Rahn secara harfiah adalah tetap, kekal dan jaminan. Secara istilah rahn adalah apa yang
disebut dengan barang jaminan, agunan, cagar, atau tanggungan. Rahn yaitu menahan barang sebagai
jaminan atas utang. Akad rahn juga diartikan sebagai sebuah perjanjian pinjaman dengan jaminan atau
dengan melakukan penahanan harta milik sipeminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya.
Teknisnya rahn adalah menahan salah satu harta milik sipeminjam sebagai jaminan atas pinjaman
yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengandemikian, pihak yang
menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya.
Menurut Habibur rahim, gadai syariah (rahn) adalah harta yang tertahan sebagai jaminan utang
sehingga bila tidak mampu melunasinya, harta tersebut menjadi bayarannya sesuai dengan nilai utangnya.
Pengertian ar-rahn dalam bahasa Arab adalah ats-tsubutwa ad-dawam, yang berarti “tetap” dan
“kekal”,5 seperti dalam kalimat maunrahin, yang berarti air yang tenang. Hal itu, berdasarkan firman Allah SWT
dalam QS. Al-Muddatstsir (74) ayat (38) yaitu: “setiap orang bertanggungjawab atas apa yang telah
diperbuatnya”. Pengertian “tetap” dan “kekal” dimaksud, merupakan makna yang tercakup dalam kata al-
habsu, yang artinya menahan. Kata ini merupakan makna yang bersifat materil. Karena itu, secara bahasa
kata ar-rahn berarti menjadikan sesuatu barang yang bersifat materi sebagai pengikat hutang.
Secara umum usaha gadai adalah kegiatan menjaminkan barang-barang berharga kepada pihak
tertentu, guna memperoleh sejumlah uang dan barang yang dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan
perjanjian antara nasabahdengan lembaga pegadaian.
Selain pengertian gadai tersebut, definisi gadai ( rahn) menurut ulama mazhab, di antaranya sebagai
berikut:
a. Menurut Syafi’iyah, rahn adalah menjadikan suatu barang yang biasa dijual sebagai jaminan utang
dipenuhi dari harganya, bila yang berutang tidak sanggup membayar utangnya.
b. Menurut Hanabilah, rahn adalah suatu benda yang dijadikan kepercayaan suatu utang, untuk
dipenuhi dari harganya, bila yang berutang tidak sanggup membayar utangnya.
DEVI JULIANI
2010323002
Akad Pegadaian Syariah
c. Menurut Malikiyah, rahn adalah suatu yang bernilai harta (mutamawwal) yang diambil dari
pemiliknya untuk dijadikan pengikat atas utang yang tetap (mengikat).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat dikatakan bahwa gadai syariah (rahn)
adalah menahan suatu barang atau jaminan ( marhun) yang dianggap berharga atau memiliki nilai
ekonomis sesuai dengan perjanjian antara pihak yang menggadaikan barang (rahin) dengan pihak yang
menerima gadai (murtahin).
Qur’an
“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai), sedang kamu tidak memperoleh
seorang penulis, maka hendaklah ada barang-barang yang dipegang oleh yang berpiutang” (Q.S 2:283)
As-Sunnah
“Sesungguhnya Nabi SAW pernah mengagunkan baju besinya di Madinah kepada orang Yahudi,
sementara Beliau mengambil gandum dari orang tersebut untuk memenuhi kebutuhan keluarga beliau.” (H.R
Bukhari dan Muslim)
Ijma’ Ulama
Jumhur ulama menyepakati kebolehan status hokum gadai. Hal dimaksud, berdasarkan pada
kisah Nabi Muhammad SAW yang menggadaikan baju besinya untuk mendapatkan makanan dari
seorangYahudi. Para ulama juga mengambil indikasi dari contoh Nabi Muhammad SAW tersebut, kettika
beliau beralih dari yang biasanya berinteraksi kepada para sahabat yang kaya kepada seorang Yahudi,
bahwa hal ini tidak lebih sebagai sikap Nabi Muhammad SAW yang tidak mau memberatkan sahabat yang
biasanya enggan mengambil ganti ataupun harga yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW kepada
mereka.
Fatwa Dewan Syariah Nasional
1) Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No.25/DSN-MUI/III/200212 yang ditetapkan pada tanggal 28 Maret
2002 oleh ketua dan sekretaris DSN tentang rahn adalah sebagai berikut:
DEVI JULIANI
2010323002
Akad Pegadaian Syariah
Pertama: Hukum
Bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai barang jaminan hutang dalam bentuk
rahn diperbolehkan dengan ketentuan sebagai berikut :
Kedua: Ketentuan Umum
Murtahin (penerima barang) mempunyai hak untuk menahan marhun (barang) sampai semua utang rahin
(nasabah) dilunasi.
Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik rahin. Pada prinsipnya, marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh
murtahin kecuali seizin rahin, dengan tidak mengurangi nilai marhun dan pemanfaatann yaitu sekadar
pengganti biaya pemeliharaan dan perawatannya.
Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya menjadi kewajiban rahin, namun dapat
dilakukan juga oleh murtahin, sedangkan biaya dan pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi
kewajiban rahin.
Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah
pinjaman.
Dalam skema akad rahn, nasabah akan menyerahkan barang dan kemudian Pihak Pegadaian
menyimpan dan merawatnya di tempat yang telah disediakan. Akibat yang timbuldari proses penyimpanan
adalah timbulnya biaya-biaya yang meliputi nilai investasi tempat penyimpanan, biayaperawatan dan keseluruhan
proses kegiatannya. Atas dasar ini dibenarkan bagi Pegadaian mengenakan biaya sewa kepada nasabah sesuai
jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak. Pegadaian Syariah akan memperoleh keutungannya dari biaya
sewa tempat yang dipungut bukan tambahan berupa bunga atau sewa modal yang diperhitungkan dari
uang pinjaman.
Untuk dapat memperoleh layanan dari Pegadaian Syariah, masyarakat hanya cukup
menyerahkan hartanya (emas, berlian, kendaraan, dan lain-lain) untuk dititipkan disertai dengan copy
identitas. Kemudian staf Penaksir akan menentukan nilai taksiran barang tersebut yang akan dijadikan
sebagai patokan perhitungan pengenaan sewa simpanan (jasasimpan) dan plafon uang pinjaman yang dapat
diberikan. Taksiran barang ditentukan berdasarkan nilai intrinsik dan harga pasar yang telah ditetapkan oleh
Perum Pegadaian. Maksimum uang pinjaman yang dapat diberikan adalah sebesar 90% dari nilai taksiran
barang.
DEVI JULIANI
2010323002
Akad Pegadaian Syariah
Setelah melalui tahapan ini, Pegadaian Syariah dan nasabah melakukan akad dengan
kesepakatan :
a) Jangka waktu penyimpanan barang dan pinjaman ditetapkan selama maksimum empatbulan.
b) Nasabah bersedia membayar jasa simpan.
c) Membayar biaya administrasi yang besarnya ditetapkan oleh Pegadaian pada saat pencairan
uang pinjaman.
Jika nasabah sudah tidak mampu melunasi hutang atau hanya membayar jasa simpan, maka
Pegadaian Syarian melakukan eksekusi barang jaminan dengan cara dijual, selisih antara nilai penjualan
dengan pokok pinjaman, jasa simpan dan pajak merupakan uang kelebihan yang menjadi hak nasabah.
Nasabah diberi kesempatan selama satu tahun untuk mengambil uang kelebihan, dan jika dalam satu tahun
ternyata nasabah tidak mengambil uang tersebut, Pegadaian Syariah akan menyerahkan uang kelebihan
kepada Badan Amil Zakat sebagai ZIS.
3. Karakteristik Akad Rahn
DEVI JULIANI
2010323002
Akad Pegadaian Syariah
d. Bila tidak dapat melunasinya maka barang gadai andi jual kemudian hasil
penjualanbersihdigunakanuntukmelunasi utang dan biaya pemeliharaan yang terutang.
e. Apabila ada kelebihan antara harga jual barang gadaian dengan besarnya utang maka selisihnya
diserahkan kepada yang berutang tapi apabila ada kekurangan maka yang berutang tetap harus
membayar sisa utangnya tersebut.
f. Yang melakukan penjualan adalah pemilik
Dalam perjanjian akad gadai, harus memenuhi beberapa rukun gadai syariah.
Rukun gadai tersebut antara lain
1. Rahin (yang menggadaikan), syarat Rahin: orang yang telahdewasa, berakal, bias dipercaya, dan
memliki barang yang akan digadaikan.
2. Murtahin (yang menerima gadai), orang yang dipercaya Rahin untuk mendapatkan modal dengan
jaminan barang gadai.
3. Marhun (barang yang digadaikan), barang yang digunakan Rahin untuk dijadikan jaminan dalam
mendapatkan uang.
4. Marhunbih (utang), sejumlah dana yang diberikan murtahin kepada Rahin atas dasar besarnya
taksiran marhun.
5. Sighat, (ijab dan qabul), kesepakatan antara Rahin dan murtahin dalam melakukan transaksi
gadai.
1. Penerima dan pemberi gadai haruslah memiliki kecakapan hukum. Oleh karena itu, tidak sah
gadai yang dilakukan oleh para pihak yang tidak memiliki kecakapan hukum, misalnya gila,
anak-anak dan seterusnya.
2. Akad gadai sempurna bila harta telah dikuasai oleh penerima gadai.
3. Akad gadai harus dinyatakan oleh para pihak secara lisan, tertulis, atau isyarat.
DEVI JULIANI
2010323002
Akad Pegadaian Syariah
Marhun itu merupakan harta yang utuh, tidak bertebaran dalam beberapa tempat, dan
DEVI JULIANI
2010323002
Akad Pegadaian Syariah
Pedoman penaksiran ditetukan atau dikelompokkan atas dasar jenis barang ya adalah sebagai
berikut:
1) Barang Kantong
a) Emas
Petugas penaksir melihat Harga Pasar Pusat (HPP) dan standard taksiran logam yang telah
ditetapkan oleh kantor pusat. Harga pedoman untuk keperluan penaksiran ini selalu disesuaikan
dengan perkembangan harga yang tajadi.
b) Permata
Petugas penaksir melihat standard taksiran pemata yang telah ditentukan oleh kantor pusat.
Standar ini selalu disesuaikan dengan perkembangan pasar permata yang ada.
6. Barang Gudang
Barang-barang gudang yang dimaksud di sini adalah meliputi: mobil, motor, mesin, barang
elektomik, tekstil dan lain-lain.
Petugas penaksir melihat Harga Pasar Setempat (HPS) dari barang. Harga pedoman untuk
keperluan penaksiran ini selalu disesuaikan dengan perkembangan harga yang terjadi.
Penaksiran hanya dibolehkan oleh pejabat penaksir yang ditunjuk dan di didik khusus
untuk tugas itu.
DEVI JULIANI
2010323002