Anda di halaman 1dari 6

SEJARAH PERKEMBANGAN, PRINSIP, DAN PENGARUH BANK

SYARIAH DI BIDANG EKONOMI DALAM PADANGAN ISLAM

Hafizh Ardiansyah (13030123140)

Departemen Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro,


Jl. dr. A. Suroyo, Tembalang, Semarang, Indonesia
hafizardian17@gmail.com

Abstract

Banks are financial institutions that provide various financial services to the public. Generally, banks act as
intermediaries between individuals, businesses, and governments in managing money and offering various
financial-related services. However, in Indonesia, there are some banks that utilize interest in their processes,
which falls under the category of usury. On the other hand, there are also banks in Indonesia that operate under
Islamic law, known as Islamic banks. Islamic banks are financial institutions that operate in accordance with the
principles of Islamic Sharia. This article discusses the history of Islamic banks, their development, their influence
on the economy from an Islamic perspective, and the Principles of Islamic Banking Mechanisms.

Keywords: Islamic Banks, Islamic Law, Economic Development, their influence on the economy

Abstrak
Bank adalah lembaga keuangan yang memberikan berbagai layanan keuangan kepada masyarakat.
Secara umum, bank bertindak sebagai perantara antara individu, perusahaan, dan pemerintah dalam
mengelola uang serta menyediakan berbagai layanan terkait keuangan. Namun di Indonesia sendiri
ada beberapa bank yang memakai bunga dalam prosesnya yang dimana itu termasuk riba. Tetapi ada
juga bank di indonesa yang memakai hukun syariat islam di dalamnya salah satunya Bank Syariah.
Bank syariah adalah lembaga keuangan yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah Islam. Artikel
ini membahas tentang sejarah bank syariah, perkembangannya, dan Pengaruhnya di bidang ekonomi
dalam pandang islam serta Prinsip Mekanisme Bank Syariah

Kata Kunci: Bank Syariah, syariat Islam, perkembangan ekonomi, Pengaruhnya di bidang ekonomi

Pendahuluan
Bank Syariah adalah salah satu lembaga keuangan yang mengikuti prinsip-prinsip
syariah dalam praktik bisnisnya. Bank syariah telah menjadi sebuah inovasi signifikan
dalam dunia keuangan modern, menawarkan alternatif yang sejalan dengan prinsip-prinsip
ekonomi Islam. Berbeda dengan bank konvensional yang menggunakan sistem bunga dan
praktik keuangan lainnya, bank syariah beroperasi berdasarkan prinsip syariah yang
melarang riba (bunga), spekulasi berlebihan, dan investasi dalam sektor-sektor tertentu
yang dianggap haram dalam Islam.
Di Indonesia, bank syariah menjadi bagian penting dari landscape keuangan.
Mereka tidak hanya menawarkan layanan-layanan keuangan yang komprehensif, tetapi
juga menjadi representasi dari komitmen untuk menjalankan praktik keuangan yang
beretika, sesuai dengan ajaran agama. Tulisan ini akan menggali lebih dalam tentang bank
syariah, memaparkan sejarah terbentuknya, perkembangan dan pengaruhnya di bidang
ekonomi menurut pandang islam, serta Prinsip mekanisme Bank Syariah. Dengan
menelusuri perjalanan dan prinsip-prinsip yang mendasari bank syariah, kita dapat
memahami bagaimana lembaga keuangan ini berperan dalam memberikan alternatif yang
sesuai dengan nilai-nilai keagamaan sambil tetap relevan dalam ekosistem keuangan yang
terus berkembang.
Rumusan Masalah
Dalam artikel ini ada beberapa Rumusan masalah yang akan di bahas mengenai per-bankan
syariah, yaitu:
1. Sejarah Bank Syariah
2. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia
3. Mekanisme Prinsip Bank Syariah
4. Pengaruh Bank Syariah di bidang Ekonomi dalam pandang Islam

Metode
Pada bagian metode, menggunakan metode Studi Kepustakaan (Library Research), yang dapat
dijelaskan sebagai rangkaian aktivitas terkait dengan mengumpulkan informasi dari sumber-
sumber pustaka, membaca, mencatat, dan mengelola materi penelitian, sesuai dengan definisi
yang disampaikan oleh (Mestika Zed, 2003).

Hasil dan Pembahasan

1. Sejarah Bank Syariah


Perkembangan institusi keuangan syariah secara informal telah dimulai sebelum
dikeluarkannya kerangka hukum formal sebagai landasan operasional perbankan di Indonesia.
Beberapa badan usaha pembiayaan non- Bank telah didirikan sebelum tahun 1992 yang telah
menerapkan konsep bagi hasil dalam kegiatan operasionalnya. Hal tersebut menunjukkan
kebutuhan masyarakat akan hadirnya institusi-institusi keuangan yang dapat memberikan jasa
keuangan yang sesuai dengan syariah. Kebutuhan masyarakat tersebut telah terjawab dengan
terwujudnya sistem perbankan yang sesuai syariah. Pemerintah telah memasukkan
kemungkinan tersebut dalam undang-undang yang baru. UndangUndang No.7 Tahun 1992
tentang Perbankan secara implisit telah membuka peluang kegiatan usaha perbankan yang
memiliki dasar operasional bagi hasil yang secara rinci dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah
No. 72 Tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Ketentuan tersebut telah
dijadikan sebagai dasar hukum beroperasinya Bank syariah di Indonesia. Periode 1992 sampai
1998, hanya terdapat satu Bank Umum Syariah dan 78 Bank Perkreditan Rakyat Syariah
(BPRS) yang telah beroperasi. Tahun 1998 muncul UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan
UU No 7 Tahun 1992 tentang perbankan. Perubahan UU tersebut menimbulkan beberapa
perubahan yang memberikan peluang yang lebih besar bagi pengembangan Bank
syariah.Undang-undang tesebut telah mengatur secara rinci landasan hukum serta jenis-jenis
usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh Bank syariah. Undang-undang
tersebut juga memberikan arahan bagi Bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau
bahkan mengkonversi diri secara total menjadi Bank syariah. Akhir tahun 1999, bersamaan dengan
dikeluarkannya UU perbankan maka munculah bank-bank syariah umum dan Bank umum yang
membuka unit usaha syariah. Sejak beroperasinya Bank Muamalat Indonesia (BMI), sebagai Bank
syariah yang pertama pada tahun 1992.

Sistem bagi hasil perbankan syariah yang diterapkan dalam produk-produk Bank Muamalat
menjadikan bank tersebut relatif lebih mampu mempertahankan kinerjanya dan tidak
bergantung pada tingkat suku bunga simpanan yang melonjak sehingga, beban operasionalnya
lebih rendah dari bank konvensional. Sebagai salah satu lembaga keuangan, bank perlu menjaga
kinerjanya agar dapat beroperasi secara baik. Terlebih lagi Bank syariah harus bersaing dengan
Bank konvensional yang dominan dan telah berkembang pesat di Indonesia.
2. Perkembangan Bank Syariah Di Indonesia
Pelopor berdirinya perbankan syariah di Indonesia adalah Bank Muamalat pada tahun
1991. Bank ini dilahirkan oleh Majelis Ulama Indonesia, Ikatan Cendikiawan Muslim
Indonesia (ICMI), pengusaha Muslim dan juga pemerintah. Sayangnya bank tersebut kurang
popular dan kinerjanya stagnan, baru setelah krisis ekonomi dan reformasi, Bank Muamalat
mulai dilirik nasabah. Perkembangan perbankan syariah di Indonesia telah menjadi tolak ukur
keberhasilan eksistensi ekonomi syariah. Bank muamalat sebagai bank syariah pertama dan
menjadi pioneer bagi bank syariah lainnya telah lebih dahulu menerapkan system ini ditengah
menjamurnya bank-bank konvensional.

Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 telah menenggelamkan bank-bank
konvensional dan banyak yang dilikuidasi karena kegagalan system bunganya. Sementara
perbankan yang menerapkan system syariah dapat tetap eksis dan mampu bertahan. Tidak
hanya itu, di tengah-tengah krisis keuangan global yang melanda dunia pada penghujung akhir
tahun 2008, lembaga keuangan syariah kembali membuktikan daya tahannya dari terpaan
krisis. Lembagalembaga keuangan syariah tetap stabil dan memberikan keuntungan,
kenyamanan serta keamanan bagi para pemegang sahamnya, pemegang surat berharga,
peminjam dan para penyimpan dana di bank-bank syariah.Hal ini dapat dibuktikan dari
keberhasilan bank Muamalat melewati krisis yang terjadi pada tahun 1998 dengan
menunjukkan kinerja yang semakin meningkat dan tidak menerima sepeser pun bantuan dari
pemerintah dan pada krisis keuangan tahun 2008, bank Muamalat bahkan mampu memperoleh
laba Rp. 300 miliar lebih.

3. Prinsip-Prinsip Mekanisme Bank Syariah


Prinsip-prinsip nilai dan mekanisme-mekanisme operasional dari satu sistem perbankan tertentu
akan membedakannya dengan perbankan lain. Dalam perbankan Islam, internalisasi nilai-nilai
syariah dan operrasional perbankan dapat dilihat dari produk-produk maupun jasa layanan yang
ditawarkan perbankan syariah. Secara garis besar, produk-produk dan jasa layanan perbankan
syariah dapat dogolongkan berdasarkan prinsip-prinsip akad sebagai berikut Internalisasi nilai-
nilai syari’ah dalam operasional perbankan dapat dilihat dari produk-produk maupun jasa
layanan yang ditawarkan perbankan syari’ah. Secara garis besar, produk-produk dan jasa
layanan perbankan syari’ah dapat digolongkan berdasarkan prinsip-prinsip akad sebagai berikut:

a. Prinsip Titipan atau Simpanan (Depository/ al- Wadi ’ah) Dalam tradisi fiqh Islam, prinsip
titipan atau simpanan dikenal dengan nama al-waa'i ’ah, yang dapat diartikan sebagai titipan
murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan
dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki. Landasan hukum al-wad'i’ah antara lain
adalah Q.S. an-Nisa (4): 58. Dua jenis al-wadi ’ah adalah:
 Al-wadi 'ah yad al-amanah Dalam akad ini pihak penyimpan tidak bertanggung-jawab
terhadap kerusakan atau kehilangan barang yang disimpan, yang tidak diakibatkan oleh
perbuatan atau kelalaian penyimpan.

 Al-wadi ’ah yad ad-damanah Dalam akad ini, pihak penyimpan dengan atau tanpa izin
pemilik barang atau uang dapat memanfaatkan titipan tersebut, dan bertanggungjawab
atas kerusakan atau kehilangan barang yang disimpan. Semua manfaat dan keuntungan
yang diperoleh dalam penggunaan barang tersebut menjadi hak penyimpan.
b. Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing) Secara umum prinsip bagi basil dalam perbankan syari’ah
dapat dilakukan dalam empat macam akad utama, yaitu: musyarakah, mudarabah, musaqah, dan
muzara ’ah. Sungguhpun demikian, prinsip yang paling banyak diterapkan dalam praktek
perbankan adalah mudarabah dan musyarakah.

c. Prinsip Jual-Beli (Sale and Purehase) Bentuk-bentuk akad yang menggunakan prinsip jual
beli adalah: bai almurabahah, bai’ bisamanin ajil, bai’ as-salam, dan bai al-istisna. Dasar hukum
akadakad dengan prinsip jual beli seeara umum adalah Q.S. al-Baqarah (2) : 275, dan Q.S. Al -
Nisa( 4): 29.
 Bai ’ al -Murabahah dan Bai ' Bisamanin Ajil Al- murabahah adalah persetujuan jual
beli suatu barang dengan harga sebesar harga pokok ditambah dengan keunmngan
yang disepakati bersama dengan pembayaran ditangguhkan satu bulan sampai satu
tahun. Persetujuan tersebut juga meliputi eara pembayaran sekaligus. Sedangkan bai'
bisamanin ajil adalah persetujuan jual beli suatu barang dengan harga sebesar harga
pokok ditambah dengan keuntungan yang disepakati bersama.
 Bai ’ as-salam adalah persetujuan jual beli suatu barang, dimana terjadi pembayaran
harga barang pada waktu akad seeara tunai, dan penyerahan barang ditangguhkan dan
dilakukan pada waktu yang disepakati. Jika diaplikasikan dalam perbankan,
keuntungan yang didapat bank adalah selisih harga yang didapat dari nasabah dengan
harga jual kepada pembeli. Bai’as-salam biasanya dipergunakan pada pembiayaan bagi
petani dengan jangka waktu yang relatif pendek yaitu 2-6 bulan.
 Bai ’ al-Istisna (Purehase By Order or Manufaeture) Akad bai’ al-istisna merupakan
kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang.

d. Prinsip Sewa ( al- Ijarah)5 Dasar hukum prinsip ijarah adalah Q.S. al-Baqarah (2): 233. Akad
yang menggunakan ptinsip ijarah ada dua, yaitu: ijarah ( operational lease) itu sendiri dan al-
ijarah al-muntahia bittamlik ( financial lease with purchase option).
 Al-Ijarah (Operational Lease) Pengertiannya adalah akad pemindahan hak guna atas
barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan (ownership/ milkiyyah) atas barang itu sendiri.
 Al-Ijarah Muntahi Bittamlik ( Financial Lease With Purchase option) Transaksi yang
disebut dengan al-ijarah al-muntahia bittamlik adalah perpaduan antara kontrak jual
beli dan sewa atau lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang
di tangan penyewa. Sifat pemindahan kepemilikan ini pula yang membedakan dengan
ijarah biasa. Bank-bank syari’ah mengaplikasikan prinsip al-ijarah ini dengan
mengoperasikan leasing, baik operatianal lease maupun financial lease.

e. Prinsip Jasa (Fee Based Services) “Beberapa akad yang didasarkan pada prinsip jasa adalah”;
 Al- Wakalah (Deputyship. Wakalah atau wikalah berarti penyerahan, pendelegasian,
atau pemberian mandat. Dasar hukum al-wakalah adalah QS al- Kahfi (18): 19, dan
Q.S. Yusuf (12): 55. Aplikasi nya dalam perbankan, yaitu bank melayani jasa penitipan
uang atau surat berharga, dimana bank mendapat kuasa dari si penitip, untuk
mengelola uang atau surat berharga tersebut
 Al-Kafalah ( Guaranty) Al-Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh
penanggung (kafil ) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau
yang ditanggung. Dalam pengertian lain, kafalah juga berarti mengalihkan tanggung
jawab orang lain sebagai penjamin.
 Al-Hawalah (Transper Service) Al-hawalah adalah akad pengalihan hutang dari pihak
yang berutang kepada pihak lain yang wajib menanggungnya.
 Al-Rahn (Mortgage) Al-rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam
sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut harus
memilik nilai ekonomis. Seeara sederhana rahn adalah jaminan utang atau gadai.
Prakteknya nya di dalam perbankan, kontrak rahn dipakai dalam dua hal, yaitu:
Sebagai produk Pelengkap dan sebagai alternatif dari pegadaian konvensional.

4. Pengaruh di Bidang Ekonomi Menurut Pandangan Islam


Terkait dengan peran Bank Islam terhadap pertumbuhan ekonomi, Said Al-Halaq (2005) dalam
penelitiannya terhadap praktek Jordan Islamic Bank (JIB) sebagai studi kasus selama periode
1980-2000. Metode two stage ordinary least square (2SLS) digunakan untuk mengetahui efek
langsung dan tak langsung dari Jordan Islamic Bank (JIB) pada pendapatan riil per kapita
sebagai proxy untuk pertumbuhan ekonomi. Hasil yang diperoleh adalah Efek tidak langsung
dari total pembiayaan dan investasi JIB sebagai presentasi dari total kredit relatif kecil (0,048)
dibandingkan dengan bank konvensional (0,50). Furqani and Mulyany (2009) dalam penelitian
yang dilakukan di Negara Malaysia tentang Bank Islam dan pertumbuhan ekonomi, hasil secara
umum menunjukkan bahwa dalam jangka panjang.

Pembiayaan Bank Syariah secara signifikan dan positif berkolerasi dengan pertumbuhan
ekonomi dan akumulasi modal dari Malaysia. Abduh and Omar (2012) dalam penelitiannya
tentang Bank Syariah dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan menemukan bukti bahwa
dalam jangka panjang, pengembangan keuangan syariah secara positif dan signifikan
berkolerasi dengan pertumbuhan ekonomi dan akumulasi modal. Dalam hal ini, pembiayaan
dalam negeri yang diberikan oleh sektor perbankan syariah telah ditemukan kontribusi pada
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Abduh and Chowdhury (2012), pembiayaan bank syariah
ditemukan memiliki hubungan positif dan signifikan dengan pertumbuhan ekonomi baik dalam
jangka panjang maupun dalam jangka pendek.

Pengaruh bank syariah di bidang ekonomi, dalam pandangan Islam, juga dapat dijelaskan
melalui beberapa aspek yang mencerminkan prinsip-prinsip syariah. Berikut adalah beberapa
pengaruh utama dari bank syariah dalam konteks ekonomi Islam:

 Penghindaran Riba (Usury): Salah satu prinsip utama dalam bank syariah adalah
larangan terhadap riba atau bunga. Dalam Islam, riba dianggap sebagai praktik yang
tidak etis dan dilarang. Bank syariah, sebagai alternatif, tidak mengenakan bunga tetapi
menerapkan prinsip bagi hasil atau bagi rugi dalam transaksi mereka.

 Keberlanjutan dan Keadilan Ekonomi: Bank syariah memiliki tujuan untuk


menciptakan sistem keuangan yang lebih adil dan inklusif. Prinsip keadilan ekonomi
dalam Islam mendorong distribusi kekayaan dan peluang yang lebih merata di
masyarakat, dan bank syariah berusaha menerapkan mekanisme yang mendukung hal
ini.

 Transparansi dan Etika Bisnis: Bank syariah menerapkan prinsip transparansi dan etika
bisnis yang tinggi sesuai dengan nilai-nilai Islam. Hal ini mencakup pengungkapan
informasi yang jelas mengenai produk dan layanan, serta memastikan bahwa investasi
dan transaksi bisnis sesuai dengan prinsip-prinsip moral dan hukum Islam.
Kesimpulan

Artikel ini mengkaji mengenai peranan-peranan penting dalam Per-bankan Syariah,


dimana kita membahas Sejarah perkembangan, prinsip-prinsip mekanisme serta pangaruhnya
di bidang ekonomi menurut pandang islam. Bank syriah sendiri merupakan satu lembaga
keuangan yang mengikuti prinsip-prinsip syariah dalam praktik bisnisnya. Bank syariah
telah menjadi sebuah inovasi signifikan dalam dunia keuangan modern, menawarkan
alternatif yang sejalan dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam. Berbeda dengan bank
konvensional yang menggunakan sistem bunga dan praktik keuangan lainnya, bank
syariah beroperasi berdasarkan prinsip syariah yang melarang riba (bunga), spekulasi
berlebihan, dan investasi dalam sektor-sektor tertentu yang dianggap haram dalam Islam.
Pandangan Islam mengenai Bank Syariah merupakan suatu terobosan baru untuk
Masyarakat muslim yang ingin menyimpan Sebagian hartanya tanpa takut akan riba,
karena bank ini menganut syariat-syariat didalam prinsip-prinsip mekanisme nya. Bank
syariah juga memegang peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia bahkan
di dunia. Oleh sebab itu pembaca diharapkan untuk berfikir kritis dalam mengkaji pernan-
peranan penting dalam Bank Syariah

Daftar Pustaka

Abadi, R. (2015, 06 09). Sejarah dan Perkembangan Bank Syariah Di Indonesia. Dipetik 10 03, 2015,
dari Cermati: http://www.cermati.com/artikel/sejar ah-dan-perkembangan-bank-syariahdi-
indonesia

Cermati. (2022). Sejarah dan Perkembangan Bank Syariah di Indonesia. Diambil kembali dari Cermati:
https://www.cermati.com/artikel/sejarah-dan-perkembangan-bank-syariah-di-indonesia

Hirsanuddin. (2008). Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, Pembiayaan Bisnis dengan Konsep
Kemitraan. Yoyakarta: Genta Press.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam - Vol. 01, No. 02, Juli 2015

Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi, Edisi pertama. BPFE.
Yogyakarta. 2002.

Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, Tazkia Institute. Jakarta. 2000.

Sejarah Berdirinya Bank Syari’ah di Indonesia. (2023, April 1). Diambil kembali dari Universitas Islam
Negeri An Nur Lampung: https://an-nur.ac.id/esy/sejarah-berdirinya-bank-syariah-di-indonesia

Anda mungkin juga menyukai