Anda di halaman 1dari 12

Mudharabah

atau Qira
Kelompok 9

Annisa Vitasya (200313087)

Della Cantika Hapsah (200313099)

Dytia Dwiyanti (200313106)


Pengertian dan dasar hukum mudharabah

Mudharabah (bahasa Arab: ‫ )مضاربة‬adalah bentuk perjanjian kerja sama antara


pemilik harta dengan pengelola harta. Pemilik harta (shahibul amal) menyerahkan
hartanya kepada pihak lain (mudharib) untuk dibisniskan. Jika untung,
keuntungannya dibagi kepada pemilik harta dan pihak pengelola harta, sesuai dengan
kesepakatan di awal. Sementara itu, jika rugi, kerugian hanya dibebankan kepada
pemilik harta. Pengelola harta tidak dibebani dengan kerugian. Kerja sama ini terdiri
dari kontribusi seratus persen modal dari pemilik modal dan keahlian dari pengelola.
 Mudharabah menurut Imam Hanafi, mudharabah adalah "Akad syirkah
dalam keuntungan, satu pihak pemilik modal dan satu pihak lagi pemilik
Pengertian menurut jasa."
para 4 imam
 Mudharabah menurut Imam Maliki, mudharabah adalah "Akad
perwakilan, dimana pemilik harta mengeluarkan sebagian hartanya untuk
dijadikan modal kepada orang lain agar modal tersebut diperdagangkan
dengan pembayaran yang telah ditentukan (mas dan perak).

 Mudharabah menurut Mazhab Hanabilah, mudharabah adalah "Pemilik


harta mengeluarkan sebagian hartanya dengan ukuran tertentu kepada
orang lain untuk diperdagangkan dengan bagian dari keuntungan yang
telah diketahui."

 Mudharabah menurut Mazhab Syafi'i, mudharabah adalah "Akad yang


menentukan seseorang menyerahkan hartanya kepada orang lain untuk
diperdagangkan."
Dasar hukum Mudharabah

 َ ‫ض َوا ْبتَ ُغوا ِم ْن فَضْ ِل هَّللا ِ َو ْاذ ُكرُوا هَّللا َ َكثِيرًا لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِح‬
‫ُون‬ ِ ْ‫صاَل ةُ فَا ْنتَ ِشرُوا فِي اَأْلر‬
َّ ‫ت ال‬ ِ ُ‫فَِإ َذا ق‬
ِ َ ‫ضي‬
• "Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi;
dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung."(Q.S Al-jumu’ah:10)

 { f‫لبيع‬ff‫لبركة ا‬ff‫يهنا‬fff‫الثف‬fff‫ ث‬f‫لم‬ff‫ و س‬f‫لىهللا عليه‬ff‫لرسولهللا ص‬ff‫ا‬ff‫لق‬ff‫ا‬ff‫ ق‬f‫بيه‬f‫هيبعنأ‬ff‫نص‬fff‫لح ب‬ff‫ا‬ff‫عنص‬


f‫لبيع‬ff‫ ل‬f‫لبيتال‬ff‫لشعير ل‬ff‫ا‬fff‫لبر ب‬ff‫خالط ا‬f‫لمقارضة وأ‬ff‫جلوا‬f‫لىأ‬ff‫} إ‬
• Dari Shalih bin Shuhaib r.a. bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “Tiga hal
yang di dalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh,
muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk
keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (HR Ibnu Majah no. 2280, kitab at-
Tijarah)
Rukun Mudharabah
Rukun dan syarat-syarat
mudharabah Menurut Suhendi (2002), rukun dalam mudharabah
berdasarkan Jumhur Ulama ada tiga, yaitu: dua orang yang
melakukan akad (al-aqidani), modal (ma'qud alaih), dan
shighat (ijab dan qabul). Sedangkan menurut ulama
Syafi'iyah lebih memerinci lagi menjadi enam rukun, yaitu:

1. Pemilik modal (shohibul maal). 

2. Pelaksanaan usaha (mudharib atau pengusaha). 

3. Akad dari kedua belah pihak (ijab dan kabul).

4. Objek mudharabah (pokok atau modal). 

5. Usaha (pekerjaan pengelola modal). 

6. Nisbah keuntungan.
Syarat Mudharabah

Menurut Afandi (2009), syarat-syarat mudharabah adalah sebagai berikut:


a. Akad 

Syarat yang terkait dengan orang yang melakukan akad (Aqidain), yaitu: 

1. Cakap bertindak hukum dan cakap diangkat sebagai orang yang berakad (aqid).

2. Pemilik dana tidak boleh mengikat dan melakukan intervensi kepada pengelola dana.
Syarat terkait dengan modal, antara lain yaitu: 

1. Modal harus diketahui secara pasti termasuk jenis mata


uangnya. 
Modal  2. Modal harus dalam bentuk tunai, seandainya berbentuk
aset diperbolehkan asalkan berbentuk barang niaga dan
memiliki nilai atau historinya pada saat mengadakan
kontrak. 

3. Besarnya ditentukan secara jelas di awal akad. 

4. Modal bukan merupakan pinjaman (hutang). 

5. Modal diserahkan langsung kepada pengelola dana dan


secara tunai. 

6. Modal digunakan sesuai dengan syarat-syarat akad yang


disepakati. 

7. Pengembalian modal dapat dilakukan bersamaan dengan


waktu penyerahan bagi hasil atau pada saat berakhirnya
masa akad mudharabah.

•  
Jenis-jenis mudharabah

1. Mudharabah Mutlaqah Mudharabah Mutlaqah merupakan


keadaan shahibul maal maal memberikan keleluasaan penuh
kepada pengelola (mudharib) untuk menggunakan dana
modal dalam usaha yang dianggapnya baik dan
menguntungkan. Namun tetap pada praktik kebiasaan usaha
normal yang sehat dan halal.
2. Mudharabah Muqayyadah Mudharabah Muqayyadah
merupakan keadaan pemilik modal (shahibul maal)
menentukan syarat dan pembatasan kepada pengelola dalam
penggunaan dana tersebut dengan jangka waktu, tempat, jenis
usaha dan sebagainya.
Hak Kewajiban Pemilik Modal dan
Pengelola

Hak Pemilik Modal

• Pemilik modal tidak diperkenankan mengelola proyek atau kegiatan usaha yang
dibiayai olehnya. Pengelolaan proyek atau kegiatan sepenuhnya dilakukan oleh
pengelola. Dengan demikia

• Pemilik modal hanya berstatus sebagai sleeping partner.Pemilik modal berhak


untuk melakukan pengawasan untuk memastikan bahwa pengelola mentaati
syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan pejanjian mudharabah.

• Pemilik modal berhak untuk memperoleh kembali investsinya dari hasil likuidasi
usaha mudharabah tersebut apabila usaha mudharabah itu telah diselesaikan oleh
pengelola dan jumlah hasil likuidasi usaha mudharabah itu cukup untuk
pengembalian dana investasi tersebut.
Hak Kewajiban Pemilik Modal dan
Pengelola

Hak Pengelola

• Pengelola berkewajiban menyediakan keahlian, waktu, pikiran dan upaya untuk


mengelola proyek atau kegiatan usaha tersebut serta berusaha untuk memperoleh
keuntungan seoptimal mungkin

• Pengelola melakukan tugasnya tanpa boleh ada campur tangan dari pemilik modal yang
menjalankan dan mengelola proyek atau usaha tersebut.

• Pengelola berkewajiban untuk mematuhi syarat-syarat dan ketentuanketentuan


perjanjian mudharabah selama mengurus urusan-urusan mudharabah yang
bersangkutan.

• Pengelola berkewajiban untuk bertindak dengan hati-hati atau bijaksana (prudent) dan
beriktikad baik (in good faith) dan bertanggung jawab atas kerugian-kerugian yang
terjadi karena kelalaiannya (willful negligance).

• Pengelola diharapkan untuk menggunakan dan mengelola modal yang ditanamkan


sedemikian rupa sehingga memperoleh keuntungan seoptimal

•  
Hal-hal yang membatalkan 1. Masing-masing pihak menyatakan akad batal, atau mudharib
dan mengakhiri dilarang untuk bertindak hukum terhadap modal yang diberikan,
mudharabah atau shahibul maal menarik modalnya.

2. Salah seorang yang berakad meninggal dunia. Jika shahibul maal


yang wafat maka menurut Jumhur Ulama akad mudharabah itu batal,
karena akad mudharabah sama dengan akad wakalah yang gugur
disebabkan wafatnya orang yang mewakilkan.

3. Salah seorang yang berakad kehilangan kecakapan bertindak hukum,


misalnya gila.

4. Modal habis di tangan shahibul maal (pemilik modal) sebelum


dikelola oleh mudharib.

5. Menurut Imam Abu Hanifah, jika shahibul maal murtad, maka akad
mudharabahnya batal.
Terimak
asih

Anda mungkin juga menyukai