Anda di halaman 1dari 9

MODUL PERKULIAHAN

Bank dan
Lembaga
Keuangan
Syariah
Qardhul Hasan, Zakat dan
Wakaf

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

13
Ekonomi dan Bisnis Akuntansi F041700005 Retno Puji Astuti, SE, M.Ak

Abstract Kompetensi
Qard berarti potongan, secara Setelah mengikuti perkuliahan ini
terminologi berarti pemberian harta mahasiswa diharapkan mampu
mememahami qardhul hasan dan
kepada orang lain yang dapat lembaga terkait
diminta kembali dengan jumlah yang
sama atau dengan kata lain
meminjamkan tanpa mengharapkan
imbalan atau tambahan.

Pembahasan
I. Qardhul Hasan

A. Pengertian

Al-Qardh sebagaimana diterangkan dalam fatwa DSN MUI


No.19/DSN-MUI/IV/2001 tentang al-Qardh adalah pinjaman yang diberikan kepada
nasabah lembaga keuangan syariah (muqtarid) bagi yang memerlukan. Dikatakan
Qardhul Hasan karena pinjaman ini merupakan wujud peran sosial lembaga keuangan
syariah untuk membantu masyarakat muslim yang kekurangan secara finansial.
Disamping itu, karena sifatnya dana sosial, pinjaman ini juga bersifat lunak. Artinya jika
nasabah mengalami kesulitan untuk membayar atau mengangsur tagihan bulanan,
maka pihak LKS harus memberikan dispensasi/keringanan dengan tidak memberikan
denda atau tambahan bunga sebagaimana yang berlaku pada lembaga keuangan
konvensional dan menunggu sampai nasabah mempunyai kemampuan untuk
membayarnya. Bahkan pada kondisi tertentu dimana nasabah benar-benar pailit pihak
LKS dapat membebaskan nasabah dari segala tanggungan hutang.

Sumber dana qardhul hasan dapat berasal dari eksternal atau internal. Sumber
dana eksternal meliputi dana qardh yang diterima entitas bisnis dari pihak lain (misalnya
dari sumbangan, infak, shadaqah, dll). Sumber internal misalnya hasil pendapatan
nonhalal, denda, dll.

B. Rukun dan Ketentuan Qardhul Hasan

a). Rukun Qardhul Hasan


a). Pelaku akad, yaitu muqtaridh (peminjam), pihak yang membutuhkan dana, dan
muqridh (pemberi pinjaman), pihak yang memiliki dana;
b). Objek akad, yaitu qardh (dana);
c). Shighah, yaitu Ijab dan Qabul.

b). Ketentuan Syariah:


a). Pelaku harus cakap hukum dan baligh;
b). Objek Akad
1). Jenis nilai pinjamannya dan waktu pelunasannya.

2017 Statistika Bisnis Pusat Bahan Ajar dan eLearning


2 Retno Puji Astuti, SE, M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
2). Peminjam diwajibkan membayar pokok pinjaman pada waktug yang telah
disepakati, tidak boleh diperjanjikan akan ada penambahan atas pokok
pinjamannya. Namun peminjam boleh memberikan sumbangan secara
sukarela.
3). Apabila memang peminjam mengalami kesulitan keuangan maka waktu
peminjaman dapat diperpanjang atau menghapus sebagian atau seluruh
kewajibannya. Namun jika peminjam lalai maka dapat dikenakan denda.
c). Ijab Kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rida atau rela diantara pihak-
pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis, atau menggunakan
cara-cara komunikasi modern.

C. Aplikasi Qardhul Hasan dalam Perbankan Syariah

Aplikasi qardh ul-hassan dalam perbankan syariah biasanya dalam lima hal :
1. Sebagai pinjaman talangan haji, dimana nasabah calon haji diberikan pinjaman
talangan untuk memenuhi syarat penyetoran biaya perjalanan haji. Nasabah
akan melunasinya sebelum keberangkatan haji.
2. Sebagai pinjaman tunai (cash advanced) dari produk kartu kredit syariah,
dimana nasabah diberi keleluasaan untuk menarik uang tunai milik Bank melalui
ATM. Nasabah akan mengembalikan sesuai waktu yang ditentukan.
3. Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil dimana menurut perhitungan Bank
akan memberatkan si pengusaha bila diberi pembiayaan dengan skema jual-
beli, Ijarah atau bagi hasil.
4. Sebagai produk untuk menyumbang usaha yang sangat kecil atau membantu
sektor sosial. Guna pemenuhan skema ini telah dikenal suatu produk khusus
yaitu qardh ul-hassan
5. Sebagai fasilitas nasabah yang memerlukan dana cepat, sedangkan ia tidak bisa
menariknya dana nya karena tersimpan dalam bentuk deposito.

D. Manfaat Qardhul Hasan

1. Memungkinkan nasabah yang sedang dalam kesulitan mendesak untuk


mendapat talangan jangka pendek.
2. Al-qardh ul-hasan juga merupakan salah satu ciri syariah dari bank konvensional
yang didalamnya terkandung pembeda antara bank misi sosial, disamping misi
komersial.
3. Adanya misi kemasyarakatan ini akan meningkatkan citra baik dan
meningkatkan loyalitas masyarakat kepada bank syariah.

2017 Statistika Bisnis Pusat Bahan Ajar dan eLearning


3 Retno Puji Astuti, SE, M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
4. Resiko al-qardh terhitung tinggi karena ia di anggap pembiayaan yang tidak
ditutup dengan jaminan. Tetapi menurut Fatwa DSN 19/DSN-MUI/IV/2001
tentang al-Qardh, menyatakan bahwa “LKS dapat meminta jaminan kepada
nasabah bilamana dipandang perlu.”

II. Zakat

A. Pengertian

Secara istilah zakat berarti kewajiban seorang Muslim untuk mengeluarkan nilai bersih
dari kekayaannya yang tidak melebihi satu nisab, diberikan kepada mustahik dengan
beberapa syarat yang telah ditentukan. Zakat menurut UU No. 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan
usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam.

Di Indonesia, pengelolaan zakat diatur berdasarkan UU No. 23 Tahun 2011 tentang


Pengelolaan Zakat. Adapun mengenai syarat dan tata cara penghitungan zakat mal dan
zakat fitrah diatur dalam PMA No. 52 Tahun 2014 tentang Syarat dan Tata Cara
Penghitungan Zakat Mal dan Zakat Fitrah serta Pendayagunaan Zakat untuk Usaha
Produktif.

B. Elemen Pengelolaan Zakat

Bagian yang tak terpisahkan dari pengelolaan zakat adalah muzakki dan harta yang
dizakati, mustahik, dan amil. Penerima zakat disebabkan termasuk dalam salah satu 8 asnaf
(golongan penerima zakat) yaitu, fakir, miskin, amil, mualaf, untuk memerdekan budak,
orang yang berutang, fi sabilillah, orang yang sedang dalam perjalanan.
1. Muzakki dan Harta yang Dizakati
Dalam UU No.23 Tahun 2011, muzakki adalah orang atau badan usaha yang
berkewajiban menunaikan zakat. Syarat wajib muzakki, muslim, berakal, baligh, milik
sempurna, cukup nisab (jumlah minimal harta yang wajib dikeluarkan zakatnya), cukup
haul (masa kepemilikan harta selama 1 tahun komariyah). Zakat secara umum tediri
dari, sebagai berikut:
a. Zakat Fitrah/Fidyah
Zakat fitrah adalah sejumlah bahan makanan pokok yang dikeluarkan pada bulan
Ramadhan oleh setiap muslim bagi dirinya dan bagi orang yang ditanggungnya
yang memiliki kelebihan makanan pokok untuk sehari-hari pada hari raya Idul Fitri.
Besaran zakat fitrah menurut ukuran sekarang adalah 2,176 kg. Sedangkan
makanan yang wajib dikeluarkan yang disebut nash hadis yaitu tepung, terigu,

2017 Statistika Bisnis Pusat Bahan Ajar dan eLearning


4 Retno Puji Astuti, SE, M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
kurma, gandum, zahib (anggur), dan aqith (semacam keju). Menurut Permenag RI
No. 52 Tahun 2014, zakat fitrah dapat berupa beras (makanan pokok) atau dapat
diganti dengan uang yang sesuai dengan makanan pokok tersebut. Zakat fitrah
ditunaikan dalam bentuk beras seberat 2,5 kg atau 3,5 liter beras.
b. Zakat Harta (Mal)
Zakat mal merupakan harta yang dimiliki oleh muzakki perseorangan atau badan
usaha. Syarat kekayaan itu dizakati antara lain milik penuh, berkembang, cukup
nisab, lebih dari kebutuhan pokok, bebas dari utang, sudah berlalu 1 tahun (haul)
dan dibayarkan melalui amil zakat resmi. Syarat haul tidak berlaku untuk zakat
pertanian, perkebunan dan kehutanan, perikanan, pendapatan dan jasa, dan zakat
rikaz. Harta yang dikenakan zakat mal antara lain:
1). Zakat emas, perak, dan logam mulia lainnya
Zakat emas wajib dikenakan setelah mencapai nisab 85 gram emas, zakat
perak wajib dikenakan setelah mencapai nisab 595 gram perak, zakat logam
mulia lainnya setelah mencapai nisab 85 gram emas. Kadar zakat atas emas,
perak dan logam mulia lainnya sebesar 2,5%.
2). Zakat uang dan surat berharga lainnya
Zakat uang dan surat berharga lainnya wajib dikenakan setelah mencapai
nisab 85 gram emas, kadar zakatnya sebesar 2,5%.
3). Zakat perniagaan
Zakat perniagaan senilai dengan 85 gram emas, kadar zakatnya 2,5%.
Penghitungannya dilakukan sebagai berikut:
a). Menghitung aktiva lancer yang dimiliki badan usaha pada saat haul
b). Menghitung kewajiban jangka pendek yang harus dibayar oleh badan
usaha pada saat haul.
c). Menghitung selisih aktiva lancar dengan kewajiban jangka pendek.
4). Zakat pertanian, perkebunan dan kehutanan
Merupakan zakat yang ditunaikan atas hasil pertanian, perkebunan dan hasil
hutan pada saat panen. Zakat wajib dikenakan setelah mencapai nisab 653 kg
gabah. Kadar zakatnya 10% jika tadah hujan atau 5% jika menggunakan irigasi
dan perawatan lainnya.
5). Zakat peternakan dan perikanan
merupakan zakat yang dikenakan atas binatang ternak dan hasil perikanan
yang telah mencapai nisab dan haul. Zakat peternakan dikenakan pada hewan
ternak yang digembalakan di tempat pengembalaan umum. Hewan ternak
yang dipelihara dalam kandang dikategorikan sebagai zakat perniagaan.
Hewan ternak yang dizakati meliputi unta, sapi/kerbau, kuda dan kambing.

2017 Statistika Bisnis Pusat Bahan Ajar dan eLearning


5 Retno Puji Astuti, SE, M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
Hasil perikanan yang dikenakan zakat mencakup hasil budidaya dan hasil
tangkapan ikan. Nisabnya senilai 85 gram emas, kadarnya 2,5%.
6). Zakat pertambangan
Zakat pertambangan wajib dikenakan setelan mencapai nisab senilai 85 gram
emas, kadar zakatnya 2,5%.
7). Zakat perindustrian
Nisab atas usaha yang bergerak dalam bidang produksi barang senilai 85 gram
emas. Nisab atas usaha yang bergerak dalam bidang jasa senilai 653 gram
gabah. Kadarnya 2,5%.
8). Zakat pendapatan dan jasa
merupakan zakat yang dikeluarkan dari penghasilan yang diperoleh dari hasil
profesi pada saat menerima pembayaran. Nisabnya senilai 653 gram gabah
atau 524 gram beras, kadarnya 2,5%.
9). Zakat rikaz
merupakan zakat atas harta temuan. Zakat ini tidak disyaratkan dengan nisab.
Kadarnya 1/5 atau 20%, ditunaikan saat rikaz didapat.
2. Amil
UU No. 23 Tahun 2011 menyebutkan bahwa Lembaga Pengelola Zakat di Indonesia
terdiri dari :
1). Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
2). Lembaga Amil Zakat (LAZ)
3. Mustahik
a). Fakir, adalah orang yang penghasilannya tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok
(primer) sesuai dengan kebiasaan masyarakat tertentu.
b). Miskin, adalah orang-orang yang memerlukan, yang tidak dapat menutupi
kebutuhan pokoknya sesuai dengan kebiasaan yang berlaku.
c). Amil, adalah semua pihak yang bertindak mengerjakan yang berkaitan dengan
pengumpulan, penyimpanan, penjagaan, pencatatan, dan penyaluran harta zakat.
d). Mualaf, adalah seseorang yang hatinya telah dicondongkan pada islam. Atau
dengan kata lain, mualaf merupakan seseorang yang hatinya telah diikat untuk
mengokohkan mereka pada islam
e). Untuk Memerdekan Budak
f). Orang yang Berutang
g). Fi Sabilillah, adalah orang yang berjuang dijalan Allah.
h). Orang yang Sedang dalam Perjalanan

III. Lembaga Pengelola Wakaf

2017 Statistika Bisnis Pusat Bahan Ajar dan eLearning


6 Retno Puji Astuti, SE, M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
A. Pengertian

Wakaf diartikan sebagai penahanan hak milik atas materi benda (al-‘ain) untuk tujuan
menyedekahkan manfaat atau faedahnya. Dalam UU No. 41 Tahun 2004, wakaf diartikan
dengan perbuatan hokum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta
benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai
dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut
Syariah.

B. Rukun dan Syarat


Rukun wakaf ada 4 rukun yang harus dipenuhi dalam berwakaf, yaitu
1. Orang yang berwakaf (al-waqif)
2. Benda yang diwakafkan (al-mauquf)
3. Orang yang menerima manfaat wakaf (al-mauquf ‘alaihi)
4. Lafaz atau ikrar waqaf (sighah)

Syarat-syarat wakaf :
1. Orang yang berwakaf (al-waqif)
 memiliki secara penuh harta
 orang yang berakal
 baligh
 mampu bertindak secara hokum (rasyid)
2. Benda yang diwakafkan (al-mauquf)
 barang yang diwakafkan mestilah barang berharga
 harus diketahui kadarnya
 harta yang diwakafkan pasti dimiliki oleh waqif
 harta tersebut harus berdiri sendiri tidak melekat pada harta lain.
3. Orang yang menerima manfaat wakaf (al-mauquf ‘alaihi)
 Mu’ayyan (tertentu), orang yang menerima wakaf, apakah seorang, 2 orang atau
sekumpulan yang semuanya tertentu dan tidak boleh diubah.
 Ghaira Mu’ayyan (tidak tertentu), tempat berwakaf tidak ditentukan secara
terperinci.
4. Lafaz atau ikrar waqaf (sighah)
 ucapan harus mengandung kata-kata yang menunjukkan kekalnya (ta’bid).
 ucapan tersebut dapat direalisasikan segera (tanjiz), tanpa disangkutkan atau
digantungkan kepada syarat tertentu.
 ucapan tersebut bersifat pasti
 ucapan tersebut tidak diikuti dengan oleh syarat yang membatalkan.

2017 Statistika Bisnis Pusat Bahan Ajar dan eLearning


7 Retno Puji Astuti, SE, M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
C. Harta Benda Wakaf dan Badan Wakaf Indonesia
Harta benda wakaf adalah harta benda yang memiliki daya tahan lama dan/atau
manfaat jangka panjang serta mempunyai nilai ekonomi menurut Syariah yang
diwakafka oleh waqif. Harta benda wakaf terdiri dari:
1. Wakaf Benda tidak Bergerak
2. Wakaf Benda Bergerak

Badan Wakaf Indonesia (BWI)


Dalam rangka memajukan dan mengembangkan perwakafan di Indonesia,
keanggotaan BWI diangkat oleh Presiden RI sesuai dengan Kepres No. 75/M Tahun 2007,
yang ditetapkan di Jakarta, 13 Juli 2007 sebagai amanat UU No.41 Tahun 2004 tentang
Wakaf.

2017 Statistika Bisnis Pusat Bahan Ajar dan eLearning


8 Retno Puji Astuti, SE, M.Ak http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka

Antonio, Muhammad Syafii, Bank Syariah, dari Teori Praktik. Jakarta : Tazkia Cendekia,
2001
Andri, Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Edisi kedua, Jakarta, Kencana,
2017
Dewan Syariah Nasional-MUI, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional edisi 2, Jakarta
2003
Heri, Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, Jakarta,
Ekonisia, 2015

2017 Statistika Bisnis Pusat Bahan Ajar dan eLearning


9 Retno Puji Astuti, SE, M.Ak http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai