Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

HUKUM KEBENDAAN PERDATA


DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS

“GADAI”

Dosen : Ratna Dewi, S.H., M.H.

DISUSUN OLEH :

Apolinaris Sonardo Fisti (2101200058)


Dea Avissa Tartila (2101200066)
Anis Fajri (2101200061)
Vincent Emmanuel Hartanu (2101200061)

Kelas : 5 IHP 2

FAKULTAS HUKUM
Ilmu Hukum

UNIVERSITAS BUNG KARNO


2022 - 2023
Kata Pengantar

Segala puji kemuliian hanyalah milik Rabb, atas segala rahmat dan
ni’mat-Nya yang telah dikaruniakan kepada segenap hamba-Nya. Shalawat dan
salam semoga selamanya tercurah atas junjungan alam yang menjadi penuntun
umatnya ke jalan shirotol mustaqim.

Atas berkat rahmat dan hidayah Allah SWT, Alhamdulillah kami dapat
menyusun dan menyelesaikan sebuah tugas mata kuliah “Hukum Kebendaan
Perdata”. Disamping itu, kami juga menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan
makalah yang kami buat ini masih jauh dari kesempurnaaan, maka kami
berharap atas kritik dan sarannya yang membangun, guna peningkatan di masa
yang akan datang.

Akhirnya kami berharap, semoga sekecil apapun untaian kata yang kami
sajikan sebagai rangkaian ilmu dalam makalah ini menjadi bongkahan-
bongkahan ilmu yang senantiasa bermanfaat dunia dan akhirat.

Jakarta, 27 Desember 2022

Tim Penyusun
Bab I

Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

Jasa gadai masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Masyarakat

menggadaikan suatu barang karena terdesak kebutuhan dana, sementara barang

yang digadaikan tersebut masih sayang untuk dijual. Pengertian gadai sendiri

menurut Pasal 1150 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata:

“Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang kreditur atas suatu barang

bergerak yang diserahkan kepadanya oleh debitur atau orang lain atas namanya

untuk menjamin suatu hutang, dan yang memberikan kewenangan kepada kreditur

untuk mendapatkan pelunasan dari barang tersebut lebih dahulu daripada kreditur-

kreditur lainnya terkecuali biaya - biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya

yang telah dikeluarkan untuk memelihara benda itu, biaya-biaya mana harus

didahulukan.”

Secara umum pengertian gadai adalah kegiatan menjaminkan barang- barang

berharga kepada pihak tertentu, guna memperoleh sejumlah uang dan barang yang

akan dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah

dengan lembaga gadai.1 Ketika seorang membutuhkan dana sebenarnya dapat


diajukan ke berbagai sumber dana, seperti meminjam uang ke bank atau lembaga

keuangan lainnya. Akan tetapi karena prosedurnya yang rumit dan memakan

waktu yang relatif lebih lama. Kemudian persyaratan yang lebih sulit untuk

dipenuhi seperti dokumen yang harus lengkap. Begitu pula dengan jaminan yang

diberikan harus barang-barang tertentu, karena tidak semua barang dapat

dijadikan jaminan di bank, maka jasa gadai menjadi alternatif bagi masyarakat

untuk mendapatkan dana.

1
Kasmir, 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Lainya, Jakarta: Raja Grapindo Persada, hal.
262

1
2

Sejarah bisnis pegadaian di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari keberadaan

Perum Pegadaian yang merupakan pelopor jasa gadai. Terbitnya Peraturan

Pemerintah Nomor 10 Tahun 1990, tanggal 1 April 1990 menjadi tonggak awal

kebangkitan Perusahaan Jawatan Pegadaian. Peraturan Pemerintah Nomor 10

Tahun 1990 ini menegaskan misi yang harus diemban oleh Pegadaian untuk

mencegah praktik riba. Misi ini tidak berubah hingga terbitnya PP No. 103 tahun

2000 tentang perusahaan jawatan pegadaian menjadi Perusahaan Umum

Pegadaian yang dijadikan landasan kegiatan usaha Perum Pegadaian sampai

sekarang.

Pada perkembangannya, jasa pegadaian tidak hanya dimonopoli oleh Perum

Pegadaian, beberapa perusahaan perbankan membuka jasa gadai dengan sistem

syariah. Apalagi mayoritas warga Indonesia adalah Muslim. Menurut Pasal 1

angka 13 Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan menjelaskan

bahwa :

“Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara

bank dengan pihak lain untuk penyimpanan dana, dan/atau pembiayaan kegiatan

usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai syariah, antara lain,

pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan

berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli dengan

memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal

berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan

pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa kepada pihak lain (ijarah wa

iqtiqna).”

Sistem ekonomi syariah atau hukum ekonomi Islam adalah sebuah bangunan
3

ekonomi yang berdiri di atas prinsip-prinsip yang telah ditentukan oleh Al-Qur’an

dan As-Sunnah, tetapi ia berkembang sesuai dengan dimensi tempat dan waktu.

Kesadaran hukum bagi masyarakat Islam terhadap hukum


4

agamaya, seharusnya melekat pada hati sanubari. Hal ini dikarenakan tujuan

Tuhan menurunkan Syariah (hukum) Islam adalah untuk dilaksanakan sesuai apa

yang dituntutNya, sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan umat manusia serta

untuk mengeluarkan manusia dari wilayah hawa nafsu ke wilayah ibadah. 2

Gadai syariah atau dalam istilah Islam disebut rahn adalah menjadikan

barang yang mempunyai nilai harta menurut pandangan syara sebagai jaminan

hutang, hingga orang yang bersangkutan boleh mengambil hutang atau ia bisa

mengambil sebagian (manfaat) barangnya itu. 3


Sistem gadai syariah mulai

berkembang pada tahun 2003. Sistem ini akan memberikan ketenangan bagi

masyarakat dalam memperoleh pinjaman tanpa bunga dan halal. Gadai dalam fiqh

disebut rahn yang menurut bahasa adalah nama barang yang dijadikan sebagai

jaminan kepercayaan. 4

Jasa gadai yang dilayani di beberapa bank syariah dewasa ini merupakan

respon atas kebutuhan masyarakat akan jasa gadai dengan konsep Islam. Beberapa

barang berharga dapat digadaikan di antaranya adalah emas. Beberapa bank

syariah mengeluarkan produk pembiayaan berupa gadai emas syari’ah, dimana

masyarakat pada umumnya telah lazim menjadikan emas sebagai barang berharga

yang disimpan dan menjadikannya objek rahn sebagai jaminan utang untuk

mendapatkan pinjaman uang. Prospek investasi emas yang kian menguntungkan

karena harga selalu naik, harga emas


5

2
M. Hasbi, 2001, Pengantar Hukum Islam, Semarang: Pustaka Rizki Putra, hal. 53
3
Abdul Ghofur Anshori, 2005, Gadai Syariah di Indonesia: Konsep, Implementasi, dan
Institusionalisasi. Cet. Pertama. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, hal. 88.
4
Heri Sudarsono, 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta : Ekonisia, hal
141
6

cenderung tumbuh 25% sampai 30% setiap tahun. Pada 2006, 1 gram seharga

Rp.180.000-an, sekarang Rp.380.000-an. Bahkan prediksi pada 2015 harga emas

per gram akan mencapai 1,057 jutaan. 5 Itulah sebabnya kenapa gadai emas banyak

di minati masyarakat pada saat ini.

Gadai diperbolehkan dalam Islam karena agama Islam merupakan agama

yang lengkap dan sempurna karena di dalamnya terdapat kaidah-kaidah dasar dan

aturan dalam semua sisi kehidupan manusia baik dalam ibadah dan juga

mu’amalah (hubungan antar makhluk). Setiap orang mesti butuh berinteraksi

dengan lainnya untuk saling menutupi kebutuhan dan saling tolong menolong

diantara mereka. Keuniversalan Islam, mengajarkan kepada umatnya supaya

hidup saling tolong-menolong yang kaya harus menolong yang miskin, yang

mampu harus menolong yang tidak mampu. Bentuk dari tolong menolong ini bisa

berupa pemberian dan bisa berupa pinjaman.

Gadai dalam istilah hukum Islam disebut dengan rahn (barang jaminan)

yang merupakan sarana saling tolong menolong bagi umat islam tanpa adanya

imbalan jasa. Gadai merupakan suatu hak yang diperoleh seorang yang

mempunyai piutang atas suatu barang bergerak. Barang bergerak tersebut

diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh seorang yang mempunyai utang

atau oleh orang lain atas nama orang yang mempunyai utang. Seorang yang

berhutang tersebut memberikan kekuasaan kepada orang yang berpiutang untuk

menggunakan barang bergerak yang telah diserahkan untuk melunasi utang

apabila pihak yang berhutang tidak dapat memenuhi

5
Kompas Edisi 26 Maret 2013. Harga Emas Melambung. Ekonomi dan Bisnis, hal vi
7

kewajibannya pada saat jatuh tempo. Barang yang digadaikan dapat berupa

kendaraan, emas atau barang bergerak lainnya.6

Gadai merupakan salah satu kategori dari perjanjian utang-piutang, yang

mana untuk suatu kepercayaan dari orang yang berpiutang, maka orang yang

berutang menggadaikan barangnya sebagai jaminan terhadap utangnya itu. Barang

jaminan tetap milik orang yang menggadaikan (orang yang berutang) tetapi

dikuasai oleh penerima gadai (yang berpiutang). Sedangkan Gadai Emas Syariah

adalah penggadaian atau penyerahan hak penguasa secara fisik atas harta/barang

berharga (berupa eamas) dari nasabah (arraahin) kepada bank (al-Murtahin)

untuk dikelola dengan prinsip ar-Rahnu yaitu sebagai jaminan (al-Marhun) atas

pinjaman/utang (al-Marhumbih) yang diberikan kepada nasabah /peminjaman

tersebut. Praktik gadai seperti ini telah ada sejak jaman Rasulullah SAW dan

Rasulullah sendiri pernah melakukannya. Gadai mempunyai nilai sosial yang

sangat tinggi dan dilakukan sukarela atas dasar tolong menolong. 7

Gadai emas dengan sistem syariah disahkan Majelis Ulama Indonesia.

Hal ini berdasarkan surat yang diterima DSN-MUI dari Bank Syari’ah Mandiri

No 3/303/DPM tanggal 23 Oktober 2001 tentang permohonan Fatwa Produk

Gadai Emas. Kemudian hasil rapat pleno Dewan Syari’ah Nasional pada hari

Kamis, 14 Muharam 1423 H/28 Maret 2002 M memutuskan fatwa DSN-MUI

Nomor: 26/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn emas. Menurut keputusan tersebut

gadai emas dibolehkan berdasarkan prinsip Rahn yang

6
Heri Sudarsono, Op.Cit, hal: 141
7
Muhammad Sholikul Hadi, 2003, Pegadaian Syariah, Edisi Pertama, Jakarta: Salemba
Diniyah, hal. 3.
8

sudah di atur (dalam fatwa DSN nomor:25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn)

dimana mutahin (penerima barang) mempunyai hak untuk menahan marhun

(barang) sampai semua utang rahin (yang menyerahkan barang) di lunasi. Marhun

dan pemanfaatanya tetap menjadi milik rahin yang pada prinsipnya marhun tidak

boleh di manfaatkan oleh murtahin kecuali seizin rahin, dengan tidak mengurangi

nilai marhun dan pemanfaatanya itu sekedar pengganti pemeliharaan dan

perawatannya. Ongkos dan biaya penyimpanan barang (marhun) ditanggung oleh

penggadai (rahin). Besarnya ongkos didasarkan pada pengeluaran yang nyata-

nyata di perlukan. Biaya penyimpanan barang (marhun) dilakukan atas dasar akad

ijarah.8

Jasa gadai emas yang dijalankan oleh Bank Syariah Mandiri berlandaskan

pada Pasal 1 angka 13 Undang- undang No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas

Undang- undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan menjelaskan mengenai

prinsip syariah. Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa prinsip syariah adalah

aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk

penyimpanan dana, dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya

yang sesuai syariah, antara lain, pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil

(mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah),

prinsip jual beli dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan

barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan

adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa kepada pihak

lain (ijarah wa iqtiqna).9

8
MUI, 2006, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, Cet.3, Jakarta: Gaung Persada Press,
hlm 158-159
9
Abdul Ghofur Anshori, 2005, Gadai Syariah di Indonesia: Konsep, Implementasi, dan
9

Institusionalisasi, Cet. Pertama, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, hal. 128.
10

Dasar hukum pelaksanaan gadai syariah sebagai salah satu kegiatan usaha di

Bank Syariah Mandiri juga telah diatur dalam Pasal 19 ayat (1) dan

(2) Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah serta Pasal

36 Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/24/PBI/2004 tentang Bank Umum yang

Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah. Oleh karena itu

setelah diketahui dasar hukum dari jasa gadai emas secara syariah, penting untuk

diketahui bagaimanakah pelaksanaannya di lapangan.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini yang paling utama adalah untuk

memenuhi tugas Hukum Kebendaan sebagaimana juga untuk mendapatkan nilai

UAS. Melatih mahasiswa untuk berpikir kritis, komprehensif, dan mampu

mengembangkan ilmu pengetahuan baru mengenai Hukum Kebendaan


11

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Dasar Gadai

Gadai adalah salah satu alternatif untuk mendapat dana cepat yang cukup populer di

kalangan masyarakat Indonesia. Meski sudah cukup dikenal, sudahkah Anda benar-benar

tahu apa itu gadai beserta dasar hukum dan syarat untuk menggadai?

Pasalnya, seperti instrumen keuangan atau pinjaman lainnya, gadai juga punya risiko

tersendiri yang harus Anda pertimbangkan sebelum mengajukannya. Maka dari itu, berikut

telah OCBC rangkum ulasan lengkap mengenai apa itu gadai dan hal seputarnya.

Apa itu Gadai?

Gadai adalah salah satu alternatif untuk mendapat dana cepat dengan menjadikan

barang bergerak sebagai jaminan atas suatu pinjaman agar dapat dicairkan kepada

perusahaan pembiayaan atau lembaga keuangan. Merujuk pada KBBI (Kamus Besar Bahasa

Indonesia), pengertian gadai adalah meminjam uang dalam batas waktu tertentu dengan

menyerahkan barang sebagai tanggungan. Apabila telah sampai pada waktunya barang

tersebut tidak ditebus, maka akan menjadi hak pemberi pinjaman.

Sedangkan apabila menurut OJK (Otoritas Jasa Keuangan), gadai adalah hak

tanggungan atas barang bergerak; barang jaminan harus lepas dari kekuasaan debitur.

Maksud dari barang bergerak adalah suatu benda atau barang yang dapat dipindahkan,

bukan barang tetap misalnya tanah atau bangunan.


12

Singkatnya, sistem pengajuan gadai ini Anda memberikan jaminan kepada lembaga

terkait untuk mendapatkan sejumlah pinjaman dana dan harus dikembalikan sesuai tenggat

waktu yang disepakati. Jika berhasil melunasinya tepat waktu, maka barang jaminan Anda

akan kembali.

Daftar barang yang bisa digadaikan

Lebih jelasnya, contoh benda-benda yang termasuk barang bergerak dan bisa digadaikan

adalah :

1. Kendaraan

Contoh pertama dari barang gadai adalah kendaraan pribadi berupa motor atau

mobil, debitur dapat menggadaikannya dengan menyerahkan surat-surat

terkait, seperti BPKB (Buku Pemilik Kendaraan Bermotor), STNK (Surat

Tanda Nomor Kendaraan), dan faktur pembelian.

2. Logam mulia

Kedua, ada logam mulia sebagai contoh barang bergerak yang bisa digadaikan,

misalnya emas, intan, perhiasan, permata, hingga berlian.

3. Sertifikat

Contoh selanjutnya dari barang gadai adalah sertifikat, seperti sertifikat tanah

atau rumah. Nanti, nilainya akan ditentukan berdasarkan nilai PBB (Pajak

Bumi dan Bangunan) sekaligus posisi bangunan atau tanahnya, apakah

strategis atau tidak.

B. Dasar Hukum Gadai di Indonesia

Karena gadai adalah salah satu kegiatan ekonomi yang sudah ada sejak lama, di
13

Indonesia pun gadai sudah diatur dalam pasal 1150 KUHP dengan beberapa unsur, di

antaranya :

1. Hak yang didapatkan kreditur atas barang bergerak sebagai jaminan.

2. Barang bergerak diserahkan kepada pihak kreditur dari debitur.

3. Penyerahan barang bergerak digunakan sebagai jaminan utang.

4. Pihak kreditur berhak melelang barang jaminan tersebut jika debitur gagal bayar atau

melunasi pinjaman.

5. Pelunasan pinjaman harus didahulukan dari kreditur-kreditur lain.

6. Biaya lelang dan pemeliharaan barang jaminan harus dilunasi terlebih dulu dari hasil

lelang sebelum pelunasan piutang.

C. Unsur Pokok Gadai

Setelah mengetahui apa itu gadai dan dasar hukumnya, bisa disimpulkan bahwa

unsur pokok gadai adalah sebagai berikut:

1. Benda atau barang yang dijadikan jaminan pinjaman gadai hanya barang bergerak,

baik berwujud atau tidak.

2. Terjadi gadai karena terdapat perjanjian penyerahan kekuasaan atas barang jaminan

dari debitur kepada kreditur.

3. Penyerahan jaminan tersebut bisa dilakukan sendiri oleh debitur atau perwakilan atas

nama debitur.

D. Sifat Gadai
14

Menurut Badrul Zaman (1991), terdapat setidaknya enam sifat umum gadai, yaitu:

1. Seperti penjelasan tadi, objek gadai merupakan barang bergerak baik berwujud

maupun tidak, seperti hak tagihan.

2. Memiliki sifat kebendaan, dimana debitur dapat memberikan jaminan kepada

kreditur atau pemegang gadai bahwa utang tersebut pasti dibayar dari nilai barang

jaminan.

3. Kekuasaan atas barang digadai dipegang oleh kreditur atau pemegang gadai.

4. Kreditur berhak menjual barang gadai.

5. Gadai adalah hak yang didahulukan.

6. Hak-hak gadai tergantung pada perjanjian pokok gadai.

E. Jenis-Jenis Gadai

Selain memahami apa itu gadai, perlu juga untuk mengetahui jenis-jenis gadai

terutama yang ada di Indonesia, yaitu:

1. Gadai Konvesional

Gadai konvensional adalah debitur atau peminjam menyerahkan jaminan kepada

kreditur yang nilainya telah ditaksir atau diperkirakan terlebih dulu sebelum

nantinya mendapat persetujuan.

Selanjutnya, akan dibuat kesepakatan mengenai tenggat waktu pinjaman dimana

debitur harus sudah melunasi pinjaman beserta bunganya.

2. Gadai Syariah

Gadai Syariah atau Rahn, dimana sistem gadainya disesuaikan dengan syariat Islam

yang memuat beberapa ketentuan atau rukun gadai, yaitu :


15

1. Al Murhun, barang yang digadai merupakan barang halal dan dapat

diperjual belikan.

2. Al Marhunbih, besaran utang yang wajib dilunasi sesuai perjanjian.

3. Sighat, ijab qabul pada saat akad gadai.

4. Orang yang berakad, yaitu kedua belah pihak baik peminjam (Rahin) dan

pemberi pinjaman (Murtahin) wajib telah baligh dan berakal sehat.

5. Di dalam hukum gadai syariah ini tidak ada biaya tambahan lain seperti

bunga, sehingga jumlah dana yang harus dilunasi sesuai dengan pinjaman

di awal.

Kelebihan dan Kekurangan Gadai

Kelebihan gadai adalah sudah ada peraturan yang menaungi dan mengatur prosesnya

seperti penjelasan di atas. Selain itu, kini gadai sudah semakin aman karena ada banyak

perusahaan gadai telah terdaftar di OJK.

Namun, kekurangan dari gadai adalah umumnya lembaga atau perusahaan gadai

menetapkan bunga lebih tinggi jika dibandingkan dengan bank. Maka dari itu, risiko gagal

bayarnya pun lebih besar.

F. Syarat Gadai Secara Resmi

Setidaknya, terdapat tiga persyaratan umum untuk melakukan gadai secara resmi.
16

Syarat dilakukannya gadai adalah sebagai berikut :

1. Pihak debitur harus menyerahkan jaminan untuk mendapatkan pinjaman dari

pemegang gadai atau kreditur dimana mereka harus menjaga barang tersebut dan

tidak boleh digunakan hanya untuk keuntungan pribadi.

2. Meskipun kreditur punya hak untuk menggunakan, melelang, atau menjual barang

jaminan tersebut, namun tetap atas sepengetahuan dan izin dari debitur.

3. Barang bergerak yang dijadikan jaminan bukanlah barang terlarang atau haram, dan

kedua belah pihak wajib mengetahui besaran nilainya agar tidak saling merugikan.

Karakteristik Perusahaan Gadai yang Baik

Meskipun sudah ada sejak lama dan banyak menjadi pilihan banyak orang, kini

semakin banyak perusahaan gadai bermunculan seiring meningkatnya permintaan dan

kebutuhan masyarakat.

Maka dari itu, OJK pun memberi himbauan untuk tetap waspada dan memilih

lembaga atau perusahaan gadai resmi sekaligus sudah mendapat izin dari OJK dengan

karakteristik sebagai berikut:

1. Mempunyai suku bunga yang masuk akal atau rasional

2. Memiliki tempat penyimpanan untuk barang jaminan dari debitur

3. Mempunyai sertifikasi dalam penaksiran harga barang

4. Surat gadai yang diterbitkan telah memenuhi standar OJK

5. Barang gadai diasuransikan agar menghindari berbagai risiko

6. Kelebihan keuntungan lelang dari barang jaminan wajib dikembalikan kepada

debitur

Tips Gadai yang Aman


17

Setelah mengetahui apa itu gadai hingga persyaratannya, jika Anda berkeinginan

untuk melakukannya, berikut beberapa tips gadai yang aman, diantaranya:

1. Memahami risiko gadai

Seperti instrumen pinjaman lainnya, gadai juga memiliki risiko tersendiri yaitu

kehilangan barang berharga yang dijadikan jaminan. Maka dari itu, pastikan Anda

telah menghitung dan memperkirakan secara cermat kemampuan untuk melunasi

pinjaman secara tepat waktu atau tidak.

2. Memahami syarat gadai

Ada beberapa syarat tertentu yang biasanya harus Anda penuhi terlebih dulu untuk

menggadai barang, seperti KTP, rekening, dan lain-lain.

Ada juga perusahaan yang hanya memperbolehkan meminjam dana sebesar 10 juta

dalam tempo 5 tahun. Di perusahaan lain, mungkin Anda akan diminta memberi jaminan

barang dengan harga setara agar memperoleh uang pinjaman yang sama.

Memahami ketentuan gadai

Setiap lembaga atau perusahaan gadai mempunyai prosedur masing-masing. Maka

dari itu, Anda sebaiknya benar-benar mengetahui dan memahami prosedur yang diterapkan

terlebih dulu.

Misalnya, seperti apa proses pembayarannya apakah secara langsung atau cicilan,

adakah tambahan biaya lain yang dibutuhkan, hingga berkas-berkas penunjang lainnya.

Mengetahui nilai barang jaminan

Seperti penjelasan awal, kedua belah pihak baik kreditur maupun debitur harus
18

mengetahui nilai dari barang jaminan yang diserahkan. Hal ini penting dilakukan karena

barang tersebut nantinya akan dilelang atau dijual kalau debitur tidak mampu melunasi

pinjaman.

Maka dari itu, barang yang dijadikan pinjaman harus memiliki nilai jual dan Anda

harus mengetahui besaran nilainya agar tidak merugi.


19

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut ketentuan Pasal 1150 KUHPdt, gadai adalah hak yang di peroleh kreditor

atas suatu benda bergerak yang diserahkan kepadanya oleh debitor atau orang lain atas

namanya, untuk menjamin suatu utang, dan yang memberikan kekuasaan kepada kreditor

untuk mendapatkan pelunasan dari benda tersebut terlebih dulu daripada kreditor lainnya,

kecuali biaya untuk melelang benda tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk

pemeliharaan setelah benda itu digadaikan, biaya-biaya mana harus di dahulukan. Pihak

yang menggadaikan dinamakan pemberi gadai dan yang menerima gadai, dinamakan

penerima atau pemegang gadai. Kadang-kadang dalam gadai terlibat tiga pihak, yaitu

debitur (pihak yang berhutang), pemberi gadai, yaitu pihak yang menyerahkan benda gadai

dan pemegang gadai yaitu kreditur yang menguasai benda gadai sebagai jaminan

piutangnya.

Berdasar pada ketentuan pasal ini dapat diuraikan unsur-unsur yang terdapat dalam

gadai yaitu sebagai berikut:

1. Hak yang diperoleh kreditor atas benda bergerak

2. Benda bergerak itu diserahkan oleh debitor kepada kreditor

3. Penyerahan benda tersebut untuk jaminan utang

4. Hak kreditor itu adalah pelunasan piutangnya dengan kekuasaan melelang

benda jaminan apabila debitor wanprestasi

5. Pelunasan tersebut didahulukan dari kreditor-kreditor lain

6. Biaya-biaya lelang dan pemeliharaan benda jaminan dilunasi lebih dulu dari
20

hasil lelang sebelum pelunasan piutang

B. Saran

Berkenaan dengan pembahasan dan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan

saran sebagai berikut:

1. Harus dapat mematuhi ketentuan yang berlaku pada pegadaian serta ketentuan yang

tercantum dalam surat gadai, agar nasabah tidak mengalami kerugian akibat kelalaian yang

dilakukan sendiri. Oleh karena itu ketika mau meminjam di pegadaian tentunya harus ada

perhitungan mengenai kemampuan membayar angsuran, sehingga barang jaminan tidak

sampai dilelang oleh pihak pegadaian.

2. Bagi pihak pegadaian, harus memberikan pelayanan yang terbaik kepada nasabah dan

melakukan pekerjaan secara professional, sehingga jangan sampai merugikan nasabah.

Apabila pelayanan yang diberikan dapat diterima oleh nasabah maka perum pegadaian akan

senantiasa diminati oleh masyarakat, dan senantiasa maju dan berjaya dikemudian hari.

3. Agar dapat mengantisipasi masalah-masalah yang timbul, maka disarankan Perum

Pegadaian semakin meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan pelayanan kepada

masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai