OLEH :
KELOMPOK 2
1. AJENG RENGGANIS
2. SHINTA WAHDANIYYATI
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga
makalah tentang “Manajemen Likuiditas ” ini dapat terselesaikan . Makalah ini di ajukan
guna memenuhi tugas Mata Kuliah “ Perbankan Syariah ” Saya mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan
sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan kita semua.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
3.1.KESIMPULAN ......................................................................................... 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Secara umum tugas utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan. Kemudian dana yang telah terkumpul tersebut disalurkan
kembali kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman (kredit), serta memberikan
jasa-jasa bank lainnya. Untuk bisa menghimpun dana dari masyarakat, maka bank
memiliki keharusan untuk meyakinkan nasabah bahwa uang yang mereka titipkan
dijamin keamanannya.
Dari sudut aktiva, likuiditas adalah kemampuan untuk mengubah seluruh
aset menjadi bentuk tunai (cash), sedangkan dari sudut pasiva, likuiditas adalah
kemampuan bank memenuhi kebutuhan dana melalui peningkatan portofolio
liabilitas. (Siamat Dahlan, 2003: 102) Pentingnya penilaian atas likuiditas suatu
bank, merupakan salah satu cara untuk bisa menentukan apakah bank tersebut
dalam kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat. Salah satu
penyebab kebangkrutan suatu bank adalah karena ketidakmampuannya dalam
memenuhi kebutuhan likuiditasnya.
1.3.TUJUAN
Adapun tujuan ditulisnya makalah ini antara lain guna menjawab segala rumusan
masalah yang ada. Diharapkan makalah ini dapat membantu pemahaman mengenai
Definisi Manajemen Likuiditas.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.2. CIRI -CIRI BANK SYARIAH YANG MEMILIKI LIKUIDITAS SEHAT
Dengan melakukan manajemen likuiditas maka Bank akan dapat memelihara likuiditas
yang dianggap sehat dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Memiliki sejumlah alat likuid, cash asset (uang kas, rekening pada bank sentral
dan bank lainnya) setara dengan kebutuhan likuiditas yang diperkirakan,
3
2.3.TUJUAN MANAJEMEN LIKUIDITAS
1. Mencapai cadangan yang dibutuhkan yang telah ditetapkan oleh bank sentral
karena kalu tidak dipenuihi akan kena pinalti dari Bank sentral.
2. Memperkecil dana yang menganggur karena kalau banyak dana yang
menganggur akan mengurangi profitabilitas bank.
3. Mencapai likuiditas yang aman untuk menjaga proyeksi cashflow dalam kondisi
yang sangat mendesak misalnya penarikan dana oleh nasabah, pengambilan
pinjaman.
Sedangkan menurut Leon dan Ericson tujuan manajemen likuiditas adalah:
1. Menjaga posisi likuiditas bank agar selalu berada pada posisi yang ditentukan
oleh otoritas moneter yaitu Bank Indonesia.
2. Mengelola alat alat likuid agar selalu memenuhi semua kebutuhan arus kas
termasuk kebutuhan yang tidak diperkirakan, misalnya penarikan yang tiba-tiba
terhadap sejumlah giro atau deposito berjangka yang belum jatuh tempo.
3. Meminimalkan idle fund (dana yang menganggur).
4. Menjaga posisi likuiditas dan proyeksi arus kas agar selalu dalam posisi aman
terutama dalam tingkat bunga berfluktuatif.
b. Kurangnya akses ke pasar uang sehingga bank syariah hanya dapat memelihara
likuiditas dalam bentuk kas.
c. Kendala operasional, kesulitan dalam mengendalikan likuiditasnya secara
efisien, sebagai contoh tidak tersedianya kesempatan investasi segera atas dana-
4
dana yang diterimanya, kesulitan mencairkan dana investasi yang sedang
berjalan sehingga berakibat bank-bank Islam menahan alat likuidnya dalam
jumlah besar dibandingkan dengan rata-rata perbankan konvensional.
Untuk mengantisipasi masalah tersebut, ada beberapa pilihan yang kebanyakan
dilakukan oleh pengelola bank-bank Islam yang bersifat darurat yaitu:
5
c. Memperkuat koordinasi, komunikasi dan pengertian dengan deposan/investor
dan patner bisnis.
d. Mengidentifikasi berapa banyak deposan rational yang dimiliki bank. Salah satu
cara untuk mengidentifikasi rational deposan adalah dengan mengamati berapa
banyak dari mereka yang menarik dananya dan memindahkan ke Bank
Konvensional ketika tingkat suku bunga dari bank konvensional lebih tinggi dari
return yang dihasilkan oleh bank Islam
e. Membentuk satuan tugas atau team khusus untuk memonitor, mengevaluasi dan
mendeteksi kemungkinan terjadinya kesulitan likuiditas yang akan menimpa
bank.
f. Menyiapkan kas dan cadangan likuiditas untuk kondisi tertentu. Bank
membutuhkan likuiditas untuk transaksi reguler maupun irreguler. Transaksi
reguler adalah operasional sehari-hari, sementara transaksi irreguler terdiri dari 2
hal;
1) Irreguler tetapi dapat diprediksi,
2) Irreguler dan tidak dapat diprediksi. Kebutuhan likuiditas irreguler yang dapat
diprediksi diantaranya adalah kewajiban menyediakan dana untuk
kebutuhan keuangan untuk operasional pemerintah yang biasanya sangat
besar.
6
2. Kliring, adalah sarana perhitungan utang-piutang antar bank dengan cara saling
menyerahkan surat-surat berharga dan surat-surat dagang guna memperlancar
lalu lintas pembayaran yang terdiri dari pengiriman uang, inkaso, dan
pembukaan letter of credit.
3. BLBI. Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) adalah skema bantuan
(pinjaman) yang diberikan Bank Indonesia kepada bank-bank yang mengalami
masalah likuiditas pada saat terjadinya krisis moneter 1998 di Indonesia. Skema
ini dilakukan berdasarkan perjanjian Indonesia dengan IMF dalam mengatasi
masalah krisis. Dalam hal ini Bank Indonesia menegaskan pada bank-bank
Syariah “carikan dana sejumlah sekian untuk jangka waktu sekian lama bila
berhasil maka akan aku beri imbalan atas keberhasilan itu”.
1. Tidak tersedianya kesempatan investasi segera atas dana dana yang diterimanya.
Dana dana tersebut terakumulasi dan menganggur untuk beberapa hari sehingga
mengurangi rata rata pendapatan mereka.
2. Kesulitan mencairkan dana investasi yang sedang berjalan, pada saat ada
penarikan dana dalam situasi kritis. Akibatnya bank bank syariah menahan alat
likuidnya dalam jumlah yang lebih besar daripada rata rata perbankan
konvensional.
7
1. Tahap pertama : Klasifikasikan sumber-sumber dana utama bank
berdasarkan tingkat kecepatan berputarnya. Kelompokkan dana yang sifatnya
stabil atau tetap dan dana yang berfluktuasi. Estimasikan persentase pada
masing-masing kelompok pada dana tersebut dilihat dari waktu penarikannya,
maka terdapat dua jenis dana yaitu dana yang dapat ditarik sewaktu-waktu
meliputi tabungan dan giro wadiah serta dana yang ditarik pada saat jatuh
tempo meliputi investasi mudharabah. Untuk memperkirakan jumlah
penarikan pada tabungan dan giro wadiah, bank syariah harus menganalisis dari
pengalaman penarikan dana harian pada masamasa sebelumnya (historical data)
2. Tahap kedua : Kelompokkan jenis aktiva yang likuid maupun yang tidak
likuid. Pengelompokkan ini dimaksudkan untuk mengukur kemampuan bank
dalam memenuhi kebutuhan likuiditasnya dari aktiva lancar yang dimilikinya.
3. Tahap ketiga : Bandingkan total aktiva lancar dengan dana yang dianggap
berubah-ubah ( volatile). Apabila perbandingan tersebut hasilnya sama dengan
satu berarti posisi kebutuhan likuiditas persis sama dengan jumlah aktiva lancar
yang dimiliki bank saat itu (Balance liquidity position).
4. Tahap ke empat : Kebutuhan likuiditas bank yang biasanya dipengaruhi oleh
faktor-faktor berikut ini: Pertama, kewajiban reserve yang ditetapkan oleh Bank
Sentral, yaitu merupakan Giro Wajib Minimum (GWM) yang merupakan
ketentuan Bank Indonesia. Giro Wajib Minimum merupakan kewajiban
cadangan (reserve requirement) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar
prosentase dari dana pihak ketiga (DPK).
8
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
9
DAFTAR PUSTAKA
Elfadhli. Manajemen Likuiditas Perbankan Syariah. JURIS Volume 11, Nomor 1. Juni
2012
Ichsan, Nurul. Pengelolaan Likuiditas Bank Syariah. Al-Iqtishad, Vol. 6 No. 1. 2014
Muhammad, 2004, Manajemen Dana Bank Syariah, Yogyakarta: Ekonesia.
Rifki Ismal, 2010. Islamic Banking Characteristics, Economic Condition and Liquidity
Risk Problem Indonesia Case: 2001 † 2007, akses: 03 April 2010
Siamat, Dahlan, 2003, Manajemen Lembaga Keuangan, Jakarta: Fakultas Ekonomi UI.
Sinungan, Muchdarsyah. 1992. Manajemen Bank Dana. Jakarta : Bumi Aksara
10