Anda di halaman 1dari 8

IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH PADA PERBANKAN SYARIAH DI

INDONESIA

Nadia Suhela
Dr. Muammar Khadafi, SE, M.Si, Ak
Prodi Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Malikussaleh
E-mail : suhelanadia@gmail.com

ABSTRACT

The term "Murabaha" refers to the contract in which the financial institution purchase goods at the
customer's request, causing a deferral of payment covering agreed costs and profit margins
financial institutions. Financial institutions handle payments to suppliers and shipping surcharges
(against handling payments made by the buyer to cover shipping costs and agreed price increases
buyer). Murabahah is one of the most common types of contracts (contracts) applied in Islamic
banking financing activities. Murabahah is carried out through the mechanism of buying and
selling goods with an additional margin as a profit that will be obtained by the bank.

ABSTRAK

Istilah "Murabahah" mengacu pada kontrak di mana lembaga keuangan membeli barang
atas permintaan pelanggan, yang menyebabkan penangguhan pembayaran yang meliputi biaya dan
margin keuntungan yang telah disepakati lembaga keuangan. Lembaga keuangan menangani
pembayaran kepada pemasok dan biaya tambahan pengiriman (terhadap pembayaran yang
ditangguhkan yang dilakukan oleh pembeli untuk menutupi biaya pengiriman dan kenaikan harga
yang disepakati pembeli). Murabahah merupakan salah satu jenis akad (akad) yang paling umum
diterapkan dalam kegiatan pembiayaan perbankan syariah. Murabahah dilaksanakan melalui
mekanisme jual beli barang dengan tambahan margin sebagai keuntungan yang akan diperoleh
bank.
PENDAHULUAN nasabah menginginkan memiliki atau
Perkembangan perbankan syariah di membeli sesuatu barang dari supplier
Indonesia begitu cepat dan pesat, namun sementara nasabah belum memiliki dana
sebagian masyarakat masih ada yang yang cukup untuk dapat membelinya, maka
berasumsi bahwa bank syariah hanyalah bank dalam hal ini memberikan bantuan
sebuah label yang digunakan untuk menarik berupa pembiayaan dengan cara membeli
simpati masyarakat muslim di bidang barang yang diinginkan oleh nasabah terlebih
perbankan. Mereka berpendapat bahwa bank dahulu dari supplier, kemudian pihak bank
syariah merupakan bank konvensional menjual kembali barang tersebut kepada
dengan istilah-istilah perbankan yang nasabah dengan harga sesuai dengan
menggunakan istilah-istilah Islam, dengan pembelian pihak bank dari pihak supplier
kepala akad yang dibubuhi kalimat dengan metode angsuran dan ditambah
Bismillahirrahmaanirrahiim dan pegawai keuntungan bagi pihak bank yang telah
yang mengenakan busana Islami dan disepakati antara pihak bank dan pihak
mengucap salam, akan tetapi dalam nasabah sebelum transaksi jual-beli
pelaksanaan akad pada bank syariah masih dilakukan.
menggunakan cara-cara yang dilarang oleh Keunggulan pembiayaan dari produk
agama. Sikap skeptis dari masyarakat tentang murabahah adalah nasabah dapat membeli
perbankan syariah tersebut tidak dapat suatu barang sesuai dengan keinginan dan
dipungkiri karena konotasi perbankan kemampuan ekonominya. Di samping itu
sejak dahulu memang terpisah secara nyata pembiayaannya dilakukan dengan angsuran
dengan syariah, sehingga pada awal mula sehingga tidak memberatkan pihak nasabah.
pembentukan perbankan syariah banyak Produk murabahah ini juga tidak mengenal
yang tidak percaya akan adanya keberhasilan riba atau sistem bunga karena tambahan
para ekonom Islam dalam menyatukan keuntungan bagi pihak bank ini,
institusi perbankan dengan syariah. diperjanjikan diawal transaksi yang
Produk murabahah ini merupakan didasarkan atas kesepakatan bersama antara
produk pembiayaan, dimana pihak bank pihak bank dengan nasabah, jadi dalam hal
berfungsi sebagai intermediary institution ini tidak terjadi unsur saling mendzalimi.
antara pihak yang berkepentingan, yaitu Transaksi jual-beli pada umumnya dapat
nasabah dan supplier atau pemasok. Apabila dijelaskan mengenai unsur jaminan
(dhaman). Kedudukan jaminan dalam memperoleh pembiayaan baik dari sisi
transaksi jual-beli secara teori bahwa jaminan personal ataupun dari sisi finansial, dari sisi
hanya sebatas pada penjual bahwa penjual personal, biasanya pihak bank syariah akan
menjamin barang yang dijual tidak adanya melihat terlebih dahulu sosok orangnya,
cacat tersembunyi. Menurut mayoritas apakah orang tersebut mempunyai itikad baik
(jumhur) ahli-ahli hukum Islam, rukun yang dan layak untuk mendapat pembiayaan atau
membentuk akad murabahah ada lima yaitu: tidak, sedangkan dari sisi finansial biasanya
Adanya penjual (ba’i); adanya pembeli didasarkan pada kemampuan dalam
(mushtari); objek atau barang (mabi’) yang melakukan pembayaran. Sebagai salah satu
diperjualbelikan; Harga (tsaman) nilai jual contoh adalah pada pembiayaan murabahah
barang berdasarkan mata uang; ijab kabul di BTN syariah, terdapat unsur dhaman yang
(sighat) atau formula akad, suatu pernyataan memiliki kedudukan penting di mana
kehendak oleh masingmasing pihak. dhaman merupakan suatu keharusan,
Pembiayaan murabahah memungkinkan walaupun kedudukan dhaman secara teori
adanya dhaman (jaminan), karena sifat dari tidak diperlukan pada setiap produk-produk
pembiayaan murabahah merupakan jual-beli bank syariah karena ketentuan awal bank
yang pembayarannya tidak dilakukan secara syariah tidak mengenal dhaman melainkan
tunai, maka tanggungan pembayaran tersebut menggunakan sistem kepercayaan, dan
merupakan hutang yang harus dibayar oleh apabila dilihat pada fatwa DSN No.
mushtari. Bank syariah (ba’i) 04/DSNMUI/IV/2000 terdapat poin yang
memberlakukan prinsip kehati-hatian dengan menjelaskan dhaman dalam pembiayaan
mengenakan dhaman pada nasabah. murabahah dibolehkan, agar nasabah serius
Keberadaan agunan atau dhaman pada bank dengan pesanannya, jadi dhaman
syariah sekilas memang menjadi diperbolehkan untuk mengetahui keseriusan
permasalahan bagi pihak yang ingin nasabah (mushtari) dengan pesanannya
mengajukan pembiayaan, apalagi jika tidak terhadap bank (ba’i), tetapi dalam
mempunyai dhaman yang dapat dijaminkan implementasinya di perbankan syariah,
untuk memperoleh pembiayaan dari bank kedudukan dhaman merupakan syarat wajib
syariah. Hal ini menjadi masalah yang berat pihak bank pada nasabah, apabila akan
karena pihak bank syariah akan menyeleksi melakukan suatu pembiayaan.
nasabah dari aspek kelayakan untuk
TINJAUAN PUSTAKA pada pembiayaan Murabahah yang harus
Pembiayaan merupakan suatu disebutkan secara jelas, detail dan terperinci
fasilitas keuangan yang memungkinkan dalam kontrak. Barang yang dijualbelikan
seseorang atau badan usaha untuk meminjam harus halal secara zat maupun cara
uang untuk membeli produk dan perolehannya. Menurut Lukman Hakim
membayarnya kembali dalam jangka waktu (2012), Murabahah merupakan akad jual beli
yang ditentukan. Dalam Undang-Undang atas barang tertentu, dimana penjual
Nomor. 10 tahun 1998 menyebutkan bahwa menyebutkan harga jual yang terdiri atas
kredit atau pembiayaan adalah penyediaan harga pokok barang dan tingkat keuntungan
uang atau tagihan yang dapat dipersamakan tertentu tas barang, dimana harga jual
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau tersebut disetujui pembeli. Dalam Pasal 1
kesepakatan pinjam meminjam antara bank angka 7 Peraturan Bank Indonesia Nomor
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak 7/46/PBI/2005 tentang Akad Penghimpunan
peminjam untuk melunasi utangnya setelah dan Penyaluran Dana Bagi Bank yang
jangka waktu tertentu dengan pemberian Melaksanakan Kegiatan Usaha 7
nisbah (Abdul Rokhim, 2014). Divisi Berdasarkan Prinsip Syariah Murabahah
Pengembangan Produk dan Edukasi adalah jual beli barang sebesar harga pokok
Departemen Perbankan Syariah Otoritas Jasa barang ditambah dengan margin keuntungan
Keuangan (2016) Murabahah adalah Akad yang disepakati. Dalam Pasal 20 angka 6
transaksi Peraturan Mahkamah Agung Nomor 02
muamalah dengan menerapkan prinsip jual Tahun 2008 tentang Kompilasi Hukum
beli barang sebesar harga perolehan barang Ekonomi Syariah, Murabahah adalah
ditambah margin yang disepakati oleh para pembiayaan saling menguntungkan yang
pihak. Harga perolehan diinformasikan oleh dilakukan oleh shahib al-mal (pemilik modal)
penjual kepada pembeli. Pembiayaan dengan pihak yang membutuhkan melalui
Murabahah adalah Produk pembiayaan transaksi jual beli dengan penjelasan bahwa
perbankan syariah untuk memenuhi harga pengadaan barang dan harga jual
kebutuhan Nasabah dengan penggunaan akad terdapat nilai lebih yang merupakan
Murabahah dan Wakalah di dalamnya. keuntungan atau laba bagi shahib al-mal dan
Objek Murabahah Barang yang pengembaliannya dilakukan secara tunai atau
dijadikan underlying asset of transaction angsur. Berdasarkan pendapat di atas
Murabahah adalah akad jual beli yang aspek yang telah disesuaikan perusahaan
disepakati antara Bank syariah dengan dengan peraturan hukum. Aspek itu adalah
nasabah, dimana bank menyediakan besarnya keuntungan yang diperoleh
pembiayaan untuk pembelian bahan baku perbankan syariah disesuaikan dengan tipe
atau modal kerja lainnya yang dibutuhkan pembiayaan serta diatur dalam otoritas jasa
nasabah, yang akan dibayar kembali oleh keuangan, undang-undang, fatwa DSN MUI.
nasabah sebesar harga jual bank (harga beli
bank dari pemasok + margin keuntungan) HASIL DAN PEMBAHASAN
pada waktu yang ditetapkan sesuai Pembiayaan murabahah yang
kesepakatan. terdapat pada perbankan syariah diterapkan
dalam pembiayaan modal kerja, pengadaan
METODOLOGI barang, pembangunan rumah dan lain-lain.
Artikel ini bertujuan untuk Beberapa contoh penerapan pembiayaan
menganalisis implementasi akad murabahah murabahah pada perbankan syariah yakni
dan fatwa ulama terhadap perkembangan Modal Kerja (Modal Kerja berupa Barang).
perbankan syariah di Indonesia. Pesatnya Pembiayaan untuk modal kerja dapat
perkembangan perbankan syariah di dilakukan dengan prinsip jual beli
Indonesia yang harus diimbangi dengan murabahah. Akan tetapi, transaksi ini hanya
kejelasan tentang konsep murabahah. Artikel berlaku sekali putus, bukan satu akad dengan
ini merupakan artikel kualitatif dengan pembelian barang berulangulang (Wiroso,
menggunakan metode studi kasus tipe 2005). Sebenarnya, penyediaan modal kerja
eksplanatoris. Studi ini menggambarkan berupa uang tidak terlalu tepat menggunakan
fenomena Objek artikel, dalam hal ini adalah prinsip jual beli murabahah. Transaksi
akad murabahah dan fatwa ulama di dalam pembiayaan modal kerja dalam bentuk
perkembangan perbankan syariah di barang atau uang lebih tepat menggunakan
Indonesia. Data diperoleh melalui prinsip mudharabah (bagi hasil) atau
wawancara tehnik, observasi partisipan, dan musyarakah (penyertaan modal). Karena,
dokumentasi. Berdasarkan hasil artikel jika pembiayaan modal kerja dalam bentuk
menyimpulkan bahwa dalam penerapan akad uang menggunakan mekanisme murabahah,
murabahah di perbankan syariah terdapat 3 maka transaksi ini sama dengan consumer
(tiga) tipe pembiayaan serta ada beberapa finance (pembiayaan konsumen) dalam bank
konvesional yang mengandung unsur bunga. 1. Murabahah Modal Kerja (MMK), yang
Transaksi dalam consumer finance diperuntukkan untuk pembelian barang-
menggunakan pinjam meminjam uang dan barang yang akan digunakan sebagai
dalam murabahah menggunakan transaksi modal kerja. Modal kerja adalah jenis
jual beli. Pengadaan Barang Pembiayaan pembiayaan yang diperlukan oleh
Bank syariah dengan prinsip jual beli perusahaan untuk operasi sehari-hari.
murabahah, dengan tujuan pembiayaan untuk Penerapan murabahah untuk modal kerja
pengadaan barang seperti pembelian membutuhkan kehati-hatian, terutama bila
kendaraan (berupa: sepeda motor, mobil), obyek yang akan diperjualbelikan terdiri
kulkas, kebutuhan barang untuk investasi dari banyak jenis, sehingga dikhawatirkan
(Logam Mulia) dan sejenisnya. Apabila akan mengalami kesulitan terutama dalam
seorang nasabah ingin memiliki sebuah menentukan harga pokok masing-masing
kendaraan, nasabah tersebut dapat datang ke barang.
bank syariah dan kemudian mengajukan 2. Murabahah Investasi (MI), adalah
permohonan agar bank membelikan barang pembiayaan jangka menengah atau
yang di inginkan. Pembiayaan merupakan panjang yang tujuannya untuk pembelian
suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan barang modal yang diperlukan untuk
seseorang atau badan usaha untuk meminjam rehabilitasi, perluasan, atau pembuatan
uang untuk membeli produk dan proyek baru.
membayarnya kembali dalam jangka waktu 3. Murabahah Konsumsi (MK), adalah
yang ditentukan. pembiayaan perorangan untuk tujuan non
Jenis-Jenis Murabahah bisnis, termasuk pembiayaan pemilikan
Murabahah pada prinsipnya adalah jual beli rumah, mobil. Pembiayaan konsumsi
dengan keuntungan, hal ini bersifat dan biasanya digunakan
berlaku umum pada jual beli barangbarang untuk membiayai pembelian barang
yang memenuhi syarat jual beli murabahah. konsumsi dan barang tahan lama lainnya.
Dalam prakteknya pembiayaan murabahah Jaminan yang digunakan biasanya
yang diterapkan perbankan syariah terbagi berwujud obyek yang dibiayai, tanah dan
kepada 3 jenis, sesuai dengan peruntukannya, bangunan tempat tinggal.
yaitu:
Perbedaan peruntukan pembiayaan menyerupai kredit investasi pada bank
murabahah yang diterapkan bisa dibedakan konvensional. Karakteristiknya sebagaimana
berdasarkan obyek akad, tujuan penggunaan ditulis oleh tim pengembangan perbankan
obyek dan nasabah yang mengajukannya. syariah Institut Bankir Indonesia adalah
Pembedaan peruntukan ini dimulai saat penjual harus memberitahu harga produk
nasabah mengajukan pembiayaan, dan yang ia beli dan menentukan tingkat
disesuaikan dengan kebutuhan nasabah, keuntungan sebagai tambahannya. Skim
kemampuan keuangan nasabah dan kriteria- murabahah sangat berguna bagi seseorang
kriteria yang sudah ditentukan bank, sampai yang membutuhkan barang secara mendesak
terealisasinya pembiayaan tersebut. tetapi kekurangan dana.
Hasil analisis implementasi akad
KESIMPULAN murabahah dan fatwa ulama terhadap
Murabahah pada dasarnya berarti perkembangan perbankan syariah di
penjualan. Satu hal yang membedakannya Indonesia terbagi menjadi tiga yaitu tipe
dengan cara penjualan yang lain adalah konsisten terhadap fiqih muamalah, Tipe
bahwa penjual dalam murabahah secara jelas Kedua serupa dengan tipe pertama tapi
memberi tahu kepada pembeli berapa nilai perpindahan kepemilikan langsung dari
pokok barang tersebut dan berapa besar supplier kepada nasabah, sedangkan
keuntungan yang dibebankannya pada nilai pembayaran dilakukan bank langsung kepada
tersebut. Keuntungan tersebut bisa berupa penjual pertama/supplier. Nasabah selaku
lump sum atau berdasarkan persentase. Jika pembeli akhir menerima barang setelah
seseorang melakukan penjualan sebelumnya melakukan perjanjian
komoditi/barang dengan harga lump sum murabahah dengan bank dan Tipe Ketiga
tanpa memberi tahu berapa nilai pokoknya, Bank melakukan perjajian murabahah
maka bukan termasuk murabahah, walaupun dengan nasabah, dan pada saat yang sama
ia juga mengambil keuntungan dari penjualan mewakilkan (akad wakalah) kepada nasabah
tersebut. Penjualan ini disebut musawamah. untuk membeli sendiri barang yang akan
Prinsip murabahah umumnya dibelinya. Tipe yang terakhir telah banyak
diterapkan dalam pembiayaan pengadaan diterapkan pada perbankan syariah di
barang investasi. Skim ini paling banyak Indonesia.\
digunakan karena sederhana danpad
DAFTAR PUSTAKA

Rumasukun, M. A., & Ghozali, M.


(2017). Implementasi Akad
Murabahah Dalam Perbankan
Syariah di Indonesia. Islamic
Economics Journal, 2(1).

Anwar, A., & MAKI, H. L. P. (2019).


Analisis Implementasi Akad
Murabahah Dan Fatwa Ulama
Terhadap Perkembangan
Perbankan Syariah Di
Indonesia. Adzkiya: Jurnal
Hukum dan Ekonomi
Syariah, 6(2).

Hakim, L., & Anwar, A. (2017).


Pembiayaan Murabahah Pada
Perbankan Syariah Dalam
Perspektif Hukum Di
Indonesia. Al-Urban: Jurnal
Ekonomi Syariah dan
Filantropi Islam, 1(2), 212-
223.
-

Anda mungkin juga menyukai