Anda di halaman 1dari 13

Instrumen Likuiditas Bank Syariah

Tugas ini untuk memenuhi mata kuliah: Manajemen Bank Syariah

Dosen pengampu: Dr. Hendra Cipta, M.S.I

Disusun Oleh:

Puja Dwi Cahya- 2031089


Sendi Ardinata- 2031096
Amirul Mujtahidin- 2031083

PRODI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
IAIN SAS BANGKA BELITUNG
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendek yang dimiliki pada saat jatuh tempo. Likuiditas juga merupakan kemampuan bank
dalam membayar hutang-hutang jangka pendek menggunakan harta lancarnya.
Masalah likuiditas merupakan salah satu masalah penting bagi perusahaan atau bank yang
sulit dipecahkan.
Likuiditas sangat penting bagi bank untuk menjalankan transaksi berupa bisnis sehari-hari,
untuk mengatasi kebutuhan yang mendesak, ataupun memuaskan permintaan nasabah berupa
pinjaman yang bersifat fleksibilitas dalam kegiatan investasi yang menguntungkan.
Pentingnya penilaian atas likuiditas dalam suatu bank bisa menjadi acuan untuk menentukan
bagaimana kondisi dari bank tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


A. Apa pengertian manajemen likuiditas bank syariah ?
B. Bagaimana pengelolaan likuiditas bank syariah ?
C. Apa saja resiko likuiditas bank syariah di Indonesia ?
D. Apa saja instrumen likuiditas bank syariah ?
E. Bagaimana rasio likuiditas dan rasio profibilitas dan Pengaruh Likuiditas, Solvabilitas,
Profibilitas, Rasio Pasar, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Saham ?
F. Apa saja strategi Likuiditas ?
G. Apa saja ketentuan-ketentuan umum tentang likuiditas?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Likuiditas


Manajemen likuiditas adalah kemampuan manajemen bank dalam menyediakan dana yang
cukup untuk memenuhi semua kewajiban-kewajiban maupun komitmen yang telah
dikeluarkan kepada nasabahnya setiap saat. Manajemen likuiditas bank syariah juga diartikan
sebagai suatu program pengendalian alat-alat likuid yang mudah ditunaikan guna memenuhi
semua kewajiban bank yang segera harus dibayar. Secara garis besar manajemen likuiditas
terdiri dari 2 bagian yaitu: memperkirakan kebutuhan dana yang berasal dari penghimpunan
dana (deposidalt inflow) dan untuk penyaluran dana (fund outlow) dan berbagai komitmen
pembiayaan (finance commitments).1

B. Prinsip Pengelolaan Likuiditas Bank Syariah


Pengelolaan likuiditas merupakan salah satu fungsi penting yang dilakukan oleh lembaga
perbankan dan dalam pengelolaannya yang efisien, diperlukan instrumen dan pasar keuangan
yang tidak hanya bersifat jangka pendek tetapi juga jangka panjang, dan tidak hanya
perbankan konvensional tetapi juga syariat.
Transaksi pembayaran dalam aktivitas perbankan dilakukan melalui mekanisme kliring
dengan membebankan rekening giro bank yang bersangkutan pada Bank Indonesia (BI).
Apabila dalam pelaksanaan saldo bank menjadi kurang dari Giro Wajib Minimum (GWM),
maka bank atau kantor cabangnya dikenakan kewajiban membayar. Untuk ketentuan
mengenai besarnya mata uang dan mekanisme GWM bagi bank umum syariah, kini telah ada
pengaturan tersendiri yaitu PBI No. 6/21/PBI/2004 tentang giro wajib minimum dalam rupiah
dan valuta asing bagi bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha bagi yang menjalankan
usaha berdasarkan prinsip syariah.Bagi bank syariah yang mengalami kekurangan dana dapat
menerbitkan sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank (IMA) yang merupakan sarana
penanaman modal bagi bank syariah maupun bank konvensional. Berdasarkan ketentuan
pasal 3 PBI No.2/8/PBI/2000, sertifikat IMA adalah satu-satunya piranti yang digunakan
dalam operational pasar uang antar bank berdasarkan prinsip syariah. Dalam aktivitas PUAS,
transaksi pembayaran juga dilakukan melalui mekanisme kliring dengan membebankan
rekening giro bank syariah yang bersangkutan di BI. Ketentuan mengenai kliring ini diatur
dalam PBI No 2/4/PBI/2000 tanggal 11 februari 2000 bagi bank umum syariah dan unit usaha
syariah bank umum konvensional.2

C. Resiko Likuiditas Bank Syariah di Indonesia


Salah satu risiko bank adalah risiko likuiditas yang merupakan risiko yang disebabkan
oleh rendahnya tingkat likuiditas bank. Risiko likuiditas (liquidity risk) adalah risiko yang

1
Sri Rahmany,ISTISHADUNA:Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita,tahun 2013,diakses tanggal 26 Maret 2021.
2
Peraturan Bank Indonesia No 11/25/PBI/2009.
timbul akibat bank tidak dapat memenuhi kewajiban jangka pendek di masyarakat pada saat
dibutuhkan, yang disebabkan oleh kekurangan likuiditas bank. 3

D. Instrumen Likuiditas Bank Syariah


Bagi perbankan syariah di Indonesia telah tersedia beberapa instrumen seperti (IMA)
Sertifikat Investasi Mudhorobah Antar Bank, (PUAS) Peraturan Perbankan Pasar Antar Bank
Syariat, (SWBI) Bank. 4 Ada instrumen-instrumen likuiditas yang dapat dijalankan bank
syari’ah dalam rangka memenuhi kewajiban likuiditas, yaitu: Giro Wajib Minimum (GWM),
Kliring dan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), 5sebagai berikut:

1. Giro Wajib Minimum (GWM)

Giro Wajib Minimum adalah simpanan minimum bank umum dalam giro pada Bank
Indonesia yang besarnya ditetapkan oleh BI berdasarkan persentase tertentu dari Dana Pihak
Ketiga (DPK). Perhitungan ini berlaku baik untuk GWM dalam rupiah maupun valuta asing.

2. Kliring

Kliring adalah sarana perhitungan utang-piutang antar bank dengan cara saling
menyerahkan surat-surat berharga dan surat-surat dagang guna memperlancar lalu lintas
pembayaran yang terdiri dari pengiriman uang, inkaso, dan pembukaan letter of credit.
Ketentuan mengenai kliring yang berlaku bagi bank umum konvensional berlaku pula bagi
bank umum yng berdasarkan prinsip syariah, dengan beberapa perbedaan dan tambahan.
Ketentuan yang berlaku bagi bank berdasarkan prinsip syariah antara lain meliputi ukuran
besarnya sanksi pelanggaran saldo giro negatif dan tatacara pengenaan sanksi untuk bank-
bank bersaldo negatif.

3. BLBI

Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) adalah skema bantuan (pinjaman) yang
diberikan Bank Indonesia kepada bank-bank yang mengalami masalah likuiditas pada saat
terjadinya krisis moneter 1998 di Indonesia. Skema ini dilakukan berdasarkan perjanjian
Indonesia dengan IMF dalam mengatasi masalah krisis. Pada bulan Desember 1998, BI telah

3
Esy Nur Aisyah, Putri Kurnia Widiati, Artikel El Dinar Vol 2, No 1 (2015), diakses tanggal 26 Maret 2021.
4
Ichsan,Nurul, AL-IQTISHAD,Vol 6,No :Januari 2014, diakses tanggal 27 Maret 2021.
5
Risa, Manajemen Likuiditas Perbankan Syariah, 2010 hlm. 10-12(online), diakses tanggal 27 Maret 2021.
menyalurkan BLBI sebesar Rp 147,7 triliun kepada 48 bank. Selain instrumen diatas juga ada
Instrumen yang saat ini tersedia untuk melakukan manajemen likuiditas bank syariah melalui
pasar uang antar bank syariah.

Di Indonesia, dengan ramainya bank konvensional yang ingin konversi menjadi bank
syariah atau membuka cabang syariah secara utuh, maka bersamaan dengan
diperkenalakannya Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), Giro Wajib Minimum, dan
Kliring. Pada bulan Februari 2000 telah diperkenalkan pula Pasar Uang Antar-Bank
Berdasarkan Prinsip Syariah (PUAS). Sama halnya dengan fungsi Islamic Money Market di
Malaysia, PUAS juga berfungsi sebagai instrumen untuk memungkinkan bank syariah yang
kekurangan likuiditas menerbitkan sertifikat Investasi Mudharabah Antar-Bank (IMA) untuk
memperoleh dana berjangka pendek (maksimum 90 hari) dari bank syariah lainnya yang
kekurangan likuiditas.6

Hal menarik lainnya yang dilakukan di Malaysia adalah ditebitkannya Cagamas


Mudharabah Bond (Maret 1994). Cagamas Mudharabah Bond merupakan hasil rekayasa
pembiayaan yang pertama di dunia dalam bentuk obligasi mortgage berdasarkan prinsip
mudharabah. Dijelaskan oleh Abdul Murad Khalid, Penasihat Bank Central Malaysia7 bahwa
Cagamas Mudharabah Bond adalah suatu skema dimana utang untuk membeli rumah secara
alami yang ada pada lembaga keuangan syariah dapat disekuritisasi berdasarkan syariat
islam.

E. Rasio Likuiditas dan Profibilitas dan Pengaruh Likuiditas, Solvabilitas, Profibilitas, Rasio
Pasar, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Saham

Perbedaan signifikan dalam likuiditas dan profibilitas antara bank konvensional dan bank
syariah. Sumber data berasal dari laporan keuangan bank tahun 2004-2006. Data tersebut
merupakan data sekunder yang dikumpulkan dari perpustakaan Bank Indonesia yang meliputi
Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank NISP, dan Bank Panin. Analisis data
berkaitan dengan rasio keuangan masing-masing bank dan membandingkan rasio ini dengan
kinerja keuangan.
6
Karnaen A. Perwataatmadja dan Hendri Tanjung, Bank Syariah,hlm 52.diakses tangga 27 Maret 2021.
7
Khalid Abdul Murad, Islamic Market Instruments: Regulatory and Liquidity Devices of the Central Bank,
proceeding of the 9th Expert-level Conference on Islamic Banking, Bank Indonesia in cooperation with the
International Association of Islamic Banks, Jakarta, Indonesia, April,1995,hlm,128. Diakses tanggal 27 Maret
2021.
Dalam pengujian hipotesis dengan alat statistik nonA-parA<<metrik yaitu uji Mann-
Whitney8. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada
rasio likuiditas antara bank konvensional dan syariah. Perbedaan ini melibatkan rasio cepat
dan rasio simpanan pinjaman. Rasio profibilitas kedua bank tidak berbeda secara signifikan.
Hal tersebut juga menunjukkan bahwa banyaknya pinjaman likuid di bank syariah tidak
berarti meningkatkan pendapatan bank syariah.

Profibilitas, rasio pasar, dan ukuran perusahaan memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap harga saham. Sebagian, likuiditas dan solvabilitas berpengaruh negatif teradap harga
saham, sedangkan profibilitas, rasio pasar, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap
harga saham.9 Sebagai contoh, Ivabilitas dan likuiditas terhadap profibilitas perusahaan
pertanbangan batubara yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode 2012-2016. Rasio
aktivitas menggunakan inventory Turnover, Workin Capital Turnover, Total Asset Turnover
dan Receivable Turnover sedangkan rasio solvabilitas menggunakan Debt to Equity Ratio
dan rasio likuiditas menggunakan Current Ratio. Populasidalam penelitian tesebut adalah
seluruh perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di BEI sebanyak 22 perusahaan.
Terdapat 8 perusahaan yang dipilih dengan metode purposive sampling.

F. Strategi Likuiditas
Dalam menjalankan aktifitasnya manajemen dapat melakukan beberapa strategi agar
likuiditas bank tetap berjalan dengan baik, strategi tersebut diantaranya:
1.  Strategi Preventif
Strategi preventif adalah likuiditas dikelola dengan menjauhi unsur-unsur spekulatif
sehingga masalah likuiditas dapat dijauhi. Untuk itu, kaidah-kaidah dalam pengendalian
likuiditas harian dan jangka menengah perlu dipenuhi. Adapun prosesnya dapat dijelaskan
dibawah ini:

8
Puspitaningrum, Ferry dkk, Bawal Widya Riset Akuntansi Kontemporer,vol 9,No 1 (2008).
9
Silviana Agustami, Nita Fitriani Arifin, Bawal Widya Riset Akuntansi dan Keuangan,Vol 4. No 3(2016), diakses
tanggal 27 Maret 2021.
a.Pengendalian harian
b.Pengendalian jangka menengah
c.Pengendalian jangka panjang

2.  Strategi Represif


Walaupun telah diusahakan dengan strategi prefentif, masalah likuiditas masih mungkin
terjadi. Perubahan lingkungan yang cepat mungkin belum dapat diantisipasi oleh pihak bank
sehingga strategi yang ada menjadi kurang kena yang akhirnya dapat menyebabkan
terjadinya masalah likuiditas. Apabila hal ini sampai terjadi terdapat berbagai  cara untuk
mengatasinya sehingga pihak bank diharapkan tetap dapat memenuhi kewajiban penarikan
kas dari nasabah dan kepercayaan terhadap bank tetap terpelihara.
Beberapa cara atau strategi represif yang diterapkan untuk mengatasi masalah likuiditas
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Meminjam dari pasar uang
b. Mengkonversikan dana valuta asing yang dimiliki
c. Meminjam valuta asing dari pasar internasional

G. Teori Manajemen Likuiditas

Teori tentang manajemen likuiditas perbankan ini relatif hampir sama dengan ilmu
perbankan. Ada empat teori likuiditas perbankan yang dikenal yaitu sebagai berikut:

 Commercial Loan theory

Teori ini beranggapan bahwa bank hanya boleh memberikan pinjaman dengan surat
dagang jangka pendek yang dapat dicairkan dengan sendirinya (self liquiditing). Self
Liquiditing berarti pemberian pinjaman mengandung makna untuk pembayaran kembali.

 Shiftability Theory.

Shiftability theory teori tentang aktiva yang dapat dipindahkan dan teori ini
beranggapan bahwa likuiditas sebuah bank tergantung pada kemampuan bank memindahkan
aktivanya ke pada orang lain dengan harga yang dapat diramalkan, misalnya dapat diterima
bagi bank utnuk berinvestasi pada pasar terbuka jangka pendek dalam portofolio aktivanya.
Jika dalam keadaan ini sejumlah depositors harus memutuskan untuk menarik kembali uang
mereka, bank hanya tinggal menjual investasi tersebut, mengambil yang diperoleh (atau
dibeli), dan membayarnya kembali kepada depositornya.

 Anticipated Income Theory

Teori pendapatan yang diharapkan (the anticipated income theory) ini berarti semua


dana yang dialokasikan atau setiap upaya mengalokasikan dana ditunjukkan pada sektor yang
feasible dan layak akan menguntungkan bagi bank.

 The Liability Management Theory

Maksud teori ini adalah bagaimana bank dapat mengelola pasivanya sedemikian rupa
sehingga pasiva itu dapat menjadi sumber likuiditas. Likuiditas yang diperlukan bagi bank
adalah:

 untuk menghadapi penarikan oleh nasabah


 memenuhi kewajiban bank yang jatuh tempo
 memenuhi permintaan pinjaman dari nasabah

H. Ketentuan-Ketentuan Umum Tentang Likuiditas

1. Likuiditas Rupiah

Ketentuan mengenai Likuiditas Rupiah sebagai berikut :

 Likuiditas minimum yang wajib dipelihara. Berikut rumus untuk mengukur  likuiditas
minimum yang wajib dipelihara, dengan standar ketentuan 2%: 2%.

 Bank dalam menghimpun dana diwajibkan memelihara sejumlah likuiditas tertentu


dari total DPK yang dihimpun oleh bank dalam periode tertentu,
 Jumlah likuiditas wajib minimum tersebut harus ditempatkan dalam rekening giro
bank pada bank sentral. Oki/ disebut Giro Wajib Minimum (GWM),
 Ketentuan BI: GWM Rupiah adalah 5% dari total DPK Rupiah yang dihitung rata-rata
harian dalam satu minggu dan harus dilaporkan ke BI,
 GWM dibedakan dalam 2 kategori: GWM rupiah (5%) dan GWM valas (3%),
 Pelaporan GWM valas dilakukan oleh bank devisa, sedangkan pelaporan GWM
rupiah dilakukan oleh bank devisa dan bukan bank devisa termasuk pula BPR,
 Perhitungan GWM: Jumlah Saldo Giro pada BI / Jumlah DPK X 100% = > 5%
Komponen – komponen alat likuid. Terdiri dari kas dan giro pada BI,
 Komponen dana pihak ketiga. Giro, Deposito berjangka, Sertifikat deposito, Deposito
on call, Tabungan, serta Kewajiban jangka pendek lainnya,
 Laporan likuiditas.

2.      Likuiditas valuta asing


Ketentuan umum mengenai likuiditas valuta asing, yaitu :

 Likuiditas minimum yang wajib dipelihara. Berikut rumus mengukur likuiditas


minimum yang wajib dipelihara, dengan standar ketentuan 2%:2%,

 Komponen – komponen alat likuid. Terdiri dari kas dan giro pada BI,
 Komponen dana pihak ketiga. Giro, Deposito berjangka, Sertifikat deposito, deposito
on call, Tabungan, serta Kewajiban jangka pendek lainnya,
 Masa laporan dan masa pengisian laporan,
 Kewajiban penyampaian laporan,
 Batas waktu penyampaian laporan.

Dalam efek komitmen atau perusahaan publik tercatat di Bursa Efek di Indonesia dan
Bursa Efek di negara lain, dimana ketentuan batas waktu penyampaian laporan tahunan yang
ditetapkan Bapepam dan LK berbeda dengan ketentuan yang ditetapkan oleh otoritas pasar
modal di negara lain tersebut, maka:

 Batas waktu penyampaian laporan tahunan kepada Bapepam dan LK dapat dilakukan
mengikuti batas waktu penyampaian laporan tahunan kepada otoritas pasar modal di
negara lain,
 Penyampaian laporan tahunan kepada Bapepam dan LK dilakukan pada tanggal yang
sama dengan penyampaian laporan kepada otoritas pasar modaldi negara lain,
 Laporan tahunan yang disampaikan kepada Bapepam dan LK dan disampaikan
kepada otoritas pasar modal di negara lain wajib memuat informasi yang sama,
 Dalam hal batas waktu penyampaian laporan tahunan jatuh pada hari libur, maka
laporan tahunan wajib disampaikan pada satu hari kerja berikutnya,
 Tempat penyampaian laporan,
 Pengenaan bunga pelanggaran dan kewajiban karena terlambat menyampaikan
laporan.

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan
Manajemen likuiditas adalah kemampuan manajemen bank dalam menyediakan dana yang
cukup untuk memenuhi semua kewajiban-kewajiban maupun komitmen yang telah
dikeluarkan kepada nasabahnya setiap saat.

Bagi perbankan syariah di Indonesia telah tersedia beberapa instrumen seperti (IMA)
Sertifikat Investasi Mudhorobah Antar Bank, (PUAS) Peraturan Perbankan Pasar Antar Bank
Syariat, (SWBI) Bank. Ada instrumen-instrumen likuiditas yang dapat dijalankan bank
syari’ah dalam rangka memenuhi kewajiban likuiditas, yaitu: Giro Wajib Minimum (GWM),
Kliring dan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Pengelolaan likuiditas dilakukan
untuk mengukur posisi likuiditas pada bank sedang berjalan dan juga untuk memeriksa
kebutuhan dana pada berbagai skenario jika terjadi kondisi yang berbeda.

BAB III

DAFTAR PUSTAKA

http://risaariani6.blogpot.com/2012/06/manajemen-likuiditas-perbankan-syariah.html

/manajemen-likuiditas-bank.html
Peraturan Bank Indonesia No. 11/25/PBI/2009.

Ichsan,Nurul, AL-IQTISHAD, Vol 6, Januari 2014,

Buku Bank Syariah; Teori, praktik, dan peranannya. Oleh Karnaen A. Perwataatmadja dan
Hendri Tanjung.

Silviana Agustami, Nita Fitriani Arifin, Bawal Widya Riset Akuntansi dan Keuangan,Vol 4.
No 3 (2016).

Puspitaningrum, Ferry dkk, Bawal Widya Riset Akuntansi Kontemporer,vol 9,No 1 (2008).

Khalid Abdul Murad, Islamic Market Instruments: Regulatory and Liquidity Devices of the
Central Bank, proceeding of the 9th Expert-level Conference on Islamic Banking, Bank
Indonesia in cooperation with the International Association of Islamic Banks, Jakarta,
Indonesia, April,1995.

Anda mungkin juga menyukai