Anda di halaman 1dari 18

Bab IV Prinsip Operasional Bank Syariah

Rencana Pengajaran :
- Dengan metode ceramah
dan tanya jawab
- Waktu : Pertemuan ke 4
(empat)

Tujuan Instruksional Khusus :


- Mahasiswa dapat menjelaskan tentang konsep syariah Bagi Hasil
(Profit Sharing)
- Mahasiswa dapat menjelaskan tentang konsep syariah Jual Beli (Sale
& Purchase)
- Mahasiswa dapat menjelaskan tentang konsep syariah Sewa (Lease)
- Mahasiswa dapat menjelaskan tentang konsep syariah Al- Qardh
- Mahasiswa dapat menjelaskan tentang konsep syariah Jasa (Feebased
Service)
- Mahasiswa dapat menjelaskan tentang konsep syariah Titipan (Al-
Wadiah)

Pendahuluan
Sektor perbankan memiliki posisi strategis sebagai lembaga intermediasi
yang menunjang perekonomian nasional. Oleh karena itu peranan perbankan
nasional perlu ditingkatkan fungsinya dalam menghimpun dan menyalurkan dana
masyarakat, serta penyediaan pelayanan jasa perbankan lainnya.
Adanya keyakinan umat Islam bahwa Islam adalah agama yang lengkap dan
universal dimana ajarannya mengatur seluruh aspek kehidupan, seperti ibadah,
hukum, ekonomi dan lain-lain, sedangkan aplikasinya akan memberikan
keuntungan pada setiap waktu sampai akhir zaman.
Pengembangan perbankan syariah pada tahap awal ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat yang menginginkan pelayanan jasa perbankan
yang sesuai dengan prinsip syariah. Bank syariah diyakini akan menjadi solusi
masalah ekonomi untuk menghasilkan kesejahteraan manusia. Unsur moralitas
menjadi faktor penting dalam seluruh kegiatan bank syariah, sehingga hal ini
diharapkan akan mendorong terciptanya etika usaha dan integritas pemilik dan
pengurus yang tinggi.
Tampak jelas bahwa keberadaan lembaga keuangan dalam Islam sangat vital
karena kegiatan bisnis dan roda ekonomi tidak akan berjalan tanpa lembaga
keuangan tersebut. Untuk mendapatkan persepsi yang jelas tentang konsep Islam
dalam lembaga keuangan khususnya bank akan dibahas secara mendasar di bab IV
ini.
Mekanisme Operasional bank Islam dalam menjalankan usahanya
ditentukan oleh akad atau perjanjian antara pihak-pihak terkait. Jenis-jenis akad
yang lazim digunakan dalam operasional bank syariah seperti gambar dibawah ini :

MEKANISME OPERASIONAL BANK ISLAM


MENGGUNAKAN PIRANTI – PIRANTI KEUANGAN
BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP

Bagi Hasil Jual-Beli (al-Qard)


Sewa Jasa Titipan
(Profit & (al Bai’) Soft &
(Ijarah) (Fee-based (al Wadi’ah)
Loss Sale & Benevolent
Lease Service) Depository
Sharing) Purchase Loan

 ar-Rahn 1. Wadi’ah
• Bai’ al • Sewa yad al-
1. Musyara- (al-Ijarah)  al-Wakalah
Murabahah Amanah
kah
• Bai’ as • al-Qard al  al-Kafalah
• Sewa-Beli Hasan 2. Wadi’ah
2. Mudhara- Salam  al-Hawalah
(Ijarah yad adh-
bah • Bai’ al wa Iqtina’)  Ju’alah Dhamanah
Istishna’
 Sharf

Bagi Hasil (Profit and Loss Sharing)


Bagi hasil adalah konsep yang paling lazim dan tidak ada keraguan
didalamnya, dan hampir semua ulama sepakat dengan transaksi bagi hasil. Secara
umum, prinsip bagi hasil dapat dilakukan dalam beberapa cara seperti al-
musyarakah, al-mudharabah, al-muzara’ah dan lain-lain. Sungguhpun demikian,
prinsip yang paling banyak dipakai dalam perbankan syariah adalah al-musyarakah
dan al-mudharabah. Berikut ini akan dibahas dua konsep kerjasama yang paling
banyak digunakan tersebut.
1. Al – Musyarakah (Joint Venture Profit Sharing)
Secara bahasa syirkah atau musyarakah berarti mencampur. Dalam hal ini
mencampur satu modal dengan modal yang lain sehingga tidak dapat dipisahkan

48
satu sama lain. Dalam istilah fikih, syirkah adalah suatu akad antara dua orang atau
lebih untuk berkongsi modal dan bersekutu dalam keuntungan.
Secara teknis pengertian musyarakah adalah akad kerja sama antara dua
pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana atau modal dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan
resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
Rukun Al – Musyarakah
Menurut imam Hanafi hanya ada dua rukun dan syarat musyarakah yaitu
Ijab dan Qabul. Tetapi para ulama dan praktisi perbankan menjabarkan lagi rukun
musyarakah menjadi :
- Sighot (ucapan), ijab & qabul (penawaran &
penerimaan).
- Pihak yang berkontrak.
- Obyek kesepakatan : modal / dana & kerja.
Syarat al- Musyarakah
a. Ucapan (sigot)
Tidak ada bentuk khusus dari kontrak. Berakad dianggap sah jika diucapkan
secara verbal atau ditulis.
b. Pihak yang berkontrak
Mitra harus kompeten dalam memberikan/ diberikan kekuasaan perwalian.
c. Objek Kesepakatan (Modal dan Kerja)
- Modal harus uang tunai, emas, perak atau yang
nilainya sama. Dapat terdiri dari aset perdagangan, hak yang tidak terlihat
(misal : lisensi, hak paten, dsb).
- Partisipasi para mitra dalam pekerjaan, adalah
sebuah hukum dasar, dan tidak dibolehkan bagi salah satu dari mereka
untuk mencantumkan tidak ikut sertanya mitra lainnya. Namun porsi
pekerjaan tidak perlu sama, demikian pula dengan bagian keuntungan yang
diterima.
2. Al – Mudharabah (Trust Financing/ Investment /Trustee Profit Sharing)
Adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak atau lebih, di mana pihak
pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal (100%), sedangkan pihak
lainnya adalah pengelola (mudharib). Keuntungan usaha dibagi menurut
kesepakatan, apabila terjadi kerugian, maka ditanggung oleh shahibul maal (selama
kerugian itu bukan karena kelalaian mudharib). Apabila karena kelalaian mudharib,
maka mudharib yang menanggung kerugian tersebut.
Rukun Al – Mudharabah
1. Pihak yang berakad
49
- pemilik modal (shahibul maal)
- pengelola dana (mudharib)
2. Obyek yang diakadkan
- Modal (maal)
- Kerja
- Keuntungan
3. Akad (sighot) ; Serah (ijab), Terima (qabul)
Syarat Al – Mudharabah
1. Pihak yang berakad
- Shahibul maal & mudharib, kedua-duanya harus memiliki kemampuan
untuk diwakili dan mewakilkan.
2. Obyek yang diakadkan
- Modal yang disetorkan kepada mudharib, harus
jelas jumlah dan mata uangnya.
- Jangka waktu pengelolaan modal.
- Jenis pekerjaan yang di mudharabah-kan.
- Proporsi pembagian keuntungan (nisbah)
3. Akad (sighot)
- Harus jelas & disebutkan secara spesifik dengan
siapa berakad.
- Antara ijab-qabul harus selaras baik dalam
modal, kerja & penentuan nisbah.
- Tidak mengandung ketentuan yang bersifat
menggantungkan keabsahan
transaksi pada hal/kejadian yang akan datang.

Jual Beli (Al-Bai’)


1. Al-Murabahah
Adalah akad jual-beli suatu barang di mana penjual menyebutkan harga jual
yang terdiri dari harga pokok barang & tingkat keuntungan tertentu atas barang,
dimana harga jual tersebut disetujui oleh pembeli dan pembayarannya dilakukan
dibelakang.
Karakteristiknya adalah penjual harus memberitahukan harga produk yang
dibelinya & menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.
Konsep inilah yang paling banyak diterapkan di bank-bank syariah
Rukun Al-Murabahah
1. Pihak yang berakad:
- penjual
- pembeli
2. Obyek yang diakadkan:
- barang yang diperjual-belikan
- harga
50
3. Akad / sighot:
- serah (ijab)
- terima (kabul)
Syarat Al – Murabahah
1. Pihak yang berakad:
- Cakap hukum
- Sukarela (ridha)
2. Obyek yang diperjual-belikan :
- Tidak termasuk yang dilarang / diharamkan
- Bermanfaat
- Penyerahan dari penjual ke pembeli dapat
dilakukan
- Merupakan hak milik penuh pihak yang berakad
- Sesuai spesifikasinya antara yang diserahkan
penjual & yang diterima pembeli.
3. Akad / sighot :
- Harus jelas & disebutkan spesifikasi dengan siapa
berakad.
- Antara ijab-kabul (serah terima) harus selaras,
baik dalam spesifikasi barang maupun harga yang disepakati.
- Tidak mengandung klausul yang bersifat
menggantungkan keabsahan transaksi pada hal/kejadian yang akan datang.
- Tidak membatasi waktu,(mis: saya jual kpd. anda
untuk. jangka waktu satu tahun, sesudah itu menjadi milik saya).
Bithaman Bil Ajil (BBA) (Pengembangan dari konsep Murabahah tapi
pembayarannya dilakukan dicicil).
2. Bai – Assalam (Salam/ salaf, In-front payment sale)
Adalah akad pembelian sebuah barang yang penyerahannya (delivery)
ditangguhkan dengan pembayaran segera menurut syarat-syarat tertentu, atau jual
beli sebuah barang untuk diantar kemudian dengan pembayaran diawal atau dengan
kata lain akad jual beli, di mana pembeli membayar uang (sebesar harga) atas
barang yang telah disebutkan spesifikasinya, sedangkan barang yang
diperjualbelikan itu akan diserahkan kemudian, yaitu pada tanggal yang disepakati.
Rukun Bai- Assalam
1. Pihak yang berakad ; pembeli (muslam), penjual (muslam ilaih)
2. Obyek yang diakadkan:
- barang yang disalamkan (muslam fih)
- harga/modal salam (ra’su maal as-salam)
3. Akad / sighot ; serah (ijab), terima (kabul)
Syarat Bai-Assalam
1. Pihak yang berakad :
51
- Harus cakap hukum
- Sukarela (ridha)
2. Obyek yang diakadkan:
- Barang/komoditi yang di-salam-kan.
 tidak termasuk yang dilarang/haram.
 jelas spesifikasinya (jenis, warna, sifat, dll).
 jelas ukurannya (timbangan, takaran, berat, panjang kualitas, dll)
 harus berwujud sehingga dapat diakui sebagai hutang.
 jelas waktu & tempat delivery.

52
- Harga/modal salam
 Jelas harganya/modal (amount, currency).
 Modal harus segera diserahkan pada saat akad (tunai). Modal dalam
bentuk hutang tidak diperbolehkan, karena akan mengakibatkan jual
beli hutang dengan hutang. Demikian pula jika modal berupa
pembebasan hutang penjual (muslam ilaih), hal ini tidak
diperbolehkan karena menimbulkan riba.
- Akad / sighot
 Harus jelas & disebutkan secara spesifik dengan siapa berakad.
 Antara ijab-qabul harus selaras baik dalam spesifikasi barang
maupun
 harga yang disepakati.
 Tidak mengandung hal-hal yang bersifat menggantungkan keabsahan
transaksi pada kejadian yang akan datang.
3. Bai-Al Isti’naa
Adalah merupakan kontrak penjualan antara pembeli & pembuat barang.
Dalam kontrak ini, pembuat barang menerima pesanan dari pembeli. Pembuat
barang selanjutnya berusaha melalui orang lain untuk membuat atau membeli
barang menurut spesifikasi yang telah disepakati & menjualnya kepada pembeli
akhir. Kedua belah pihak bersepakat atas harga serta sistem pembayaran : apakah
pembayaran dibayar di muka, dengan cicilan, atau ditangguhkan sampai suatu
waktu di masa yang akan datang.
Menurut jumhur ulama, bai’ al-istishna’ merupakan suatu jenis khusus dari
akad bai’ as-salam. Biasanya, jenis ini digunakan di bidang manufaktur. Dengan
demikian, ketentuan bai’ al-istishna’ mengikuti ketentuan & aturan akad as-salam.

Rukun Bai-al Isti’naa


- Pihak yang berakad ; (pembuat/ produsen dan
pemesan/ pembeli)
- Obyek yang diakadkan ; (barang/ proyek yang
dipesan, kesepakatan harga jual)
- Sighot ; serah (ijab), terima (qabul)
Syarat Bai-Al Isti’naa
- Pihak yang berakad harus cakap hukum.
- Produsen sanggup memenuhi persyaratan pesanan.
- Obyek yang dipesan jelas spesifikasinya.
- Harga jual adalah harga pesanan ditambah keuntungan.
- Harga jual tetap selama jangka waktu pemesanan.
- Jangka waktu pembuatan disepakati bersama.

53
AL-IJARAH
1. Al-Ijarah atau Sewa (Lease)
Adalah pemilikan hak atas manfaat dari penggunaan sebuah aset sebagai
ganti dari pembayaran. Pengertian Ijarah itu sendiri adalah sewa atas manfaat dari
sebuah aset.
2. Al-Ijarah wa Iqtina’ atau Al-Ijarah Mutahiyah bi Tamlik
Adalah sewa yang diakhiri dengan pemindahan kepemilikan. Penyewa dapat
juga diberi opsi untuk memiliki barang yang disewakan tersebut pada saat sewa
selesai, dan kontrak ini disebut al-Ijarah wa Iqtina’ atau al-Ijarah Mutahiyah bi
Tamlik, di mana akad sewa yang terjadi antara bank (sebagai pemilik barang)
dengan nasabah (sebagai penyewa) dengan cicilan sewanya sudah termasuk cicilan
pokok harga barang.

Rukun Al-Ijarah
- Penyewa
- Pemilik barang
- Obyek yang disewakan
- Harga sewa yang disepakati
- Perjanjian
Syarat Al-Ijarah
- Kesepakatan kedua pihak untuk melakukan
penyewaan.
- Barang yang disewa tidak termasuk kategori
haram.
- Harga sewa harus terukur.
- Pada akhir penyewaan barang akan dibeli oleh
penyewa.

Catatan:
Obyek kontrak dalam Ijarah adalah manfaat dari penggunaan aset, bukan aset
itu sendiri.

Al- Qard (Soft and Benevolent Loant)


Adalah apa yang diberikan dari harta yang terukur yang dapat ditagih /
dituntut, atau akad yang dikhususkan yang dikembalikan pada membayar harta yang
terukur kepada orang lain agar dikembalikan sepertinya.
Rukun Al-Qard
- ada peminjam (muqtarid), ada pemberi pinjaman
(muqrid)

54
- ada dana (qard)
- ada serah terima (ijab qabul)

55
Syarat Al-Qard
- dana yang digunakan ada manfaatnya
- kesepakatan kedua belah pihak
Dalam literatur fikih klasik, al-Qard dikategorikan dalam ‘aqd tatawwu’I
atau akad saling bantu-membantu & bukan transaksi komersial. Jadi qard adalah
semata-mata produk bank yang ada dalam fungsinya untuk menjalankan kegiatan
sosial. Maka dana yang digunakan untuk hal ini, harus berasal dari dana sosial juga
seperti zakat, infaq, sadaqoh (ZIS) atau dana-dana yang berasal dari modal bank.
Qard adalah produk perbankan untuk nasabah yang memerlukan dana untuk
keperluan mendesak dengan kriteria tertentu dan bukan untuk tujuan konsumtif.
Pengembalian, ditentukan dalam jangka waktu tertentu dan dapat dikembalikan
sekaligus atau diangsur. Qard yang menghasilkan manfaat diharamkan jika
disyaratkan.
Jasa (Fee Based service)
Ar-Rahn
Ar-Rahn berarti menahan sesuatu dengan baik (dengan cara yang
dibenarkan), yang memungkinkan untuk ditarik kembali.
Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomi, sehingga pihak yang
menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau
sebagian piutangnya.
Rukun Ar-Rahn
- Yang menggadaikan (Rahn), Yang menerima gadai (Murtahin / bank)
- Barang yang digadaikan (Marhun / Rahn)
- Hutang (marhun bih)
Syarat Ar-Rahn
- Nasabah memenuhi syarat cakap hukum
- Nasabah mampu mengembalikan pinjaman
- Barang yang digadaikan bebas dari ikatan/syarat
tertentu
- Barang yang digadaikan jelas milik nasabah
Catatan:
Dalam teknis perbankan, akad ini dapat digunakan sebagai tambahan pada
pembiayaan yang beresiko & memerlukan jaminan tambahan.
Akad ini juga dapat menjadi produk tersendiri untuk melayani kebutuhan
nasabah guna keperluan yang bersifat jasa & konsumtif seperti pendidikan,
kesehatan dan sebagainya. Bank atau lembaga keuangan tidak menarik

56
manfaat apapun kecuali biaya pemeliharaan atau keamanan barang yang
digadaikan tersebut.

57
Al- Wakalah
Wakalah atau wikalah berarti penyerahan, pendelegasian, atau pemberian
mandat. Al-Wakalah adalah akad perwakilan antara dua pihak, dimana pihak
pertama mewakili suatu urusan kepada pihak kedua untuk bertindak atas nama
pihak pertama.
Beberapa jenis al-Wakalah:
- al-Wakalah al-Mutlaqah, mewakilkan secara mutlak,
tanpa batas waktu & untuk segala urusan).
- al-Wakalah al-Muqayyadah, yaitu penunjukan wakil
untuk bertindak atas namanya dalam urusan-urusan tertentu).
- al-Wakalah al-amamah, perwakilan yang lebih luas
dari al-muqayyadah tetapi lebih sederhana daripada al-mutlaqah.
Rukun Al-Wakalah
- Adanya pihak yang mewakilkan (muwakkil), ada pihak yang mewakili (wakil).
- Adanya obyek/urusan/tugas yang diserahkan (taukil).
- Adanya akad (kesepakatan) kedua belah pihak..
Dalam akad tersebut dapat saja dicantumkan kesepakatan tentang bentuk,
jenis & waktu pelaksanaan tugas yang diwakili, sehingga dalam hal ini dapat saja
ditentukan besarnya upah (fee) atas pelaksanaan tugas oleh pihak yang mewakili
(wakil) sehubungan dengan permintaan dari pihak yang mewakili (muwakil).

Dalam praktek perbankan terdapat beberapa jenis wakalah seperti :


- Kliring, inkaso, Transfer, Commercial Documentary Collection, (Seperti
transaksi yang berkaitan dengan jasa penagihan atas dokumen-dokumen
ekspor-impor sehubungan dengan pembukaan Letter of credit impor oleh
nasabah suatu bank).
- Financial Documentary Collection, Seperti jasa penagihan yang diberikan
bank nasabah atas warkat-warkat yang tertarik di bank lain untuk kepentingan
nasabah.

Al- Kafalah
Al-Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil)
kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.
Dalam pengertian ini, al-Kafalah juga berarti mengalihkan tanggung jawab
seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai
penjamin.
Jenis al-Kafalah :
- Kafalah bin-Nafs ; (mis: Personal Guarantee).
- Kafalah bil-Maal ; (mis.:Advanced Payment Bond, Payment Bond).
58
- Kafalah Muallaqah/Kafalah al-Munjazah ; (mis. Performance Bond, Bid
Bond).
- Kafalah bit-Taslim ; (untuk menjamin pengembalian atas barang yang disewa,
pada waktu masa sewa berakhir).
Syarat al-Kafalah :
- Kontrak perjanjian
- Batas waktu yang jelas
- Pihak yang dijamin
- Pihak yang terjamin
- Pihak yang menjamin
- Klausula pengajuan klaim
- Batas waktu pengajuan klaim
Catatan :
Dalam Letter of Credit bank tidak dapat terlepas dari proses penagihan &
pengiriman dokumen, proses penerimaan maupun pembayaran & dapat pula
melakukan proses diskonto wesel maupun negosiasi wesel.
Akad-akad yang dipergunakan antara lain :
Akad Wakalah (untuk transaksi penagihan dokumen ekspor, pengiriman
dokumen ekspor, pembayaran impor, maupun penerimaan hasil ekspor).
Akad Hawalah (untuk transaksi pengalihan negosiasi wesel ekspor maupun
diskonto wesel ekspor).
Al-Ju’alah
Ju’alah adalah suatu kontrak dimana pihak pertama menjanjikan imbalan
tertentu kepada pihak kedua atas pelaksanaan suatu tugas/pelayanan yang dilakukan
oleh pihak kedua untuk kepentingan pihak pertama. Prinsip ini dapat diterapkan
oleh bank dalam menawarkan berbagai pelayanan dengan mengambil fee dari
nasabah, Seperti Referensi Bank, Informasi Usaha dan sebagainya.

Al- Hawalah
Adalah akad perpindahan yang berhubungan dengan hutang piutang antara
pihak satu dengan pihak yang lain.
Dalam perbankan Hawalah adalah perpindahan piutang nasabah (muhal) ke
bank (muhal alaih). Nasabah meminta bank membayarkan terlebih dahulu piutang
yang timbul baik dari jual beli maupun transaksi lainnya yang halal. Atas bantuan
bank untuk melunaskan piutang nasabah terlebih dahulu, bank dapat meminta jasa
pada nasabah, yang besarnya dengan mempertimbangkan faktor resiko bila piutang
tersebut tidak tertagih.

59
Rukun Al-Hawalah
- ada yang memindahkan piutang (muhil), ada
nasabah yang berpiutang (muhal).
- ada yang menerima perpindahan piutang/bank
(muhal alaih).
- ada bukti-bukti hutang piutang antara muhil dan
muhal
- ada perjanjian antara bank dan nasabah
Syarat Al-Hawalah
- Jumlah piutang yang akan dipindahkan jelas
jumlahnya.
- Perpindahan piutang diketahui & disepakati oleh
muhil dan bank.
- Jangka waktu penagihan piutang disepakati antara
muhil & bank.

Sharf
Sharf adalah transaksi pertukaran antara emas dengan perak atau pertukaran
valuta asing, di mana mata uang asing dipertukarkan dengan mata uang domestik
atau dengan mata uang asing lainnya.
Bank Islam sebagai lembaga keuangan dapat menerapkan prinsip ini, dengan
catatan harus memenuhi syarat-syarat yang disebutkan dalam beberapa hadits,
antara lain
1. Harus tunai.
2. Serah terima harus dilaksanakan dalam majelis kontak dan
3. Bila dipertukarkan mata uang yang sama harus dalam jumlah/ kualitas yang
sama.

Al-Wadiah
Adalah akad antara pemilik barang (mudi’) dengan penerima titipan (wadi’)
untuk menjaga harta/modal (ida’) dari kerusakan atau kerugian dan untuk keamanan
harta. Disini pemilik memberikan kekuasaan kepada penerima titipan baik individu
maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip
menghendaki.
Rukun Wadiah
- Pihak yang berakad ; penitip (muwaddi), penerima titipan (wadi’).
- Obyek yang diakadkan ; barang yang dititipkan (wadi’ah/ida’).
- Sighot ; serah (ijab), terima (qabul).
Syarat Wadiah
1. Pihak yang berakad
60
- Cakap hukum.
- Sukarela (ridha) tidak dalam keadaan dipaksa/terpaksa di bawah tekanan.
2. Obyek yang diakadkan
- Merupakan milik mutlak penitip (muwaddi’).

61
3. Sighot
- Jelas apa yang dititipkan.
- Tidak mengandung persyaratan-persyaratan lain.
Sifat Wadiah
- Para pihak dapat membatalkan perjanjian akad ini
setiap saat (karena wadi’ah termasuk “akad yang tidak lazim”).
- Terdapat unsur permintaan tolong dari penitip
(muwaddi’), sedangkan memberikan pertolongan adalah hak dari penerima
titipan (wadi’). Kalau wadi’ tidak mau, maka tidak ada keharusan baginya
untuk menjaga titipan.
- Namun, apabila wadi’ mengharuskan pembayaran,
misalnya : sejenis biaya administrasi, maka akad wadi’ah berubah menjadi
“akad sewa” yang mengandung unsur kelaziman.
- Oleh karena itu wadi’ harus bertanggung jawab &
menjaga terhadap barang yang dititipkan (wadi’ah). Dalam hal ini, wadi’
tidak dapat membatalkan akad ini secara sepihak
Keterangan :
- Penerima simpanan (tangan amanah) = yad al-amanah
- Penitip = muwaddi’
- Pemilik barang = mudi’
- Penerima titipan = wadi’
- Penyimpan = mustawda’
- Harta/modal = ida’
- Penerima simpanan (tangan penanggung) = yad ad-dhamanah
Jenis-jenis Wadiah (Titipan)
1. Wadi’ah yad al-Amanah
2 . Wadi’ah yad ad-Dhamanah
1. Wadi’ah Yad al-Amanah
Adalah akad titipan di mana penerima titipan (custodian) adalah penerima
kepercayaan (trustee), artinya dia tidak diharuskan mengganti segala resiko
kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada aset titipan (karena akadnya adalah
titipan murni), kecuali bila hal itu terjadi karena akibat kelalaian atau
kecerobohan yang bersangkutan atau bila status titipan telah berubah menjadi
al-Wadi’ah Yad adh-Dhamanah.
Barang/obyek titipan tidak boleh diubah, atau diganti dengan jenis yang
sama oleh pihak yang menerima titipan (karena akadnya adalah titipan murni).
Titipan tersebut akan diambil kembali oleh penitip sebagaimana kondisi, bentuk
dan kriteria semula pada saat dititipkan.
Untuk jasa titipan ini, pihak penerima titipan mendapat upah, karena telah
menjaga, memelihara, dan mengamankan barang titipan tersebut sampai diambil
62
kembali oleh pihak penitip. Contohnya dalam dunia perbankan adalah Safe
Deposit Box dan Safe Keeping, bank akan menerima fee (upah).
2. Al-Wadi’ah Yad adh-Dhamanah
Adalah akad titipan di mana penerima titipan (custodian) adalah trustee
yang sekaligus penjamin (guarantor) keamanan aset yang dititipkan. Penerima
titipan bertanggung jawab penuh atas segala kehilangan atau kerusakan yang
terjadi pada aset titipan tersebut.
Penitip/penyimpan mempunyai kebebasan mutlak untuk sewaktu-waktu
menarik kembali sebagian atau seluruh asetnya.
Penerima titipan (custodian) memperoleh izin dari pemilik aset titipan /
barang/ harta, untuk menggunakannya dalam perniagaan/perdagangan selama
aset tersebut berada di tangannya. Semua keuntungan yang dihasilkan dari
penggunaan/ pengelolaan harta tersebut (selama dalam status simpanan) menjadi
hak custodian. Custodian boleh memberikan bonus kepada pemilik aset atas
kehendaknya sendiri, tanpa diikat oleh perjanjian. Dalam dunia perbankan al-
Wadi’ah Yad adh-Dhamanah memanfaatkannya dalam bentuk : Current
Account dan Saving Account.
Catatan:
Di beberapa negara seperti Iran, produk giro berdasarkan prinsip Qard al-
Hasan. Di Malaysia Saving Account tidak berdasarkan prinsip Wadi’ah,
melainkan atas dasar prinsip Mudharabah.

Alat Evaluasi Kemajuan Siswa (soal-soal pendek)


1. Salah satu konsep dasar operasional Bank Syariah adalah konsep sewa,
Sebutkan dan Jelaskan jenis-jenis konsep sewa yang ada ?
2. Salah satu konsep dasar operasional Bank Syariah adalah konsep kerja sama,
Sebutkan dan Jelaskan jenis-jenis konsep kerja sama yang ada ?
3. Apa yang dimaksud dengan konsep mudharabah dan musyarakah ?
Jelaskanlah perbedaan diantara keduanya !
4. Salah satu konsep dasar operasional Bank Syariah adalah konsep jual beli,
Sebutkan dan Jelaskan jenis-jenis jual beli yang ada !

63
5. Akad jual beli adalah menukar barang dengan barang lain dengan syarat-
syarat tertentu, Sebutkan syarat-syarat barang yang diperjualbelikan
tersebut?
6. Akad jual beli adalah menukar barang dengan barang lain dengan syarat-
syarat tertentu, Sebutkan syarat-syarat untuk Penjual dan Pembeli ?
7. Akad jual beli adalah menukar barang dengan barang lain dengan syarat-
syarat tertentu, Sebutkan syarat-syarat untuk Harga yang disepakati ?
8. Beberapa Konsep Syariah dalam Perbankan adalah Al-Joalah dan Al-
Wakalah, Jelaskanlah kedua konsep diatas tersebut !
9. Beberapa Konsep Syariah dalam Perbankan adalah Al-Wadiah dan Al-
Kafalah, Jelaskanlah kedua konsep diatas tersebut !
10. Beberapa Konsep Syariah dalam Perbankan adalah Ijarah dan Al-Hiwalah,
Jelaskanlah kedua konsep diatas tersebut !

Kasus
Seorang petani di Ampek Angkat Bukittinggi memiliki 2 hektar sawah. Saat
ini Ia tidak memiliki modal untuk mengolah sawah tersebut. Ia berencana
menanami sawah itu dengan bibit padi dan bila telah panen akan dijual ke
pasar. Penghasilan yang didapat dari sawahnya biasanya berjumlah 4 ton dan
baru panen setelah 3 bulan. Sebagai mahasiswa Dharma Andalas yang sudah
mempelajari Prinsip Operasional Bank syariah menurut anda kalau petani ini
berhubungan dengan bank syariah untuk mengatasi masalahnya, konsep apa
yang paling cocok digunakan dalam transaksi tersebut ? Jelaskan jawaban
anda.

64

Anda mungkin juga menyukai