“MUDHOROBAH”
Dosen Pengampuh:
Disusun Oleh:
PETERONGAN JOMBANG
2018
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata’ala, karena berkat rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ MUDHOROBAH”. Makalah ini diajukan untuk
memenuhi tugas mata kuliah studi keislaman III.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita
semua.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................4
1.1 Latar belakang..............................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah.........................................................................................................4
1.3 Tujuan...........................................................................................................................4
BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................................................................5
2.1 Pengertian Mudharabah................................................................................................5
2.2 Dasar hukum mudharabah............................................................................................6
2.3 Syarat dan rukun mudharabah......................................................................................7
2.4 Hal-Hal Yang Membatalkan Mudharabah...................................................................9
2.5 Hikmah mudharabah.................................................................................................10
BAB 3 PENUTUP..................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................12
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Semakin pesatnya perkembangan bisnis syariah di Indonesia, maka peluang yang dihadapi oleh
para pelaku bisnis syariah dalam mengembangkan sumber daya masyarakat adalah sosialisasi
mengenai mekanisme, transaksi dan operasionalisasi pada dunia bisnis tersebut. Sehingga bisnis
syariah yang telah ada dapat berkembang dengan maksimal. Hal inilah yang menjadi tantangan pada
bisnis syariah di Indonesia. Dimana mayoritas masyarakat Indonesia adalah muslim, oleh karena itu
partisipasi dari masyarakat sangat diperlukan. Secara umum dapat dikatakan bahwa syariah
menghendaki kegiatan ekonomi yang halal, baik produk yang menjadi objek, cara perolehannya,
maupun cara penggunaannya.
Allah menciptakan manusia makhluk yang berinteraksi sosial dan saling membutuhkan satu
sama lainnya. Ada yang memiliki kelebihan harta namun tidak memiliki waktu dan keahlian dalam
mengelola dan mengembangkannya, di sisi lain ada yang memiliki skill atau kemampuan namun
tidak memiliki modal. Dengan berkumpulnya dua jenis orang ini diharapkan dapat saling
melengkapi dan mempermudah pengembangan harta dan kemampuan tersebut. Untuk itulah Islam
memperbolehkan syarikat dalam usaha diantaranya mudharabah.
1.3 Tujuan
4
BAB 2
PEMBAHASAN
Mudharabah berasal dari kata برضyang berarti memukul atau berjalan. Pengertian
memukul atau berjalan ini maksudnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam
menjalankan usaha.
Ul
ama‟ Mazhab Maliki menerangkan bahwa mudharabah atau qiradh menurut syara‟
ialah akad perjanjian mewakilkan dari pihak pemilik modal kepada lainnya untuk
meniagakannya secara khusus pada emas dan perak yang telah dicetak dengan cetakan yang
sah untuk tukar menukar kebutuhan hidup. Pemilik modal secara segera memberikan
kepada pihak penerima sejumlah modal yang ia kehendaki untuk diniagakan.
Ulama‟ Mazhab Hambali menjelaskan bahwa mudharabah atau kerjasama
perniagaan adalah suatu pernyataan tentang pemilik modal menyerahkan sejumlah modal
tertentu dari hartanya kepada orang yang meniagakannya dengan imbalan bagian tertentu
dari keuntungannya.
Dan Ulama‟ Mazhab Syafi‟i menerangkan bahwa mudharabah atau qiradh ialah
suatu perjanjian kerjasama yang menghendaki agar seseorang menyerahkan modal kepada
orang lain agar ia melakukan niaga dengannya dan masing-masing pihak akan memperoleh
keuntungan dengan beberapa persyaratan yang ditentukan.
Menurut Sayyid Sabiq, dalam bukunya yang berjudul “Fiqh al-
Sunnah”, menjelaskan bahwa mudharabah adalah akad antara kedua belah pihak untuk salah
seorangnya (salah satu pihak) mengeluarkan sejumlah uang kepada pihak lain untuk
diperdagangkan dan keuntungannya dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan.
Menurut Abdurrahman al-Jaziri dalam bukunya yang berjudul“Fiqh ‘ala
Madzahib al-Arba’ah”, menjelaskan bahwa mudharabah adalah akad antara dua orang
yang berisi kesepakatan bahwa salah seorang dari mereka akan memberikan modal usaha
produktif dan keuntungan usaha itu diberikan sebagian kepada pemilik modal dalam
jumlah tertentudengan kesepakatan yang sudah disetujui bersama. Menurut The New
Encyclopedia of Islam: Mudarabah is a business partnership where one partner puts up
the capital and the other puts up the labour.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa mudharabah
adalah bentuk kontrak antara dua pihak yang satu pihak berperan sebagai pemilik modal dan
mempercayakan seluruh modalnya untuk dikelola oleh pihak kedua, yaitu pengelola
usaha dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang dibagi bersama sesuai dengan
kesepakatan. Sedangkan apabila rugi, ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu
bukan akibat kelalaian pengelola usaha.
Mudharabah adalah akad yang telah dikenal oleh umat Muslim sejak zaman Nabi,
ketika itu Nabi melakukan akad mudharabah dengan Khadijah. Dengan demikian, ditinjau
dari segi hukum Islam, praktek mudharabah dibolehkan, baik menurut al-Qur‟an,
Sunnah maupun Ijma.
5
2.2 Dasar hukum mudharabah
Yang menjadi argumen ayat di atas adalah kata yadhribun yang sama akarnya
mudharabah yang berarti melakukan suatu perjalanan usaha.
2. As-Sunnah
3. Ijma’ Ulama
Ibnu Al-Mundzir berkata ,“para ulama sepakat bahwa secara umum, akad
(transaksi) mudharabah diperbolehkan”.
6
Akad mudharabah adalah akad jaa’iz (toleran), bukkan akad lazim (mengikat). Untuk
itu, kapan saja salah satu pihak menginginkan akad dihentikan maka akad tersebut dapat
dihentikan (faskh). Pada saat itu, mudharib harus menyerahkan modal dalam bentuk mata
uang (tunai). Selain itu di antara ijma’ dalam mudharabah, adanya riwayat yangmenyatakan
bahwa jemaah dari sahabat menggunakan harta anak yatim untuk mudharabah. Perbuatan
tersebut tidak ditentang oleh sahabat lainnya.
4. Qiyas
a. Rukun Mudharabah
Jelaslah bahwa rukun dalam akad mudharabah sama dengan rukun dalam akad jual
beli ditambah satu faktor tambahan, yakni nisbah keuntungan faktor pertama (pelaku)
kiranya sudah cukup jelas. Dalam akad mudharabah harus ada minimal dua pelaku. Pihak
pertama pertama bertindak sebagai pemilik modal (shahib al-mal), sedangkan pihak kedua
bertindak sebagai pelaksana usaha (mudaharib atau ‘amil) tanpa dua pelaku ini, maka akad
mudharabah tidak ada.
7
Sedangkan kerja yang diserahkan bisa berbentuk keahlian, keterampilan, selling skill,
management skill dan lain-lain. Tanpa dua objek ini, akad mudharabah pun tidak akan ada.
4)Nisbah keuntungan
Nisbah adalah rukun yang khas dalam akad mudharabah, yang tidak ada dalam akad
jual-beli. Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhakditerima oleh kedua belah pihak yang
bermudaharabah. Mudharib mendapatkan imbalan atas kerjanya, sedangkan shahib al- mal
mendapat imbalan atas penyertaan modalnya. Nisbah keuntungan inilah yang akan mencegah
terjadinya perselisihan antara kedua belah pihak mengenai cara pembagian keuntungan.
b. Syarat mudharabah
Syarat-syarat mudharabah adalah:
Modal hendaknya uang legal, sedangkan menggunakan perhiasan, buah-buahan
dan barang dagangan lainnya diperselisihkan ulama.
Pengolahan tidak boleh di persulitkan dalam melaksanakan jual beli karena
menyebabkan tidak tercapainya tujuan mudharabah, kadang- kadang pengusaha
memperoleh kesempatan manis untuk memperoleh laba, akan tetapi ditanya-tanya
terus oleh pemilik modal, akhirnya usahanya itu gagal dengan demikian gagal
pula tujuan mudharabah yang sebenarnya yaitu memeperoleh keuntungan.
Laba dibagi bersama antara pemilik modal dengan pengusaha, yang satu
mendapatkan bagian laba dan jerih payahnya dan yang lain mengambil bagian laba
dari modalnya.
Pembagian laba hendaknya sudah ditemukan dalam akad.
Akad tidak ditentukan berapa lama, karena laba itu tidak bisa diketahui kapan
waktunya, seorang pengusaha kadang-kadang belum berlaba hari ini akan tetapi
mungkin akan memperoleh laba berapa hari kemudian.
Adapun syarat-syarat sahnya mudahrabah berkaitan dengan aqidain (dua orang yang berakad),
modal, dan laba adalah:
Syarat aqidain
Yakni disyaratkan pemilik modal dan pengusaha adalah ahli dalam mewakilkan atau
menjadi wakil, sebab mudharib mengusahakan harta pemilik modal, yakni menjadi wakil.
Namun demikian, tidak disyaratkan harus muslim. Mudharabah dibolehkan dengan orang
kafir dzimmi atau orang kafir yang dilindungi di negara islam. Sedangkan malikiyah
menambahkan asalkan mereka tidak melakukan riba.
Syarat modal, yaitu:
a) Modal harus berupa uang, seperti dinar, dirham, atau sejenisnya yang
memungkinkan dalam perkongsian.
b) Modal harus diketahui dengan jelas dan memiliki ukuran.
c) Modal harus ada, bukan berupa uang, tetapi tidak berarti harus ada di tempat
akad.
d) Modal harus diberikan kepada pengusaha agar digunakan harta tersebut
sebagai amanah.
Syarat-syarat laba, yaitu:
8
a) Laba harus memiliki ukuran.
b) Laba harus berupa bagian yang umum.
9
dan kesulitan dari orang-orang fakir serta menciptakan rasa cinta dan kasih sayang sesama
manusia, yaitu ketika ada seseorang memiliki kemampuan untuk berdagang, sedangkan
untungnya dibagi di antara keduanya sesuai kesepakatan.
Transaksi pembiayaan dengan skema mudharabah, sangat strategis dalam upaya
mengembangkan ekonomi Nasional. Manfaat dan kerjasama mudharabah dapat dirasakan
oleh kedua belah pihak secara adil. Kemanfaatan mudharabah meliputi (Ridwan, 2004: 47-
49):
1. Bagi mudharib
a. Mudharib tidak harus memiliki modal dalam bentuk uang atau barang, mudharib
cukup memiliki keahlian dan kepiawaian dalam berusaha dan dapat menguasai
peluang pasar saja sudah dapat berusaha. Ia tidak harus menyediakan modal.
b. Mudharib dapat menikmati harga jual yang lebih rendah. Biaya bagi hasil hanya akan
diperhitungkan setelah mudharib membukukan usahanya. Sehingga mudharib tidak
menanggung beban tetap diawal. Biaya bagi hasil tidak dapat diperhitungkan
sebagian dari biaya produksi, karena beban bagi hasil sangat tergantung dengan
penjualan. Berbeda dengan bunga, yang jumlahnya sudah pasti, peminjam akan
menghitung beban bunga sebagai bagian dari harga pokok produk, sehingga harga
jual ditingkat konsumen lebih tinggi.
c. Mudharib lebih terpacu untuk berusaha. BMT akan memberikan kepercayaan
penuh kepada mudharib untuk mengembangkan usahanya. BMT hanya akan
menerima laporan secara periodik terhadap perkembangan usaha.
d. Mudharib tidak akan membayar bagi hasil jika usahanya mengalami kerugian.
Bahkan dengan bunga, yang tidak memandang usaha anggota yang dibiayai. Bagi
hasil hanya akan dibayarkan jika metode perhitungan yang digunakan menggunakan
pendekatan untung-rugi, maka jika usahanya merugi, mudharib tidak akan membayar
bagi hasil.
10
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Mudharabah berasal dari kata برضyang berarti memukul atau berjalan. Pengertian
memukul atau berjalan ini maksudnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya
dalam menjalankan usaha. Berdasarkan beberapa pengertian dari para ulama’, dapat
disimpulkan bahwa mudharabah adalah bentuk kontrak antara dua pihak yang satu
pihak berperan sebagai pemilik modal dan mempercayakan seluruh modalnya untuk
dikelola oleh pihak kedua, yaitu pengelola usaha dengan tujuan untuk
mendapatkan keuntungan yang dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan.
Sedangkan apabila rugi, ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan
akibat kelalaian pengelola usaha.
2. Dasar hukum mudharabah ada 4, yaitu al-qur’an, as sunah, ijma’ dan qiyas
3. Syarat dan rukun mudharabah : ijab dan qobul, dua orang yang melakukan kerja
sama, adanya modal, adanya pekerjaan(usaha), dan nisbah keuntungan.
4. Hal-hal yang membatalkan akad mudharabah: salah seorang yang berakad meninggal
dunia, salah seorang yang berakad gila, pemilik modal murtad (keluar dari agama
Islam), modal habis ditangan pemilik modal sebelum dikelola oleh pekerja.
5. Hikmah mudharabah menurut syara’ adalah untuk menghilangkan hinanya kekafiran
dan kesulitan dari orang-orang fakir serta menciptakan rasa cinta dan kasih sayang
sesama manusia, yaitu ketika ada seseorang memiliki kemampuan untuk berdagang,
sedangkan untungnya dibagi diantara keduanya sesuai kesepakatan.
11