Anda di halaman 1dari 14

PEGADAIAN

SYARIAH
Definisi Pegadaian
Dalam fikih muamalah, perjanjian gadai di
sebut rahn. Istilah rahn secara bahasa berarti “menahan”.
Maksudnya adalah menahan sesuatu untuk dijadikan
sebagai jaminan utang.

Sedangkan pengertian gadai menurut


hukum syara’ adalah menjadikan sesuatu barang yang
mempunyai nilai harta dalam pandangan syara’ sebagai
jaminan utang yang memungkinkan untuk mengambil
seluruh atau sebagian utang dari barang tersebut.
Dasar Hukum
• 1.Al-Quran
Ayat-ayat Al-Quran yang dapat dijadikan dasar hukum perjanjian gadai
adalah QS. Al-Baqarah ayat 282 dan 283. Inti dari dua ayat tersebut adalah
apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan
hendaklah kamu menuliskannya, yang dipersaksikan dua orang saksi laki-laki
atau satu orang laki-laki dan dua orang saksi perempuan.
• 2. As-Sunnah
Dalam hadis berasal dari ‘Aisyah r.a disebutkan bahwa Nabi SAW pernah
membeli makanan dari seorang yahudi dengan harga yang diutang, sebagai
tanggungan atas utangnya itu Nabi menyerahkan baju bersihnya. (HR.Bukhari).
Dalam hadis lain diriwayatkan berasal dari Ibn ‘Abbas r.a dinyatakan ketika
Nabi SAW wafat, baju bersihnya masih dalam keadaan menjadi tanggungan
utang 20 sha’ (l.k 50kg) bahan makanan yang dibelinya untuk nafkah
keluarganya. (HR.Turmidzi).
3. Ijtihad
Berdasarkan Al-Quran dan hadis jumhur ulama menyepakati kebolehan
status hukum gadai. Agar gadai tersebut dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah,maka diperlukan adanya petunjuk (fatwa) dari institusi yang berwenang.
Di Indonesia,lembaga yang mempunyai kewenangan untuk memberikan
fatwa adalah Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI).
Terkait dengan gadai, fatwa-fatwa yang telah dikeluarkan adalah :
 Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia No.25/DSN-MUI/III/2002
tentang Rahn.
 Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia No.26/DSN-MUI/III/2002
tentang Rahn Emas.
 Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia No.9/DSN-MUI/VI/2000
tentang Pembiayaan Ijarah.
 Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia No.10/DSN-MUI/IV/2000
tentang Wakalah.
Rukun dan Syarat Gadai
Rukun Gadai
1.Ada Ijab dan qabul (shigat)
2.Terdapat orang yang berakad adalah yang menggadaikan (rahin) dan yang menerima
gadai (murtahin)
3.Ada jaminan (marhun) berupa barang / harta
4.Utang (marhun bih)

Syarat Syah Gadai


◦ Shigat
Shigat tidak boleh terkait dengan masa yang akan datang dan syarat tertentu.
Misalnya, jika masa waktu utang telah habis dan belum terbayar, maka rahn dapat
diperpanjang selama 1 bulan. Jika syarat yang dimaksud justru mendukung berjalannya
akad, maka diperbolehkan. Misalnya pihak penerima gadai meminta agar proses akad
diikuti 2 orang saksi.
◦ Orang yang berakad.
Pihak yang berakad harus memiliki kecakapan dalam melakukan tindakan
hukum, berakal sehat, sudah baligh serta mampu melaksanakan akad.
◦ Barang yang dijadikan pinjaman
◦ Harus berupa barang / harta yang nilainya seimbang dengan utang
serta dapat dijual
◦ Dapat dimanfaatkan serta memiliki nilai
◦ Harus spesifik dan jelas
◦ Dimiliki oleh orang yang menggadaikan secara syah
◦ Tidak tersebar dalam beberapa tempat dan dalam kondisi utuh

◦ Utang (marhun bih)


◦ Wajib dikembalikan kepada murtahin (yang menerima gadai)
◦ Dapat dimanfaatkan
◦ Jumlahnya dapat dihitung

Asy-Syafi’i mengatakan bahwa syarat sah gadai adalah harus ada


jaminan yang berkriteria jelas dalam serah terima. Sedangkan Maliki
mensyaratkan bahwa gadai wajib dengan akad dan setelah akad,orang yang
menggadaikan wajib menyerahkan barang jaminan kepada yang menerima
gadai.
Berakhirnya Hak Gadai
Menurut Sayyid Sabiq (1996) hak gadai akan berakhir jika:
Rahin telah melunasi semua kewajiabannya kepada murtahin.
Rukunn dan syarat gadai tidak terpenuhi.
Baik rahin maupun murtahin atau salah satunya ingkar dari ketentuan
syara’ dan akad yang telah disepakati oleh keduanya.
Hak dan Kewajiban
PENERIMA GADAI (MURTAHIN)
Hak Kewajiban
1. Penerima Gadai (Murtahin) 1. Murtahin bertanggungjawab atas
mendapatkan biaya administrasi yang hilang atau merosotnya harga Marhun
telah dikeluarkan untuk menjaga bila itu disebabkan oleh kelalaiannya.
keselamatan harta benda gadai
(Marhun).

2. Murtahin mempunyai hak menahan 2. Murtahin tidak boleh menggunakan


Marhun sampai semua utang barang gadai untuk kepentingan
(MarhunBih) dilunasi. pribadinya.

3. Penerima gadai berhak menjual 3. Murtahin berkewajiban memberi


Marhun apabila Rahin pada saat jatuh informasi kepada Rahin sebelum
tempo tidak dapat memenuhi kewajiban. mengadakan pelelangan harta benda
Hasil penjualan diambil sebagian untuk gadai.
melunasi Marhun Bih dan sisanya
dikembalikan kepada Rahin.
PEMBERI GADAI (RAHIN)
Hak Kewajiaban

1. Rahin berhak mendapatkan pembiayaan 1. Rahin berkewajiban melunasi Marhun Bih


dan atau jasa penitipan. yang telah diterimanya dalam tenggang
waktu yang telah ditentukan, termasukbiaya
lain yang disepakati.
2. Rahin berhak menerima kembali harta 2. Pemeliharaan Marhun pada dasarnya
benda yang digadaikan sesudah melunasi menjadi kewajiban Rahin.
utangnya. Namun jika dilakukan oleh Murtahin, maka
biaya pemeliharaan tetap menjadi kewajiban
Rahin.
Besar biaya pemeliharaan tidakboleh
ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.

3. Rahin berhak menuntut ganti rugi atas 3. Rahin berkewajiban merelakan penjualan
kerusakan dan atau hilangnya harta benda Marhun bila dalam jangka waktuyang telah
yang digadaikan. ditetapkan ternyata tidak mampu melunasi
pinjamannya.
4. Rahin berhak menerima sisa hasil
penjualan harta benda gadai sesudah
dikurangi biaya pinjaman dan biaya lainnya.
5. Rahin berhak meminta kembali harta
benda gadai jika diketahui adanya
penyalahgunaan.
Perbedaan Teknis Antara Pegadaian Syariah dengan Pegadaian
Konvensional
N0 PEGADAIAN SYARIAH PEGADAIAN KONVENSIONAL

1 Biaya administrasi berdasarkan barang Biaya administrasi berupa prosentase yang


didasarkan pada golongan barang

2 1 hari dihitung 5 hari 1 hari dihitung 15 hari

3 Jasa simpanan berdasarkan simpanan Sewa modal berdasaarkan uang pinjaman

4 Bila pinjaman tidak dilunasi, barang jaminan akan Bila pinjaman tidak dilunasi, barang jaminan
dijual kepada masyarakat dilelang kepada masyarakat

5 Uang pinjaman 90 persen dari taksiran Uang pinjaman untuk golongan A 92%, sedangkan
untuk golongan BCD 88-86%

6 Penggolongan nasabah D-K-M-I-L Penggolongan nasabah P-N-I-D-L

7 Jasa simpanan dihitung dengan konstanta x Sewa modal dihitung dengan prosentase x uang
taksiran pinjaman

8 Maksimal jangka waktu 3 bulan Maksimal jangka waktu 4 bulan

9 Kelebihan uang hasil dari penjualan barang tidak Kelebihan uang hasil lelang tidak diambil oleh
diambil oleh nasabah, diserahkan kepada Lembaga nasabah, tetapi menjadi milik pegadaian
ZIS
Akad Perjanjian Transaksi Gadai
Dalam transaksi gadai terdapat 4 akad untuk mempermudah mekanisme
perjanjiannya, 4 akad tersebut adalah :
- Qardh al-Hasan
Akad ini digunakan nasabah untuk tujuan konsumtif. Oleh karena itu nasabah (rahin)
akan dikenakan biaya perawatan dan penjagaan barang gadaian (marhun) kepada
pegadaian (murtahin).
- Mudharabah
Akad ini diberikan bagi nasabah yang ingin memperbesar modal usahanya atau untuk
pembiayaan lain yang bersifat produktif.
- Ba’i Muqayyadah
Akad ini diberikan bagi nasabah untuk keperluan yang bersifat produktif. Seperti
pembelian alat kantor, modal kerja. Dalam hal ini murtahin juga dapat menggunakan akad
jual-beli untuk barang atau modal kerja yang diinginkan oleh rahin. Barang gadai adalah
barang yang dapat dimanfaatkan oleh rahin maupun murtahin.
- Ijarah
Obyek dari akad ini adalah pertukaran manfaat tertentu. Bentuknya adalah murtahin
menyewakan tempat penyimpanan barang.
Operasional Pegadaian Syariah
Adapun secara teknis, implementasi akad Rahn dalam
lembaga Pegadaian adalah sebagai berikut :
SKEMA :
Operasional Pegadaian Syariah
4
PEMBIAYAAN
(MAHRUM BIH)

PEGADAIAN 2 NASABAH
(MURTAHIN) (RAHIN)

1
JAMINAN
(MARHUN)

5
KETERANGAN :
(1) Nasabah menjaminkan barang(Marhun)kepada Pegadaian Syariah
untuk mendapatkan pembiayaan. Kemudian pegadaian menaksir
barang jaminan tersebut untuk dijadikan dasar dalam meberikan
pembiayaan.
(2) Pegadaian Syariah dan Nasabah menyepakati akad gadai. Akad ini
meliputi jumlah pinjaman, pembebanan biaya jasa simpanan dan biaya
administrasi. Jatuh tempo pengembalian pembiayaan yaitu 120 hari
(4bulan).
(3) Pegadaian Syariah memberikan pembiayaan atau jasa yang dibutuhkan
Nasabah sesuai kesepakatan.
(4) Nasabah menebus barang yang digadai setelah jatuh tempo. Apabila
pada saat jatuh tempo belum dapat mengembalikan uang pinjaman,
dapat diperpanjang satu kali masa jatuh tempo, demikian seterusnya.
Apabila Nasabah tidakdapat mengembalikan uang pinjaman dan tidak
memperpanjang akad gadai, maka Pegadaian dapat melakukan
kegiatan pelelangan dengan menjual barang tersebut untuk melunasi
pinjaman.
(5) Pegadaian(Murtahin) mengembalikan harta benda yang digadai
(Marhun) kepada pemiliknya (Nasabah).
Jasa dan Produk Pegadaian Syariah
Layanan jasa serta produk yang ditawarkan oleh
pegadaian syariah adalah sebagai berikut :

◦ Pemberian pinjaman atau pembiayaan atas dasar hukum gadai

◦ Penaksiran nilai barang

◦ Penitipan barang (ijarah)

◦ Gold counter

Anda mungkin juga menyukai