahap ketiga : Bandingkan total aktiva lancar dengan dana yang dianggap
berubah-ubah ( volatile). Apabila perbandingan tersebut hasilnya sama dengan
satu berarti posisi kebutuhan likuiditas persis sama dengan jumlah aktiva lancar
yang dimiliki bank saat itu (Balance liquidity position).
4. Tahap ke empat : Kebutuhan likuiditas bank yang biasanya dipengaruhi oleh
faktor-faktor berikut ini: Pertama, kewajiban reserve yang ditetapkan oleh Bank
Sentral, yaitu merupakan Giro Wajib Minimum (GWM) yang merupakan
ketentuan Bank Indonesia. Giro Wajib Minimum merupakan kewajiban
cadangan (reserve requirement) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar
prosentase dari dana pihak ketiga (DPK).

8
BAB III

PENUTUP
3.1. KESIMPULAN

Dari pemaparan materi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen


likuiditas bank adalah tentang bagaimana sebuah bank dapat mengelola dan
memenuhi kewajibannya untuk saat ini maupun dimasa mendatang. Ciri-ciri bank
syariah yang memiliki likuiditas sehat yaitu memiliki sejumlah alat likuid dan cash
asset, memiliki likuiditas kurang dari kebutuhan, memiliki kemampuan untuk
memperoleh likuiditas dengan cara menciptakan uang, dan memenuhi ratio
pengukuran likuiditas yang sehat seperti yang telah digambarkan diatas.
Tujuan dari manajemen likuiditas itu sendiri yaitu menjaga posisi
likuiditas bank dan proyeksi arus kas, mengelola alat alat likuid, dan meminimalkan
idle fund (dana yang menganggur). Pengelola bank syariah dalam likuiditas dapat
dilaksanakan dengan mengupayakan dana di pasar uang antar bank, mengambil
bunga dan menggunakannya untuk tujuan sosial berdasarkan fatwa,
menginvestasikan dalam bentuk emas dan atau logam mulia, dan menyimpan
dananya di bank konvensional tanpa menerima bunga sebagai imbangan dari servis
yang diperolehnya. Dalam pengelolaannya, dibutuhkan strategi agar tetap terjaga.
Strategi- strategi yang dapat digunakan oleh bank yaitu, menggiatkan
pendidikan dan sosialisasi bank Islam, terus memperbaiki dan meningkatkan kinerja
bank Islam, memperkuat koordinasi, komunikasi dan pengertian dengan
deposan/investor dan patner bisnis, mengidentifikasi berapa banyak deposan rational
yang dimiliki bank, membentuk satuan tugas atau team khusus untuk memonitor,
mengevaluasi dan mendeteksi kemungkinan terjadinya kesulitan likuiditas dan
menyiapkan kas dan cadangan likuiditas untuk kondisi tertentu. Ada pula
instrumen-instrumen likuiditas yang dapat dijalankan bank syariah dalam rangka
memenuhi kewajiban likuiditas yaitu dengan Giro Wajib Minimum (GWM),
Kliring dan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Sedangkan kendala-kendala
yang sering dialami oleh bank syariah adalah kurangnya akses untuk memperoleh
pendanaan jangka pendek, khususnya dari BI sebagai bank sentral, dan kurangnya
akses ke pasar uang sehingga bank syariah hanya dapat memelihara likuiditas
dalam bentuk kas.

9
DAFTAR PUSTAKA

Djinarto, Bambang. 2000. Banking asset liability management. Jakara : Gramedia


Pustak utamat.

Elfadhli. Manajemen Likuiditas Perbankan Syariah. JURIS Volume 11, Nomor 1. Juni
2012

Ichsan, Nurul. Pengelolaan Likuiditas Bank Syariah. Al-Iqtishad, Vol. 6 No. 1. 2014
Muhammad, 2004, Manajemen Dana Bank Syariah, Yogyakarta: Ekonesia.

Rifki Ismal, 2010. Islamic Banking Characteristics, Economic Condition and Liquidity
Risk Problem Indonesia Case: 2001 † 2007, akses: 03 April 2010
Siamat, Dahlan, 2003, Manajemen Lembaga Keuangan, Jakarta: Fakultas Ekonomi UI.
Sinungan, Muchdarsyah. 1992. Manajemen Bank Dana. Jakarta : Bumi Aksara

10

Anda mungkin juga menyukai