Bank dan
Lembaga
Keuangan
Syariah
Qardhul Hasan, Zakat dan
Wakaf
13
Ekonomi dan Bisnis Akuntansi F041700005 Retno Puji Astuti, SE, M.Ak
Abstract Kompetensi
Qard berarti potongan, secara Setelah mengikuti perkuliahan ini
terminologi berarti pemberian harta mahasiswa diharapkan mampu
mememahami qardhul hasan dan
kepada orang lain yang dapat lembaga terkait
diminta kembali dengan jumlah yang
sama atau dengan kata lain
meminjamkan tanpa mengharapkan
imbalan atau tambahan.
Pembahasan
I. Qardhul Hasan
A. Pengertian
Sumber dana qardhul hasan dapat berasal dari eksternal atau internal. Sumber
dana eksternal meliputi dana qardh yang diterima entitas bisnis dari pihak lain (misalnya
dari sumbangan, infak, shadaqah, dll). Sumber internal misalnya hasil pendapatan
nonhalal, denda, dll.
Aplikasi qardh ul-hassan dalam perbankan syariah biasanya dalam lima hal :
1. Sebagai pinjaman talangan haji, dimana nasabah calon haji diberikan pinjaman
talangan untuk memenuhi syarat penyetoran biaya perjalanan haji. Nasabah
akan melunasinya sebelum keberangkatan haji.
2. Sebagai pinjaman tunai (cash advanced) dari produk kartu kredit syariah,
dimana nasabah diberi keleluasaan untuk menarik uang tunai milik Bank melalui
ATM. Nasabah akan mengembalikan sesuai waktu yang ditentukan.
3. Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil dimana menurut perhitungan Bank
akan memberatkan si pengusaha bila diberi pembiayaan dengan skema jual-
beli, Ijarah atau bagi hasil.
4. Sebagai produk untuk menyumbang usaha yang sangat kecil atau membantu
sektor sosial. Guna pemenuhan skema ini telah dikenal suatu produk khusus
yaitu qardh ul-hassan
5. Sebagai fasilitas nasabah yang memerlukan dana cepat, sedangkan ia tidak bisa
menariknya dana nya karena tersimpan dalam bentuk deposito.
II. Zakat
A. Pengertian
Secara istilah zakat berarti kewajiban seorang Muslim untuk mengeluarkan nilai bersih
dari kekayaannya yang tidak melebihi satu nisab, diberikan kepada mustahik dengan
beberapa syarat yang telah ditentukan. Zakat menurut UU No. 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan
usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam.
Bagian yang tak terpisahkan dari pengelolaan zakat adalah muzakki dan harta yang
dizakati, mustahik, dan amil. Penerima zakat disebabkan termasuk dalam salah satu 8 asnaf
(golongan penerima zakat) yaitu, fakir, miskin, amil, mualaf, untuk memerdekan budak,
orang yang berutang, fi sabilillah, orang yang sedang dalam perjalanan.
1. Muzakki dan Harta yang Dizakati
Dalam UU No.23 Tahun 2011, muzakki adalah orang atau badan usaha yang
berkewajiban menunaikan zakat. Syarat wajib muzakki, muslim, berakal, baligh, milik
sempurna, cukup nisab (jumlah minimal harta yang wajib dikeluarkan zakatnya), cukup
haul (masa kepemilikan harta selama 1 tahun komariyah). Zakat secara umum tediri
dari, sebagai berikut:
a. Zakat Fitrah/Fidyah
Zakat fitrah adalah sejumlah bahan makanan pokok yang dikeluarkan pada bulan
Ramadhan oleh setiap muslim bagi dirinya dan bagi orang yang ditanggungnya
yang memiliki kelebihan makanan pokok untuk sehari-hari pada hari raya Idul Fitri.
Besaran zakat fitrah menurut ukuran sekarang adalah 2,176 kg. Sedangkan
makanan yang wajib dikeluarkan yang disebut nash hadis yaitu tepung, terigu,
Wakaf diartikan sebagai penahanan hak milik atas materi benda (al-‘ain) untuk tujuan
menyedekahkan manfaat atau faedahnya. Dalam UU No. 41 Tahun 2004, wakaf diartikan
dengan perbuatan hokum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta
benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai
dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut
Syariah.
Syarat-syarat wakaf :
1. Orang yang berwakaf (al-waqif)
memiliki secara penuh harta
orang yang berakal
baligh
mampu bertindak secara hokum (rasyid)
2. Benda yang diwakafkan (al-mauquf)
barang yang diwakafkan mestilah barang berharga
harus diketahui kadarnya
harta yang diwakafkan pasti dimiliki oleh waqif
harta tersebut harus berdiri sendiri tidak melekat pada harta lain.
3. Orang yang menerima manfaat wakaf (al-mauquf ‘alaihi)
Mu’ayyan (tertentu), orang yang menerima wakaf, apakah seorang, 2 orang atau
sekumpulan yang semuanya tertentu dan tidak boleh diubah.
Ghaira Mu’ayyan (tidak tertentu), tempat berwakaf tidak ditentukan secara
terperinci.
4. Lafaz atau ikrar waqaf (sighah)
ucapan harus mengandung kata-kata yang menunjukkan kekalnya (ta’bid).
ucapan tersebut dapat direalisasikan segera (tanjiz), tanpa disangkutkan atau
digantungkan kepada syarat tertentu.
ucapan tersebut bersifat pasti
ucapan tersebut tidak diikuti dengan oleh syarat yang membatalkan.
Antonio, Muhammad Syafii, Bank Syariah, dari Teori Praktik. Jakarta : Tazkia Cendekia,
2001
Andri, Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Edisi kedua, Jakarta, Kencana,
2017
Dewan Syariah Nasional-MUI, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional edisi 2, Jakarta
2003
Heri, Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, Jakarta,
Ekonisia, 2015