Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam sangat menganjurkan pemeluknya untuk berusaha, termasuk
melakukan kegiatan-kegiatan bisnis. Dalam kegiatan bisnis, seseorang dapat
merencanakan suatu dengan sebaik-baiknya agar dapat menghasilkan sesuatu yang
diharapkan, namun tidak ada seorangpun yang dapat memastikan hasilnya seratus
persen. Suatu usaha, walaupun direncanakan dengan sebaik-baiknya, namun tetap
mempunyai resiko untuk gagal.
Konsep Bagi hasil, dalam menghadapi ketidak pastian merupakan salah
satu prinsip yang sangat mendasar dari ekonomi Islam, yang dianggap dapat
mendukung aspek keadilan. Keadilan merupakan aspek mendasar dalam
perekonomian Islam.
Mudharabah dan musyarakah atau yang sering dikenal dengan istilah profit
and loss sharing (PLS) adalah dua model perkongsian yang direkomendasikan
dalam Islam karena bebas dari sistem riba. Dalam makalah ini penulis berusaha
mendiskripsikan mudharabah dan musyarakah serta implementasinya dalam
perbankan Islam.

B. Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalah yang dikembangkan penulis dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan mudharabah?
2. Apa dasar hukum mudharabah?
3. Apa Rukun dan Syarat Mudhorobah?
4. Bagaimana mekanisme mudharabah dalam perbankan syariah?
5. Apa yang dimaksud dengan musyarakah?
6. Apa dasar hukum musyarakah?
7. Apa Rukun dan Syarat Musyarokah?
8. Bagaimana mekanisme musyarakah dalam perbankan syariah?

Page | 1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Mudharabah
1. Pengertian Mudhorobah
Mudharabah secara bahasa berasal dari kata bahasa Arab َ‫ب‬
َ ‫ ض ََر‬yang
mengikuti wazan ‫ مفاعلة‬1. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya
adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha. Jadi,
disebut kontrak ini disebut mudharabah, karena pekerja (mudharib) biasanya
membutuhkan suatu perjalanan untuk menjalankan bisnis. Sedangkan perjalanan
dalam bahasa Arab disebut juga dharb fil Ardhi.
Adapun menurut istilah ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh
para ahli antara lain:
a. Menurut Sayyid Sabiq
Mudharabah adalah akad antara dua pihak dimana salah satu pihak
mengeluarkan sejumlah uang (sebagai modal) kepada pihak lainnya untuk
diperdagangkan, dan laba dibagi dua sesuai dengan kesepakatan".
b. Antonio mengutip pendapat al-Syarbasyi sebagai berikut
Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana
pihak pertama (shabib al-mal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak
lain menjadi pengelola dan keuntungan usaha secara dibagi menurut
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi
ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si
pengelola".
c. Adiwarman A. Karim
Mudharabah adalah persetujuan kongsi antara harta dari salah satu
pihak dengan kerja dari pihak lain, dimana satu pihak berperan sebagai pemilik

1 Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalah Kontemporer, (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2007), hal.149

Page | 2
modal dan mempercayakan sejumlah modalnya untuk dikelola oleh pihak
kedua, yakni si pelaksana usaha, dengan tujuan untuk mendapatkan untung".
Dari definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa mudharabah adalah
akad antara dua belah pihak atau lebih, antara pemilik modal (shahib al-mal) dengan
pengelola usaha (mudharib) dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang
dibagi berdasarkan kesepakatan yang tertuang di dalam kontrak, dimana bila usaha
yang dijalankan mengalami kerugian, maka kerugian tersebut ditanggung oleh
pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola usaha.

2. Landasan Syariah Mudharabah


Mudharabah hukumnya adalah boleh sesuai dengan ijma' (kesepakatan)
ulama. Di dalam Al-Qur'an maupun hadis banyak dijumpai ayat maupun hadis yang
menganjurkan manusia untuk menjalankan usaha. Berikut ini akan dipaparkan
beberapa ayat dan hadits berkenaan dengan anjuran untuk melakukan usaha.
َ ‫ض ِل‬
...ِ‫ٱّلل‬ ِ ‫ض ِربُونَ ِفي ۡٱۡل َ ۡر‬
ۡ َ‫ض َي ۡبتَغُونَ ِمن ف‬ ۡ ‫ َو َءاخ َُرونَ َي‬...
Artinya:
"…dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia
Allah…." (Q.S. al-Muzammil: 20)
ۡ َ‫علَ ۡي ُك ۡم ُجنَا ٌح أَن ت َۡبتَغُواْ ف‬
‫ض اٗل ِمن َر ِب ُك ۡۚۡم‬ َ ‫لَ ۡي‬
َ ‫س‬
Artinya:
"tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari
Tuhanmu…" (Q.S. al-Baqarah : 198)

Hadits Nabi:

Artinya:
"Diriwayatkan dari Ibn Abbas bahwa Sayyidina Abbas ibn Abd al- Muthalib jika
memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar
dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau
membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, yang bersangkutan

Page | 3
bertanggung jawab atas dana tersebut. Kemudian hal tersebut disampaikan kepada
Rasulullah SAW dan beliau membolehkannya." (H.R. Thabrani)

3. Rukun dan syarat akad mudharabah


Rukun Mudharabah yaitu:
1) Pemilik modal(Shahibul maal)
2) Pemilik Usaha( Mudharib)
3) Proyek/usaha(Amal)
4) Modal (Ra’sul maal)
5) Ijab Qabul(Sighat)
6) Nisbah bagi hasil
Syarat Mudharabah yaitu;
1. Syarat yang shahih (dibenarkan) yaitu syarat yang tidak menyelisihi tuntutan
akad dan tidak pula maksudnya serta memiliki maslahat untuk akad tersebut.
Contohnya Pemilik modal mensyaratkan kepada pengelola tidak membawa
pergi harta tersebut keluar negeri atau membawanya keluar negeri atau
melakukan perniagaannya khusus dinegeri tertentu atau jenis tertentu yang
gampang didapatkan. Maka syarat-syarat ini dibenarkan menurut kesepakatan
para ulama dan wajib dipenuhi, karena ada kemaslahatannya dan tidak
menyelisihi tuntutan dan maksud akad perjanjian mudharabah.
2. Syarat yang fasad (tidak benar). Syarat ini terbagi tiga:
Syarat yang meniadakan tuntutan konsekuensi akad, seperti mensyaratkan
tidak membeli sesuatu atau tidak menjual sesuatu atau tidak menjual kecuali
dengan harga modal atau dibawah modalnya. Syarat ini disepakati ketidak
benarannya, karena menyelisihi tuntutan dan maksud akad kerja sama yaitu
mencari keuntungan.
Syarat yang bukan dari kemaslahatan dan tuntutan akah, seperti
mensyaratkan kepada pengelola untuk memberikan Mudharabahkepadanya dari
harta yang lainnya.
Syarat yang berakibat tidak jelasnya keuntungan seperti mensyaratkan
kepada pengelola bagian keuntungan yang tidak jelas atau mensyaratkan

Page | 4
keuntungan satu dari dua usaha yang dikelola, keuntungan usaha ini untuk
pemilik modal dan yang satunya untuk pengelola atau menentukan nilai satuan
uang tertentu sebagai keuntungan. Syarat ini disepakati kerusakannya karena
mengakibatkan keuntungan yang tidak jelas dari salah satu pihak atau malah
tidak dapat keuntungan sama sekali. Sehingga akadnya batal.

4. Macam-macam Mudharabah
Secara umum mudharabah dibagi menjadi dua macam, yaitu:
a. Mudharabah Muthlaqah
Mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara pemodal (shahib
al-mal) dan pengusaha (mudharib) yang cakupannya sangat luas dan tidak
dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis. Dalam
mudharabah muthlaqah ini shahib al-mal memberikan kekuasaan yang sangat
besar kepada mudharib dalam mengelola modal dan usahanya.
b. Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah muqayyadah adalah kebalikan dari mudharabah muthlaqah,
dimana pengelola usaha (mudharib) dibatasi dengan jenis usaha, waktu, atau
tempat usaha.

5. Implementasi Mudharabah dalam Perbankan Syariah


Mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan
pendanaan. Pada sisi penghimpunan dana mudharabah diterapkan pada:
a. Tabungan berjangka, tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan khusus, seperti
tabungan haji, tabungan kurban, deposito biasa;
b. Deposito spesial (special investment), dimana dana yang dititipkan nasabah
khusus untuk bisnis tertentu, misalnya mudharabah saja atau ijarah saja.
Adapun pada sisi pembiayaan, mudharabah diterapkan untuk :
a. Pembiayaan modal kerja, seperti pembiayaan modal kerja perdagangan dan jasa;
b. Investasi khusus, disebut juga dengan mudharabah muqayyadah, dimana sumber
dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-syarat yang telah
ditetapkan oleh shahib al-mal (bank).

Page | 5
Esensi dari kontrak mudharabah adalah kerjasama untuk mencapai profit
(keuntungan) berdasarkan akumulasi dasar dari pekerjaan dan modal, dimana
keuntungan ditentukan melalui kedua komponen ini. Resiko juga menentukan
profit dalam mudharabah. Pihak investor menanggung resiko kerugian dari
modal yang telah diberikan, sedangkan pihak mudharib menanggung resiko
tidak mendapatkan keuntungan hasil pekerjaan dan usaha yang telah
dijalankannya.

B. Musyarakah
1. Definisi Musyarakah
Musyarakah secara etimologi berasal dari bahasa Arab yang diambil dari
kata syaraka َ‫ ش ََرك‬yang bermakna bersekutu, meyetujui. Sedangkan menurut istilah,
musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (amal/
expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung
bersama sesuai dengan kesepakatan.

2. Landasan Hukum Musyarakah


Dasar hukum dari Musyarakah ini terdapat dalam Al-Qur’an surat Shaad
ayat 24:
ٞ ‫ت َوقَ ِل‬
‫يل َما‬ َ ٰ ‫ع ِملُواْ ٱل‬
ِ ‫ص ِل ٰ َح‬ َ ‫ض إِ ََّل ٱلَذِينَ َءا َمنُواْ َو‬
ٍ ۡ‫علَ ٰى بَع‬ َ َ‫َوإِ َن َكثِ ايرا ِمنَ ۡٱل ُخل‬
ُ ۡ‫طا ٓ ِء لَيَ ۡب ِغي بَع‬
َ ‫ض ُه ۡم‬
‫ُه ۡۗۡم‬
Artinya:
“… Dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu
sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan Amat sedikitlah mereka
ini". (Q.S. Shaad: 24)
ِ ۡۚ ُ‫ش َر َكا ٓ ُء فِي ٱلثُّل‬
... ‫ث‬ ُ ‫فَ ُه ۡم‬...
...maka mereka berserikat dalam sepertiga harta...
Hadits Nabi:

Page | 6
‫ رواه ابوداود‬.‫ اناثالث الشريكين مالم يخن احدهما صاحبه‬: ‫يقول هللا تعالى‬
Artinya:
"Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, 'Sesungguhnya Allah
berfirman, 'Aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya
tidak mengkhianati lainnya.'" (H.R. Abu Dawud)
Ayat dan hadits tersebut menunjukkan bahwa Islam mengakui tentang
eksistensi perkongsian serta membolehkannya selama salah satu pihak yang
bersekutu tetap memegang teguh kesepakatan yang telah dibuat dan tidak
berkhianat.

3. Rukun dan Syarat Musyarakah


Rukun Musyarakah yaitu ;
1) Akad(ijab kabul)
2) Dua pihak yang berakad(‘aqidani)
3) Objek akad(modal atau pekerjaan)
Manakala syarat sah perkara yang boleh disyirkahkan adalah adalah objek
tersebut boleh dikelola bersama atau boleh diwakilkan.

4. Macam-macam Musyarokah
Musyarakah ada dua jenis, yaitu:
1. Syirkah al-milk yaitu penguasaan harta secara kolektif, berupa bangunan,
barang bergerak atau barang berharga. terjadi karena transaksi jual
beli, warisan, wasiat, hadiah dan kondisi lainnya yang mengakibatkan
pemilikan suatu asset oleh dua orang atau lebih. Dalam musyarakah ini,
kepemilikan dua orang atau lebih berbagi dalam sebuah asset nyata dan
berbagi pula dari keuntungan yang dihasilkan asset tersebut. Syirkah al-
milk terbagi menjadi dua:
1. Syirkah Ikhtiar
Yaitu perserikatan yang muncul akibat tindakan hukum orang
yang berserikat. Contoh: dua orang yang bekerja sama secara sukarela
untuk mengelola sebuah warnet , dengan perhitungan laba dibagi dua
setelah dikurangi modal

Page | 7
2. Syirkah Jabr
Yaitu perserikatan yang muncul secara paksa, bukan atas keinginan
orang yang berserikat. Contoh: dua orang yang bekerja sama, namun
karena salah satu pihak tidak memiliki modal, dia menawarkan jasa
untuk menjaga saja warnet tersebut, sehingga dia hanya memperoleh laba
10% dari keuntungan.

3. Syirkah uqud
Tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua orang atau lebih
setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah.
Merekapun sepakat membagi keuntungan dan kerugian.
Syirkah uqud terbagi menjadi: Al-'inan, Al-mufawwadhah, Al-
a'mal, Al-wujuh dan Mhudorobah. Para ulama berbeda berbeda pendapat
tentang al-mudharabah, apakah ia termasuk jenis musyarakah atau bukan.
Beberapa ulama menganggap Al-mudharabah termasuk kategori
musyarakah karena memenuhi rukun dan syarat sebuah akad (kontrak)
musyarakah. Adapun ulama lain menganggap al-mudharabah tidak
termasuk sebagai musyarakah.
1. Syirkah al-'inan
Adalah kontrak antara dua orang atau lebih, dimana setiap pihak
memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam
kerja, dan kedua pihak berbagi dalam keuntungan dan kerugian
sebagaimana yang disepakati dalam kontrak. Akan tetapi, porsi masing-
masing pihak, baik dalam dana maupun kerja atau bagi hasil, tidak harus
sama dan identik sesuai dengan kesepakatan mereka.
Contoh; A dan B insinyur tehnik sipil. A dan B sepakat menjalankan
bisnis properti dengan membangun dan menjualbelikan rumah. Masing-
masing memberikan kontribusi modal sebesar Rp. 500 juta dan
keduanya sama-sama bekerja dalam syirkah tersebut.
2. Syirkah al-mufawwadhah

Page | 8
Adalah kontrak kerja sama antara dua orang atau lebih, dimana
setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan
berpartisipasi dalam kerja, dan setiap pihak membagi keuntungan dan
kerugian secara sama. Dalam jenis syirkah ini syarat utamanya adalah
kesamaan dana yang diberikan, kerja, tanggung jawab, dan beban utang
dibagi oleh masing-masing pihak.
Contoh; A adalah pemodal, berkontribusi modal kepadda B dan C,
dua insinyur tehnik sipil, yang sebelumnya sepakat , bahwa masing-
masing berkontribusi kerja. Kemudian B dan C juga bersepakat untuk
berkontribusi modal, untuk membeli barang secara kredit atas dasar
kepercayaan pedagang (D) kepada mereka.
3. Syirkah al-a'mal atau syirkah abdan
Adalah kontrak kerja sama dua orang seprofesi untuk menerima
pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari pekerjaan itu.
Contoh: A dan B keduanya adalah sama-sama nelayan, bersepakat
melaut bersama untuk mencari ikan. Mereka sepakat pula, jika
memperoleh ikan dan dijual, hasilnya akan dibagi dengan ketentuan: A
mendapatkan sebesar 60% dan B sebesar 40%. Dalam syirkah ini tidak
disyaratkan kesamaan profesi atau keahlian.
4. Syirkah al-wujuh
Adalah perserikatan yang dilakukan dua orang atau lebih yang tidak
memiliki modal sama sekali, dimana mereka membeli barang secara
kredit dan menjual barang tersebut secara tunai, dan mereka berbagi
dalam keuntungan dan kerugian berdasarkan kesepakatan.
Contoh; A dan B adalah tokoh yang dipercaya pedagang, lalu A dan
B bersyirkah wujuh, dengan cara membeli barang dari seorang
pedagang, (misalnya C) secara kredit. A dan B bersepakat, meraka
masing-masing memiliki 50% dari barang yang dibeli. Lalu keduanya
menjual barang tersebut dan keuntungannya dibagi dua. Sedang harga
pokoknya dikembalikan kepada C (pedagang). Hal ini dapat

Page | 9
berlangsung karena adanya unsur kepercayaan dari si penyedia modal
(dagang)
5. Syirkah Al Mudhorobah
Adalah persetujuan antara pemilik modal dan seorang pekerja untuk
mengelola uang pemilik modal dalam perdagangan tertentu, yang
keuntungannya dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama, dan
kerugian yang didapat menjadi tanggung jawab pemilik modal saja.
Contoh: A sebagai pemodal (Shohib al-Amall/rabb al-Mall)
memberikan modalnya sebesar Rp. 10 juta kepada B yang bertindak
sebagai pengelola modal (‘amil/mudhorib) dalam usaha perdagangan
umum (misal usaha Toko Kelontong).

4. Implementasi Musyarakah dalam Perbankan Syariah


Implementasi musyarakah dalam perbankan syariah dapat dijumpai pada
pembiayaan-pembiayaan seperti:
a. Pembiayaan Proyek
Musyarakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek dimana
nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek
tersebut, dan setelah proyek itu selesai nasabah mengembalikan dana tersebut
bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank.
b. Modal Ventura
Pada lembaga keuangan khusus yang dibolehkan melakukan investasi
dalam kepemilikan perusahaan, musyarakah diaplikasikan dalam skema modal
ventura. Penanaman modal dilakukan untuk jangka waktu tertentu dan setelah
itu bank melakukan divestasi atau menjual bagian sahamnya, baik secara singkat
maupun bertahap.

Pada prinsipnya musyarakah tidak jauh berbeda dengan mudharabah karena


keduanya merupakan sistem perkongsian (kemitraan) antara dua belah pihak atau
lebih untuk mengelola suatu usaha tertentu dengan pembagian keuntungan sesuai

Page | 10
porsi (nisbah) yang disepakati bersama pada awal perjanjian (akad). Mudharabah
dan musyarakah berbeda pada beberapa hal sebagaimana berikut :
Dalam aqad mudharabah, shahib al-mal menyediakan seluruh dana yang
dibutuhkan mudharib, dan dalam manajemen shahib al-mal tidak diperkenankan
melakukan intervensi dalam bentuk apapun selain hak pengawasan untuk
mengantisipasi terjadinya penyelewengan. Bagi hasil diberikan setelah proyek atau
usaha yang dijalankan mudharib selesai dijalankan.
Sedangkan dalam musyarakah, kedua belah pihak ikut andil dalam
pemodalan (equity participation) dan masing-masing pihak dapat turut dalam
manajemen, sehingga porsi nisbah bagi hasil yang diperoleh sangat ditentukan oleh
besar kecilnya modal yang dikeluarkan dan frekuensi keikutsertaan dalam proses
manajemen ini. Sedang bila usaha merugi, maka kedua pihak sama-sama
menanggung kerugian tersebut karena musyarakah menganut azas PLS.
Dari pemaparan di atas, baik mengenai mudharabah maupun musyarakah
bahwasanya perbedaan bank syariah dengan bank konvensional dapat dilihat pada
hubungan antara bank dengan nasabahnya. Hubungan antara bank syariah dengan
nasabahnya bukan hubungan antara debitur dengan kreditur, melainkan hubungan
kemitraan antara penyandang dana (shahib al-mal) dengan pengelola dana
(mudharib). Sedangkan pada bank konvensional, para pemilik dana tertarik untuk
menyimpan dana di bank berdasarkan tingkat bunga yang dijanjikan. Demikian
pula bank memberikan pinjaman kepada pihak-pihakyang memerlukan dana
berdasarkan kemampuan mereka membayartingkat bunga tertentu.

Page | 11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian tentang mudharabah dan musyarakah serta
implementasinya dalam perbankan syariah di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pada prinsipnya musyarakah tidak jauh berbeda dengan mudharabah karena
keduanya merupakan sistem perkongsian (kemitraan) antara dua belah pihak atau
lebih untuk mengelola suatu usaha tertentu dengan pembagian keuntungan sesuai
porsi (nisbah) yang disepakati bersama pada awal perjanjian (akad). Dan kedua
jenis perkongsian ini menerapkan sistem bagi hasil dan kerugian.
Mudharabah dan musyarakah memiliki perbedaan pada beberapa hal:
pertama, dalam aqad mudharabah, shahib al-mal menyediakan seluruh dana yang
dibutuhkan mudharib, sedang dalam musyarakah kedua belah pihak ikut andil
dalam pemodalan (equity participation); kedua, dalam manajemen mudharabah,
shahib al-mal tidak diperkenankan melakukan intervensi dalam bentuk apapun
selain hak pengawasan untuk mengantisipasi terjadinya penyelewengan, sedang
dalam musyarakah masing-masing pihak dapat turut dalam manajemen; ketiga,
dalam mudharabah bagi hasil (porsi nisbah) ditentukan pada awalakad yang
diberikan setelah proyek atau usaha yang dijalankan mudharib selesai dijalankan,
sedang dalam musyarakah porsi nisbah bagi hasil yang diperoleh sangat ditentukan
oleh besar kecilnya modal yang dikeluarkan dan frekuensi keikutsertaan dalam
proses manajemen; keempat, dalam mudharabah kerugian ditanggung oleh shahib
al-mal selama kerugian tersebut bukan disebabkan oleh kelalaian dari pihak
mudharib, sedang dalam musyarakah kedua pihak sama-sama menanggung
kerugian tersebut.
B. Saran

Page | 12
Daftar Pustaka

[1] Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia,
(Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 2003), cet. VIII, hlm. 1205-1206
[2] Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Jilid IV, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006),
penerjemah: Nor Hasanuddin, hlm. 218
[3] Muhammad Syafi'i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktek, (Jakarta:
Gema Insani Press, 2001), hlm. 95
[4] Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta:
PT.Raja Grafindo, 2007), hlm. 204-205.
[5] Muhammad Syafi'i Antonio, Bank Syariah... op.cit., hlm 97
[6] http://www.scribd.com/doc/57195578/Musyarakah-Dan-Mudharabah-Serta-
Implement-as-in-Ya-Dalam-Perbankan-Islam, Diakses 02 Maret 2013
[7] Muhammad Syafi'i Antonio, Bank Syariah... op.cit., hlm. 90
[8] http://www.scribd.com/doc/57195578/Musyarakah-Dan-Mudharabah-Serta-
Implement-as-in-Ya-Dalam-Perbankan-Islam,

Page | 13

Anda mungkin juga menyukai