PERBANKAN SYARI’AH
Dosen Pengampu :
Miftahul Arifin, M.HI
Oleh :
Ahmad Nur Fauzi
Faisol Lihin
Kurang setong
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hakikat akad wadi’ah dalam fikih?
2. Bagaimana cara pengaplikasian akad wadi’ah dalam perbankan syari’ah?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui hakikat akad wadi’ah dalam fikih.
2. Untuk mengetahui cara pengaplikasian akad wadi’ah dalam perbankan syari’ah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akad Qard
Qardh menurut bahasa adalah اإلقراض – ق رضyang artinya pinjamanpeminjaman.3 ,
atau Qiradh berarti Al Qith‟u (cabang) atau potongan ialah harta yang diberikan
seseorang pemberi qiradh kepada orang yang diqiradhkan untuk kemudian dia
memberikannya setelah mampu4 , pengalihan hak milik harta atas harta5 jadi alQardh
adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau
dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Dalam literature fiqhi
klasik, qardh dikategorikan dalam aqd tathawwui atau akad saling membantu dan bukan
transaksi komersial6 .
Qardh secara bahasa, berarti Al-Qath‟u: pemotongan. Harta yang disodorkan kepada
orang yang berutang disebut Qardh, karena merupakan „potongan‟ dari harta orang yang
memberikan utang. atau dengan kata lain: suatu transaksi yang dimaksud untuk
memberikan harta yang memiliki kesepadanan kepada orang lain untuk dikembalikan
yang sepadan dengan itu.7
Adapun qardh secara terminologi adalah memberikan harta kepada orang yang akan
memanfaatkannya dan mengembalikan gantinya dikemudian hari.[1] Al- qardh adalah
pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan
kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Dalam literatur fiqh
klasik, qardh dikategorikan dalam aqad tathawwul atau akad saling membantu dan bukan
transaksi komersial.
Dari beberapa definisi qardh diatas dapat disimpulkan bahwa, akad qardh adalah
perikatan atau perjanjian antara kedua belah pihak, dimana pihak pertama menyediakan
harta atau memberikan harta memberikan harta dalam arti meminjamkan kepada pihak
kedua sebagai peminjam uang atau orang yang menerima harta yang dapat ditagih atau
3
diminta kembali harta itu, dengan kata lain meminjamkan harta kepada orang lain yang
membutuhkan dana cepat tanpa mengharapakan imbalan.
4
B. Landasan Hukum Akad Qard
1. Al-Qur’an
QS. Al-Hadiid: 11
َمنْ َذا الَّذِي ُي ْق ِرضُ هَّللا َ َقرْ ضً ا َح َس ًنا َفيُضَاعِ َف ُه لَ ُه َولَ ُه َأجْ ٌر َك ِري ٌم
Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, Maka Allah akan
melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan Dia akan memperoleh pahala
yang banyak.
QS. An-Naml; 89
Barangsiapa yang membawa kebaikan, Maka ia memperoleh (balasan) yang lebih baik
dari padanya, sedang mereka itu adalah orang-orang yang aman tenteram dari pada
kejutan yang dahsyat pada hari itu.
2. Al-Hadis
Artinya; Ibnu Mas‟ud meriwayatkan bahwa Nabi Saw, berkata, “Bukan seorang muslim
(mereka) yang meminjamkan muslim (lainnya) dua kali kecuali yang satunya adalah
(senilai) sedekah (HR. Ibnu Majah no. 2420, Kitab al-Ahkam)
3. Ijma’
5
Umat Islam telah sepakat tentang bolehnya qard}. Dari landasan hukum qard} di atas,
kita bisa simpulkan bahwa qard} hukumnya sunnah (dianjurkan) bagi orang yang
meminjamkan dan boleh bagi orang yang meminjam.
6
C. Rukun dan Syarat Akad Qard
Rukun dan Syarat Qardh
Rukun harus ada dalam setiap akad untuk terjadinya akad, karena rukun adalah sesuatu
yang menjadi tegaknya dan adanya sesuatu, dan rukun bersifat internal (dakhiliy) dari
sesuatu yang ditegakkanya.
Adapun syarat yang terkait dengan akad qardl, dirinci berdasarkan rukun akad qardl di
atas.
7
b) tidak boleh mendatangkan manfaat bagi muqridl. Demikian juga shighat
tidak mensyarakatkan qardl bagi akad lainnya.
8
Daftar Pustaka
9
D. Aplikasi Akad Qard dalam Perbankan
Qardh dalam Lembaga Keuangan Syariah adalah akad berbentuk pinjaman yang
diterapkan dalam perbankan syariah adalah Qardh dan turunanya Qardhul Hasan. Karena
bunga dilarang dalam Islam, maka pinjaman Qardh maupun Qardhul Hasan merupakan
pinjaman tanpa bunga. Lebih khusus lagi, pinjaman Qardhul Hasan merupakan pinjaman
kebajikan yang tidak bersifat komersial. Sehingga disebut akad Tabarru’ (akad saling
tolong menolong).
Dalam fatwa DSN-MUI dijelaskan bahwa al-qardh adalah akad pinjaman kepada
nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan dana yang diterimanyan
kepada bank pada waktu yang disepakati oleh bank dan nasabah, diantara aplikasi-
aplikasi itu adalah:
1. Sebagai produk pelengkap kepada nasabah yang telah terbukti loyalitas dan
bonafiditasnya, yang membutuhkan dana talangan segera untuk masa yang relatif pendek.
Nasabah tersebut akan mengembalikan secepatnya sejumlah uang yang dipinjamnya itu.
2. Sebagai fasilitas nasabah yang memerlukan dana cepat, sedangkan ia tidak bisa
menarik dananya karena misalnya, tersimpan dalam bentuk deposito. Atau pinjaman
qardh biasanya diberikan oleh bank kepada nasabahnya sebagai fasilitas pinjaman
talangan pada nasabah mengalami over draft. Fasilitas ini merupakan bagian dari satu
paket pembiayaan lain, untuk memudahkan nasabah bertransaksi.
3. Sebagai produk untuk menyumbangkan usaha yang sangat kecil atau membantu
sektor sosial. Guna pemenuhan skema khusus ini telah dikenal suatu produk khusus yaitu
al-qardh al-hasan.[7]
[7] Mardani, Fiqih Ekonomi Syariah (Jakarta :Prenada Media Group,2012), Hlm.336.
10
Skema al-Qardh
Dari skema di atas maka dapat digambarkan bahwa LKS hanya sebagai wadah dalam
menyalurkan dana umat, baik berupa zakat, infaq, dan shadaqah dalam bentuk Qard
yakni pinjaman tanpa adanya keuntungan. LKS dalam hal ini memberikan penilaian yang
berhak memperoleh pinjaman qard dan LKS tidak boleh menarik keuntungan yang
11
diperjanjikan. Dalam qard ini nasabah wajib mengembalikan dana kepada LKS sebesar
pinjaman yang telah diperoleh dalam artian LKS meneriam kembalian modal dari
nasabah Dengan demikian hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembiayaan qard
alhasan yakni;
a. Qard al-hasan adalah pembiayaan yang diberikan kepada nasabah (muqtarid) yang
membutuhkan
b. Nasabah qard al-hasan wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada waktu
yang telah disepakati
e. Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh kewajiban pada saat
yang telah disepakati dan LKS telah menentukan ketidakmampuannya maka LKS dapat;
12