Anda di halaman 1dari 7

UTS Manajemen Syariah

Kelompok 10 :

 Puja Dwi Cahya-2031089


 Sendy Ardinata-2031096
 Amirul Mujtahidin-2031083

Kelas : Ps 2C

Materi Ringkasan : Akad Rahn, Sharf, dan Ujra

Dosen Pengampu : Dr. Hendra Cipta, M.S.I


Akad Rahn, Sharf, dan Ujra

1. Rahn

Transaksi hukum gadai dalam fikih Islam disebut al-rahn. Rahn mempunyai banyak
definisi, salah satunya dalam bahasa Arab rahn memiliki pengertian tetap dan berkelanjutan.1
Secara syara, rahn adalah menyendera sejumlah harta yang diserahkan sebagai jaminan
secara hak, tetapi dapat diambil kembali sebagai tebusan. 2

Akad rahn bertujuan agar pemberi lebih mempercayai pihak yang berhutang.
Pemeliharaan dan penyimpanan barang gadaian pada hakekatnya adalah kewajiban pihak
yang meggadaikan (rahn), namu juga dapat dilakukan oleh pihak yang menerima barang
gadai (murtahin) dan biayanya harus ditanggung rahn. Besarnya biaya ini tidak boleh
ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.

Dalam rahn, barang gadaian tidak otomatis menjadi milik pihak yang menerima gadai
(pihak yang memberi pinjaman) sebagai pengganti piutangnya. Dengan kata lain fungsi rahn
di tangan murtahin (pemberi utang) hanya berfungsi sebagai jaminan utang dari rahin (orang
yangberutang). Namun, barang gadaian tetap milik orang yang berutang.

Tujuan dan Manfaat Pegadaian

Sifat usaha pegadaian pada prinsipnya menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan


masyarakat umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan yang
baik. Oleh karena itu Perum Pegadaian bertujuan sebagai berikut :

1. Turut melaksanakan dan menunjang pelaksanaan kebijaksanaan dan program pemerintah


di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya melalui penyaluran uang
pembiayaan/pinjaman atas dasar hokum gadai.

2. Pencegahan praktik ijon, pegadaian gelap, dan pinjaman tidak wajar lainnya.

1
https://Sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article. Diakses pada tanggal 8 Mei 2021.

2
Tawazun : Journal of Sharia Economic Law Vol. 1 No. 2 2018
3. Pemanfaatan gadai bebas bunga pada gadai syariah memiliki efek jaring pengaman social
karena masyarakat yang butuh dana mendesak tidak lagi dijerat pinjaman/pembiayaan
berbasis bunga.

4. Membantu orang-orang yang membutuhkan pinjaman dengan syarat mudah.

Adapun manfaat pegadaian antara lain :3

1. Bagi nasabah : tersedianya dana dengan prosedur yang relative lebih sederhana dan dalam
waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan pembiayaan/kredit perbankan. Di samping itu,
nasabah juga mendapat manfaat penaksiran nilai suatu barang bergerak secara professional.
Mendapatkan fasilitas penitipan barang bergerak yang aman dan dapat dipercaya.

2. Bagi perusahaan pegadaian :

a. Penghasilan yang bersumber dari sewa modal yang dibayarkan oleh peminjam dana.

b. Penghasilan yang bersumber dari ongkos yang dibayarkan oleh nasabah memperoleh jasa
tertentu. Bagi bank syariah yang mengeluarkan produk gadai syariah dapat mendapat
keuntungan dari pembebanan biaya administrasi dan biaya sewa tempat penyimpanan emas.

c. Pelaksanaan misi perum pegadaian sebagai BUMN yang bergerak dibidang pembiayaan
berupa pemberian bantuan kepada masyarakat yang memerlukan dana dengan prosedur yang
relative sederhana.

d. Berdasarkan PP No. 10 Tahun 1990, Laba yang diperoleh digunakan untuk :

1) Dana pembangunan semesta (55%)

2) Cadangan umum (20%)

3) Cadangan tujuan (5%)

4) Dana sosial (20%)

3
Tawazun: Journal of Sharia Economic Law Vol. 1 No. 2 2018
Rukun dan Ketentuan Syariah

Rukun al-rahn ada empat, yaitu:

1. Pelaku, terdiri atas: pihak yang menggadaikan (rahin) dan pihak yang menerima gadai
(murtahin).

2. Objek akad berupa barang yang digadaikan (marhun) dan utang (marhun bih).

3. Ijab Kabul/serah terima.

2. Sharf

Pertukaran mata uang asing dalam istilah bahasa Inggris dikenal dengan money changer
atau foreign exchange, dalam bahasa arab sering disebut dengan kata al-sharf . Dalam kamus
al-Munjid fi al-Lughah disebutkan bahwa al-sharf berarti menjual uang dengan uang lainnya.
Secara bahasa, pertukaran mata uang asing atau al-sharf mempunyai arti Al-Ziyadah
(tambahan), penukaran,penghindaran, atau transaksi jual beli.4

Sedangkan secara istilah atau terminology, terdapat beberapa definisi, dari beberapa
ulama’ sebagai berikut:
1. Wahbah Al-Zuhaili mengatakan, Al-Sharf ialah pertukaran mata uang dengan
mata uang lainya baik satu jenis maupun lain jenis, seperti uang dolar dengan uang rupiah
atau uang rupiah dengan uang ringgit.5
2. Abd. Al-Rahman Al-Jazairi mengatakan, Al-Sharf ialah pertukaran mata uang asing
dengan uang rupiah, emas dengan emas, perak dengan perak, atau salah satu dari keduanya.6

Dasar Hukum Al-Sharf

Mata uang kertas wajib menggantikan fungsi emas dan perak, yang mana emas dan perak
inilah yang dulu dipakai sebagai alat tukar. Dengan demikian mata uang kertas menjadi satu-
satunya satuan hitung dan sarana perantara dalam tukar-menukar. Mata uang kertas menjadi
nilai harga sebagaimana halnya emas dan perak.
4
Hasan, Ahmad. Mata Uang Islami. (Jakarta: PT. Grafindo Persada. 2005), hal 76.

5
Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh’ Al-Islami wa Adillatuh, (Damsyik: Dar Al-Fikr, 1985), hal 636.
6
Abd. Al-Rahman Al-Jazairi, Al-Fiqh’ Ala Al- Madzahib Al-Arba’ah, (Bairut: Dar Al-Kutub Al-
Ilmiyah, 2006), Cet. III, hal 505.
Oleh sebab itu hukum tukar menukar mata uang kertas dalam hukum Islam diistilahkan
dengan kata al-sharf sebagaimana halnya emas dan perak.

Rukun dan Syarat Al-Sharf

Dalam pertukaran mata uang asing yaitu memiliki 4 (empat) rukun:7

1. Serah terima sebelum iftirak (berpisah)

2. Al-Tamatsul (sama rata)

3. Pembayaran Dengan Tunai

4. Tidak Mengandung Akad Khiyar Syarat

Macam-Macam Al-Sharf

Dalam Fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia) telah menjelaskan tentang macam-macam
pertukaran, antara lain:8

1. Transaksi Spot

2. Transaksi Forward

3. Transaksi Swap

4. Transaksi Option

3. Ujra

Pengertian Biaya Jasa (ujrah)


7
Heli charisma berlianta, Mengenal valuta asing (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005),
4-5.
8
Ahmad bin ‘Abdurrazzaq Ad-Duwaisy, Fatwa-fatwa jual Beli (Bogor: Pustaka Imam Syafi’i,
2005), 454-455.
Ganjaran untuk penyewa adalah Ujrah (uang sewa atau upah atas barang) atau Ajr (upah
dalam penyewaan orang) dan jika harus ditentukan oleh seorang hakim atau penengah, ia
disebut dengan Ajral-Mitsl (upah yang setara/ adil).9

Dasar Hukum

1. Al-Quran

2. Al-Hadits

3. Fatwa DSN MUI

DAFTAR PUSTAKA

https://Sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article. Diakses pada tanggal 8 Mei 2021.


Tawazun : Journal of Sharia Economic Law Vol. 1 No. 2 2018.
9
Muhammad Ayub, Understanding Islamic Finance A-Z Keuangan Syariah, Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2009, hal 429.
Tawazun: Journal of Sharia Economic Law Vol. 1 No. 2 2018.
Hasan, Ahmad. Mata Uang Islami. (Jakarta: PT. Grafindo Persada. 2005), hal 76.
Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh’ Al-Islami wa Adillatuh, (Damsyik: Dar Al-Fikr, 1985), hal 636.
Abd. Al-Rahman Al-Jazairi, Al-Fiqh’ Ala Al- Madzahib Al-Arba’ah, (Bairut: Dar Al-Kutub
Al-Ilmiyah, 2006), Cet. III, hal 505.
Heli charisma berlianta, Mengenal valuta asing (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2005),4-5.
Ahmad bin ‘Abdurrazzaq Ad-Duwaisy, Fatwa-fatwa jual Beli (Bogor: Pustaka Imam Syafi’i,
2005), 454-455.
Muhammad Ayub, Understanding Islamic Finance A-Z Keuangan Syariah, Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2009, hal 429.

Anda mungkin juga menyukai