Anda di halaman 1dari 9

PERBANKAN

SYARIAH
Konsep Pinjaman (Qardh)

Fakultas : FBIS
Program studi : Manajemen

Tatap Muka

12
Kode Matakuliah : W1119021

Disusun oleh : Tim Teaching


Pengertian

Landasan Hukum

Qardh Fatwa DSN

Rukun dan Ketentuan Qardh

Implementasi Qardh dalam


Perbankan Syariah
1. Pengertian Qardh

Qardh secara bahasa berasal dai kata al-qardh yang berarti


petolongan. Maksud dari kata pertolongan dalam konteks qardh adalah
pertolongan yang berasal dari harta orang yang memberikan uang.
Sedangkan menurut istilah diartikan meminjamkan harta kepada orang lain
tanpa mengharapkan imbalan.
Sayyid Sabiq mendefinisikan qardh sebagai harta harta yang diberikan
oleh pemberi hutang (muqridh) kepada penerima utang (muqtarid) untuk
kemudian dikembalikan kepadanya (muqridh) seperti yang diterimanya,
ketika ia telah mampu membayarnya.
Menurut Fatwa DSN No. 19/DSN-MUI/IV/2001, Al-Qardh adalah
pinjaman yang diberikan kepada nasabah (muqtaridh) yang memerlukan. DI
Indonesia akad qardh juga diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor
7/46/PBI/2015 tentang Qardh yang diartikan sebagai pinjam-meminjam dana
tanpa imbalan dengan kewajiban pihak peminjam mengembalikan pokok
pinjaman secarasekaligus atau cicilan dalam waktu tertentu.
Menurut Syafi’i Antonio, qardh adalah pemberian harta kepada orang
lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain
meminjamkan tanpa mengharap imbalan.
Menurut Bank Indonesia, qardh adalah akad pinjaman dari bank
(muqridh) kepada pihak tertentu (muqtaridh) yang wajib dikembalikan dengan
jumlah yang sama sesuai pinjaman.
Qardh adalah pinjaman uang. Pinjaman qardh biasanya diberikan oleh
bank kepada nasabahnya sebagai fasilitas pinjaman talangan pada saat
nasabah mengalami overdraft. Fasilitas ini dapat merupakan bagian dari satu
paket pembiayaan lain, untuk memudahkan nasabah bertransaksi. Aplikasi
qardh dalam perbankan biasanya dalam empat hal:
a. Sebagai pinjaman talangan haji, dimana nasabah calon haji diberikan
pinjaman talangan untuk memenuhi syarat penyetoran biaya perjalanan
haji. Nasabah akan melunasinya sebelum keberangkatan haji.
b. Sebagai pinjaman tunai (cash advanced) dari produk kartu kredit syariah,
dimana nasabah diberi keleluasaan untuk menarik uang tunai milik Bank
melalui ATM. Nasabah akan mengembalikan sesuai waktu yang
ditentukan.
c. Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil dimana menurut perhitungan
Bank akan memberatkan si pengusaha bila diberi pembiayaan dengan
skema jual-beli Ijarah atau bagi hasil.
d. Sebagai pinjman kepada pengurus Bank, dimana Bank menyediakan
fasilitas ini untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan pengurus Bank.
Pengurus Bank akan mengembaliaknnya secara cicilan melalui
pemotongan gajinya.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa akad Qardh


merupakan akad hutang piutang dengan dasar tolong-menolong tanpa ada
imbalan apapun atau untuk mencari keuntungan. Maka dari itu akad ini
termasuk ke dalam akad tabarru (tolong-menolong).

2. Landasan Hukum
a. Al Quran

Artinya: “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang
baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan memperlipat
gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. dan
Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya- lah kamu
dikembalikan.”(Q.S. Al-Baqarah: 245)

Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan


takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-
Nya.” (Q.S. Al-Maidah:2)
b. Al Hadits

Artinya: Dari Anas bin Malik berkata bahwa Rasulullah bersabda,” aku melihat
pada waktu malam di-isra‟kan, pada pintu surga tertulis: sedekah dibalas
sepuluh kali lipat dan qardh delapan belas kali. Aku bertanya, Wahai Jibril,
mengapa qardh lebih utama dari sedekah? Ia menjawab, karena peminta-
minta sesuatu dan ia punya, sedangkan yang meminjam tidak akan
meminjam kecuali karena keperluan.” (HR. Ibnu Majah).
c. Ijma’
Para ulama menyatakan bahwa Qardh diperbolehkan. Qardh bersifat
mandub (dianjurkan) bagi muqridh (orang yang mengutangi) dan mubah bagi
muqtaridh (orang yang berutang) kesepakatan ulama ini didasari kebiasaan
manusia yang tidak bisa hidup tanpa pertolongan dan bantuan saudaranya.
Tidak ada seorangpun yang memiliki segala barang yang ia butuhkan. Oleh
karena itu, pinjam meminjam sudah menjadi satu bagian dari kehidupan di
dunia ini. Islam adalah agama yang sangat memperhatikan segenap
kebutuhan umatnya. (Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan
Syari‟ah, Deskripsi dan Ilustrasi, (Yogyakarta:, Ekonosia kampus Fakultas
Ekonomi UII Yogyakarta, 2003) Hal. 82)

3. Fatwa Dewan Syariah Nasional

Ketentuan-ketentuan mengenai perihal Qardh ini diatur dalam fatwa


DSN NO: 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang qardh yang mengatur hal- hal berikut
ini:
a. Ketentuan umum al-Qardh
1) Al-Qardh adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah
(muqtaridh) yang memerlukan.
2) Nasabah al-Qardh wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima
pada waktu yang telah disepakati bersama.
3) Biaya administrasi dibebankan kepada nasabah.
4) Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dapat meminta jaminan kepada
nasabah bilamana dipandang perlu.
5) Nasabah al-Qardh dapat memberikan tambahan (sumbangan) dengan
sukarela kepada LKS selama tidak diperjanjikan dalam akad.
6) Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh
kewajibanya pada saat yang telah disepakati dan LKS telah
memastikan ketidakmampuanya, LKS dapat:
a) Memperpanjang jangka waktu pengembalian.
b) Menghapus (write off) sebagian atau seluruh kewajibanya.
b. Sanksi
1. Dalam hal nasabah tidak menunjukkan keinginan mengembalikan
sebagian atau seluruh kewajibanya dan bukan karena
ketidakmampuanya, LKS dapat menjatuhkan sanksi kepada nasabah.
2. Sanksi yang dijatuhkan kepada nasabah sebagaimana dimaksud butir
1 dapat berupa dan tidak terbatas pada penjualan barang jaminan.
3. Jika barang jaminan tidak mencukupi, nasabah tetap harus memenuhi
kewajibanya secara penuh.
c. Sumber dana
Dana al-Qardh dapat bersumber dari
1. Bagian modal LKS
2. Keuntungan LKS yang disisihkan
3. Lembaga lain atau individu yang mempercayakan penyaluran infaq
lembaga lainya kepada LKS.
d. Ketentuan lain
1. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibanya atau jika terjadi
perselisihan diantara para pihak, maka penyelesaianya dilakukan
melalui Badan Arbitrasi Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan
melalui musyawarah.
2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan
disempurnakan sebagaimana semestinya.
4. Rukun dan Ketentuan Qardh
a. Rukun qardh
3. Pelaku yang terdiri dari pemberi (muqridh) dan penerima pinjaman
(muqtaridh).
4. Objek akad, berupa uang yang dipinjamkan.
5. Ijab kabul atau serah terima
b. Ketentuan syariah
6. Pelaku harus cakap hukum dan baligh.
7. Objek akad
a. Jelas nilai pinjamanya dan waktu pelunasanya.
b. Peminjam diwajibkan membayar pokok pinjaman pada waktu
yang telah disepakati, tidak boleh diperjanjikan akan ada
penambahan atas pokok pinjamanya. Namun peminjam
diperbolehkan memberikan sumbangan secara sukarela.
c. Apabila memang peminjam mengalami kesulitan keuangan maka
waktu peminjaman dapat diperpanjang atau menghapuskan
sebagian atau seluruh kewajibanya. Namun jika peminjam lalai
maka dapat dikenakan denda.
d. Ijab qabul adalah pernyataan dan ekspresi saling ridha/rela
diantara pihak-pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal
atau tertulis.

5. Implementasi Qardh dalam Perbankan Syariah

Dalam dunia perbankan islam segala bentuk transaksi harus terhindar dari
unsur-unsur riba. Hal tersebut merupakan larangan yang mutlak sebagaimana
dijelaskan dalam Al-Qurân dan Al-Hadist, setiap aktivitas yang dijalankan oleh bank
syariah yang berkaitan dengan urusan keuangan dan perbankan harus sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah. Akaq Qardh ini merupakan satu-satunya akad yang
berbentuk pinjaman yang diterapkan dalam perbankan syariah karena dalam akad
tersebut tidak mengenal kata bunga yang termasuk ke dalam riba.
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa Sifat Qardh tidak
memberikan keuntungan finansial. Karena itu, pendanaan Qardh dapat diambil
menurut kategori. Pertama, akad Al-Qardh yang diperlukan untuk membantu usaha
sangat kecil dan keperluan sosial, dapat bersumber dari dana zakat, infaq, dan
sedekah. Kedua, akad Al-Qardh yang diperlukan untuk membantu keuangan
nasabah secaracepat dan berjangka pendek. Talangan dana tersebut dapat
diambilkan dari modal bank. Namun dis sisi lain, para ulama mebolehkan pemberi
pinjaman termasuk bank menerima Ujrah Imbalan dari akad Qardhselama tidak
diperjanjikan oleh bank dan bersifat sukarela dari nasabah sebagai tanda terima
kasih.
Dalam Praktiknya Qardh di Perbankan Syariah banyak di implementasikan
pada produk-produk seperti Produk kerjasama dalam Penyaluran Zakat Produktif
dengan BAZNAS, Dana Talangan Haji, Pembiayaan Usaha, Letter of Credit (L/C)
Impor dan Ekspor Syariah dan lain-lain yang merujuk berdasarkan Fatwa DSN-MUI
yang telah dikeluarkan.
Qardh dalam praktik Perbankan syariah memiliki banyak manfaat tidak hanya
bagi nasabah karena dirasa sangat membantu dan tertolong juga bagi Bank itu
sendiri, Qardh ini tidak akan merugikan Bank Syariah dan justru itulah kelebihan dari
Bank syariah yang dalam operasionalnya berbeda dari Bank Konvensional, tidak
hanya mengejar keuntungan tetapi di dalamnya terdapat unsur sosial tabarru atau
tolong menolong.
DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, A., Nurdin, N., & Ali, M. (2021). Islamic Education Teacher Communication
Strategy in Increasing Students' Learning Interest. International Journal of
Contemporary Islamic Education, 3 (1), 41-61.

Bank Indonesia, “Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS)”, situs resmi Bank
Indonesia. https://www.bi.go.id/QRIS/Contents/Default.aspx (03 oktober 2020).

Bayumi Nasrul Hoir, ” Sains dan Teknologi Perspektif Hadis “, (UIN Sultan Maulana
Hasanuddin Banten). https://googlescholar.com (03 Agustus 2021)

Kurniati, K., Nurdin, N., & Nurasmawati, N. (2020).


Improving Students’ Cognitive and Affective Domains Students through Fostering
Teacher Development International Journal of Contemporary Islamic Education, 2(2),
56-70.

Marzuki, M., & Nurdin, N. (2020). The Influence of Halal Product Expectation,
Social Environment, and Fiqih Knowledge on Intention to Use Shariah
Financial Technology Products. International Journal of Innovation, Creativity and Change,
13 (1), 171-193.

Nurdin, N., Stockdale, R., & Scheepers, H. (2013). The Use of Social Mediato
Gather Qualitative Data: A Case of GovernmentE-ProcurementImplementation and Use. 24th
Australasian Conference on Information Systems (ACIS) Nurdin, N., Pettalongi, S. S., &
Yusuf, K. (2018, 27-28 Sept. 2018). Knowledge Management Model in Syariah Banking.
2018 5th International Conference on Information Technology, Jurnal Ilmu Perbankan dan
Keuangan Syariah Vol. 3 No. 2 Tahun 2021 173 Computer, and Electrical Engineering
(ICITACEE),

Nurdin, N. (2018). Institutional Arrangements in E-Government Implementation and Use:


A Case Study From Indonesian Local Government. International Journal of Electronic
Government Research (IJEGR), 14(2),
4463. https://doi.org/10.4018/ijegr.2018040104

Nurdin, N., & Yusuf, K. (2020). Knowledge management lifecycle in Islamic


bank: the case of syariah banks in Indonesia. International Journal of Knowledge
Management Studies, 11(1), 59-80.
https://doi.org/10.1504/ijkms.2020.105073

Nurdin, N. (2021). A Collective Action In Indonesia Local E-Government Implementatio


Success. International Journal Of Scientific & Technology Research, 10(2), 160-166.

Rusli, R., & Nurdin, N. (2021). Understanding Indonesia millennia Ulama


online knowledge acquisition and use in daily fatwa making habits. Educationand
Information Technologies. https://doi.org/10.1007/s10639-021-10779-7

Anda mungkin juga menyukai