Anda di halaman 1dari 17

PENGELOLAAN LIKUIDITAS BANK SYARIAH

Dian Gustiani
diangustiani8@gmail.com

Abstract. Islamic Banking Liquidity Management. This article discusses liquidity


management related to the company’s liquidity position and its ability to meet obligations
(pay debts)on time. Liquidity management is one of the most important tasks of a bank and
effective management requires not only short term, but also long term, but also long term
finalcial instruments and markets, and not only traditional banking but also Sharia. Through
this natural need (to invest and meet short-term needs), various instruments are made
available to Islamic banking in Indonesia, such as (IMA) interbank investment Mudhorobah
Certificates, (PUAS) Sharia Bank Banking Market Regulations, (SWBI) Indonesian wadiah
Certificate Banking Regulation (FPJPS) concerning arrangements for short-term payment of
Islamic banks.
Abstrak manajemen likuiditas perbankan syariah. Artikel ini membahas manajemen
likuiditas yang berkaitan dengan posisi likuiditas perusahaan dan kemampuannya untuk
memenuhi kewajiban (membayar hutang) tepat waktu. Manajemen likuiditas adalah salah
satu tugas terpenting bank dan manajemen yang efektif membutuhkan tidak hanya jangka
waktu pendek, tetapi juga instrument dan pasar keuangan jangka Panjang, dan tidak hanya
perbankan tradisional tetapi juga syariah. Melalui kebutuhan alami ini (untuk berinvestasi dan
memenuhi kebutuhan jangka pendek),berbagai instrument perbankan syariah di Indonesia
tersedia, seperti (IMA) Sertifikat mudhorobah investasi antar bank, (PUAS) peraturan pasar
perbankan Bank syariah, (SWBI) wadiah Indonesia peraturan perbankan sertifikat (FPJPS)
tentang pengaturan pembayaran jangka pendek bank syariah.
Kata Kunci: Likuiditas, bank syariah, instrumen

PENDAHULUAN
Belakangan ini, kesadaran umat Islam terhadap bidang ekonomi yang berlandaskan
hukum Islam mulai meningkat dan berkembang. Doktrin Muamalah Islam Syariah atau cabang
hukum dagang yang biasa dikenal dengan fiqh Muamalah Pada awalnya dikenal dan dipelajari
hanya di sekolah/madrasah/universitas fakultas Islam dan tidak. Kapan ada pakar atau ekonom
yang bisa dijadikan referensi bagi para bankir dan profesional? Tidak banyak lembaga
keuangan yang bisa dijadikan acuan ketika membahas perbankan syariah.
Sekarang, di tahun 2014 M, ada tanda-tanda awal kebangkitan system Ekonomi Islam
hampir terbentuk dengan berdirinya perbankan syariah semua negara yang dihuni oleh umat
Islam. Indonesia pun tak luput sebagai sebuah negara populasi Muslim terbesar di dunia juga
mencoba menjalankan sistem ekonomi Islam yang ditandai dengan berdirinya sebuah bank
Muamalat Indonesia (BMI) tahun 1992 M dan Persyarikatan Takaful Di Indonesia tahun 1994
M. Sejak saat itu, perkembangan lembaga keuangan Syariah (LKS) merupakan salah satu pilar
yang menopang perekonomian bangsa dan negara dengan falsafah Pancasila menjaga
eksistensi ekonomi yang berjalan di bank-bank tradisional yang sudah ada sebelumnya.
Tentu saja kebangkitan ekonomi syariah tidak hanya terkait dengan hal tersebut di
sektor-sektor yang semakin berkembang lintas sector Kehidupan. Yang terpenting, kesadaran
telah meningkat masyarakat di bidang ekonomi dan administrasi riba Bisnis yang berlandaskan
Islam (Syariah). Banyak dari waktu ke waktu Terjadinya atau munculnya masalah baru, dalam
prakteknya sering terjadi perselisihan keuangan antara para pihak dalam transaksi yang
menimbulkan masalah hukum yang tak terhindarkan.
Lembaga perbankan sendiri memiliki tiga tugas utama yaitu menghimpun dana dari
masyarakat selaku pemilik dana, menyalurkan dana bagi masyarakat sebagai pengguna dana
dan penyedia layanan dan instrumen kesejahteraan masyarakat. Dalam memenuhi kewajiban
Bank Sebagian kalangan masyarakat melihatnya dengan sistem tradisional Ada hal-hal yang
tidak sesuai dengan kepercayaan masyarakat Indonesia Mayoritas adalah Muslim, terutama
yang menentang pengenaan reparasi dan penentuan biaya yang dikenal sebagai "bunga". senam
bunga Peraturan yang berlaku pada bank tradisional justru dapat merugikan kedua bank
tersebut diri sendiri dan klien. Sejak itu, sistem perbankan Islam dimulai banyak
diperbincangkan karena dianggap lebih tahan terhadap krisis.
Keberadaan sistem perbankan syariah sesuai dengan regulasinya UU No. 10 Tahun
1998 yang mengubah UU Bank Nomor 7 Tahun 1992, yang mengatur tentang usaha bank
melengkapi dan menerapkan prinsip kehati-hatian. Basis Masalah ini akan memperkuat fungsi
sistem perbankan Islam Keputusan Pemerintah No. 72 Tahun 1992, yang diganti dengan
peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 1999 tentang Bank Bagi Hasil. Sejak maka masyarakat
mendapat kesempatan sebesar-besarnya untuk membangun dirinya sendiri Bank yang
menjalankan usahanya berdasarkan prinsip syariah, termasuk kemampuan bagi bank umum
untuk membuka cabang Cabang yang khusus bergerak dalam kegiatan berdasarkan prinsip
syariah. Kemudian pada tahun 2004 dengan UU No.3 Perubahan UU Perbankan Indonesia No.
23 Tahun 1999, Terapkan dua sistem dalam perbankan tradisional dan atau berbasis syariah
(dual banking system) dan khusus untuk bank Syariah hanya menggunakan prinsip syariah.
Bahkan menambah keberadaan UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang
menjadi pedoman Operasi perbankan Ribato di Nusantara akan dilaksanakan lebih cepat.

KONSEP LIKUIDITAS
Perkembangan sektor keuangan kini mendahului perkembangan banyak metode dalam
pengelolaan dana, khususnya pengelolaan likuiditas Lembaga keuangan, baik perbankan
maupun non perbankan, baik syariah dan bukan yang biasa. Manajemen likuiditas memiliki
dampak yang luar biasa institusi itu sendiri dan perkembangan ekonomi negara secara umum.
Menyukai Krisis keuangan 1997 (Krismon) yang terjadi saat itu merupakan salah satu dampak
dari masalah likuiditas suatu lembaga keuangan dalam mengelola aliran sumber keuangan, dan
pengaruhnya terlihat secara luas Perkembangan di pasar sekuritas, di sektor perbankan dan di
tempat lain di sektor riil dan berkontribusi terhadap krisis keuangan global.
Masalah manajemen likuiditas terkait dengan masalah tersebut kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban keuangannya harus segera diisi. Jumlah alat pembayaran
(instrumen likuid) yang dimiliki Satu demi satu perusahaan adalah solvabilitas perusahaan ini.
Sebuah perusahaan dengan kekuatan Suatu pembayaran mungkin tidak dapat memenuhi semua
kewajiban keuangannya harus segera diselesaikan atau dengan kata lain perusahaan tidak pasti
memiliki solvabilitas.
Sebuah perusahaan hanya solven jika diambil alih bayarannya sangat besar sehingga
bisa memuaskan semua orang kewajiban finansial yang harus segera dipenuhi (Riyanto, 2001).
Dengan Jika demikian, solvabilitasnya bisa diketahui nanti Membandingkan likuiditas dengan
kewajiban finansial yang harus segera dipenuhi, secara sepihak
Secara umum, konsep likuiditas adalah kemampuan untuk melakukan kebutuhan kas
(cash flow) segera dan pada harga yang wajar, dimana fungsi likuiditas secara umum (Riyanto,
2001): Lari pertama transaksi harian. Kedua, solusi kebutuhan keuangan yang mendesak.
Ketiga, penuhi permintaan pelanggan akan kredit dan donasi Fleksibilitas dalam
memanfaatkan peluang investasi yang menarik dan menguntungkan.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengertian likuiditas
biasanya tentang situasi likuiditas perusahaan dan kemampuannya untuk memenuhi kewajiban
(membayar utang) pada saat jatuh tempo. tepat waktu Jika dikaitkan dengan lembaga
perbankan, berarti kemampuan Bank melunasi hutang jangka pendeknya kapan saja
Konsep likuiditas juga diperluas ke pinjaman yaitu, kemampuan untuk menerima
likuiditas baik tunai maupun non tunai melalui pinjaman pihak ketiga. Mendapatkan likuiditas
sangat penting Manajemen kekayaan, semua jenis bisnis, tetapi di lembaga keuangan Bank
yang menyediakan likuiditas lebih penting karena Selesaikan permintaan penarikan pelanggan
kapan saja. Selain menjaga likuiditas, setiap bank juga harus patuh Ketentuan yang diterapkan
BI yaitu Giro Wajib Minimum (GWM).
Mengelola likuiditas bank berarti kemampuan bank dana yang cukup tepat waktu untuk
memenuhi komitmen kewajiban untuk mematuhi peraturan bank sentral atau pemerintah,
meningkatkan hubungan baik dengan bank koresponden sehingga keseimbangan seimbang,
untuk memenuhi kebutuhan penarikan penabung dan pemegang rekening giro dan debitur serta
menyelesaikan kewajiban jangka panjang yang telah jatuh tempo (Leon dan Ericson, 2007).
Manajemen likuiditas bank dapat dipahami sebagai suatu proses Mengelola uang yang
mudah untuk memenuhi semua orang Hutang bank yang harus segera dilunasi. Pemantauan
likuiditas bank semua Label berupa jaminan untuk mengizinkan seluruh dana cair yang dapat
dikendalikan oleh bank (uang tunai, deposito bank di bank sentral). menanggapi pembuatan
faktur dari pelanggan atau orang yang datang setiap saat sesaat atau selamanya (Sinungan,
1993).
Dari sini dapat disimpulkan bahwa manajemen likuiditas bank adalah kemampuan bank
untuk membiayai peningkatan asetnya sesuai dengan kewajibannya pada saat jatuh tempo.
Likuiditas sangat penting Oleh karena itu, kelangsungan operasional perbankan membutuhkan
manajemen dan kepemimpinan cara yang efektif untuk menghindari masalah serius di masa
depan hari Kurangnya likuiditas bank dapat berdampak negative berlanjut dan berdampak
negatif pada sistem perbankan. manajemen likuiditas merupakan fungsi rutin dalam perbankan
dimana dana dikelola sebagian besar adalah dana pihak ketiga yang sifatnya sangat berbeda.
Bank kebutuhan likuiditas pada tanggal pelaporan harus diperhitungkan secara cermat untuk
jangka waktu tertentu, karena perilaku tersebut sangat mempengaruhi kebutuhan likuiditas
Pelanggan dan sumber keuangan yang dikelola oleh bank
MANAJEMEN LIKUIDITAS BANK
Masalah likuiditas seringkali merupakan tanda pertama dari sebuah bank menghadapi
kesulitan keuangan yang lebih serius. Kesulitan ini biasanya dimulai dengan jatuhnya deposito
publik, yang menyebabkan Kurangnya uang tunai, memaksa dia untuk pinjaman antar bank
dan menjual dana cadangan mereka. Masalah menjadi lebih buruk ketika bank lain mulai
menolak untuk membantu atau meminjamkan ke bank masalah Dalam situasi sulit, bank
cenderung mencoba untuk mendapatkan kredit dengan biaya berapa pun untuk melindungi
citranya. Kemampuan ini berarti bahwa bank mengorbankan keuntungan demi likuiditas.
Manajemen likuiditas bank yang baik dapat dijamin Melaksanakan tugas dengan tepat agar
bank terhindar dari risiko biaya pinjaman yang tinggi.
Tujuan manajemen likuiditas adalah (Leon dan Ericson, 2007): Pertama, menjaga
posisi likuiditas bank agar selalu dalam posisi stabil Otoritas Moneter, d. H. Bank Indonesia.
Kedua, kuasai alatnya dalam bentuk cair sehingga selalu memenuhi semua kebutuhan arus kas
termasuk kebutuhan arus kas tidak terduga, misalnya, penarikan tiba-tiba beberapa setoran
video atau Deposito tetap belum dibayarkan. Ketiga, meminimalkan dana menganggur (asset
penganggur). Keempat, jaga agar posisi kas dan proyeksi arus kas tetap teratur selalu dalam
posisi aman, terutama pada saat suku bunga berfluktuasi.
Selain tujuan di atas, manajemen memiliki lima fungsi utama, menurut Sinkey Likuiditas bank
yaitu (Latumaerisa:1999):
1. Menampilkan dirinya sebagai tempat yang aman untuk menyimpan uang. Apakah
deposan, penabung, serta kreditur lainnya. Fungsi utama likuiditas adalah untuk
memastikannya Uang yang disimpan/dipinjam dari bank dapat dilunasi bank pada saat
jatuh tempo.
2. Memungkinkan bank untuk memenuhi kewajiban pinjamannya. Menjamin
ketersediaan dana bagi setiap pemohon pinjaman yang memiliki Resmi. Ketika bank
menolak untuk memberikan dana berdasarkan permintaan Jika kredit disetujui,
peminjam dapat pergi ke bank lain.Bank harus mampu mengantisipasi kebutuhan
debitur di masa depan.
3. Anda dapat menghindari penjualan aset yang tidak menguntungkan Mencegah
penjualan paksa aset. Jika bank tidak bisa Untuk menyalurkan kredit dari bank lain,
dalam satu arah Untuk mengatasi masalah ini, surat harus dijual berharga, kebanyakan
murah. Rupanya itu akan terjadi melemahkan modal bank.
4. Hindari penyalahgunaan kesembronoan atau kesan "negatif" oleh otoritas moneter
ketika mereka meningkatkan likuiditas Bank pusat Hemat diri Anda dengan suku bunga
tinggi dana yang terkumpul di pasar uang. Pemilik dana berpikir demikian
Menginvestasikan/meminjamkan dana kepada bank berisiko. Karena Oleh karena itu,
pemilik kekayaan bersifat selektif dan dapat menginvestasikan kekayaannya dengan
suku bunga tinggi.
5. Minimalkan penilaian risiko kebangkrutan Tarik uang. Hindari menggunakan jendela
diskon dipaksa Bank lebih sering menggunakan peluang diskon Window, kurang
leluasa menentukan manajemen bank dan menerapkan kebijakan perdagangan. Itu
karena bank sentral melakukannya mengharuskan manajemen bank untuk
meningkatkan tingkat stabilitasnya Bank
Oleh karena itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan Pengelolaan likuiditas, yaitu:
a) Posisi likuiditas harian/mingguan harus dijaga Peraturan Bank Sentral.
b) Alat likuiditas yang cukup terjaga agar bank selalu menerima uang Perlindungan
terhadap kebutuhan penarikan tak terduga.
c) Gunakan kelebihan likuiditas secara efektif agar bank selalu dapat melindungi
terhadap penarikan tak terduga sampai sekarang.
d) Menentukan jumlah cadangan yang dibutuhkan dalam dana utamadan cadangan
sekunder.
Teori manajemen likuiditas pada dasarnya adalah teori relasional bagaimana mengelola
dana dan sumber dana bank untuk mengelola mempertahankan posisi likuiditas dan memenuhi
semua persyaratan likuiditas internal untuk perbankan sehari-hari. Beberapa teori manajemen
likuiditas Merek-merek yang dikenal dalam dunia perbankan antara lain sebagai berikut
(Sinungan, 1993)
1. Teori Kredit Komersial.
Teori ini mengasumsikan bahwa bank hanya dapat menawar Pinjaman dengan commercial
paper jangka pendek yang dapat dilunasi dengan sendirinya (self likuidasi). Teori ini juga
sering disebut sebagai teori kredit produktif atau Doktrin perhitungan yang benar, yang
diadopsi sejak abad kedelapan belas, adalah teori yang cukup dominan hingga tahun 1920-an.
Pada dasarnya, teori ini berfokus sisi aset neraca bank untuk memenuhi kebutuhan likuiditas
bank. Menurut teori ini, likuiditas bank terjamin bila dana tersedia bank produktif yang terdiri
dari pinjaman jangka pendek bisnis biasa. Dan jika bank Siapa pun yang menawarkan kredit
lebih lama harus Sumber data berasal dari permodalan dan sumber pendanaan jangka panjang
bank.Menurut teori, bank khususnya harus menawarkan pinjaman pinjaman jangka pendek
atau self-checkout, seperti Pinjaman bekas Modal kerja untuk pemrosesan produksi musiman
atau sementara, seperti bercocok tanam. Sebelum tahun 1920-an Bank fokus pada portofolio
pinjaman mereka sebagai sumber daya tambahan Likuiditas karena saat itu tidak banyak
pilihan lain sebagai sumber cairan. Aset Jangka Pendek yang Dapat Dipasarkan pengembalian
jika bank membutuhkan likuiditas, jumlahnya tidak cukup bertindak sebagai cadangan
likuiditas (Siamat, 2005). Kelemahan teori kredit komersial adalah sumber likuiditas bank
adalah:
a) Banyak pinjaman tidak berjangka pendek dan tidak dilikuidasi sendiri
b) Dalam perekonomian yang lemah, modal kerja meminjam itu Pelunasan dilakukan dari
arus kas pelanggan debitur tidak lembut.
c) Kredit jangka pendek bisa jangka Panjang ekspansi terus menerus
d) Pinjaman berjangka dalam ekonomi yang terus berkembang menjadi semakin penting
dan diperlukan dalam jangka menengah/Panjang
e) Teori ini mengabaikan fakta bahwa dalam kondisi normal atau sumber dana bank yang
stabil, misalnya: simpanan wajib, simpanan, tabungan dan seterusnya, memungkinkan
untuk disalurkan sebagai kredit jangka panjang.
Secara implisit, teori ini mengasumsikan bahwa likuiditas dapat diisi Kembali hanya
mengandalkan sumber penjelas dan atau Pembayaran Kredit Pelanggan. Meskipun penarikan
dan deposit Meminjam dapat melebihi likuiditas yang hanya disediakan laporan kredit
2. Teori Transferabilitas.
Teori ini mengasumsikan bahwa likuiditas bank bergantung padanya kemampuan bank untuk
mengalihkan kekayaannya kepada orang lain harga yang dapat diprediksi. Sebagai tanggapan,
bank mengembangkan teori likuiditas pada tahun 1920-an dari sekian banyak kelemahan teori
kredit komersial yaitu doktrin Transferabilitas properti. Menurut teori ini, bank mampu
merespon kebutuhan dengan segera likuiditasnya dengan menawarkan kredit yang dapat
dialihkan atau pinjaman telepon, yaitu Pinjaman yang harus dilunasi dalam satu atau lebih
pemberitahuan hari sebelumnya dengan sekuritas. Karena, Jika bank membutuhkan likuiditas
pada saat yang sama, maka kebutuhan Ini dapat dilakukan dengan menagih peminjam atau
debitur. Dalam hal ini, peminjam dapat melunasi pinjamannya langsung atau tidak langsung
melalui transmisi Pinjaman ke bank lain. Jika karena satu dan lain hal pinjaman tidak dapat
dilunasi, maka bank dapat menjual Agunan seperti surat berharga yang dimaksudkan untuk
pelunasan. untuk mempelajari Ini dapat bekerja ketika pasar keuangan dikembangkan dan
cukup aktif (cair), yang tidak bergantung pada jumlahnya Pasar dapat menyeimbangkan
penawaran dan permintaan.
Kelemahan teori ini adalah bank secara bersamaan membutuhkan likuiditas dan menjual
jaminan untuk memenuhi kebutuhan likuiditasnya. Dalam situasi seperti itu Ini tidak hanya
membuat pinjaman dapat ditransfer, tetapi juga menyebabkan jatuhnya harga sekuritas karena
bank menjual agunan (sekuritas) mereka pada saat yang bersamaan.
3. Teori Pendapatan yang Diharapkan.
Biasa disebut teori pendapatan yang diharapkan. Teori ini menyimpulkan bahwa cukup tepat
bagi bank untuk memberikan pinjaman jangka panjang dan pinjaman lainnya. Pada tahun
1930an dan 1940-an, bank mengembangkan teori-teori baru yang disebut teori pendapatan
yang diharapkan. Teori ini mengatakan bahwa bank dapat memberikan kredit jangka Panjang
dimana pelunasan, yaitu jumlah pokok pinjaman beserta bunganya, dapat dilakukan
pembayaran yang diharapkan dan direncanakan di masa depan sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan. rencana pembayaran Mengembalikan uang kepada nasabah dalam bentuk cicilan
pokok dan bunga berkala yang dapat digunakan untuk memenuhi permintaan likuiditas bank.
Kelahiran teori ini didahului oleh penyelidikan kecil Pinjaman ke bank menyebabkan kelebihan
likuiditas dan keuntungan kecil yang layak diterima bank, terutama jika itu terjadi depresi
keuangan. Dengan pengenalan bank teoretis yang diharapkan dipaksa untuk menjadi lebih
agresif dalam hal pengakuan yang berani jangka panjang, Pinjaman real estat, pinjaman
investasi dan kredit konsumsi
Kelemahan dari teori pendapatan yang diharapkan adalah bahwa ia memperhitungkan
semuanya kredit dapat dibebankan setelah waktu yang disepakati tanpa Waspadalah terhadap
kemungkinan gagal bayar pinjaman Debitur karena faktor eksternal dan/atau internal. Faktor
eksternal terjadi di luar kendali pelanggan, mis. B. Ketika resesi ekonomi melanda kebijakan
pemerintah yang berlarut-larut dan tidak mendukung. Factor internal, seperti B. manajemen
yang buruk atau kekurangan tenaga kerja berpengalaman dan profesional di perusahaan. Teori
likuiditas ini sulit untuk menunggu dan bertemu sebagai sumber likuiditas minimum kebutuhan
permintaan kredit yang harus segera dipenuhi.
4. Teori Manajemen Tanggung Jawab.
Teori ini mengkaji struktur aktiva bank Mereka memainkan peran penting dalam pengiriman
Likuiditas bank. Teori masih lebih baik daripada perkiraan dengan dimensi dan menyatakan
bahwa bank juga dapat menggunakan untuk tujuan likuiditas.
LIKUIDITAS BANK
Kasmir (2003) menyatakan bahwa rasio likuiditas adalah rasio mengukur kemampuan
bank untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya selama penagihan. Dengan kata lain, dapat
mengembalikan dana yang dibayarkan Deposan ditagih bersamaan dengan pemrosesan
aplikasi kredit telah diajukan. Semakin besar rasio ini, semakin banyak liluid. Untuk mengukur
rasio ini, ada beberapa jenis rasio, masing-masing dengan tujuan dan sasarannya sendiri. Jenis
rasio likuiditas meliputi rasio cepat, rasio kebijakan investasi, rasio bank, rasio pinjaman
terhadap aset, rasio portofolio, rasio kas, rasio pinjaman terhadap pinjaman (LDR).
Judiseno (2005) menulis bahwa rasio likuiditas hampir sama dengan di atas
Ini termasuk beberapa alat pengukuran seperti:
1. Untuk mengukur kemampuan bank dalam melunasi kewajibannya pada saat jatuh
tempo asetnya saat ini (uang tunai) disebut kekayaan cepat Hubungan.
2. Kemampuan bank untuk melunasi utangnya alokasi sekuritas, yang dikenal sebagai
kebijakan investasi Hubungan.
3. Mengukur kemampuan membayar kewajiban seseorang menarik pinjaman yang
dibayar oleh bank dengan istilah hubungan perbankan.
4. Untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi permintaan kredit dengan dana
bank yang tersedia, yang disebut pinjaman rumah Hubungan.
5. Pengukuran tingkat likuiditas reksa dana dalam bentuk dokumen Nilai, disebut sebagai
rasio portofolio investasi.
6. Mengukur solvabilitas bank dibayarkan dengan aset lancar sendiri, yang disebut istilah
rasio kas
Ukuran masing-masing rasio menentukan cairan atau tidak likuidasi bank. Namun, ini tidak
berarti bahwa ada rasio likuiditas yang lebih tinggi secara otomatis menunjukkan hasil yang
baik, namun tergantung pada masing-masing pengukuran dan pentingnya metrik itu sendiri
dalam mengukur kredit Semakin rendah hasilnya, semakin tinggi levelnya Sehat. Secara
umum, menentukan likuiditas yang baik lebih dari itu 100%, yaitu aktiva lancar sama atau lebih
besar utang saat ini.
Sementara itu, menurut Dahlan Siamat (2005), terdapat kesamaan indicator Untuk mengukur
likuiditas bank digunakan:
1. Rasio kas dan setara kas terhadap aset pihak ketiga. Rasio ini dapat digunakan ukuran
kemampuan bank untuk memenuhi kebutuhan Likuiditas akibat penarikan dana dari
pihak ketiga alat yang tersedia untuk likuiditas bank. Alat likuiditas bank tersedia: uang
Kas, saldo giro dengan bank sentral dan bank koresponden. Lebih Semakin tinggi rasio
ini, semakin baik posisi likuiditas bank tersebut terpengaruh
2. Hubungan pinjaman dengan aset pihak ketiga. Juga rasio cair ini sering disebut sebagai
rasio pinjaman terhadap simpanan atau LDR. hubungan ini memberikan informasi
tentang jumlah dana yang dibayarkan oleh pihak ketiga dalam bentuk pinjaman. Rasio
yang tinggi menunjukkan tidak menguntungkan posisi likuiditas bank. biasanya
memberikan angka hingga 100% gambaran likuiditas bank yang cukup bagus. Namun
Rasio likuiditas yang digunakan mengacu pada ketentuan Bank Indonesia Rasio
pinjaman terhadap aset digunakan untuk menilai stabilitas bank Bank menerima dalam
rupiah dan mata uang asing. Dana diterima dari bank berisi: pinjaman cair BI; simpanan
wajib, simpanan dan simpanan masyarakat; Pinjaman non bank dengan jangka waktu
lebih dari 3 bulan dan tidak termasuk pinjaman modal; Simpanan dan pinjaman dari
bank lainnya dengan durasi lebih dari 3 bulan; surat berharga yang diterbitkan Bank
dengan jangka waktu kredit lebih dari 3 bulan; modal lain; dan modal untuk
meminjamkan Semakin tinggi tingkat ini, semakin buruk likuiditas bank. Bank
Indonesia memberikan peringkat kredit (0) kepada bank dengan rasio 115% atau lebih
berdasarkan aturan penilaian Kesehatan bank untuk faktor likuiditas.
3. Rasio hutang semalam bersih terhadap aktiva lancar dalam rupiah. Rasio ini
menunjukkan jumlah dana debet bank dalam kaitannya dengan total neraca mengalir
dengan: Tunai, giro di Bank Indonesia, SBI dan SPBU diterima oleh bank lain. Sesuai
peraturan Bank Indonesia maks rasionya adalah 100%.
4. Rasio sekuritas jangka pendek terhadap total portofolio sekuritas. Rasio ini
memberikan informasi yang lebih besar Bagian dari investasi Dana dalam sekuritas
yang jatuh tempo kurang dari satu tahun untuk seluruh portofolio efek semakin baik
posisi likuiditas bank.
5. Total jumlah pinjaman secara total. Rasio ini mengukur kemampuan bank Aplikasi
kredit lengkap dengan aset bank. Meningkat Rasio ini menunjukkan likuiditas bank
yang rendah
MANAJEMEN LIKUIDITAS BANK SYARIAH
Manajemen likuiditas bank mengelola bagaimana bank bisa memenuhi kewajiban saat
ini dan masa depan dalam hal pemulihan atau penyelesaian harta kekayaan pasif dengan
perjanjian atau tidak menjanjikan (kejutan). Manajemen likuiditas bank juga bagian dari
manajemen kewajiban. Karena Dengan pengelolaan likuiditas yang baik, bank dapat
menciptakan kepercayaan bagi nasabah deposan bahwa mereka dapat menarik dana mereka
setiap saat atau Saat jatuh tempo. Jadi bank harus memelihara beberapa alat likuid sehingga
bank dapat memenuhi kewajibannya sewaktu-waktu
Sebuah bank syariah dianggap likuid jika (Muhammad, 2004):
a) Mampu memelihara GWM di Bank Indonesia sesuai ketentuan terjadi
b) Dapat memelihara rekening koran di bank koresponden. Giro pada bank koresponden
ada rekening dengan bank koresponden dengan ukuran yang sama ditentukan
berdasarkan saldo minimum.
c) Mampu memegang cukup uang untuk bertemu penarikan uang
Dalam mengelola dana, bank mengalami salah satu dari tiga hal di bawah:
1. Posisi seimbang (persegi) dimana penawaran dana memenuhi permintaan aset sekali
pakai
2. Investasi jangka panjang (long) dengan dana lebih dari dana yang dibutuhkan tersedia
3. Posisi pendek dimana penawaran dana lebih sedikit dari permintaan dana.
Dalam kegiatan operasional, bank dapat mengalami surplus atau kurangnya likuiditas. Jika
ada pengurangan, itu akan diperiksa keuntungan perbankan. Jika likuiditas kurang, begitu juga
bank membutuhkan dana untuk mengatasi kekurangan tersebut (Widyansih, 2005).
a. Mekanisme Pengelolaan Likuiditas Bank Syariah
Transaksi pembayaran bank dijalankan Mekanisme likuidasi dengan mendebet rekening
giro bank ini di Bank Indonesia (BI). Jika saldo bank berkurang selama eksekusi Bank atau
cabangnya akan dikenakan biaya Giro Wajib Minimum (GWM). kewajiban pembayaran
Mengenai peraturan tentang jumlah mata uang dan Mekanisme GWM bagi bank umum syariah
kini menjadi peraturan tersendiri yaitu PBI no. 6/21/PBI/2004 tentang cadangan devisa dalam
rupiah dan mata uang asing ke bank komersial yang melakukan bisnis untuk mereka
menjalankan usaha berdasarkan prinsip syariah.
Bank syariah yang kekurangan uang bisa dibelanjakan Sertifikat Investasi Mudharabah
Antar Bank (IMA) yang merupakan akad Investasi di bank syariah dan bank konvensional.
Berhubungan dengan Ketentuan Pasal 3 PBI No. 2/8/PBI/2000, sertifikat IMA merupakan
satu-satunya instrument pada dasarnya digunakan dalam transaksi pasar uang antar bank
syariah
Transaksi pembayaran juga dilakukan dalam operasional PUAS, Mekanisme likuidasi
dengan mendebet rekening koran bank syariah khawatir dengan BI. Ketentuan penyelesaian
diatur dalam PBI No 2/4/PBI/2000 tanggal 11 Februari 2000 bagi bank umum syariah dan
badan usaha bank umum tradisional syariah.
Pernyataan untuk Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Umum Divisi Syariah
Tradisional (BUK BARU) dan WGM pada dasarnya mengatur teknologi pendukung
Mekanisme PUAS, misalnya tentang jumlah rekening yang harus ada di BI Pengolahan BUK
dan saldo giro negatif masing-masing BUS dan UUS bisnis tradisional dan bisnis syariah.
Mengenai hak asuh Stabilitas mata uang bank syariah peserta PUAS, BI menyerap kelebihan
likuiditas Bank Syariah dengan menerbitkan Sertifikat Wadiah (deposito). Menang Mismatch
(kekurangan dana dari arus kas keluar) dalam operasi Bank syariah dapat dikalahkan setiap
hari oleh pengaturan keuangan jangka pendek bagi bank syariah (FPJPS).
Karim (2010) menjelaskan mekanisme manajemen likuiditas bank syariah Klasifikasi
menjadi tiga jenis, yaitu. H. Pengelolaan likuiditas untuk penjaminan Penggalangan dana,
manajemen likuiditas di sisi distribusi dan manajemen asset kesenjangan likuiditas.
1. Pengelolaan kas di sisi penggalangan dana
Sebagian besar uang publik yang diterima bank bersifat sementara seperti deposito,
tabungan dan deposito, penjelasannya sebagai berikut (Karim, 2010):
a. produk transfer game, seperti alat pembayaran berupa cek atau transfer
bank,sebenarnya dimaksudkan untuk digunakan oleh pelanggan untuk menyelesaikan
transaksi Menerima uang atau membayar uang kepada mitra. Jadi Waktu untuk
menyetor uang di bank sangat lama pendek Ukuran menunjukkan berapa banyak
Simpanan wajib yang sebenarnya disetorkan ke bank adalah variable (FR). FR =
(Rata-rata Dibawa Maju atau Sumber Daya Rata-Rata) x 100% Se Rasio FR giro
berfluktuasi antara 70-80%, yaitu. hanya 20-30% Dana giro yang sebenarnya ada di
depan bank.
b. Produk tabungan disimpan di bank dalam waktu yang relatif lebih lama karena tidak
ada yang tersedia Menggunakan alat untuk menarik cek dan transfer kawat. Pelanggan
dulu harus pergi ke bank untuk menarik uang atau menyetor ke rekening Tabungan
Dengan perluasan jaringan ATM (atm Mandiri/mesin pembayaran), sehingga
pelanggan semakin banyak Penarikan tabungan yang mudah. Akses lebih luas ke
ATM juga dilengkapi dengan electronic payment card (EDC) yang merupakan alat
pembayaran kartu tabungan elektronik, membuat produk tabungan FR, membuat FR
Produk tabungan telah tumbuh secara signifikan. Umumnya bank bisa menurunkan
FR dengan dua cara tabungan, yaitu:
1) Mendorong pelanggan untuk melakukan pembayaran selain uang tunai, Transfer bank
Mentransfer dana dari satu akun ke akun lain sehingga dana dibekukan menetap di
bank.
2) Menyediakan ATM yang dapat menerima setoran sehingga dana dapat dikumpulkan
Penarikan akan dikompensasi oleh dana yang disimpan.
c. Produk simpanan relatif lebih mudah diprediksi karena waktu penyelesaiannya
Tenornya jelas. Saat ini, persyaratan simpanan Indonesia terdiri dari 1 bulan, 3 bulan,
6 bulan dan 12 bulan. Untuk mengurangi motivasi pelanggan Pembayaran uang muka
sebelum waktu yang disepakati biasanya dilakukan oleh bank "tentang denda yang
harus dibayar untuk suatu tindakan sebelum jatuh tempo". Secara statistik FR untuk
produk simpanan yang mendekati nol.
2. Manajemen sisi penjualan dana
Sebagian besar dana yang diarahkan bank kepada publik bersifat inheren Dalam
jangka menengah sebuah.
a. Pembiayaan konsumen biasanya ditawarkan melalui kontrak Akad Murabahah atau
Ijarah.
b. Pembiayaan modal kerja biasanya disediakan melalui akad Murabahah Membeli
barang, Ijarah Jaa untuk membeli, Mudharabah untuk pembiayaan perusahaan
c. Pembiayaan investasi biasanya ditawarkan berdasarkan kontrak murabahah, IMBT,
musyarokah mutanqisah.
Dari uraian tersebut terlihat bahwa sebagian besar dana disalurkan melalui bank
Masyarakat bersifat jangka menengah atau jangka panjang.
3. Pengelolaan defisit likuiditas
Penggalangan dana adalah tanggung jawab saat mengarahkan dana adalah sisi aktif
bank. Kesenjangan likuiditas adalah perbedaannya tersisa timur dengan perbedaan pasif atau
berubah secara dinamis aset dan kewajiban. Perbedaan positif terjadi ketika aset lebih besar
dari kewajiban. sedangkan selisih negatif adalah kebalikannya (Karim, 2010).Secara Umum
Berikut ini adalah tanggung jawab manajemen likuiditas:
1. Dalam kasus kemacetan likuiditas, bank syariah mencari dana, mis
dengan:
a. sebuah. Penjualan aset likuid untuk meningkatkan likuiditas di bank syariah memiliki
dana cair.
b. Menerima dana atau likuiditas dari bank syariah lain atau lembaga/orang lain
berdasarkan hukum Syariah dengan cara sebagai berikut:
1) Bank syariah tidak memiliki alat likuid untuk dijual.
2) Secara ekonomi lebih menguntungkan untuk melakukan (b) daripada (a)
3) Lebih ekonomis melakukan kombinasi (a) dan (b).
2. Jika terlalu banyak likuiditas, bank syariah menginvestasikan uang, mis
dengan:
a. sebuah. Beli aset likuid sedemikian rupa sehingga likuiditas menjadi produktif
b. Menginvestasikan dana di bank syariah lain atau lembaga syariah lainnya tentang:
1) Dana Syariah yang cair juga tidak ada di pasar
2) Lebih ekonomis untuk melakukan (b) daripada (a) atau
3) Secara ekonomis lebih menguntungkan untuk menghasilkan kombinasi (a) dan (b).
b. Ciri-ciri bank syariah dengan likuiditas yang sehat
Dengan menerapkan manajemen likuiditas, bank dapat menjaga likuiditas ,Likuiditas
dianggap sehat dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1) Anda memiliki beberapa aset likuid, uang tunai (uang tunai, rekening bank Bank
Sentral dan bank lain) memenuhi likuiditas yang dibutuhkan dinilai,
2) Anda memiliki uang lebih sedikit dari yang Anda butuhkan, tetapi Anda memiliki
kertas Nilai yang dapat langsung dikonversi menjadi uang tunai tanpa pengalaman
kerugian sebelum atau sesudah jatuh tempo,
3) Memiliki kemampuan untuk memperoleh likuiditas untuk menciptakan uang,
misalnya dengan menjual sekuritas perjanjian pembelian kembali.
4) Melengkapi rasio pengukuran likuiditas yang sehat, yaitu:
a. Rasio dana likuid terhadap aset pihak ketiga:
1) Apakah counter perkiraan kapasitas bank untuk kebutuhan likuiditas akibat
dari pinjaman dana para pihak ketiga, dengan menggunakan likuiditas bank
yang tersedia,
2) Alat likuid bank terdiri dari kas, cerukan bank dan bank koresponden
3) Semakin tinggi rasio ini, semakin tinggi kapasitas bank tersebut memenuhi
kewajiban jangka pendeknya, tetapi sebaliknya Identifikasi lebih banyak uang
yang tidak terpakai.
b. Rasio pendanaan terhadap dana pihak ketiga (FDR)
1) Funding and Deposit Ratio (FDR), yang menggambarkan Perbandingan dana
yang dibayarkan dengan jumlah DPK terdesentralisasi,
2) Rasio ini harus dijaga pada posisi tertentu yaitu 75-100%. Jika kurang dari
75% berarti bank dalam kondisi sangat baik Likuiditas, dan jika rasionya di
atas 100%, bank tersebut baik-baik saja kurang cair,
3) Sesuai kriteria Bank Indonesia, rasionya 115% di atas nilai Likuiditas bank nol
c. Perangkat pengelolaan likuiditas Bank Syariah
Ada alat likuid yang bisa ditangani oleh bank syariah memenuhi kewajiban likuiditas,
yaitu: Ketentuan Hukum (GWM), Bantuan Kliring dan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI),
penjelasan dari ketiga poin tersebut sebagai berikut:
1) Giro Wajib Minimum (GWM)
Dana legal adalah setoran minimum atas permintaan bank komersial Di Bank
Indonesia, besaran yang dihitung oleh BI adalah berdasarkan persentase dana pihak ketiga
(DPK). Perhitungan ini berlaku baik untuk GWM dalam rupiah atau mata uang asing.
2) Kliring
Perbandingan tersebut merupakan cara menghitung utang antar bank Transfer saham
dan surat berharga satu sama lain mempercepat transaksi pembayaran yang terdiri dari
transfer, penarikan, dan membuka surat kredit. Aturan Penagihan yang Berlaku Bank umum
tradisional juga berlaku untuk bank umum berdasarkan prinsip Syariah, di suatu tempat
perbedaan dan penambahan. Ketentuan yang Berlaku Bank berdasarkan prinsip syariah
memuat antara lain tingkat sanksi Pelanggaran saldo giro negatif dan prosedur sanksi bank
keseimbangan negatif.
3) BLBI
Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) BLBI merupakan skema bantuan
(pinjaman) yang ditawarkan kepada bank-bank berpengalaman oleh Bank Indonesia Masalah
likuiditas pada saat krisis mata uang tahun 1998 di Indonesia. Bagan Ini berdasarkan
kesepakatan Indonesia dengan IMF untuk menang masalah krisis Pada bulan Desember 1998
BI menyalurkan BLBI sebesar Rp 147,7 triliun kepada 48 bank.
Selain alat yang disebutkan di atas, ada juga alat yang tersedia saat ini mengelola
likuiditas bank syariah melalui pasar uang antar bank Syariah antara lain (Karim, 2010),
yaitu:
1) Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Sertifikat Bank Indonesia Syariah merupakan surat berharga yang berdasarkan prinsip
Syariah jangka pendek diterbitkan dalam rupiah dari Bank Indonesia. Fitur Sertifikat Bank
Indonesia Syariah adalah: Menggunakan kaidah Jua'alah, satuannya adalah Rp. 1.000.000
berjangka minimal 1 bulan dan maksimal 12 bulan, diterbitkan tanpa Skrip (tanpa skrip),
dapat digunakan di Bank Indonesia tetapi tidak diperdagangkan di pasar sekunder
Akad jua'alah adalah janji atau perikatan (iltijam) yang harus dilakukan imbalan
tertentu (iwadh/ju'l) untuk mencapai hasil tertentu (natija). pekerjaan Dalam hal ini, Bank
Indonesia menegaskan bahwa bank syariah “harus menghimpun sejumlah uang dalam jangka
waktu yang begitu lama. Jika Anda berhasil, saya akan membalas Anda atas kesuksesan
Anda”.
2) simpanan antarbank syariah
Sebagai sarana pengelolaan likuiditas, bank syariah dapat melakukan hal tersebut
Penggunaan simpanan antara bank dan dana investasi serta kebutuhan keuangan mereka.
Setoran antar bank ini Menggunakan prinsip Mudharabah. Mudharabah adalah akad Investor
keuangan dan pengelola dana untuk melakukan bisnis keuntungan, dan keuntungan dibagi
kedua belah pihak berdasarkan hubungan yang telah disepakati sebelumnya.
3) Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank (SIMA)
Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank, di bawah ini SIMA adalah sertifikat
yang diterbitkan oleh Bank Syariah atau UUS Digunakan sebagai investasi jangka pendek,
puas dengan kontraknya Mudharabah. SIMA dikelola oleh bank pengelola dana (Bank Islam
atau Unit Usaha Syariah) selama maksimal 365 hari dan bulan Mei dapat ditukar (malleable)
selama sebelum tanggal jatuh tempo.
4) Bank Penyimpanan Syariah Indonesia (FASBIS)
Ini adalah fitur yang ditawarkan kepada bank oleh Bank Indonesia menginvestasikan
asetnya pada Bank Indonesia sebagai bagian dari kegiatan usahanya Transaksi Pasar Terbuka
(OPT). Waktu FASBIS maksimal 7 hari Sistem reward berupa pembayaran dan diberikan
tanpa sertifikat kepemilikan (naskah). tapi bukti debet atau kredit rekening bank brupa
Petunjuk validasi sistem BI RTGS. FASBIS tidak dapat dipertukarkan, tidak dapat
digunakan, bendungan tidak dapat dibongkar sebelum batas waktunya.
5) Fasilitas Keuangan Jangka Pendek Bank Syariah (FPJPS)
Akad pembiayaan jangka pendek untuk Bank Syraiah atau sering FPJPS adalah
instrumen Bank Indonesia dengan nama The Lender of last resort bagi bank syariah yang
sedang berjuang karena likuiditas atau kesulitan keuangan jangka pendek tergantung pada
arus kas yang lebih kecil dari arus masuk dan Keluaran (Ketidakcocokan). Aplikasi FPJPS ini
bertujuan untuk membantu Namun, bank syariah memiliki kesulitan keuangan jangka pendek
Persyaratan stabilitas dan modal (tidak likuid tetapi dapat larut).
6) Pengaturan likuiditas intrahari bagi bank umum sesuai prinsip syariah
(FLIS)
Anda dapat mengatasi kemacetan sistem pembayaran internal Bani Indonesia
memandang perlu menciptakan peluang keuangan jangka pendek sesuai dengan prinsip
syariah selama penyelenggaraan sistem BI-RTGS Dalam format FLIS RTGS, dimana bank
harus membayar pada akhir hari yang sama. Selain untuk mengatasi ekspektasi kegagalan
bank dalam memenuhi kewajibannya sebagai peserta SKNBI, Bank Indonesia juga
menganggap perlu untuk memberikan peluang finansial untuk musim ini waktu yang sangat
PERMASALAHAN MANAJEMEN LIKUIDITAS PERBANKAN SYARIAH
Keterbatasan fungsional perbankan syariah menjadi masalah Dalam manajemen
likuiditas yang efektif, hal ini terbukti di beberapa tempat Gejalanya antara lain (Arifin,
2009):
1. Kurangnya peluang investasi segera untuk dana yang ada Dana yang diterima
diakumulasikan dan tidak digunakan beberapa hari, yang mengurangi pendapatan rata-rata
mereka
2. Kesulitan membayar reksa dana saat ini, jika memungkinkan Menghabiskan dana dalam
situasi kritis. Akibatnya, bank syariah menahan uang muka lebih banyak uang daripada rata-
rata bank biasanya.
Secara umum, bank syariah menghadapi dua jenis hambatan ketika: dibandingkan
dengan bank tradisional, yaitu: kurangnya akses untuk membiayai dirinya sendiri dalam
jangka pendek, terutama dari BI sebagai bank sentral, dan kurangnya akses ke pasar uang
oleh bank syariah Menjaga likuiditas dalam bentuk tunai
Analisis perencanaan likuiditas bank syariah adalah menentukan persyaratan
likuiditas yang paling penting dan kemudian membandingkannya kebutuhan tersebut dengan
jumlah aktiva lancar bank pada saat itu. Analisis ini dilakukan dalam tiga langkah sebagai
berikut:
1) Langkah pertama:
Mengklasifikasikan sumber utama dana bank berdasarkan tingkatannya kecepatan
rotasi. Reksa dana yang stabil atau tetap dan aset variabel. Perkirakan persentase di setiap
kelompok Dengan dana tersebut, ada dua jenis dana dari sudut pencairannya yaitu Tabungan
Wadiah dan giro dengan dana yang dapat ditarik sewaktu-waktu dan uang yang ditarik pada
saat jatuh tempo, termasuk investasi Mudharabah. Untuk memperkirakan jumlah penarikan
dengan tabungan Wadiah dan giro, bank Syariah harus dianalisis dari pengalaman masa lalu
penarikan harian (data historis),
2) Langkah kedua:
Mengklasifikasikan jenis aset likuid dan tidak likuid. Pengelompokan ini bertujuan
untuk mengukur kinerja bank menutupi kebutuhan likuiditasnya dengan aset lancarnya.
3) Langkah ketiga:
Bandingkan aset yang mudah menguap dengan dana yang dianggap tidak stabil
(lincah). Jika hasil perbandingannya sama dengan satu, berarti satu tempat Persyaratan
likuiditas sama persis dengan jumlah aset lancar bank saat ini (posisi likuiditas seimbang).
4) Langkah keempat:
Kebutuhan likuiditas bank biasanya dipengaruhi oleh beberapa factor pengikut:
Pertama, GWM yang ditetapkan oleh bank sentral yaitu adalah cadangan minimum yang sah
(MLB), yang merupakan peraturan perbankan Indonesia. Cadangan wajib adalah obligasi
cadangan (reserve persyaratan) besaran persentase yang ditetapkan oleh Bank Indonesia Dana
pihak ketiga (DPK). Dana pihak ketiga mencakup seluruh DPK dalam rupiah dan valuta
asing di seluruh cabang bank yang bersangkutan di Indonesia. Kedua, kebutuhan modal kerja.
Ketiga, rencana distribusi keuangan termasuk kewajiban Bank kepada nasabah atau pihak
lain untuk menyediakan pembiayaan atau investasi. bisnis di industri perbankan rahasia,
sehingga pelaksanaan tugas harus terfokus bangku islami. Keempat, penarikan dana nasabah
dinilai biasa saja dan tidak teratur. Kelima, saldo minimal bank koresponden
Perlu dipahami bahwa perbankan syariah merupakan industri yang masih dalam masa
pertumbuhan pada tahap awal sehingga tidak mampu menjadi pemimpin di bidang ini Bank
khususnya di Indonesia. Berdasarkan fakta tersebut di selain bersaing dengan bank syariah
lain dalam masalah likuiditas ini Persaingan juga terjadi dengan bank tradisional yang sudah
mapan. Oleh Mengantisipasi dan menyelesaikan masalah likuiditas terkait upaya tersebut
Perkembangan perbankan syariah, persyaratan deposan, profesionalisme, level Profitabilitas
dan kepatuhan dengan sistem Syariah harus bank Islam Strategi termasuk yang berikut:
1. Menggalakkan pelatihan dan sosialisasi bank syariah, terutama untuk memperjelas aspek
ekonomi dan sistem nilai-nilai Islam bagi masyarakat. Dengan demikian kami berharap untuk
memiliki efek positif berikut:
a) Deposan/investor baru wajib menyimpan dananya di bank syariah,
b) Meningkatkan dana baru yang masuk meningkatkan kemampuan Ekspansi
bisnis Bank Islam diharapkan suatu hari nanti industri perbankan.
c) Deposan tidak terpengaruh oleh imbal hasil tidak halal yang tinggi ditawarkan
oleh lembaga keuangan tradisional.
2. Lebih meningkatkan kinerja bank syariah. Mengintensifkan dan fokus pada pembiayaan
berbasis ekuitas daripada pembiayaan utang yang meningkatkan keuntungan jangka pendek
dan jangka panjang. Saat ini Ada peluang untuk menyalurkan pembiayaan berbasis ekuitas
seperti usaha patungan Pembiayaan untuk membiayai proyek negara dan swasta, pembelian
pemerintah atau keluarga bisnis dll. Menawarkan hasil tinggi dan Daya saing merupakan cara
untuk mempertahankan loyalitas segmen pelanggan Masuk akal juga untuk menarik deposan
baru.
3. Memperkuat koordinasi, komunikasi dan kesepahaman dengan deposan/investor dan mitra
bisnis. Mengacu pada pendekatan syariah terhadap risiko Likuiditas, Proses Pendanaan dan
Proses Penyaluran Dana tiga komponen penting yaitu:
a) Perilaku masyarakat karena operasional bank syariah berbasis Kepercayaan dan
berbagi risiko dengan mitra bisnis
b) rekonsiliasi aset dan liabilitas
c) Pengukuran dan pemantauan keuangan
4. Identifikasi berapa banyak deposan yang masuk akal yang dimiliki bank. Tidak benar
Salah satu cara untuk menemukan deposan yang cerdas adalah dengan melihatnya berapa
banyak dari mereka yang menarik uangnya dan menyerahkannya ke bank Tradisional, ketika
suku bunga bank tradisional lebih tinggi imbal hasil bank syariah.
5. Membentuk gugus tugas atau kelompok khusus untuk memantau dan mengevaluasi dan
mengidentifikasi potensi masalah likuiditas menabrak bank Pertama, arus kas diperiksa
mengantisipasi ketidaksesuaian antara dana dan likuiditas, menyusun pedoman internal
mengenai ukuran standar mitra bisnis, perencanaan strategi Menghadapi masalah likuiditas
dan struktur birokrasi pengambilan keputusan Keputusan untuk menutup kebutuhan likuiditas
yang mendesak.
6. Siapkan cadangan kas dan likuiditas untuk kondisi tertentu. Bank membutuhkan likuiditas
untuk transaksi reguler dan tidak teratur. Kasus Transaksi reguler adalah operasi sehari-hari
sedangkan transaksi tidak teratur terdiri dari 2 hal;
a) Tidak teratur tetapi dapat diprediksi
b) tidak teratur dan tidak dapat diprediksi, Persyaratan likuiditas tidak teratur yang
diharapkan meliputi: Kewajiban untuk menyediakan dana untuk kebutuhan keuangan
Operasi pemerintah, yang biasanya sangat besar. Tapi kebutuhan Likuiditas tidak
teratur adalah penarikan tiba-tiba deposan internal jumlah yang besar karena keadaan
tertentu.
7. Perencanaan portofolio perbankan, termasuk instrumen likuid. cairan instrument selalu
siap untuk dibayar bila diperlukan. Kemungkinan kedua adalah untuk mencari likuiditas dari
pasar uang Islam atau internal dalam kasus yang sangat mendesak, bank dapat meminta
bantuan likuiditas Bank pusat
KESIMPULAN
Likuiditas merupakan masalah yang sangat penting bagi bank benar, karena itu juga
mempengaruhi profitabilitas Keberlanjutan dan kontinuitas perusahaan. Hal ini juga
tercermin dalam aturan bank Indonesia yang mendefinisikan likuiditas sebagai salah satu dari
delapan risiko harus mengelola bank. Pengertian likuiditas dalam dunia usaha didefinisikan
sebagai berikut kemampuan untuk menjual aset dengan kerugian maksimum dalam waktu
sesingkat mungkin Minimum. Tetapi mendefinisikan likuiditas di dunia perbankan lebih
kompleks dibandingkan dengan dunia bisnis pada umumnya. Menurut kekayaan ada
likuiditas kemampuan untuk mengubah semua dana menjadi uang tunai, sedangkan likuiditas
dari segi kewajiban adalah kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya Persyaratan
keuangan karena peningkatan kewajiban.
Manajemen likuiditas tidak hanya digunakan untuk mengukur posisi Likuiditas di
bank berjalan, tetapi juga digunakan untuk control Persyaratan pendanaan dalam scenario
yang berbeda ketika keadaan berbeda. Adapun syarat kredit, juga tidak ada pinjaman kepada
nasabah sepenuhnya di bawah kendali bank. Kredit juga dapat menentukan apakah untuk
meminjam untuk waktu yang singkat atau panjang.
Secara umum, status likuiditas bank dipengaruhi oleh faktor eksternal dan jeroan.
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang dapat dikendalikan oleh bank, sedangkan faktor
internal cenderung merupakan faktor yang dapat dikendalikan Bank. Faktor eksternal
meliputi kondisi ekonomi dan moneter, karakteristik Deposan, kondisi pasar uang, peraturan,
dll. Meskipun faktor internal baik-baik saja tergantung pada kemampuan manajemen untuk
mengatur setiap instrumen likuiditas Bank. Contohnya adalah pilihan strategi untuk
menerapkan manajemen aset dan liabilitas. Kondisi ekonomi, dinamika dan bias perbankan
tradisional Masyarakat Islam terhadap bank syariah sangat berpengaruh terhadap strategi

Daftar Pustaka
Al Arif, M. N. R. 2012. Lembaga Keuangan Syariah: Kajian Teoritis Praktis. Bandung:
Alfabeta
Arifin, Zainul. 2000. Memahami Bank Syariah. Jakarta :Pustaka Alfabet
-----------------. 2009. Dasar Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Azkia
Publisher
Bidabad, Bijan and Mahmoud Allahyarifard. 2008. Asset and liability Management
in Islamic Banking. Paper prepared to be presented 3rd International
Conference on Islamic banking and finance, Karachi, Pakistan, 24-25 March, 2008.
Hadisoewito, Selamat. 1987. Dasar-Dasar Perbankan Indonesia. Jakarta: UPN
veteran
Hadori, HLB, dkk. 2002. Studi Keuangan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia. Jakarta: Bank
Indonesia
Judiseno, Rimsky K. 2005. Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia. Jakarta :
PT.Gramedia Pustaka Utama
Karim, Adiwarman. A. 2010. Bank Islam Analisi fiqih dan Keuangan. Jakarta
: PT.Grafindo Persada Kasmir. 2003. Manajemen Perbankan. Jakarta: Rajawali Pers
Latumaerissa, Julius R. 1999. Mengenal Aspek-Aspek Operasi Bank Umum.
Jakarta:
Bumi Aksara.
Muhammad. 2004. Manajemen Dana Bank Syari’ah. Yogyakarta: Jalasutra

Anda mungkin juga menyukai