Anda di halaman 1dari 12

AKAD QARD DAN PENGAPLIKASIANNYA DALAM

PERBANKAN SYARI’AH

(Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fikih Perbankan)

Dosen Pengampu :
Miftahul Arifin, M.HI

Oleh :
Ahmad Nur Fauzi
Faisol Lihin
Kurang setong

MA’HAD ALY SALAFIYAH SYAFI’IYAH


SUKOREJO-SITUBONDO
2022

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hakikat akad wadi’ah dalam fikih?
2. Bagaimana cara pengaplikasian akad wadi’ah dalam perbankan syari’ah?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui hakikat akad wadi’ah dalam fikih.
2. Untuk mengetahui cara pengaplikasian akad wadi’ah dalam perbankan syari’ah.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akad Qard
Qardh menurut bahasa adalah ‫ اإلقراض – ق رض‬yang artinya pinjamanpeminjaman.3 ,
atau Qiradh berarti Al Qith‟u (cabang) atau potongan ialah harta yang diberikan
seseorang pemberi qiradh kepada orang yang diqiradhkan untuk kemudian dia
memberikannya setelah mampu4 , pengalihan hak milik harta atas harta5 jadi alQardh
adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau
dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Dalam literature fiqhi
klasik, qardh dikategorikan dalam aqd tathawwui atau akad saling membantu dan bukan
transaksi komersial6 .

Qardh secara bahasa, berarti Al-Qath‟u: pemotongan. Harta yang disodorkan kepada
orang yang berutang disebut Qardh, karena merupakan „potongan‟ dari harta orang yang
memberikan utang. atau dengan kata lain: suatu transaksi yang dimaksud untuk
memberikan harta yang memiliki kesepadanan kepada orang lain untuk dikembalikan
yang sepadan dengan itu.7

Secara etimologi qardh merupakan bentuk masdar qaradha asy-syai’-yaqridhu, yang


berarti dia memutuskannya. Qardh adalah bentuk masdar yang berarti memutuskan.
Dikatakan, qaradha asy syai’a bil-miqradh, atau memutus sesuatu dengan gunting. Al-
qardh adalah sesuatu yang diberikan oleh pemilik untuk dibayar.

Adapun qardh secara terminologi adalah memberikan harta kepada orang yang akan
memanfaatkannya dan mengembalikan gantinya dikemudian hari.[1] Al- qardh adalah
pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan
kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Dalam literatur fiqh
klasik, qardh dikategorikan dalam aqad tathawwul atau akad saling membantu dan bukan
transaksi komersial.

Dari beberapa definisi qardh diatas dapat disimpulkan bahwa, akad qardh adalah
perikatan atau perjanjian antara kedua belah pihak, dimana pihak pertama menyediakan
harta atau memberikan harta memberikan harta dalam arti meminjamkan kepada pihak
kedua sebagai peminjam uang atau orang yang menerima harta yang dapat ditagih atau

3
diminta kembali harta itu, dengan kata lain meminjamkan harta kepada orang lain yang
membutuhkan dana cepat tanpa mengharapakan imbalan.

4
B. Landasan Hukum Akad Qard

1. Al-Qur’an

QS. Al-Hadiid: 11

‫َمنْ َذا الَّذِي ُي ْق ِرضُ هَّللا َ َقرْ ضً ا َح َس ًنا َفيُضَاعِ َف ُه لَ ُه َولَ ُه َأجْ ٌر َك ِري ٌم‬

Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, Maka Allah akan
melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan Dia akan memperoleh pahala
yang banyak.

QS. An-Naml; 89

َ ‫َمنْ َجا َء ِب ْال َح َس َن ِة َفلَ ُه َخ ْي ٌر ِم ْن َها َو ُه ْم مِنْ َف َز ٍع َي ْومَِئ ٍذ آ ِم ُن‬


‫ون‬

Barangsiapa yang membawa kebaikan, Maka ia memperoleh (balasan) yang lebih baik
dari padanya, sedang mereka itu adalah orang-orang yang aman tenteram dari pada
kejutan yang dahsyat pada hari itu.

2. Al-Hadis

‫ص َد َق ِت َها‬ َ ‫ْن ِإالَّ َك‬


َ ‫ان َك‬ ِ ‫ضا َمرَّ َتي‬ َ َّ‫ْن َمسْ ع ُْو ٍد َأنَّ ال َّن ِبي‬
ً ْ‫صلَّى هللا َُعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َقا َل َما مِنْ مُسْ ل ٍِم ُي ْق ِرضُ مُسْ لِمًا َقر‬ ِ ‫َعنْ اب‬
‫َمرَّ ًة‬

Artinya; Ibnu Mas‟ud meriwayatkan bahwa Nabi Saw, berkata, “Bukan seorang muslim
(mereka) yang meminjamkan muslim (lainnya) dua kali kecuali yang satunya adalah
(senilai) sedekah (HR. Ibnu Majah no. 2420, Kitab al-Ahkam)

3. Ijma’

5
Umat Islam telah sepakat tentang bolehnya qard}. Dari landasan hukum qard} di atas,
kita bisa simpulkan bahwa qard} hukumnya sunnah (dianjurkan) bagi orang yang
meminjamkan dan boleh bagi orang yang meminjam.

6
C. Rukun dan Syarat Akad Qard
Rukun dan Syarat Qardh

Rukun harus ada dalam setiap akad untuk terjadinya akad, karena rukun adalah sesuatu
yang menjadi tegaknya dan adanya sesuatu, dan rukun bersifat internal (dakhiliy) dari
sesuatu yang ditegakkanya.

Rukun Qardh ada empat yakni ;

1. Muqridh adalah orang yang mempunyai barang-barang untuk diutangkan.


2. Mustaridh adalah orang yang mempunyai utang.
3. Muqtaradh adalah obyek yang berutang.
4. Sighat akad yaitu Ijab Qabul.

Adapun syarat yang terkait dengan akad qardl, dirinci berdasarkan rukun akad qardl di
atas.

1. Aqidain (muqridl dan muqtaridl)


a) Ahliyatu al-tabarru (layak bersosial); adalah orang yang mampu
mentasarufkan hartanya sendiri secara mutlak dan bertanggung jawab
semisal merdeka, balig, berakal sehat, dan pandai (rasyid). Dalam
pengertian ini anak kecil belum mempunyai kewenangan untuk
mengelolah harta, orang cacat mental dan budak tidak boleh melakukan
akad qardl.
b) Tanpa ada paksaan; bahwa muqridl dalam memberikan hutangnya tidak
dalam tekanan dan paksaan orang lain, demikian juga sebaliknya.
Keduanya melakukan secara suka rela.
2. Syarat Muqtaradl (barang yang menjadi obyek qardl),
a) Barang yang bermanfaat dan dapat dipergunakan.
b) berupa barang yang ada padannya
c) Diketahui kadar dan sifatnya.
3. Syarat Shighat
a) Ijab qabul menunjukkan kesepakatan kedua bela pihak,

7
b) tidak boleh mendatangkan manfaat bagi muqridl. Demikian juga shighat
tidak mensyarakatkan qardl bagi akad lainnya.

8
Daftar Pustaka

9
D. Aplikasi Akad Qard dalam Perbankan
Qardh dalam Lembaga Keuangan Syariah adalah akad berbentuk pinjaman yang
diterapkan dalam perbankan syariah adalah Qardh dan turunanya Qardhul Hasan. Karena
bunga dilarang dalam Islam, maka pinjaman Qardh maupun Qardhul Hasan merupakan
pinjaman tanpa bunga. Lebih khusus lagi, pinjaman Qardhul Hasan merupakan pinjaman
kebajikan yang tidak bersifat komersial. Sehingga disebut akad Tabarru’ (akad saling
tolong menolong).

Dalam fatwa DSN-MUI dijelaskan bahwa al-qardh adalah akad pinjaman kepada
nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan dana yang diterimanyan
kepada bank pada waktu yang disepakati oleh bank dan nasabah, diantara aplikasi-
aplikasi itu adalah:

Akad qardh biasanya di terapkan sebagai berikut :

1. Sebagai produk pelengkap kepada nasabah yang telah terbukti loyalitas dan
bonafiditasnya, yang membutuhkan dana talangan segera untuk masa yang relatif pendek.
Nasabah tersebut akan mengembalikan secepatnya sejumlah uang yang dipinjamnya itu.

2. Sebagai fasilitas nasabah yang memerlukan dana cepat, sedangkan ia tidak bisa
menarik dananya karena misalnya, tersimpan dalam bentuk deposito. Atau pinjaman
qardh biasanya diberikan oleh bank kepada nasabahnya sebagai fasilitas pinjaman
talangan pada nasabah mengalami over draft. Fasilitas ini merupakan bagian dari satu
paket pembiayaan lain, untuk memudahkan nasabah bertransaksi.

3. Sebagai produk untuk menyumbangkan usaha yang sangat kecil atau membantu
sektor sosial. Guna pemenuhan skema khusus ini telah dikenal suatu produk khusus yaitu
al-qardh al-hasan.[7]

[7] Mardani, Fiqih Ekonomi Syariah (Jakarta :Prenada Media Group,2012), Hlm.336.

10
Skema al-Qardh

Adapun mekanisme dari Skema Pembiayaan Qardh sebagai berikut

1. Nasabah mengajukan permohonan Qardh. Kemudian, Bank menganalisa


permohonan nasabah apabila permohonan disetujui, persetujuan dapat dilakukan
dalam sebuah akad Qardh.
2. Pelaksana kebutuhan/usaha: Bank memberikan pinjaman 100 persen kepada nasabah
dan nasabah hanya sebagai member tanaga atau keahlian dalam usaha tersebut.
3. Apabila pembiayaan telah jatuh tempo, maka pinjaman wajib dikembalikan oleh
nasabah, dan pembayaran kembali dapat dilakukan secara angsuran atau sekaligus.
4. Keuntungan atas usaha yang dibiayai, 100 persen milik nasabah.

Dari skema di atas maka dapat digambarkan bahwa LKS hanya sebagai wadah dalam
menyalurkan dana umat, baik berupa zakat, infaq, dan shadaqah dalam bentuk Qard
yakni pinjaman tanpa adanya keuntungan. LKS dalam hal ini memberikan penilaian yang
berhak memperoleh pinjaman qard dan LKS tidak boleh menarik keuntungan yang

11
diperjanjikan. Dalam qard ini nasabah wajib mengembalikan dana kepada LKS sebesar
pinjaman yang telah diperoleh dalam artian LKS meneriam kembalian modal dari
nasabah Dengan demikian hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembiayaan qard
alhasan yakni;

a. Qard al-hasan adalah pembiayaan yang diberikan kepada nasabah (muqtarid) yang
membutuhkan

b. Nasabah qard al-hasan wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada waktu
yang telah disepakati

c. Biaya adminitrasi dibebankan kepada nasabah

d. Nasabah qard hasan dapat memberikan tambahan (sumbangan) dengan sukarela


kepada LKS selama tidak diperjanjikan dalam akad

e. Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh kewajiban pada saat
yang telah disepakati dan LKS telah menentukan ketidakmampuannya maka LKS dapat;

f. Memperpanjang jangka waktu pengembalian

g. Menghapus (write off) sebagian atau seluruh kewajiban

12

Anda mungkin juga menyukai