Anda di halaman 1dari 15

Wawasan Nusantara

Disusun Oleh: Puja Dwi Cahya

Riski Rilandiah
A. Konsep dan Urgensi Wawasan Nusantara

Secara umum, wawasan nasional berarti cara pandang suatu bangsa tentang diri dan lingkungannya yang
dijabarkan dari dasar falsafah dan sejarah bangsa itu sesuai dengan posisi dan kondisi geografi negaranya untuk
mencapai tujuan atau cita-cita nasionalnya. Sedangkan wawasan nusantara mempunyai arti cara pandang
bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta sesuai dengan
geografi wilayah nusantara yang menjiwai kehidupan bangsa dalam mencapai tujuan atau cita-cita nasionalnya.
Secara etimologi, kata Wawasan Nusantara berasal dari dua kata wawasan dan nusantara. Wawasan dari kata
wawas (bahasa Jawa) yang artinya pandangan. Sementara kata “nusantara” merupakan gabungan kata nusa
yang artinya pulau dan antara. Kata ”nusa” dalam bahasa Sanskerta berarti pulau atau kepulauan. Sedangkan
dalam bahasa Latin, kata ”nusa” berasal dari kata nesos yang dapat berarti semenanjung, bahkan suatu bangsa.
Merujuk pada pernyataan tersebut, maka kata ”nusa” juga mempunyai kesamaan arti dengan kata nation dalam
bahasa Inggris yang berarti bangsa.
B.     Alasan Mengapa Diperlukan Wawasan Nusantara

Wawasan Nusantara memiliki peranan penting untuk mewujudkan persepsi yang sama bagi seluruh warga negara
Indonesia. Perbedaan persepsi, perbedaan pendapat, dan friksi-friksi antar kelompok dalam konteks sosologis, politis
serta demokrasi dianggap hal yang wajar dan sah-sah saja. Hal di atas justru diharapkan dapat menghasilkan
masyarakat yang dinamis dan kreatif, sinergis, untuk saling menyesuaikan menuju integrasi. Suatu pantangan yang
harus dihindari adalah perbuatan, tindakan yang melanggar norma-norma etika, moral, nilai agama atau tindakan
anarkis menuju ke arah disintegrasi bangsa.

3 Alasan Pentingnya wawasan nusantara bagi bangsa indonesia:


● Untuk menumbuhkan sikap nasionalisme yang tinggi terhadap bangsa dan negara
● Untuk memperkuat dalam membangun ketahanan nasional Indonesia
● Untuk mewujudkan persepsi atau cara pandang yang sama bagi seluruh warga negara Indonesia karena dengan
cara pandang yang sama diharapkan mampu membawa Indonesia menuju kesepahaman dan satu hati untuk
mewujudkan cita - cita nasional
Fungsi Tujuan

Fungsi wawasan nusantara adalah pedoman, Tujuan Wawasan Nusantara adalah mewujudkan
motivasi, dorongan serta rambu-rambu nasionalisme yang tinggi di segala bidang dari
dalam menentukan segala kebijaksanaan , rakyat Indonesia, yang telah lebih mengutamakan
keputusan, dan perbuatan baik bagi kepentingan nasional dari pada kepentingan orang
penyelenggara Negara di tingkat pusat dan per orangan, kelompok, golongan, suku
daerah maupun bagi seluruh rakyat dalm bangsa/daerah.
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
C.     Sumber Historis, Sosiologis, dan
Politik tentang wawasan Nusantara

1. Latar Belakang Historis Wawasan Nusantara

Lahirnya konsepsi wawasan nusantara bermula dari Perdana Menteri Ir. H.


Djuanda Kartawidjaja yang pada tanggal 13 Desember 1957
mengeluarkan deklarasi yang selanjutnya dikenal sebagai Deklarasi
Djuanda.

Konsepsi wawasan nusantara semakin kuat setelah adanya keputusan


politik negara yakni dimasukkannya ke dalam Pasal 25 A UUD NRI 1945.
Bangsa Indonesia juga memperjuangkan konsepsi wawasan nusantara
berdasar Deklarasi Djuanda ini ke forum internasional agar mendapat
pengakuan bangsa lain atau masyarakat internasional.
2. Latar Belakang Sosiologis Wawasan Nusantara

Lahirnya konsep wawasan nusantara dilatarbelakangi oleh kondisi


sosiologis masyarakat Indonesia. Seperti yang kita ketahui bahwa
bangsa Indonesia itu beragam dan terpecah-pecah sebelum merdeka.
Bahkan antar bangsa Indonesia sendiri mudah bertikai dan diadu
domba oleh Belanda melalui politik devide et impera.

Pada kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia, wawasan nusantara


yang pada awalnya berpandangan akan “kesatuan atau keutuhan
wilayah” diperluas lagi sebagai pandangan akan “persatuan bangsa”.
Bangsa Indonesia tidak ingin lagi terpecah-pecah dalam banyak
bangsa. Untuk mewujudkan persatuan bangsa itu dibutuhkan
penguatan semangat kebangsaan secara terus menerus

.
Semangat kebangsaan Indonesia sesungguhnya telah dirintis melalui peristiwa Kebangkitan
Nasional 20 Mei 1908, ditegaskan dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, dan berhasil
diwujudkan dengan Proklamasi Kemerdekaan bangsa pada tanggal 17 Agustus 1945.

Keadaan sosiologis masyarakat Indonesia dan juga keberlangsungan penjajahan yang


memecah belah bangsa, telah melatarbelakangi tumbuhnya semangat dan tekad orang-
orang di wilayah nusantara ini untuk bersatu dalam satu nasionalitas, satu kebangsaan
yakni bangsa Indonesia. Semangat bersatu itu pada awalnya adalah bersatu dalam berjuang
membebaskan diri dari penjajahan, dan selanjutnya bersatu dalam wadah kebangsaan
Indonesia.
3. Latar belakang politis wawasan nusantara

Secara politis, ada kepentingan nasional bagaimana agar wilayah yang utuh dan bangsa yang bersatu
ini dapat dikembangkan, dilestarikan, dan dipertahankan secara terus menerus. Kepentingan nasional
itu merupakan turunan lanjut dari cita-cita nasional, tujuan nasional, maupun visi nasional.

Cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945 alinea II
adalah untuk mewujudkan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur
sedangkan tujuan nasional Indonesia sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV
salah satunya adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Visi
nasional Indonesia menurut ketetapan MPR No VII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan
adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang religius, manusiawi, bersatu, demokratis, adil,
sejahtera, maju, mandiri, serta baik dan bersih dalam penyelenggaraan negara.
Kedudukan Wawasan Nusantara
Wawasan Nusantara merupakan ajaran yang diyakini kebenarannya oleh seluruh rakyat dengan
tujuan agar tidak terjadi penyesatan dan penyimpangan dalam rangka mencapai dan mewujudkan
tujuan nasional. Wawasan Nusantara dalam paradigma nasional dapat dilihat dari hirarkhi
paradigma nasional sebagai berikut:

-Pancasila (dasar negara) =>Landasan Idiil


-UUD 1945 (Konstitusi negara) =>Landasan Konstitusional
-Wasantara (Visi bangsa) =>Landasan Visional
-Ketahanan Nasional (KonsepsiBangsa) =>Landasan Konsepsional
-GBHN (Kebijaksanaan Dasar Bangsa) =>Landasan Operasional
Bentuk Implementasi
wawasan nusantara
Penerapan Wawasan Nusantara harus tercermin pada pola pikir, pola sikap dan pola
tindak yang senantiasa mendahulukan kepentingan negara.
a. Implementasi dalam kehidupan politik, adalah menciptakan iklim penyelenggaraan
negara yang sehat dan dinamis, mewujudkan pemerintahan yang kuat, aspiratif,
dipercaya.
b. Implementasi dalam kehidupan Ekonomi, adalah menciptakan tatanan ekonomi yang
benar-benar menjamin pemenuhan dan peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat secara merata dan adil.
c. Implementasi dalam kehidupan Sosial Budaya, adalah menciptakan sikap batiniah
dan lahiriah yang mengakui, menerima dan menghormati segala bentuk perbedaan
sebagai kenyataan yang hidup disekitarnya dan merupakan karunia sang pencipta.
d. Implementasi dalam kehidupan Pertahanan Keamanan, adalah menumbuhkan
kesadaran cinta tanah air dan membentuk sikap bela negara pada setiap WNI.
Tantangan Implementasi Wawasan Nusantara
Pada masa sekarang perilaku kehidupan individu dalam bermasyarakat dan bernegara telah
mengalami banyak perubahan, terutama perubahan ke arah negatif. Perubahan perilaku tersebut
disebabkan oleh faktor utama yaitu oleh nilai-nilai yang dibawa oleh negara lain yang membuat
berubahnya pandangan dan perilaku individu dalam bermasyarakat dan bernegara. Oleh sebab itu
diperlukan pengenalan dan penerapan berkaitan dengan wawasan nusantara kepada masyarakat
yang syarat dengan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia dan di bentuk dalam proses panjang sejarah
perjuangan bangsa, apakah wawasan bangsa Indonesia tentang persatuan dan kesatuan itu akan
terhanyut tanpa bekas atau akan tetap kokoh dan mampu bertahan dalam terpaan nilai global yang
menantang wawasan persatuan bangsa. Aspek-aspek Tantangan Implementasi Wawasan Nusantara
mencakup beberapa hal, yaitu :
 
Dalam kehidupan politik:
yaitu menciptakan iklim penyelenggaraan negara yang sehat, dinamis,mewujudkan pemerintahan yang kuat,
aspiratif, dipercaya. Dan juga satu kesatuan politik,dalam arti satu UUD dan politik pelaksanaannya serta
satu ideologi dan identitas nasional.Perwujudan kesatuan politik dapat meliputi:
•  Keutuhan dan kesatuan wilayah NKRI beserta isinya yang menjadi modal dan milikbersama bangsa
Indonesia.
• Keanekaragaman suku, budaya, bahasa daerah, dan agama tidak menjadi pemecahbangsa, tetapi tetap
satu dan menjadi kekuatan bangsa.
• Pancasila yang menjadi ideologi dan falsafah yang dapat menyatukan bangsa Indoneisauntuk
menggapai suatu cita-cita nasional.
• Secara psikologis, masyarakat Indonesia memiliki kesamaan sebagai satu bangsa yangmerasa satu
persaudaraan, senasib dan seperjuangan, sebagangsa dan setanah airdalam menggapai cita-cita.
 
Dalam bidang Ekonomi:
yaitu menciptakan tatanan ekonomi yang benar-benar menjamin pemenuhan dan peningkatan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara merata dan adil.
Kesimpulan
Indonesia merupakan Negara kepulauan, negara yang terdiri atas pulau-pulau yang terbentang dari sabang
sampai merauke. Memiliki berbagai macam budaya. Keanekaragaman yang dimiliki Indonesia di setiap
daerah merupakan kekayaan untuk negeri ini. Dalam menyelenggarakan kehidupan, pemerintah dan rakyat
memerlukan suatu konsepsi yang berupa Wawasan Nasional yang bertujuan untuk menjamin kelangsungan
hidup dan keutuhan wilayah serta jati diri negara tersebut. Wawasan nusantara adalah cara pandang dan
sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan bentuk geografinya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Wawasan nusantara memiliki 4 landasan yaitu : Landasan Idiil, Landasan Konstitusional, Landasan
Visional, Landasan Konsepsional, Landasan Operasional. Wawasan Nusantara memiliki peranan penting
untuk mewujudkan persepsi yang sama bagi seluruh warga negara Indonesia. Perbedaan persepsi,
perbedaan pendapat, dan friksi-friksi antar kelompok dalam konteks sosologis, politis serta demokrasi
dianggap hal yang wajar dan sah-sah saja. Hal di atas justru diharapkan dapat menghasilkan masyarakat
yang dinamis dan kreatif, sinergis, untuk saling menyesuaikan menuju integrasi. Suatu pantangan yang
harus dihindari adalah perbuatan, tindakan yang melanggar norma-norma etika, moral, nilai agama atau
tindakan anarkis menuju ke arah disintegrasi bangsa.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai